Anda di halaman 1dari 14

ISSN : 1979 - 7362

Pendugaan Produksi Dan Indeks Vegetasi Tanaman Padi Menggunakan Data Citra
Platform Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Dan Data Citra Satelit Landsat 8
Winda Vitasari1, Daniel1 dan Ahmad Munir1
Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRAK
Beras berasal dari padi atau gabah yang dibudidayakan sehingga menjadi bahan
pokok makanan seperti sekarang ini. Padi (Oryza sativa L) merupakan aspek paling utama
pada pertanian. Produksi padi dapat diketahui setelah masa panen berakhir. Maka itu
dibutuhkan suatu informasi untuk mengetahui hasil produksi sebelum masa panen.
Pemanfaatan GIS (Geograpichal Information System) atau dikenal sebagai Sistem Informasi
Geografis (SIG) dapat membantu mengelola sumber daya pertanian. Pemanfaatan
penginderaan jauh berupa citra fotografik UAV (Unmanned Arial Vehicle) dan citra satelit
Landsat 8, kita dapat memantau pertumbuhan tanaman padi serta memperoleh informasi
tingkat produksi lahan sawah. Tujuan dari penelitian ini untuk memprediksi tingkat produksi
tanaman padi dari hasil citra dan melihat keakuratan klasifikasi terpantau terhadap citra
fotografik UAV. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Klasifikasi terpantau
pada software, dengan menggunakan data lapangan. Hasil klasifikasi terpantau menunjukkan
persentase untuk produksi rendah 22%, produksi sedang 51% dan produksi tinggi 27%.
Tingkat kesalahan tertinggi pada klasifikasi tingkat produksi tinggi sebanyak 47,05%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa overall accuracy
adalah 73,01%. Hal ini berarti tingkat ketelitian akurasi dapat diterima. Indeks vegetasi yang
terbaik dalam pendugaan produksi pada tingkat varietas adalah varietas VARIgreen.
Kata Kunci: Padi (Oryza sativa L), citra UAV, Citra Satelit Landsat 8, Indeks Vegetasi.
PENDAHULUAN lahan panen dan produksi padi masing-
masing 44.097 ha dan 262.641,73 ton
Latar Belakang dengan produksi 5,95 t/ha. Banyak upaya
yang dilakukan oleh pemerintah Maros
Beras berasal dari padi atau gabah
dalam mengembangkan produksi padi
yang dibudidayakan sehingga menjadi
untuk mewujudkan Indonesia menjadi
makanan pokok seperti sekarang ini. Padi
negara penghasil padi terbesar di dunia.
(Oryza sativa L) merupakan tanaman
Pemanfaatan GIS (Geographical
pangan yang sangat penting di Indonesia,
Information System) adalah salah satu
menurut laporan dari FAO (Food and
sistem basis data dengan kemampuan
Agriculture Organization) Indonesia
khusus untuk menangani data yang
menduduki peringkat ke tiga dalam
bereferensi keruangan (spasial) bersamaan
penghasil beras terbesar di dunia, dengan
dengan seperangkat operasi kerja. GIS
jumlah produksi 70,8 juta ton pertahunnya.
dapat membantu mengumpulkan data
Diperkirakan padi menyumbangkan 60-80
secara cepat. GIS dapat digunakan untuk
% kalori dan 45-55 % protein dalam umur
membantu mengelola sumber daya
rata-rata masyarakat Indonesia.
pertanian dan perkebunan seperti luas
Kabupaten Maros merupakan salah
kawasan untuk tanaman atau saluran air.
satu daerah pertanian dan salah satu daerah
Data citra Platfrom Unmanned Aerial
lumbung pangan di Sulawesi Selatan.
Vehicle (UAV) merupakan salah satu
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat
contoh pemanfaatan GIS. Dengan pesawat
Statistik) Kab. Maros tahun 2010, luas
tanpa awak yang dapat menyimpan dan

Jurnal AgriTechno (Vol. 10, No. 2, Oktober 2017) 203


mengambil gambar dari ketinggian debus Oezya L. yang meliputi kurang lebih
tertentu. Tingkat produksi tanaman yang 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan
dilihat pada citra disesuaikan pada area daerah subtropis, seperti Asia, Afrika,
lahan baik itu keseluruhan maupun pada Amerika dan Australia. Padi yang ada
perhitungan luasan per petak sawah. Dari sekarang merupakan persilangan antara
hasil pemantauan itu sendiri nantinya Oryza officianalis dan Oryza sativa F.
tingkat produksi dapat dipetakan. Spontane. Tanaman padi termasuk
Pemetaan tingkat produksi dilakukan tanaman yang berumur pendek. Biasanya
dengan mengklasifikasikan tiap tingkat hanya berumur kurang dari satu tahun dan
berdasarkan data lapangan. Sehingga dapat berproduksi satu kali. Setelah tanaman
dilihat bagaimana keakuratan dan padi ini berbuah dan dipanen, padi tidak
ketepatan penginderaan jauh. tumbuh seperti semula lagi (Irfan, 2013).
Indeks vegetasi atau besaran nilai
Varietas padi
kehijauan vegetasi yang diperoleh dari
pengolahan sinyal digital beberapa kanal Varietas merupakan suatu
data sensor satelit, dapat memberikan peringkat taksonomi sekunder di bawah
informasi bahwa suatu tanaman spesies. Suatu varietas menunjukan
bervegetasi baik. Indeks vegetasi yang penampilan yang khas dan berbeda dari
baik salah satu faktor yang mempengaruhi varietas lain, tetapi akan bersilang dengan
kondisi suatu tanaman padi sehat dan bebas terhadap varietas lain (jika
mempengaruhi produksi yang dihasilkan. dilakukan kontak dengannya). Berikut
Maka dari itu dilakukan penelitian merupakan beberapa deskripsi varietas
ini untuk dapat memetakan tingkat poduksi tanaman padi:
suatu lahan sawah berdasarkan klasifikasi 1. Inpari 4
data hasil panen di lapangan melalui citra 2. Inpari 23
fotografik UAV dan melihat indeks 3. Ciliwung
vegetasi dari tanaman padi berdasarkan
data citra satelit landsat 8. Produktivitas Lahan Sawah

