Garuda 1705840
Garuda 1705840
ABSTRAK
Gizi buruk masih menjadi perhatian badan kesehatan dunia WHO karena
merupakan penyebab tertinggi kematian anak di negara berkembang terutama
Indonesia. Faktor penting dalam pembentukan SDM yang berkualitas adalah
unsur gizi, sehingga dapat mewujudkan manusia yang sehat, cerdas dan produktif.
Gangguan pemenuhan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas
kehidupan berikutnya. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita
baik faktor langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian gizi
kurang pada balita.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif cross-sectional
analitik. Dengan menggunakan Purposive Random Sampling didapatkan jumlah
sampel penelitian 42 balita. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
dan lembar observasi. Hasil pengumpulan data ditabulasi dan dianalisa bivariat
menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistic.
Hasil analisis regresi multivariat menunjukkan bahwa dengan CI 95%
didapatkan faktor asupan makanan menunjukkan OR=4,813, sedangkan faktor
penyakit infeksi menunjukkan OR=0.072, pengetahuan ibu menunjukkan
OR=0,908, dan Pola asuh menunjukkan OR=2,626. Keempat faktor tersebut
memberikan pengaruh terhadap status gizi balita.
Perlu dilakukan studi kualitatif untuk mengidentifikasi sejauh mana faktor
asupan makanan, penyakit infeksi, pengetahuan ibu, dan pola asuh dapat
mempengaruhi status gizi pada balita.
Kata kunci: Status Gizi Balita, Gizi Kurang, Asupan Makanan, Penyakit Infeksi,
Pengetahuan Ibu, Pola Asuh
PENDAHULUAN
359
tentang gizi buruk pada anak masih BB dan TB disajikan dalam bentuk
menjadi salah satu poin penting yang tiga indikator antropometri, yaitu
terus dibahas dalam Millenium berat badan per umur (BB/U) atau
Development Goals (MDGs). Status underweight, tinggi badan per umur
Gizi Balita merupakan salah satu (TB/U) atau stunting, dan berat badan
indikator yang menggambarkan per tinggi badan (BB/TB) atau
tingkat kesejahteraan masyarakat wasting. Underweight mengindikasi-
karena anak usia dibawah lima tahun kan masalah gizi secara umum karena
merupakan kelompok yang rentan berat badan berkorelasi positif dengan
terhadap kesehatan dan gizi. Setiap umur dan tinggi badan; stunting
negara secara bertahap harus mampu merupakan masalah gizi yang sifatnya
mengurangi jumlah balita yang kronis sebagai akibat dari keadaan
bergizi buruk atau kurang gizi yang berlangsung lama dan meng-
sehingga mencapai 15 % pada tahun indikasikan adanya malnutrisi; dan
2015 (Saputra & Nurizka, 2013). wasting merupakan masalah gizi
Gizi kurang pada balita, bersifat akut sebagai akibat dari
membawa dampak negatif terhadap peristiwa yang terjadi dalam waktu
pertumbuhan fisik maupun mental, yang tidak lama karena wabah
menurunkan daya tahan tubuh, penyakit dan kelaparan (Kemenkes
menyebabkan hilangnya masa hidup RI, 2013). Tinggi rendahnya
sehat balita, bahkan menimbulkan prevalensi gizi buruk dan kurang
kecacatan, meningkatkan angka mengidentifikasikan ada tidaknya
kesakitan serta angka kematian masalah gizi pada balita, tetapi tidak
(Rahim, 2014). Apabila gizi kurang memberikan indikasi apakah masalah
tidak ditangani dengan baik maka gizi tersebut bersifat kronis atau akut
akan berkembang menjadi gizi buruk (Nasution, 2010).
dan kekurangan gizi yang serius dapat Dua faktor yang mempengaruhi
menyebabkan kematian pada anak masalah gizi kurang atau buruk pada
(Helmi, 2013). Angka gizi kurang dan anak balita, yaitu penyebab langsung
buruk di Indonesia masih jauh diatas dan tidak langsung. Faktor penyebab
target RPJMN tahun 2014 yaitu langsung status gizi yaitu kurang
sebesar 15%, angka gizi kurang adekuatnya intake makanan yang
sebesar 18,4% pada tahun 2007 dan mengandung protein dan kalori yang
17,9% pada tahun 2010 akan tetapi dibutuhkan oleh tubuh, perbedaan
mengalami peningkatan pada tahun sosial dan budaya tentang kebiasaan
2013 menjadi sebesar 19,6% makan yang mempengaruhi nutrisi,
(Riskesdas, 2013). kurang pengetahuan tentang nutrisi,
Status gizi adalah keadaan tubuh kelebihan makanan baik dalam
sebagai akibat konsumsi makanan dan jumlah maupun kualitas yang tidak
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibutuhkan oleh tubuh, adanya
dapat diketahui melalui penilaian penyakit yang menyertai seperti
konsumsi pangannya berdasarkan pencernaan, absorspi makanan, gagal
data kuantitatif maupun kualitatif menyusun menu berdasarkan tingkat
(Depkes RI, 2012). Status gizi balita aktifitas dan istirahat (Purwaningrum
diukur berdasarkan umur, berat badan & Wardani, 2011). Sedangkan faktor
(BB) dan tinggi badan (TB). Variabel penyebab tidak langsung antara lain
360
pengetahuan ibu, pendidikan ibu, BBLR mempunyai pengaruh terhadap
penghasilan keluarga, pola peng- kejadian balita gizi kurang (Lastanto
asuhan anak dan riwayat pemberian dkk, 2014). Penelitian lain
ASI eksklusif. Faktor pengetahuan menyebutkan bahwa pola asuh
ibu, pendidikan ibu, pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang
keluarga, riwayat pemberian ASI, signifikan terhadap kejadian masalah
kelengkapan imunisasi dan riwayat gizi pada balita (Mustapa dkk, 2013).
METODE PENELITIAN
Hasil Penelitian
Hasil perhitungan statistik dan pola asuh dengan status gizi
dengan Chi Square menunjukkan dapat dilihat pada tabulasi silang
adanya hubungan asupan makanan, tabel 1.
penyakit infeksi, pengetahuan ibu,
361
Tabel 1. Analisis Chi Square Hubungan Asupan Makanan, Penyakit Infeksi,
Pengetahuan Ibu, dan Pola Asuh dengan Status Gizi pada Responden
Status Gizi
Total
Faktor Dependen Kurang Baik OR P
n % n % n %
Kurang 11 26.19 13 30.95 24 57.14
Asupan
Cukup 3 7.14 15 35.71 18 42.86 4.231
makanan 0.047
Total 14 33.33 28 66.66 42 100
362
untuk mengalami status gizi kurang memiliki pola asuh yang baik.
dibandingkan dengan balita yang
Pembahasan
Faktor penyakit infeksi dengan mengakibatkan terjadinya gizi buruk
status gizi balita secara statistik (Lastanto, 2015).
menunjukkan hubungan yang Penelitian yang dilakukan oleh
signifikan. Penyakit infeksi dan Jayani (2014) di Kabupaten Ponorogo
keadaan gizi anak merupakan 2 hal Jawa Timur menunjukkan bahwa
yang saling mempengaruhi. Dengan balita yang menderita penyakit infeksi
adanya suatu penyakit nafsu makan hampir setengahnya mengalami status
anak mulai menurun dan mengurangi gizi kurang. Penyakit infeksi sangat
asupan konsumsi makanannya, erat kaitannya dengan status gizi yang
sehingga berakibat berkurangnya zat kurang. Hal ini berkaitan dengan
gizi yang masuk ke dalam tubuh mekanisme pertahanan tubuh dimana
anak. Dampak penyakit infeksi yang balita yang mengalami kekurangan
lain adalah muntah yang kemudian makanan tubuhnya tidak mampu
berakibat pada kehilangan zat gizi. membentuk energi baru untuk
Infeksi yang menyebabkan diare pada melawan serangan infeksi. Pada
anak mengakibatkan cairan dan zat umumnya orangtua mempunyai
gizi di dalam tubuh berkurang. pengetahuan yang baik tentang status
Kadang–kadang orang tua juga gizi balita, namun akibat keterbatasan
melakukan pembatasan makan akibat ekonomi dan kondisi geografis yang
infeksi yang diderita dan menyebab- terletak dilereng pegunungan
kan asupan zat gizi sangat kurang membuat ibu kurang aktif dalam
sekali bahkan bila berlanjut lama memeriksakan balita ke pelayanan
kesehatan.
KESIMPULAN
Status gizi pada anak balita Status gizi kurang pada balita
sering digunakan untuk melihat status berkaitan erat dengan faktor langsung
gizi masyarakat secara umum. Gizi berupa penyakit infeksi. Penelitian
yang baik dipadukan dengan selanjutnya diharapkan mengguna-
kebiasaan makan yang sehat selama kan metode observasi dan wawancara
masa balita akan menjadi dasar bagi mendalam (indept interview) untuk
kesehatan. Pengaturan makanan yang mengetahui seberapa besar keterkait-
seimbang menjamin terpenuhinya an antara faktor asupan nutrisi,
kebutuhan gizi untuk energi, per- penyakit infeksi, pengetahuan ibu dan
tumbuhan anak, melindungi anak dari pola asuh dengan status gizi balita
penyakit dan infeksi serta membantu yang kurang dan cukup.
perkembangan mental dan kemampu-
an belajarnya (Ihsan dkk, 2012).
363
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
364