Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, televisi merupakan media massa elektronik yang banyak digunakan
oleh masyarakat karena karakternya yang audio-visual sehingga terkesan lebih nyata.
Televisi banyak memberikan kontribusi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan
hiburan kepada pemirsa dengan menyajikan berbagai tayangan program. Dunia
pertelevisian mengalami perkembangan dalam kebebasan menghasilkan variasi siaran
setelah adanya Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Berbagai
stasiun televisi dan radio baru banyak bermunculan baik lokal maupun nasional.
Adanya sistem rating, seluruh perusahaan stasiun televisi harus bersaing untuk
mencapai rating tersebut dan mempertahankan dengan menghasilkan berbagai
program lokal.

Hasil pemenuhan kebutuhan pemirsa tidak diimbangi dengan peningkatan mutu


siaran. Stasiun televisi banyak menyajikan tayangan program siaran yang tidak
mendidik dengan menampilkan adegan kekerasan didalamnya. Menurut Chen (dalam
Sunarto, 2009:7), surat kabar, radio dan komputer adalah milik orang-orang dewasa,
sedang televisi adalah medium anak-anak, bagi anak-anak, televisi adalah orang
asing dalam rumah yang mengajari anak-anak banyak hal. Sinetron bergendre anak-
anak maupun remaja di televisi sering menampilkan adegan adegan kekerasan
seperti persaingan, perkelahian, pemukulan dan saling menghina atau adu mulut.

Dengan adanya media massa yaitu televisi banyak sekali manfaat yang bisa kita
ambil, namun kemudahan untuk mengakses TV ini tidak semua berpengaruh positif.
Banyak sekali informasi kurang bermanfaat yang secara terus-menerus dibagikan

1
kepada penonton. Media memang akan selalu bersinggungan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pemirsannya. Di antara dimensi tersebut,
kekerasan adalah salah satu hal yang menjadi perbincangan serta sorotan paling
sering kita lihat. Kekerasan dalam media merupakan hal yang paling banyak
mewarnai acara-acara lokal maupun acara impor saat ini.

Kemajuan sebuah teknelogi pastinya tidak terlepas dari masalah yang terdapat di
dalamnya, sebuah tayangan televisi yang kurang mendidik untuk dikonsumsi oleh
penonton pada zaman sekarang menjadi permasalahan yang cukup serius dalam hal
ini. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap stasiun televisi swasta sekarang ini
menyediakan tayangan untuk semua umur yang banyak mengandung unsur
kekerasan. Maraknya tayangan untuk acara televisi yang kurang mendidik bisa sangat
mempengaruhi perkembangan pikiran masyarakat khususnya anak-anak.

Kekerasan telah menjadi fenomena umum, mulai dari kasus kriminal yang
ditampilkan dalam program berita hingga masuk dalam ranah humor sebagai
tontonan hiburan bagi masyarakat khususnya anak-anak. Dari sekian banyak program
acara hiburan dalam tayangan televisi salah satunya yang sering kita lihat serta kita
nikmati adalah acara sinetron. Sinetron atau Sinema Elektronik adalah film cerita
yang dibuat untuk media televisi. Saat ini, sinetron merupakan salah satu alternatif
hiburan yang paling banyak diminati masyarakat, karena selain tidak memerlukan
biaya, juga sangat mudah untuk menikmatinya. Dalam hal ini sudah telah menjadi
pengetahuan umum bahwa sinetron menjadi suatu andalan para pemilik stasiun
televisi untuk menjaring pemirsa dan para pengiklan. Perkembangan sinetron di
Indonesia berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan jumlah stasiun
televisi.

Kekerasan yang terjadi pada televisi dapat ditinjau dari kekerasan fisik, verbal
dan non-verbal. Kekerasan fisik di layar kaca merupakan sebuah tindak perilaku yang
dapat melukai seseorang yang dipertunjukan melalui sebuah adegan dalam media

2
televisi. Sinetron Asisten Rumah Tangga (ART) adalah sebuah sinetron yang
ditayangkan di RCTI. Sinetron ini diproduksi oleh SinemaArt. Pemainnya antara lain
Dirly, Celine Evangelista, Syahnaz, Mischa Chandrawinata, Natalie Sarah, Marcella
Simon dan masih banyak lagi. Sinetron ini perdana di putar pada tanggal 1-7 Juni
2016, dan ditayangkan setiap hari pada pukul 22.00 23.00 WIB.