Tujuan dan Kegunaan Secara fisik, lahan sawah


merupakan suatu ekosistem lahan yang
Tujuan dari penelitian ini adalah relatif stabil dan mempunyai
untuk memetakan tingkat produksi keberkelanjutan sangat tinggi. Hal ini
tanaman mengunakan citra UAV dan data dicirikan dengan penyediaan dan
citra satelit Landsat 8 dengan pendekatan peredaran hara yang lebih efisien,
indeks vegetasi. rendahnya perkolasi, erosi dan pencucian
Kegunaan penelitian ini yaitu hara karena adanya lapisan tapak bajak
memberikan informasi berupa layout peta (plow pan), terjadinya penambahan hara
mengenai tingkat produksi lahan sawah secara alami dari air irigasi, dan lain-lain.
secara spesifik. Namun karena pengelolaan lahan yang
kurang tepat lahan sawah sering
TINJAUAN PUSTAKA mengalami penurunan kesuburan atau
produktivitas dan sering disebut dengan
Tanaman Padi tanah sakit. Selain itu lahan sawah juga
Tanaman padi adalah jenis sering mengalami degradari akibat
tumbuhan yang sangat mudah ditemukan pencemaran, baik yang disebabkan limbah
apalagi yang tinggal di daerah pedesaan. agrokimia, industri, dan domestik
Hamparan persawahan dipenuhi dengan (perubahan /perkotaan) (Bagio, 2011).
tanaman padi. Sebagian besar menjadi padi Produktivitas lahan sawah dapat
sebagai sumber bahan makanan pokok. menurun sebagai akibat dari : (1)
Padi merupakan tanaman yang termasuk pengurasan dan deficit hara karena yang

204
terbawa lebih banyak dari hara yang seperti pemotretan udara baik skala besar
diberikan melalui pemupukan atau dan kecil berawak serta pemetaan berbasis
penambahan dari air irigasi; (2) kelebihan satelit. Teknologi ini sangat menjanjikan
pemberian hara tertentu dan kekurangan untuk diaplikasikan dikembangkan dan
hara lainnya karena pemupukan yang tidak sesuai karakteristik topografi dan geografis
berimbang, dan (3) penurunan kadar bahan Indonesia. UAV biasanya dilengkapi
organik tanah. Degradasi tersebut tidak dengan alat atau sistem pengendali terbang
saja mengancam kuantitas (produktivitas) melalui gelombang radio, navigasi presisi
hasil padi, tetapi juga kualitasnya (Grounding Positioning System – GPS dan
(Wahyunto, 2006). pengukuran Internal Unit), dan elektronik
kontrol penerbangan, dan peralatan kamera
Sistem Informasi Geografis (SIG)
resolusi tinggi (Shofiyanti, 2011).
Sistem informasi geografis (SIG)
atau Geographic Information System (GIS) Indeks Vegetasi Tanaman
adalah sebuah sistem yang didesain untuk
Menurut Cambell (2011), Indeks
menyimpan, memanipulasi, menganalisa,
vegetasi atau vegetation index dianalisa
mengatur dan menampilkan seluruh jenis
berdasarkan nilai-nilai kecerahan digital,
data geografis. Akronim GIS terkadang
dilakukan untuk percobaan mengukur
dipakai sebagai istilah untuk geographical
biomassa atau vegetatif. Sebuah indeks
information science atau geospatial
vegetasi terbentuk dari kombinasi dari
information studies yang merupakan ilmu
beberapa nilai spektral dengan
studi atau pekerjaan yang berhubungan
menambahkan, dibagi atau dikalikan
dengan Geographic Information System.
dengan cara yang dirancang untuk
Dalam artian sederhana sistem informasi
menghasilkan nilai tunggal yang
geografis dapat kita simpulkan sebagai
menunjukkan jumlah atau kekuatan
gabungan kartografi, analisis statistik dan
vegetasi dalam pixel.
teknologi sistem basis data (database). SIG
Indeks vegetasi adalah besaran
tidak lepas dari data spasial, yang
nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh
merupakan sebuah data yang mengacu
dari pengolahan sinyal digital data nilai
pada posisi, objek dan hubungan
kecerahan (brightness) beberapa kanal data
diantaranya dalam ruang bumi. Data
sensor satelit. Untuk pemantauan vegetasi,
spasial merupakan salah satu item dari
dilakukan proses pembandingan antara
informasi di mana di dalamnya terdapat
tingat kecerahan kanal cahaya (Red) dan
informasi mengenai bumi termasuk
kanal inframerah dekat (near infrared).
permukaan bumi, di bawah permukaan
Gelombang vegetasi diperoleh dari energi
bumi, perairan, kelautan dan bawah
yang dipancarkan oleh vegetasi pada citra
atmosfer.
penginderaan jauh untuk menunjukkan
Citra Satelit UAV (Unmanned Aerial ukuran kehidupan dan jumlah dari suatu
Vchiclel) tanaman. Nilai indeks vegetasi yang tinggi
memberikan gambaran bahwa di area yang
UAV merupakan sistem tanpa
diamati terdapat vegetasi yang mempunyai
awak (Unmanned System), yaitu sistem
tingkat kehijauan tinggi. Sebaliknya nilai
berbasis elektro-mekanik yang dapat
indeks vegetasi yang rendah merupakan
melakukan misi-misi terprogram, dengan
indikator bahwa lahan yang menjadi objek
karakteristik yaitu tanpa awak pesawat,
pemantauan mempunyai tingkat kehijauan
beroperasi pada mode mandiri baik secara
rendah atau lahan dengan vegetasi sangat
penuh atau sebagian, dan sistem ini
jarang.
dirancang untuk dapat dipengaruhi secara
berulang. Teknologi pemetaan tanpa awak
menjadi pilihan alternatif disamping
teknologi pemetaan pemetaan lainnya

205
Jenis Indeks Vegetasi
(𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 −𝑅𝑒𝑑 )
1. Normalized Difference Vegetation 𝑉𝐴𝑅𝐼𝑔𝑟𝑒𝑒𝑛 = (𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 +𝑅𝑒𝑑 −𝐵𝑙𝑢𝑒 )..........(3)
Index (NDVI) Keterangan :
NDVI adalah indeks yang Red : Radiasi cahaya merah dari piksel
menggambarkan tingkat kehijauan Green : Radiasi cahaya hijau dari piksel
suatu tanaman. NDVI merupakan Blue : Radiasi cahaya biru dari piksel
kombinasi matematis antara band
merah dan band NIR yang telah lama Pengolahan Data Citra
digunakan sebagai indikator
keberadaan dan kondisi vegetasi. Ada tiga bidang studi utama yang
NDVI dapat digunakan sebagai menangani pengolahan data berbentuk
indikator biomassa dan tingkat gambar atau citra yaitu, computer,
kehijauan (greeness) relatif (Faizal, pengolah citra, dan pengenalan pola.
2005). Karena pengenalan pola sering merupakan
(𝑁𝐼𝑅 −𝑅𝑒𝑑 ) juga bagian dari pengolahan citra seperti
𝑁𝐷𝑉𝐼 = .......................(1) misalnya pada proses klasifikasi maka
(𝑁𝐼𝑅+𝑅𝑒𝑑 )
Keterangan : pembedaan tiga bidang dari pengolahan
citra seperti misalnya pada proses
NIR : Radiasi infra merah dekat klasifikasi maka pembedaan tiga bidang
dari piksel sttudi tersebut berubah menjadi : grafik
Red : Radiasi cahaya merah dari computer, pengolahan citra, dan visi
piksel Nilai computer, dimana pengenalan pola
menjadi bagian dari pengolahan citra dan
2. Green Normalized Difference juga bagian dari visi computer (Santi,
Vegetation Index (GNDVI) 2011).
Indeks vegetasi yang Pengolahan citra merupakan proses
menormaslisasikan indeks kehijauan, pengolahan dan analisi citra yang banyak
indeks ini mirip dengan NDVI, hanya melibatkan persepsi visual. Proses ini
saja pada indeks vegetasi ini mengukur mempunyai ciri data masukan dan
spektrum hijau 540-570 nm bukan informasi keluaran yang berbentuk citra.
spektrum merah. Indeks ini lebih Dalam kenyataannya, batas antara ketiga
sensitif terhadap konsentrasi klorofil bidang studi di atas sulit untuk ditentukan.
dari NDVI (Faizal, 2005). Sebagai contoh, dalam proses pembuatan
(𝑁𝐼𝑅−𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 )
film animasi, objek dan proses animasinya
𝐺𝑁𝐷𝑉𝐼 = ....................(2) diciptakan dengan teknik grafik computer
(𝑁𝐼𝑅+𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 )
sedangkan pembuatan latar belakangnya
Keterangan : dapat dilakukan dengan teknik pengolahan
NIR : Radiasi infra merah dekat data citra. Di sini latar belakang gambar
dari piksel dapat dibuat secara sederhana melalui
Green : Radiasi cahaya hijau dari kombinasi proses digitasi suatu foto dan
piksel proses pembesaran atau penggulungan atau
3. Visible Atmospherically Resistant dapat pula dengan teknik lebih rumit
Index (VARIgreen) (Santi, 2011).
Indeks ini adalah indeks Pixel adalah sebuah titik yang
perangkat tambahan untu NDVI yang merupakan elem paling kecil pada citra
relatif tahan terhadap faktor atmosfer. satelit, angka numerik (1 byet) dari Pixel
Indeks ini digunakan untuk disebut nilai digital (DN). DN bias
memperbaiki tingkat vegetasi ditampilkan dalam warna kelabu, berkisar
kehijauan dalam sebuah tanaman antara putih dan hitam (gry scale),
(Faizal, 2005). tergantung level energi yang terdeteksi.

206
Pixel yang disusun dalam order yang benar pengambilan, mengikuti periode
akan membentuk sebuah citra. satelit Landsat 8 lewat di wilayah
Kebanyakan citra satelit yang belum tersebut.
diproses disimpan dalam bentuk gray 2. Pengukuran Hasil Tanaman
scale, yang merupakan skala warna dari Pengukuran hasil tanaman
hitam ke putih dengan derajat keabuan dilakukan selama masa panen
yang bervariasi. Untuk penginderaan jauh, berlangsung. Pengukuran hasil
skala yang dipakai adalah 256 shade gray panen ini dilakukan berdasarkan
scale, dimana nilai 0 menggambarkan dari masing-masing petakan sawah
hitam, nilai 255 putih (Cifor, 2014). kemudian mengukur berat massa
dan hasil panen tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN b. Rektifikasi Citra
Rektifikasi citra lebih sering
Waktu dan Tempat dilakukan untuk citra analog yang
Penelitian Pendugaan Produksi berupa foto. Hal ini digunakan untuk
Tanaman Padi Menggunakan Indeks menyamakan dan memperjelas titik
Vegetasi Melalui Citra Platform koordinat yang dimana sering terjadi
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Dan pergeseran. Rektifikasi citra ini
Data Citra Satelit Landsat 8, dilaksanakan dilakukan pada software Global
mulai bulan Mei sampai Agustus 2016, Mapper.
mengikuti periode satelit Landsat-8 lewat c. Training Area
di Wilayah Desa Aletengngae, Kecamatan Training Area dilakukan dengan
Bantimurung. Kabupaten Maros. mengambil beberapa petak sawah yang
Alat dan Bahan telah diketahui hasilnya dari data
Alat yang digunakan pada lapangan yang selanjutnya digunakan
penelitian ini adalah laptop, software Er untuk memisahkan tingkatan suatu
Mapper 7.1, software Argis 10.1, software lahan sawah, sesuai dengan
Global Mapper 12, Citra Fotografik keseragaman atau kemiringan antara
Vertikal UAV dan DRONE Model DJI nilai piksel citra lokasi sampel dengan
Phantom 2+. lokasi yang lain.
Bahan yang digunakan adalah Citra
Satelit Landsat-8 TM Kabupaten Maros, d. Klasifikasi Terpantau
peta dasar lahan petakan sawah dan peta Klasifikasi yang digunakan
hasil panen petakan sawah Kecematan yaitu klasifikasi terpantau (supervised
Bantimurung. classification) dengan metode
maximumlikehoodstandard (peluang
Prosedur Penelitian maksimum) yang dilakukan pada
a. Prosedur Pengambilan Data software Arcgis 10.1 pada saat akan
Lapangan mengklasifikasi data yang digunakan
1. Pengambilan Citra didasarkan pada data hasil panen di
Perekaman danengambilan lapangan yang memiliki suatu kelas
data citra menggunakan DRONE yang akan diklasifikasikan.
Modul DJI Phantom 2+ dengan Berdasarkan hal itu tingkat produksi
ketinggian tertentu. Dimana lahan sawah diklasifikasikan ke dalam
perekaman tersebut meliputi area tiga kelas, dan citra yang telah di
persawahan. Selain itu training kemudian diklasifikasikan
pengambilan data dilakukan berdasarkan kelas-kelas yang telah
dengan rentan waktu setiap dua disediakan oleh peneliti. Kelas-kelas
minggu untuk satu kali tersebut adalah (Gunawan, 2012) :

207
1. Produksi Rendah: 2 – 5 ton/ha d. Prosedur menghitung Overal
2. Produksi Sedang: >5 – 8 ton/ha Accuracy
𝑥
3. Produksi Tinggi: >8 – 10 ton/ha 𝑥 100% = 𝜋𝑟 2 ………………(7)
𝑁
Keterangan:
e. Validasi Data dan Analisis Akurasi
Citra Fotografik N : Jumlah Sampel Matriks
X : Jumlah diagonal matriks
Validasi data digunakan untuk
mengetahui tingkat ketelitian citra Persamaan Indeks Vegetasi
fotografik dalam mengklasifikasikan
1. Untuk menghitung indeks vegetasi
sesuai dengan data lapangan. Validasi
Normalized Difference Vegetation
dilakukan dengan mengecek lokasi
Index (NDVI), dapat dilihat pada
yang di identifikasi citra sesuai tingkat persamaan 1.
produksi. Mencatat jumlah lokasi yang
2. Untuk menghitung indeks vegetasi
di klasifikasi dengan keadaan Green Normalized Difference
sebenarnya. Membuat confusion
Vegetation Index (GNDVI), dapat
matrix dan mencatat nilai-nilai
dilihat pada persamaan 2.
kedalam tabel.Analisis akurasi citra
3. Untuk menghitung indeks vegetasi
untuk mengetahui ketelitian hasil Visible Atmospherically Resistant
klasifikasi dengan data lapangan.
Index (VARIgreen), dapat dilihat
Persamaan yang digunakan dalam pada persamaan 3.
menghitung akurasi sebagai berikut
(Ekadiandita, 2008): Output
a. Prosedur menghitung User
Adapun output dari hasil
Accuracy
𝑧 penelitian ini adalah peta dasar hasil
𝑥 100% ………………(4) klasifikasi lahan sawah yang terdapat
𝑛 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑎
Keterangan: di desa Alatengngae, kecamatan
nfakta : jumlah koordinat validasi Bantimurung, kabupaten Maros.
Z : jumlah koordinat yang
terbukti pada validasi
b. Prosedur menghitung prosedur
Accurarasy
𝑧
𝑥 100% = 𝜋𝑟 2 …………..(5)
𝑛 𝑐𝑖𝑡𝑟𝑎
Keterangan:
n : Koefisien Persen matriks (%)
z : Jumlah koordinat yang
terbukti pada validasi
c. Prosedur menghitung Metode
Matriks:
𝑁 ∑𝑟𝑖=1 𝑥𝑖𝑖 −∑𝑟𝑖=1(𝑥 𝑖+ ∗𝑥 +1 )
𝐾𝑕𝑎𝑡 ...............
𝑁 2 −∑𝑟𝑖=1(𝑥 𝑖+ ∗𝑥 +𝑖 )
.....(6)
Keterangan:
Khat : Koefisien Persen Matriks
(%)
N : Jumlah Sampel Matriks
𝑟
∑𝑖=1 (𝑥𝑖+ ∗ 𝑥+𝑖 ):Perkalian dari
Penjumlahan antar baris
kolom matriks

208
Bagan Alir Penelitian Sebelum memasuki tahap
klasifikasi menggunakan software
pengolahan data citra, data hasil
pengukuran produksi panen di masukkan
kedalam kelas-kelas yang telah disedikan
oleh peneliti. Kelas tersebut dibagi
menjadi tiga kelas yaitu kelas produksi
rendah yaitu 2-5 ton/ha, untuk kelas
produksi sedang yaitu >5-8 ton/ha dan
untuk kelas produksi tinggi yaitu >8-10
ton/ha. Dari hasil pengukuran produksi
yang telah dilakukan, setiap petak sawah
memperoleh hasil yang berbeda. Dari 63
petak sawah yang menjadi data penelitian
terdapat 15 petak produksi rendah, 39
petak produksi sedang dan terdapat 9 petak
produksi tinggi. 63 petak sawah yang telah
diketahui nilai produksinya kemudian
dijadikan training area untuk klasifikasi
citra pada software.
hasil akhir dari klasifikasi.
Pengumpulan seluruh hasil klasifikasi
untuk menentukan hasil akhir disebut
aggregation.
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Persentase Tingkat Produksi Lahan
Sawah
Klasifikasi Hasil Pengukuran Lapangan Berdasarkan hasil perhitungan
tingkat produksi lahan sawah akan
1. Hasil Data Produksi Lahan Sawah diklasifikasi dengan kelas berbeda
Pada peta memperlihatkan 152 maka diperoleh persentase untuk setiap
petak (Gambar 5) memiliki luasan kelas sebagai berikut:
yang berdeda-beda. Pada lokasi ini
digunakan 63 petak sebagai titik Tabel 3. Hasil Identifikasi Tingkat
pengamatan data. Hasil data produksi Produksi Lahan Sawah
lahan sawah di bawah merupakan data
lapangan yang diperoleh dari hasil
produksi atau panen pada bulan
Agustus 2016.

Gambar 6. Diagram Persentase Tingkat


Produksi Lahan Sawah
Gambar 5. Peta Lahan Sawah dengan Dari data tersebut diketahui
Tingkat Produksi Petak bahwa persentase tertinggi dihasilkan
oleh kelas sedang. Jika dilihat dari

209
tingkat produksi lahan sawah, terdapat kelas rendah, sedang dan tinggi, diketahui
39 petak produksi sedang, peta hasil klasifikasi menunjukkan bahwa
dibangingkan dengan produksi rendah tidak semua kelas yang terklasifikasi
15 petak dan tinggi 9 petak. Maka, menghasilkan jumlah yang sama sebelum
hasil persentase kelas sedang dan sesudah proses klasifikasi. Untuk
merupakan persentase yang paling produksi rendah dari jumlah 15 petak
tinggi dibandingkan dengan kelas dihasilkan 14 petak, produksi sedang dari
rendah dan kelas tinggi. Selain itu, di jumlah 39 menghasilkan 32 petak,
lokasi penelitian pada lahan yang luas sedangkan produksi tinggi dari jumlah 9
pemupukannya tidak merata, dan menghasilkan 17 petak. Hal ini
mempengaruhi pada tingkat produksi menunjukkan pada proses klasifikasi
lahan sawah. terdapat kesalahan identifikasi kelas tinggi,
sedang dan rendah. Dalam klasifikasi
Klasifikasi Tingkat Produksi Lahan
warna dari tiap petak sawah berpengaruh
Sawah
pada proses klasifikasi dan pada saat
1. Peta Klasifikasi Tingkat Produksi melakukan training area dilakukan dengan
Lahan Sawah teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam
tahap klasifikasi
2. Hasil Data Klasifikasi Lahan Sawah
Berdasarkan hasil klasifikasi
tingkat produksi lahan sawah diperoleh
persentase pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Hasil Klasifikasi Tingkat
Produksi Lahan Sawah

Gambar 7. Peta Klasifikasi Tingkat


Produksi Lahan Sawah Desa Alatengngae
Pada penelitian ini, menggunakan
klasifikasi terpantau (supervised
classification) dengan metode maximum
likehood standard (peluang maksimum)
yang dilakukan pada software Arcgis 10.1.
Sebelum diolah kedalam software
pengolah data citra dilakukan tarining area
pada petak yang dijadikan penelitian. Gambar 8. Diagram Hasil Klasifikasi Luas
Training area dilakukan dengan Lahan Sawah Berdasarkan Tingkat
mengambil beberapa petak sawah yang Produksi Lahan Sawah
telah diketahui hasilnya dari data lapangan
Dibandingkan dengan data
yang selanjutnya digunakan untuk
lapangan yang telah diperoleh, persentase
memisahkan tingkatan suatu lahan sawah.
produksi sedang mengalami penurunan
Berdasarkan kelas yang telah ditentukan
dari 62% menjadi 51% begitupun pada
oleh peneliti yaitu untuk klasifikasi rendah
persentase produksi rendah turun dari 24%
memiliki produksi kisaran 2-5 ton/ha,
menjadi 22%. Namun pada pesentase
untuk sedang dengan kisaran produksi >5–
produksi tinggi mengalami kenaikan dari
8 ton/ha , sedangkan produksi tinggi antara
14% menjadi 27%. Hal ini membuktikan
>8-10 ton/ha.
bahwa, pada saat klasifikasi terdapat
Setelah dilakukan klasifikasi
beberapa petak yang teridentifikasi salah
terpantau (supervised classification) untuk
dari kenyataan di lapangan, dan

210
berpengaruh pada hasil persentase yang fisik akan memancarkan panjang
akan dihasilkan. gelombang yang sama atau hampir
sama. Dapat dilihat tingkat akurasi tiap
Hasil Validasi Data
tingkat produksi bervariasi. Tingkat
Berdasarkan data hasil pengukuran akurasi keseluruhan pada proses
lapangan pada lahan sawah serta hasil klasifikasi dapat dilihat pada hasil
produksi setelah klasifiksi, diperoleh nilai persentase overall accuracy yang
sebagai berikut mencapai 73,01 %. Hal ini
Tabel 5. Validasi Data Produktivitas Lahan menandakan bahwa klasifikasi tingkat
Sawah produski lahan sawah menggunakan
citra fotografik dapat diterima, hal ini
sesuai dendan pendapat Gallego (1995)
bahwa, tingkat ketelitian analisis citra
untuk deteksi areal lahan pertanian
diatas 70% dianggap sudah baik
Perhitungan Indeks Vegetasi Tanaman
Padi
1. Analisis Tingkat Akurasi Citra a. Normalized Difference Vegetation
Fotografik Index (NDVI)
Tabel 6. Persentase Tingkat Akurasi

Dari hasil validasi data


diperoleh persentasi produser accuracy
(untuk mengetahui tingkat akurasi Gambar 9. Citra landsat untukIndeks
berdasarkan fakta yang diperoleh di Vegetasi NDVI (a) Desa Alatengae
lapangan), dan user accuracy (sesuai Kecamatan Bantimurung, (b) Desa
dengan keinginan penelitian ketika Alatengae setelah dipotong, (c) Lokasi
dalam kelas sedang dan tinggi masih Penelitian
melenceng dari kelas yang telah di
tetapkan sebelumnya), ommision error b. Green Normalized Difference
(untuk mengetahui kesalahan yang Vegetation Index (GNDVI)
terjadi pada pembacaan citra dengan
melihat kenyataaan di lapangan),
commission error (untuk mengetahui
kesalahan yang terjadi pada proses
identifikasi citra yang dilakukan pada
perangkat lunak data raster dan
vektor). Validasi data digunakan untik
mengetahui tingakat ketelitian hasil
klasifikasi citra dengan data.
Berdasarkan Tabel 7, dapat Gambar 10. Citra Landsat 8 untuk Indeks
diketahui kesalahan (error) yang paling Vegetasi GNDVI (a) Desa Alatengae
sering terjadi dalam penelitian ini Kecamatan Bantimurung, (b) Desa
adalah mengkategorikan sedang Alatengae setelah dipotong, (c) Lokasi
menjadi tingkat produksi tinggi. Penelitian
Karena memiliki kemiripan bentuk

211
c. Visible Atmospherically Resistant 1. Indeks Vegetasi Penentuan Tingkat
Index (VARIgreen) Kehijauan Padi
Nilai indeks tersebut tentunya
mempengaruhi tingkat kehijauan yang
terdapat di lokasi penelitian.

Gambar 11. Citra Landsat 8 untuk Indeks Gambar 12. Grafik Hubungan Indeks
Vegetasi VARIgreen (a) Desa Alatengae Vegetasi NDVI dan Produksi Tanaman
Kecamatan Bantimurung, (b) Desa
Alatengae setelah dipotong, (c) Lokasi
Penelitian
Dari ketiga citra yang dihasilkan
memiliki perbedaan warna dan nilai yang
dihasilkan, ketigan indeks yang digunakan
merupakan indeks pendektesi kehijauan
pada lokasi penelitian. Indeks vegetasi Gambar 13. Grafik Hubungan Indeks
kehijauan terdeteksi pada nilai rentan 0,2- Vegetasi GNDVI dan Produksi Tanaman
0,8. Hal ini sesuai dengan pendapat
Munajat Nursaputra (2014) menyatakan,
pada umunya vegetasi yang hijau
terdeteksi pada nilai rentan antara 0,2 –
0,8. Nilai indeks ini dapat diklasifikasikan
untuk menentukan tingkat kerapatan
tutupan lahan, tingkat kehijauan suatu
tanaman tingkat kesehatan tanaman.
Pada Gambar 9. Yaitu citra Landsat Gambar 14. Grafik Hubungan Indeks
8 untuk indeks NDVI menunjukkan Vegetasi VARIgreen pada Citra Landsat 8
tingkat kehijauan yang rendah karena dan Citra Fotografik UAV
hanya memiliki nilai vegetasi paling Gambar di atas menunjukkan
rendah 0,095021 dan paling tinggi masing-masing R2 atau koefisien
0,796325. Begitu pula dengan kedua Citra determenasi yang diperoleh dari ke tiga
lainnya pada Gambar 10. Untuk nilai indeks vegetasi yang digunakan, terdapat
indeks vegetasi GDNVI menunjukkan 22 petak sawah yang dijadikan sampel
tingkat kehijauan yang rendah, hanya untuk dilihat seberapa besar tingkat
memiliki nilai vegetasi paling rendah kehijauan yang diperoleh lahan tersebut.
0,12766 dan paling tinggi 0,739743. Nilai Setelah itu di bandingkan produksi gabah
indeks vegetasi pada Gambar 11. yang di hasilkan pada petak yang dijadikan
Menunjukkan tingkat kehijauan rendah - sampel.
0,14798 dan paling tinggi 0,221513. Pada Gambar 12. yaitu hubungan
indeks vegetasi NDVI di lokasi penelitian
menghasilkan nilai R2=0,3812, yang
menunjukkan bahwa nilai kehijauannya

212
rendah. Begitu pulan pada Gambar 13. 2. Indeks Vegetasi Berdasarkan
Untuk indeks vegetasi GNDVI yang Varietas Padi
memiliki nilai R2=0.3164. Keduanya Varietas merupakan salah satu
menunjukkan tingkat vegetasi rendah.
komponen teknologi penting yang
Sedangkan Gambar 14. Untuk indeks mempunyai kontribusi besar dalam
vegetasi VARIgreen pada citra Landsat 8 mengingkatkan produksi dan
dan citra fotografik UAV menghasilkan pendapatan usahatani. Varietas padi
nilai R2=0,2985. merupakan sekelompok tanaman dari
Menurut Kusumawardani (2013), suatu jenis atau spesies tanaman yang
tanaman padi memiliki karakteristik yang
memiliki karakteristik ertentu seperti
khas. Pada awal pertumbuhan tanaman bentuk, pertumbuhan tanaman, daun,
padi areal sawah selalu digenangi dan bunga dan biji yang dapat
kenampakan yang dominan adalah membedakan dari jenis atau spesies
kenapampakan air (fase air). Seiring tanaman lain, dan apabila diperbanyak
dengan pertumbuhannya, kondisi lahan tidak mengalami perubahan.
sawah akan berubah didominasi oleh daun-
Pada lokasi penelitian, terdapat
daun padi (vase vegetatif). Pada saat beragam varietas padi. Terdapat enam
puncak pertumbuahan vegetatif terjadi varietas padi yang ditanam petani Desa
tingkat kehijaun yang tinggi disebabkan Alatengae. Akan tetapi peneliti hanya
oleh tingginya kandungan klorofil. Setelah mengambil tiga varietas sebagai data
masa tersebut, tingkat kehijauan akan penelitian yaitu varietas inpari 4, inpari
menurun, timbul bunga-bunga padi sampai
23 dan ciliwung. Dari ke tiga varietas
menguning (fase generatif). tersebut masing-masing dilihat indeks
Nilai R2 yang dihasilkan dari vegetasinya. Dan dari nilai indeks
ketiga indeks vegetasi yang digunakan vegetasi, diketahui bahwa indeks
peneliti tentu berpengaruh pada proses vegetasi yang paling tinggi nilainya
atau fase pertumbuhan padi sawah merupakan nilai yang cocok di
tersebut. Citra landsat 8 yang gunakan
gunakan untuk menlihat indeks
peneliti yaitu pada tanggal 24 Agustus vegetasi pada varietas tertentu.
2016, pada saat itu tanaman padi berumur Total petak yang diteliti yaitu
95 HST (hari setelah taman). Pada HST sembilan petak, dengan tiga varietas
tersebut sudah mulai tumbuh bulir padi inpari 4, tiga varietas inpari 23 dan tiga
dan warna padi mulai berubah menjadi petas varietas ciliwung. Varietas inpari
kuning. Menurut widjojo (2013), padi
4 terdapat pada petak 56, 153 dan 155.
yang berumur 75-90 atau 90-105 Sedang varietas inpari 23 terdapat pada
menandakan tanaman padi mendekati petak 78, 89 dan 151. Varietas
masa panen. Hal tersebut berpengaruh ciliwung terdapat pada petak 67, 128,
pada vegetasi tanaman padi tersebut. Ini dan 205. Terdapat perbedaan nilai
sesuai dengan pendapat Wahyunto (2006) indeks vegetasi pada setiap petak
menyatakan nilai indeks semakin tinggi
tersebut. Perbedaan tersebut
seiring dengan bertambahnya umur, dipengaruhi dari tingkat kehijauan
kemudian mencapai maksimum pada umur masing-masing petak dan kondisi padi
tertentu yaitu pada saat bunting (pinnacle tersebut.
initiation). Selanjutnya nilai indeks
vegetasinya semakin menurun selama fase
pengisian-pematangan bulir hingga
menjelang panen.

213
Varietas Inpari 4. (b) Grafik Hubungan
Indeks Vegetasi GNDVI dan Produksi
Gabah Pada Varietas Inpari 4. (c) Grafik
Hubungan Indeks Vegetasi VARIgreen
UAV dan Produksi Gabah pada Varietas
Inpari 4. (d) Grafik Hubungan Indeks
Vegetasi VARIgreen Landsat 8 dan
Produksi Gabah pada Varietas Inpari 4.
Indeks vegetasi untuk padi varietas
ciliwung memiliki nilai yang cukup tinggi
dibandingkan dengan varietas inpari 4 dan
inpari 23. Pada gambar 22 yaitu hubungan
indeks vegetasi menggunakan VARIgreen
Gambar 15. (a) Grafik Hubungan Indeks
citra Landsat 8 diperoleh nilai R2=1. Nilai
Vegetasi NDVI dan Produksi Tanaman
tersebut merupakan nilai tertinggi, dan
pada Varietas Inpari 23. (b) Grafik
indeks tersebut dapat digunakan untuk
Hubungan Indeks Vegetasi GNDVI dan
mengetahui tingkat kehijauan padi pada
Produksi Gabah pada Varietas Inpari 23.
varietas ciliwung.
(c) Grafik Hubungan Indeks Vegetasi
VARUgreen UAV dan Produksi Gabah KESIMPULAN DAN SARAN
pada Varietas Inpari 23. (d) Grafik
Hubungan Indeks Vegetasi VARIgreen Kesimpulan
Landsat 8 dan Produksi Gabah Varietas
Dari hasil evaluasi klasifikasi dan
Inpari 23.
data lapangan di peroleh kesimpulan
Grafik perbandingan indeks sebagai berikut :
vegetasi di atas menunjukkan bahwa nilai 1. Hasil klasifikasi terpantau
indeks vegetasi VARIgreen UAV Gambar menunjukkan persentase luasan area
(c) merupakan nilai tertinggi dari ketiga untuk produksi rendah 22%, produksi
indeks vegetasi lainnya. Nilai yang sedang 51% dan tinggi 27%.
diperoleh yaitu R2=0,8557, dari nilai 2. Hasil klasifikasi citra VAU
tersebut diketahui indeks ini baik menunjukkan produksi petakan sawah
digunakan untuk padi varietas 23. Karena dengan overall accuracy 73,01%.
dari ketiga indeks tersebut dapat 3. Indeks vegetasi yang terbaik dalam
mendekteksi nilai kehijauan yang tinggi. pendugaan produksi pada tingkat
varietas adalah indeks vegetasi
VARIgreen.
Saran
Penelitian ini dapat dilakukan
dengan pendekatan lain seperti analisis
ANN (Arctifical Neural Network) dan
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Irfan M. 2013. Kajian


Potensi Bionutrien Caf dengan
Penambahan Ion Logam Terhadap
Gambar 16. (a) Grafik Hubungan Indeks Pertumbuhan dan Perkembangan
Vegetasi NDVI dan Produksi Gabah Pada

214
Tanaman Padi. Universitas Kresna, Erie A. 2015. Pengembangan
Pendidikan Indonesia: Data Citra Satelit Landsat-8 untuk
Aini, Anisah. 2015. Sistem Informasi Pemetaan Area Tanaman
Geografis Pengertian dan Hortikultura dengan Berbagai
Aplikasinya. STIMIK A MIKOM: Metode Algoritma Indeks Vegetasi
Yogyakarta. (Studi Kasus: Kabupaten Malang
Azwir & Ridwan. 2009. Peningkatan dan Sekitarnya). Institiut
Produktivitas Padi Sawah dengan Teknologi Sepuluh Nopember:
Perbaikan Teknologi Budidaya. Surabaya.
Akta Agrosia, Vol. 12, No. 2 hlm Kusumawardani, Ratih., Widjojo S., dan
212-218 Juli-Des. Irmadi N. Inventarisasi Produksi
Cifor. (2014). Penginderaan Jauh Online: Padi Dengan Menggunakan Data
http://www.cifor.org. Retrieved. Citra Modis di Kabupaten Lebak,
Agustus 28. 2014. Provinsi Banten. Jurnal Globe
Dwi, Anang P., Wikanti A., dan Gathot W. Volume 15 No. 1 Juni 2013:12-22.
2014. Analisis Sebaran dan Loppies, R. 2010. Karakteristik dan
Kerapatan Mangrove Spesifikasi Satelit Landsat.
Menggunakan Citra Landsat 8 du Inderaja: Bandung.
Segara Anakan, Cilacap. Pusat Mustika, Nurwita S., & Dony K.
Pemanfaatan Penginderaan Jauh: Klasifikasi Penutup Lahan
LAPAN. Berbasis Obyek pada Data Foto
Faizal, Ahmad & Anshar, Muhammad untuk Mendukung Penyediaan
Amran. 2005. Model Transformasi Informasi Penginderaan Jauh
Indeks Vegetasi Yang Efektif Untuk Skala Rinci. Jurnal Penginderaan
Prediksi Kerapatan Mangrove Jauh. Vol. 11 No. 2, Desember
Rhizophora Mucronata. Institut 2014:114-127.
Teknologi Sepuluh Nopember; Nursaputra, Munajat. 2014. Deteksi
Surabaya. Tingkat Kesehatan Hutan Sebagai
Frananda, Hendry., Hartono., dan Heru Upaya Perlindungan dan
Retnadi Jatmiko. Komparasi Pelestarian Ekosistem Penting
Indeks Untuk Estimasi Stok Karbon Dalam Pengolaan Daerah Aliran
Hutan Mangrove Kawasan Segoro Sungai. Universitas Gadjah Mada;
Anak Pada Kawasan Taman Yogyakarta.
Nasional Asal Purwo Banyuwangi, Peasetyo, Dodik, Prabowo,. Bachri
Jawa Timur. Majalah Ilmiah Globe Syamsul., dan Setiabudi B.W.
Volume 17 No. 2 Desember Prediksi Perubahan Penggunaan
2015:113-123. Lahan dan Pola Berdasarkan Citra
G.E Bell., B.M. Howell., dan G.v. Landsat Multiwaktu Dengan Land
Johnson. Optical Sensing of Change Modeler (LCM) Idrisi
Turgrass Chorophyll Content and Selva 17: Studi Kasus Sub-Das
Tissue Nitrogen. Hort Science Brantas Hulu. Jurnal Pendidikan
39(5):1130-1132. 2004. Geografi Tahun 22, No. 1 Januari
I Made Parsa. Kajian Pendekatan Teori 2017 Hal: 32-48.
Probabilitas untuk Pemetaan Rahayu & Danang S.C. 2014. Koreksi
Lahan Sawah Berbasis Perubahan Radiometrik Citra Landsat-8 Kanal
Penutup Lahan Citra Landsat Multispektral Menggunakan Top of
Multiwaktu (Studi Kasus Daerah Atmosphere (TOA) untuk
Tanggamus, Lampung). Jurnal Mendukung Klasifikasi Penutupan
Penginderaan Jauh. Vol. 10, No. 2 Lahan. Pusat Teknologi dan Data
Desember 2013:113-121. Penginderaan Jauh. LAPAN.

215
Ramadhani, Yoniar H., Rokhmatulloh, Padi Sawah Melalui Analisis Citra
Aris P., dan Susanti R. Pemetaan Satelit. Informatika Pertanian Vol.
Pulau Kecil dengan Pendekatan 15.
Berbasis Objek Menggunakan
Data Unmanned Arial Vehicle
(UAV). Majalah Ilmiah Globe. Vol.
17, No. 2 Desember 2015:125-134.
Santi, R. C. (2011). Teknik Perbaikan
Kualitas Citra Satelit Cuaca
Dengan Sataid. Jurnal Teknologi
Informasi DINAMIK Volume 16,
101-109.
Shofiyanti, Rizatus. 2011. Teknologi
Pesawat Tanpa Awak untuk
Pemetaan dan Pemantauan
Tanaman dan Lahan Pertanian.
Informatika Pertanian, