Anda di halaman 1dari 8

Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Tuberkulosis Paru (TB PARU)


Pokok bahasan : Kepatuhan Minum Obat TB Paru
Target /sasaran : Klien TB Paru
Hari / tanggal : 05 Juni 2018
Waktu : 09.00-10.00 WIB (1x60 menit)
Tempat : Rumah klien TB Paru
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan agar klien
dapat mengetahui tentang penyakit TB Paru, memahami bagaimana
proses penularan dan gejala penyakit TB Paru, sehingga dapat
menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan, klien mampu :
a. Memahami pengertian TB Paru
b. Mengetahui tanda dan gejala penyakit TB Paru
c. Mengetahui penyebab TB Paru
d. Mengetahui cara penularan TB Paru
e. Mengetahui pengobatan TB Paru
f. Mengetahui kepatuhan minum obat TB Paru

B. Materi
Materi yang akan disampaikan sebagai beirkut :
1. Pengertian TB Paru
2. Tanda dan gejala penyakit TB Paru
3. Penyebab TB Paru
4. Cara penularan TB Paru
5. Pengobatan TB Paru
6. Kepatuhan minum obat

C. Peserta
Klien TB Paru

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media dan alat penyuluhan


1. Leaflet
2. Masker
Lampiran 5

F. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Peserta


1 10 menit Kegiatan membuka penyuluhan (tahap
pendahuluan)
a. Mengucap salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mengenal
perawat
c. Menggali pengetahuan tentang TB Paru c. Mengemukakan
pendapat sesuai
dengan apa yang
diketahui
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai d. Menyimak
dengan seksama

2 40 menit Kegiatan inti (tahap penyajian)


a. Menjelaskan pengertian TB Paru a. Mendengar
dengan seksama
b. Menjelaskan tanda dan gejala TB Paru b. Menyimak
dengan seksama
c. Menjelaskan penyebab TB Paru c. Menyimak
dengan seksama
d. Menjelaskan cara penularan TB Paru d. Mendengarkan
penjelasan
e. Menjelaskan pengobatan TB Paru e. Klien menyimak
penjelasan
f. Menjelaskan kepatuhan minum obat TB f. Klien menyimak
Paru penjelasan
g. Memberikan reinforcement positif atas g. Menerima
jawaban klien dan keluarga reinforcement
diberikan

3 10 menit Kegiatan menutup pendidikan kesehatan


(tahap penutup)
a. Mengajukan pertanyaan sebagai evaluasi a. Klien menjawab
pertanyaan yang
diberikan
b. Menyampaikan kesimpulan b. Klien
mendengarkan
c. Mengucapkan salam penutup c. Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Penyuluhan berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan,
penyuluh menguasai materi yang disampaikan, dan klien
berpartisipasi aktif selama berlangsungnya penyuluhan.

2. Evaluasi hasil
80% peserta mengerti tentang materi yang disampaikan.
Lampiran 5

MATERI
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
KEPATUHAN MINUM OBAT TB PARU

A. Konsep TB Paru
1. Pengertian TB Paru
TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh
lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan saluran
pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut
(Nurarif, 2015).
2. Tanda dan Gejala TB Paru
a. Gejala utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih.
b. Gejala lainnya
1) Batuk bercampur darah
2) Sesak nafas dan nyeri dada
3) Nafsu makan berkurang
4) Berat badan turun
5) Rasa kurang enak badan
6) Demam /meriang berkepanjangan
7) Berkeringat malam walaupun tidak melakukan kegiatan
(Depkes RI, 2009).
3. Penyebab TB Paru
a. Agen infeksius utama, mycobacterium tuberculosisadalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lembut dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet.
b. Mycobacterium bovis dan avium, pada kejadian yang jarang
berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis (Wijaya, 2013).
4. Penularan TB Paru
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu
batuk dan bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan
Lampiran 5

di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya (Kemenkes,
2014).
5. Klasifikasi TB Paru
Klasifikasi Tuberkulosis Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,
bakteriologik, radiologik dan riwayata pengobatan sebelumnya.
Klasifikasinya TB Paru sebagai berikut :
a. TB Paru BTA positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik.
2) BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik
positif 1 kali disokong biakan positif 1 atau disokong
radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologis sesuai dengan Tuberkulosis Paru.
b. TB Paru BTA negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan
TB Paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau gejala sisa akibat kelainan
paru
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB Paru
inaktif, menunjukkan serial foto tidak berubah.
4) Adanya riwayat pengobatan yang adekuat (Wijaya,
2013).
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer (2000), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien dengan TB Paru yaitu :
a. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat.
b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB
Paru.
Lampiran 5

c. Tes PAP (Peroksidase anti perosidase) : untuk menentukan


adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux : untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB.
e. Tehnik Polymerase chain reaction : Mendeteksi adanya resisten
f. Becton dickinson diagnostik instrument sistem (BACTEC) .
g. MYCODOT : mendeteksi antibody.
h. Pemeriksaan radiology : rontgen thorax PA dan lateral :
1) Bayangan lesi terletakdilapangan paru
2) Bayangan berwarna atau bercak
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral di lapangan paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap
7) Bayangan mllie (Nurarif, 2015).
7. Penatalaksanaan
Pengobatan TB Paru terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan lanjutan (4-7 bulan) (Nurarif, 2015).
Menurut (Kemenkes, 2014). 1) Tahapan pengobatan Tuberkulosis
paru :
a. Tahapan awal : pengobatan di berikan setiap hari, paduan
pengobatan tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasen dan
meminimalkan pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
mungkin sudah resisten sejak sebelum pasen mendapatkan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasen baru,
harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya
penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2
minggu.
b. Tahap lanjutan : pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap
yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih
ada dalam tubuh khususnya kuman persisten sehingga pasen
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Lampiran 5

1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


a. Jenis obat utama (lini 1) :
1) Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3x/minggu atau
BB >60 kg : 600 mg, BB 40-60 kg : 450 mg, BB < 40 kg :
300 mg dan dosis intermiten 600 mg/kali.
2) INH
Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB 3 kali
seminggu, 15 mg/kg BB2 kali seminggu atau 300 mg/hari
untuk dewasa dan dosis intermiten 600 mg/kali.
3) Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali
seminggu, 50 mg/kg BB 2 kali seminggu atau BB >60
kg :1500 mg, BB 40-60 kg : 1000 mg, BB < 40 kg : 750
mg.
4) Streptomisisn
Dosis 15 mg /kg BB atau BB >60 :1000 mg, BB 40-60
kg : 750 mg, BB < 40kg : sesuai BB
5) Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg
BB, 30 mg/kg BB 3x seminggu, 45mg/kg BB 2x
seminggu atau BB >60 kg :1500 mg, BB 40-60 kg : 1000
mg, BB < 40 kg : 750 mg dan dosis intermiten 40
mg/kgBB/kali.
b. Kombinsi dosis tetap
1) 4 obat dalam 1 tablet : rifampisisn 150 mg, isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg
2) 3 obat dalam 1 tablet : rifampisisn 150 mg, isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg
3) Penderita hanya minum 3-4 tablet sehari selama fase
intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan
kombinasi dosis 2 obat
c. Jenis obat tambahan (lini 2)
1) Kanamisin
Lampiran 5

2) Kuinolon
3) Derivat rifampisin dan INH (Nuararif, 2015).
2. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan efek samping
1) Jenis Isoniazid, (H),sifat Bakterisidal,efek samping Neuropati
perifer,psikosis toksis, gangguan fungsi hati, kejang.
2) Jenis Rifamisin (R), Sifat Bakterisidal, efek samping Flu
syndrome, Gangguan gastrointestina, urine berwarna merah,
gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak
nafas, anemia hemolitik.
3) Jenis Pirasinamid (Z), sifat Bakterisidal, efek samping Gangguan
gastrointestinal, gangguan fungsi hati, gout artritis.
4) Jenis Streptomisin (S), sifat Bakterisidal, efek samping Nyeri di
tempat suntikan, gsngguan keseimbangan dan pendengaran,
renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, trombositopeni.
5) Jenis Etambutol (E), sifat Bakterisidal, efek samping Gangguan
penglihatan, buta warna, neuritis perifer (Nurarif, 2015).
B. Konsep Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Menurut Smet (1994) kepatuhan adalah tingkatan pasien
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter
atau tenaga kesehatan. Sedangkan menurut Sachet menyatakan kepatuhan
adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan
oleh profesional kesehatan, menurut Kaplan kepatuhan adalah derajat pasien
dimana mengikuti ajaran klinis dari dokter yang mengobatinya.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut
Brunner dan Suddart (2008) adalah :
a. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, status sosial
ekonomi dan pendidikan.
b. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala
akibat terapi.
c. Variabel program terapi seperti kompleksitas program dan efek
samping yang tidak menyenangkan.
Lampiran 5

d. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga


kesehatan, penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit,
keyakinan agama atau budaya dan biaya financial.
Menurut Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan meliputi :
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tindakan (Notoatmodjo, 2012).

Anda mungkin juga menyukai