Maka peneliti melakukan penelitian untuk melihat bagaimana kekerasan yang


ditayangkan dalam sinetron Asisten Rumah Tangga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah yang sudah dipaprkan, maka dapat ditarik
rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah Berapa jumlah Kekerasan
yang ada dalam Sinetron Asisten Rumah Tangga

1.3 Identifikasi Masalah

1. Berapa jumlah kekerasan fisik dalam tayangan sinetron Asisten Rumah


Tangga?
2. Berapa jumlah kekerasan psikologis dalam tayangan sinetron Asisten
Rumah Tangga?
3. Berapa jumlah kekerasan seksual dalam tayangan sinetron Asisten
Rumah Tangga?
4. Berapa jumlah kekerasan financial tayangan sinetron Asisten Rumah
Tangga?
5. Berapa jumlah kekerasn spiritual dalam tayangan sinetron Asisten
Rumah Tangga?
6. Berapa jumlah kekerasan fungsional dalam tayangan sinetron Asisten
Rumah Tangga?
7. Berapa jumlah kekerasan relasional dalam tayangan sinetron Asisten
Rumah Tangga?

3
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui berapa jumlah kekerasan fisik dalam tayangan sinetron
Asisten Rumah Tangga?
2. Mengetahui berapa jumlah kekerasan psikologis dalam tayangan
sinetron Asisten Rumah Tangga?
3. Mengetahui berapa jumlah kekerasan seksual dalam tayangan sinetron
Asisten Rumah Tangga?
4. Mengetahui berapa jumlah kekerasan financial tayangan sinetron
Asisten Rumah Tangga?
5. Mengetahui berapa jumlah kekerasn spiritual dalam tayangan sinetron
Asisten Rumah Tangga?
6. Mengetahui berapa jumlah kekerasan fungsional dalam tayangan
sinetron Asisten Rumah Tangga?
7. Mengetahui berapa jumlah kekerasan relasional dalam tayangan
sinetron Asisten Rumah Tangga?
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang bentuk dan frekuensi


dari adegan kekerasan serta hasil dari penelitian yang dapat memberikan
wacana mengenai adegan-adegan kkerasan fisik dalam Sinetron Asisten
Rumah Tangga dengan menggunakan metode analisi isi.

2. Manfaat Praktis:

Diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai analisis


isi, tentang film dan kekerasan kepada siapapun pemerhati kajian ilmu
komunikasi.

4
BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tentang film yang termasuk dalam
kajian objektif. Analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara
objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak.1

Salah satu ciri penting dari analisis isi adalah objektif. Penelitian dilakukan
untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya campur
tangan dari peneliti. Peneliti menghilangkan bias, keberpihakan, atau kecenderungan
tertentu dari peneliti. Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas dan
reliabilitas.2

Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena


sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya.3 Teori adalah himpunan
konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut.

2.2 Teori Pembelajaran Sosial

1
) (Eriyanto,2011: 15).
2
(Eriyanto, 2011: 16)
3
Kriyantono (2007: 45)

5
Teori Pembelajaran Sosial Bandura menyebutkan bahwa sebuah teori dari
bidang psikologi yang berguna dalam mempelajari dampak media massa adalah teori
pembelajaran sosial.4

Teori yang menyatakan bahwa terjadi banyak pembelajaran melalui


pengamatan pada perilaku orang lain. Teori ini terutama berharga dalam menganalisis
kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan di televisi, tetapi teori ini juga
merupakan teori pembelajaran umum yang dapat diaplikasikan pada bidang-bidang
dampak media massa yang lain. Teori penguatan, salah satu rumusan awal teori
pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran terjadi ketika sebuah perilaku
dikuatkan dengan suatu penghargaan. Seandainya ini merupakan satu-satunya cara
terjadinya pembelajaran, orang akan mencoba sendiri segala jenis perilaku dan
kemudian menjaga perilaku yang dihargai dan meninggalkan perilaku yang
menyebabkan hukuman.

Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa orang mungkin menghindari


pendekatan pembelajaran yang tidak efisien ini dan mungkin memperoleh suatu
perilaku hanya dengan pengamatan dan menyimpan pengamatan itu sebagai petunjuk
untuk perilaku kedepan. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa manusia mampu
menyadari atau berpikir dan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari
pengamatan dan pengalaman. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa banyak
pembelajaran manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan
perilaku yang beraneka ragam. Teori Bandura berdasarkan tiga asumsi, yaitu:

1. Bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di


lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain.

4
(Severin & James, 2005: 330-331).

6
2. Terdapat hubungan yang erat antara proses belajar dengan lingkungannya.
Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku
dan faktor-faktor pribadi.

3. Bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal
yang diwujudkan dalam lingkungan sehari-hari.5

Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau perilaku
contoh. Apabila peniruan memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru akan
menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran sosial menurut proses kognitif
individu dan kecakapan dalam membuat keputusan sangat ditentukan oleh keadaan
lingkungan pada saat itu, perilaku yang menjadi nilai dalam diri dan faktor-faktor
pengalaman lain yang saling berkaitan. Teori ini juga meyakini bahwa lingkungan-
lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan itu sering
kali dipilih dan diubah orang tersebut melalui perilakunya. Bandura (1994)
menyatakan bahwa banyak dari dampak media massa mungkin terjadi melalui proses
pembelajaran sosial.

Pembelajaran sosial terutama efektif dengan media massa seperti televisi,


dimana mendapatkan kekuatan yang berlipat ganda dari model tunggal yang
mengirimkan cara-cara berpikir dan berperilaku baru bagi banyak orang di lokasi
yang berlainan.6

2.3 Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut pendapat Tan dan Wright merupakan bentuk


komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator
dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh
(terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto & Erdinaya,

5
(Syah, 2003: 216).
6
(Severin & James, 2005: 330-331).

7
2005: 3). Definisi lain komunikasi massa yang dikemukakan Michael W Gamble dan
Teri Kwal Gamble (1986) yang akan semakin memperjelas apa itu komunikasi
massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika
mencakup:

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern


untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas
dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar,
majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya


bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal
atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah
yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan
penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima
oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti


jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal
dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga inipun biasanya berorientasi pada
keuntungan bukan organisasi suka rela atau nirlaba.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya,


pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu
dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan
komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh
sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa ikut berperan dalam

8
Media elektronik diantaranya, radio siaran dan televisi. Media cetak diantaranya,
surat kabar dan majalah. 7

Selanjutnya Vivian (2008: 450) menyatakan bahwa komunikasi massa dapat


didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim
pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur atau
membujuk. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:

1. Komunikator terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah


komunikatornya. Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya
bergerak dalam organisasi yang kompleks.

2. Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya


komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu.

3. Komunikannya anonim dan heterogen Komunikan pada komunikasi massa


bersifat anonim dan heterogen. Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),
karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping
anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat
ekonomi.

4. Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa


dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak adalah
komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu,
komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan
memperoleh pesan yang sama pula.

7
(Ardianto, 2007: 14).

9
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Dalam komunikasi
massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan
disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikasi massa adalah komunikasi


dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka
komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,
namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian,
komunikasi massa itu bersifat satu arah.

7. Stimulasi alat indra terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra
bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya
melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar,
sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan
pendengaran.

8. Umpan balik tertunda (delayed) Komponen umpan balik atau yang lebih
populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk
komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback
yang disampaikan oleh komunikan.8

2.4 Sinetron

Merupakan penggabungan dan pemendekan dari kata sinema dan elektronika.


Elektronika disini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses perekamannya
berdasar pada kaidah-kaidah elektronik. Elektronika dalam sinetron itu lebih
menagacu pada mediumnya, yaitu televisi atau visual yang merupakan medium
elektronik selain siaran radio. Sinetron disebut juga sama dengan televisi play, atau
degan teledrama, atau sama dengan sandiwara televisi. Inti persamaannya adalah

8
(Ardianto, 2005: 3).

10
sama-sama ditayangkan dimedia audiovisual yang disebut dengan televisi. Seperti
telah dikemukakan diatas, sinetron adalah kependekan dari sinema dan elektronika.
Berdasarkan kata sinema saja, hal ini sudah mengarah kepada sebuah konsep film.

2.5 Defenisi Operasional

Merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk


mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah suatu
informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan
variabel yang sama (Singarimbun, 2011: 46). Definisi operasional merupakan cara
penulisan taktis agar konsep bisa berhubungan dengan praktek, kenyataan dan fakta.
Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup bentuk dari perilaku-perilaku
kekerasan fisik dan psikologis.

a. Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap


korban dengan berbagai cara, antara lain :

Memukul adalah tindakan menyakiti tubuh dengan menggunakan


kepalan tangan atau menggunakan benda-benda kasar/berat/tumpul
seperti kayu, tongkat, besi dan benda-benda sejenisnya.
Menampar adalah tindakan menyakiti tubuh yang secara langsung
dilakukan dengan menggunakan telapak tangan kepada wajah
seseorang.
Mencekik adalah tindak kekerasan yang dilakukan dengan cara
meremas leher seseorang atau makhluk hidup dengan menggunakan
tangan. - Menendang adalah tindakan yang dilakukan seseorang
melalui ayunan kaki yang di ayunkan dengan keras kearah tubuh
makhluk hidup.
Melempar barang ke tubuh adalah tindakan melempari bendabenda
kasar/tajam contohnya kayu, batu, pisau, kaleng dan sejenisnya kearah

11
organ tubuh dimana terdapat jarak antara objek satu dengan objek yang
lain dalam tindakannya.
Melukai dengan tangan kosong atau dengan alat/senjata adalah
tindakan yang dilakukan dengan cara menancapkan benda runcing atau
benda tajam ke dalam tubuh makhluk hidup.
Menganiaya adalah bentuk kekerasan yang dilakukan kepada makhluk
hidup ketika mereka berada dalam posisi lemah namun tetap dilakukan
suatu tindak kekerasan dengan tujuan untuk kepuasan individu atau
kelompok.
Dan membunuh adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang
mengakibatkan hilangnya nyawa mahkluk hidup (Wijaya, 2011: 28-
30).

b. Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap


mental korban dengan cara berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, merendahkan,
mengatur, melecehkan, menguntit dan memata-mata dan tindakan-tindakan lain yang
menimbulkan rasa takut (termasuk yang diarahkan kepada orang-orang dekat korban,
misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain sebagainya)

Menyumpah adalah mengeluarkan kata-kata kotor (kutuk dan


sebagainya).
Mengancam adalah menyatakan maksud (niat, rencana) untuk
melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan atau
mencelakakan pihak lain.
Merendahkan adalah memandang rendah (hina) orang lain;
menghinakan.
Mengatur adalah membuat (menyusun) sesuatu menjadi teratur (rapi);
menata menjadi sesuai yang kita inginkan.
Melecehkan adalah tindak perkataan berupa meremehkan kemampuan
orang lain yang dilakukan secara tidak langsung yaitu tidak dilakukan

12
di depan orang yang bersangkutan bentuknya dapat berupa
penertawaan dan senyuman sinis (lebih pada meragukan kemampuan
atau kekuatan seseorang.
Menguntit adalah mengikuti terus-menerus. Dan tindakan memata-
matai yang menimbulkan rasa takut adalah tindak perkataan yang
menakut-nakuti dan menekan seseorang yang menimbulkan rasa
khawatir dan rasa takut atas keselamatan diri sendiri maupun orang
lain (kerabat).9

9
(Wijaya, 2011: 28-30).

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Analisis isi dapat dilakukan untuk
menganalisis semua bentuk komunikasi baik surat kabar, berita radio, iklan televisi,
film, maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain.

Krippendorf (1980) membagi unit analisis dalam 5 variasi, yaitu: physical,


syntactical, refential, proposional dan thematic units (Birowo,2004:152). Dalam
penelitian ini peneliti akan meneliti secara syntactical units terdiri dari simbolsimbol
yang muncul, dalam penelitian ini adalah simbol kekerasan.

Unit sintaksis berupa kata atau simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata
atau simbol kekerasan. Misalnya, berapa jumlah adegan kekerasan dalam film.
Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat frekuensi kekerasan fisik dan kekerasan
non fisik yang ditampilkan dalam Sinetron Asisten Rumah Tangga

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan tabel


frekuensi. Untuk uji penelitiannya terancang secermat mungkin sebelum penelitian
dilakukan serta kesimpulan melalui generalitas. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif
dapat didefinisikan sebagai suatu metode untuk mendeskripsikan hasil penelusuran
informasi ke fakta yang diolah menjadi data. Tujuan penggunaan jenis penelitian ini
adalah menggambarkan sistematika fakta atau karakteristik secara faktual dan
seksama. Secara keseluruhan, penelitian ini bersifat pembahasan mendalam terhadap
isi suatu informasi dalam sebuah media dengan menggunakan teknik symbol coding
yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis kemudian diberi interpretasi.
(Rakhmat, 1998: 24).

14
Teknik yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan teknik analisis isi. Analisis
isi (content analysis) adalah analisis yang dirancang untuk menghasilkan
penghitungan yang objektif, terukur, dan teruji atas isi pesan yang nyata (manifest
content of messages). Analisis ini menganalisis tatanan pertandaan yang bersifat
denotatif. Analisis ini berfungsi paling baik dalam skala besar dimana semakin
banyak yang dianalisis, maka semakin akurat analisisnya. Analisis ini berjalan
melalui identifikasi dan penghitungan unit-unit terpilih dalam sebuah sistem
komunikasi. Analisis isi harus non-selektif, analisisnya mencakup keseluruhan pesan,
atau sistem pesan, atau secara tepat pada sampel atau objek penelitian yang tersedia.
Sehingga analisis ini diklaim memiliki objektivitas ilmiah (Fiske, 1990: 188-189).

3.2 Kerangka Analisis

Kerangka analisis dalam penelitian ini dimulai dari pra penelitian sampai akhir
penelitian adalah sebagai berikut:

ANALISIS
ISI
TAMPILA
SINETRON N
ASISTEN KEKERA
SAN
AHASIL KESIM
PEMB
RUMAH PENELITI PULAN
PADA AHASA
TANGGA SINETRO AN N
N
ASISTEN
RUMAH
TANGGA

Gambar 3.2 Kerangka Analisis

Sumber: (Kriyantono, 2006 : 87)

15
3.2.1 Unit Analisis Data

Unit analisis adalah upaya untuk menetapkan gambaran sosok pesan yang
akan diteliti. Terhadap unit analisa ini perlu ditentukan kategorinya dan sifat inilah
yang akan dihitung, sehingga kuantifikasi atas pesan sebenarnya dilakukan kategori
ini (Siregar, 1996:17). Unit analisis yang digunakan yang adalah unit simbolik yang
fokus pada unit sintaksis. Unit sintaksis adalah unit yang terdiri berupa kata atau
simbol, penghitungannya adalah frekuensi adegan kekerasan. Dalam penelitian ini
unit analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Unit analisis penelitian
dari Harsono Suwardi:

Tabel 3.2.1

Kategorisasi Unit Analisis

No Unit Analisis Presentasi dalam Sinetron


Isi Kategorisasi Operasionalisa
si
1 Visual Image Episode 1-7 Kekerasan Memukul: Tindakan menyakiti
Fisik tubuh dengan menggunakan
kepalan tangan atau
menggunakan benda-benda
kasar/berat/tumpul seperti
kayu, tongkat, besi dan benda-
benda sejenisnya. Menampar:
Tindakan menyakiti tubuh
yang secara langsung
dilakukan dengan

16
menggunakan telapak tangan
kepada wajah seseorang.
Mencekik: Tindak kekerasan
yang dilakukan dengan cara
meremas leher seseorang atau
makhluk hidup dengan
menggunakan tangan.
Menendang: Tindakan yang
dilakukan seseorang melalui
ayunan kaki yang di ayunkan
dengan keras kearah tubuh
makhluk hidup. Melempar
barang ke tubuh: Tindakan
melempari benda-benda
kasar/tajam contohnya kayu,
batu, pisau, kaleng dan
sejenisnya kearah organ tubuh
dimana terdapat jarak antara
objek satu dengan objek yang
lain dalam tindakannya.
Melukai dengan tangan kosong
atau dengan alat/senjata:
Tindakan yang dilakukan dengan
cara menancapkan benda runcing
atau benda tajam ke dalam tubuh
makhluk hidup.
Menganiaya: Bentuk kekerasan
yang dilakukan kepada

17
makhluk hidup ketika mereka
berada dalam posisi lemah
namun tetap dilakukan suatu
tindak kekerasan dengan tujuan
untuk kepuasan individu atau
kelompok. Membunuh:
Tindakan yang dilakukan
seseorang yang mengakibatkan
hilangnya nyawa mahkluk
hidup
2 Visual Image Episode 1-7 Psikologis Mengancam: Menyatakan
maksud (niat, rencana) untuk
melakukan sesuatu yang
merugikan, menyulitkan,
menyusahkan atau
mencelakakan pihak lain.
Merendahkan: Memandang
rendah (hina) orang lain;
menghinakan. Mengatur:
Membuat (menyusun) sesuatu
menjadi teratur (rapi); menata
menjadi sesuai yang kita
inginkan. Melecehkan: Tindak
perkataan berupa meremehkan
kemampuan orang lain yang
dilakukan secara tidak
langsung yaitu tidak dilakukan
di depan orang yang

18
bersangkutan bentuknya dapat
berupa penertawaan dan
senyuman sinis (lebih pada
meragukan kemampuan atau
kekuatan seseorang.
Menguntit: Mengikuti terus
menerus dan memata-matai.
Sumber: Olahan Peneliti

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Merupakan kumpulan objek riset bisa berupa orang, organisasi kata-kata
dan kalimat, simbol-simbol verbal atau non-verbal. Populasi dalam
penelitian sinetron Asisten Rumah Tangga berjumlah 7 episode, yaitu yang
tayang antara tanggal 1-7 juni 2016 peneliti pandang lebih banyak
mengandung unsur kekerasan di dalamnya.
3.3.2 Sampel
Sugiyono (2008:118) menatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam mengambil
sampel, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dari seluruh
populasi penelitian.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dikukan peneliti adalah :
1. Menonton dan mengumpulkan sinetron Anak Jalanan, dalam tahap ini
peneliti menonton copy tayangan dari setiap sampel
2. Mengamati perilaku yang ditayangkan dalam sinetron
3. Mengamati dialog dalam sinetron

19
4. Menggunakan lembar koding untuk memasukan data-data yang telah
dikumpulkan berdasarka karegori yang ditetapkan.

3.3.4 Teknik Analisis Data


Keseluruhan data yang diperoleh dan dikumpulkan akan dianalisa berdasarkan
teori yang terkait. Pada akhirnya keseluruhan data tersebut akan dideskripsikan dan di
interprestasikan sehinng menghasilkan suatu pembahasan data yang bersikap
deskriptif. Tahapanya adalah :
1. Menseleksi sinetron yang akan diteliti
2. Menyusun indikator kekerasan data yang akan ditungkan melalui tabel
coding
3. Melaksanakan penelitian dengan cara melihat tayangan yang ada
kemudian dikelompokan berdasar tabel coding yang telah dibuat
4. Menganalisa dan menginterprestasikan data yang telah terkumpul.
5. Membuat kesimpulan berdasar perhitungan statistik dari data yang
telah dikumpulkan
Teknik analisa data menggunakan teknik distribusi frekuensi untuk
mengetahui ferekuensi kemunculan masing-masing kategori dengan cara meng-
capture beberapa sampel scene-scene atau adegan yang mengandung unsur
kekerasan, lalu kemudian di analisa dan ditarik kesimpulan yang mewakilinya.

3.3.5 Uji Reabilitas


Realibilitas adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukur
(kategorisasi) dapat dipercata atau diandalkan bila dipakai lebih dari satu kali
mengukur gejala yang sama. Oleh karena itu sebelum penelitian dilakukan, peneliti
akan meminta dua orang (peneliti pembantu) untuk melakukan pengkodian terhadap
tayangan kekerasan atau disebut sebagai coder atau hahim. Untuk mengukurnya
menggunakam rumus Ole R. Holstly (Bulaeng, 2004:188) yaitu :

20
2M
C.R=
1+2
Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = jumlah item yang disetujui oleh dua orang pengkode (peneliti dan hakim)

N1 = jumlah objek yang dikategorikan oleh pengkoding 1

N2 = junlah objek yang dikategorikan oleh pengkoding 2

Hasil yang diperoleh dari perhitungandengan menggunakan rumus tersebut


adalah tingkat resbilitas yang dicapai dalam penelitian yang dilakukan. Dalam
formula holstly, angka realibilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%.
Artinya kalau hasil perhitungan menunjukan angka reliabilitas di atas 0,7 berarti alat
ukur ini bena-benar realibel (Eriyanto,2011:290).

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Data

Hasil coding dari sinetron Asisten Rumah Tangga yang telah didapatkan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :

Nama coder : 1.Justika

2.Carmel

Analisis yang didapat dari hasil penelitian kedua coder adalah bahwa terdapat
pernyataan yang disetujui kedua pengkoder dari kategori yang dikoding oleh kedua
koder tersebut. Berikut adalah hasil yang dilakukan oleh kedua koder tersebut :

2M
C.R=
1+2
2 X 178
C.R =
204+187
356
C.R =
391
C.R =0,91 X 100%
C.R = 91 %
Setelah melakukan uji realibilitas, maka dapat diketahui angka realibilitas
sebesar atau yang mengindikasikan bahwa penelitian ini bahwa syarat objektifitas.
Karena dalam formula Holsti, angka realibilitas minimum yang ditoleransi adalah
atau Artinya kalau penelitian menunjukan angka di atas berarti alat ukur yang
digunakan benar-benar reliable. Dari hasil dari uji realibilitas membuktikan bahwa
alat ukur yang digunakan dlam penelitian ternyata realiabel.

Hasil coding sinetron Asisten Rumah Tangga yang telah didapatkan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :

22
Jenis kekerasan
Keseluruhan jenis kekerasan setelah dikoding dan dihitung frekuensinya didapat hasil
sebagai berikut

Tabel 4.1

Jenis kekerasan yang paling sering ditayangkan

Kategori Frekuensi
Fisik 53
Psikologis 53
Seksual 6
Finansial 8
Spiritual 8
Fungsional 18
Relasional 27
Total 178
Sumber: Olahan Peneliti

Dengan temuan data ditas tampak menunjukan dengan jelas bahwa kekerasan yang
paling sering ditayangkan adalah kekerasan fisik dan psikologis sebanyak 53 kali.
Secara berurutan jenis kekerasan relasional yang ditayangkan sebanyak 27 kali
kemudian disusul dengan kekerasan fungsional sebanyak 8 kali. Kekerasan Financial
dan Spiritual berada di posisi yang sama dibawahnya dengan jumlah 8 penayangan.
Lalu kekerasan seksual sebanyak 6 kali berada pada frekuensi penayangan paling
sedikit.

Kekerasan Fisik
Dari temuan data yang ada mengenai kekerasan fisik diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2

Kekerasan fisik

Indikator Frekuensi Kategori


Kekerasan
Fisik
Mendorong 8 Sedang

23
Memukul 9 Sedang
Menampar 7 Rendah
Menendang 10 Sedang
Mencekik 6 Rendah
Melukai Dengan 6 Rendah
alat
Melempar Barang 7 Rendah
Membunuh 0 -
Total 53
Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah data kekerasan fisik dalam
sinetron ini hanya berjumlah 53 kali. Indikator kategori menendang ditayangkan
sebanyak 10 kali. Kekerasan fisik berikutnya yang ditayangkan adalah memukul 9
dan mendorong 8 kali. Sedangkan indikator kekerasan fisik lainya seperti menampar
dan melempar barang sebanyak 7 kali, menekik, melukai dengan alat dilakukan
sebanyak 6 kali dan adegan yang tidak memiliki kategori membunuh tidak ada.

Kekerasan Psikologis
Untuk kekerasan psikologis didapati hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3
Kekerasan Psikologis

Indikator Frekuensi Kategori


Mengancam 6 Rendah
Merendahkan 12 Sedang
Membentak 12 Sedang
Menyumpah 7 Rendah
Memerintah 9 Sedang
Memata-matai 7 Rendah
Total 53
Sumber: Olahan Peneliti

Dari data diatas diketahui bahwa indikator kekerasan psikologis yang sering
ditayangkan adalah kekerasan merendahkan dan membentak yang dilakukan secara
sadar ataupun sengaja. Indikator kekerasan jenis ini ditayangkan sebanyak masing-
masing 12 kali, lalu disusul dibawahnya jenis kekerasan memerintah yang

24
ditayangkan sebanyak 9 kali. Selanjutnya adalah menyumapah dan memata-matai
masing-masing dilakukan sebanyak 7 kali. Indikator yang terakhir adalah mengancam
yang ditayangkan sebanyak 6 kali.

Kekerasan Seksual
Untuk kekerasan seksual didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4

Kekerasan Seksual

Indikator Frekuensi Kategori


Menyentuh Bagian Seksual 0 -
Meraba Bagian Tubuh 4 Rendah
Memaksa Hubungan Seks 0 -
Kawin Paksa 0 -
Ucapan Melecehkan 2 Rendah
Mencium Tanpa Persetujuan 0 -
Total 6
Sumber: Olahan Peneliti

Dari tabel diatas, menjelaskan bahwa kekerasan seksual dalam tayangan


sinetron Asisten Rumah Tangga peneliti tidak banyak menemukan ditampilkanya
jenis kekerasan seksual. Untuk indikator menyentuh bagian seksual, memaksa
hubungan seks, kawin paksa, dan mencium tanpa persetujuan tidak ditampilkan sama
sekali. Indikator lainya seperti meraba bagian tubuh serta ucapan melecehkan
dilakukan sebanyak 4 dan 2 kali.

Kekerasan Finansial
Mengenai kekerasan financial didapat hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.5
Kekerasan Finansial

Indikator Frekuensi Kategori


5 Rendah

25
Mencuri Uang
Tidak Memenuhi 8 Sedang
Pemenuhan Kebutuhan
Mengawasi Pengeluaran 0 -
Uang Sampai Sekecil-
Kecilnya
Total 13
Sumber: Olahan Peneliti

Dari kekerasan finansial diatas ditemukan bahwa yang paling sering


ditayangkan adalah tidak memenuhi pemenuhan kebutuhan finansial korban dengan
ditayangkan sebanyak 8 kali. Indikator mencuri uang dilakukan sebanyak 5 kali.
Sedangkan untuk indikator mengawasi pengeluaran uang sampai sekecil-kecilnya
tidak terdapat dalam tayangan ini.

Kekerasan Spiritual
Untuk jenis kekerasan spiritual peneliti mendapatkan datanyasebagai berikut :

Tabel 4.6

Kekerasan Spiritual

Indikator Frekuensi Kategori


4 Rendah
Merendahkan Keyakinan
dan Kepercayaan
Memaksa untuk 4 Rendah
Meyakini Kepercayaan
Yang Tak Diyakini
Memaksa mempraktikan 0 -
kepercayaan dan Ritual
Tertentu
Total 8
Sumber: Olahan Peneliti

Untuk kekerasan spiritual dalam sinetron ini, peneliti juga tidak banyak
menemukan sama seperti jenis kekerasan seksual. Hanya indikator yang
merendahkan keyakinan dan kepercayaan serta memaksa untuk meyakini
kepercayaan yang tak diyakini korban yang disetujui pengkoding ditampilkan dalam

26
sinetron ini sebanyak 4 kali. Sedangkan untuk jenis indikator kekerasan spiritual
lainya tidak ditampilkan dalam sinetron ini.

Kekerasan Fungsional
Analisis data untuk kekerasan fungsional adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7

Kekerasan Fungsional

Indikator Frekuensi Kategori


8 Sedang
Memaksa Melakukan
Menghambat aktifitas 10 Sedang
pekerjaan
Memaksa kehadiran 0 -
Total 18
Sumber: Olahan Peneliti

Untuk kekerasan fungsional yang sering ditayangkan adalah jenis indikator


menghambat aktifitas pekerjaan yakni sebanyak 10 kali. Terbanyak kedua adalah
indikator memaksa melakukan sebanyak 8 kali dan untuk memaksa kehadiran tidak
ditemukan sama sekali.

Kekerasan Relasional

Analisis data untuk kekerasan relasional adalah:

Kekerasan Relasional
Tabel 4.8

Indikator Frekuensi Kategori


0 -
Mengunjing
Mempermalukan 6 Rendah
Menyudutkan 8 Sedang

27
Melalaikan tanggung jawab 3 Rendah
Mengutamakan kepentingan 10 Sedang
sendiri
Total 27
Sumber: Olahan Peneliti

Dari data di atas diketahui bahwa kekerasan relasional yang paling sering
ditayangkan adalah kekerasan jenis mengutamakan kepentingan sendiri. Selain itu
indikator menyudutkan dan mempermalukan ditayangkan sebanyak 8 dan 6 kali.
Selain itu kekerasan relasional seperti melalaikan tanggung jawab ditayangkan
sebanyak 3 kali. Dalam indikator menggunjing tidak ditemukan sama sekali.

Hasil coding sinetron Asisten Rumah Tangga yang telah didapatkan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :

Indikator untuk kekerasan Fisik

Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 53

Pernyataan yang diberi oleh kedua pengkoding = 113

2M 2 X 53 106
C.R= = = = 0,93 = 1
1+2 54+59 113
Indikator untuk kekerasan Psikologis
Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 53

Pernyataan yang diberi oleh kedua pengkoding = 113


2M 2 X 53 106
C.R= = = = 0,93 = 1
1+2 56+57 113
Indikator untuk kekerasan Seksual
Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 6

Pernyataan yang diberi oleh kedua pengkoding = 15


2M 2X6 12
C.R= = = = 0,8
1+2 6+9 15
Indikator untuk kekerasan Finansial
Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 13

28
Pernyataan yang diberi oleh kedua pengkoding = 29
2M 2 X 13 26
C.R= = = = 0,89
1+2 13+16 29
Indikator untuk kekerasan Spiritual
Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 8

Pernyataan yang diberi oleh kedua pengkoding = 18


2M 2X8 16
C.R= = = = 0,88
1+2 8+10 18
Indikator untuk kekerasan Fungsional

Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 18

Pernyataan yang diberi oleh kedua pengkoding = 40


2M 2 X 18 36
C.R= = = = 0,9
1+2 18+22 40
Indikator untuk kekerasan Relasional

Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 27

Pernyataan yang diberi oleh kedua pengkoding = 63


2M 2 X27 54
C.R= = = = 0,85
1+2 32+31 63

29
BAB V
KESIMPULAN

Peneliti mengadakan penelitian analisis isi terhadap bentuk kekerasan dalam sinetron
Asisten Rumah Tngga tahun 2016 sebagai sinetron drama salah satu sinetron dengan
jumlah episode terbanyak. Dengan mengambil sampel sebanyak tujuh episode
periode 1-7 Juni 2016 . Dari hasil penelitian diperoleh bahwa :

1. Dimensi kekerasan fisik yang ditampilkan dalam sinetron Asisten Rumah


Tngga persentasenya sebanyak 9,5% dengan 53 kali adegan.
2. Dimensi kekerasan psikologis yang ditampilkan dalam sinetron Asisten
Rumah Tngga presentasenya sebesar 9,5% dengan 53 kali adegan.
3. Dimensi kekerasan seksusal yang ditampilkan dalam sinetron Asisten Rumah
Tngga presentasenya sebesar 1,0 % dengan 6 kali adegan.
4. Dimensi kekerasan financial yang ditampilkan dalam sinetron Asisten Rumah
Tngga presentasenya sebesar 2,3 % dengan 13 kali adegan.
5. Dimensi kekerasan spiritual yang ditampilkan dalam sinetron Asisten Rumah
Tngga presentasenya sebesar 1,5% dengan 8 kali adegan
6. Dimensi kekerasan fungsional yang ditampilkan dalam sinetron Asisten
Rumah Tngga presentasenya sebesar 3,2% dengan 18 kali adegan.
7. Dimensi kekerasan relasional yang ditampilkan dalam sinetron Asisten
Rumah Tngga presentasenya sebesar 4,8% dengan 27 kali adegan.

30

Anda mungkin juga menyukai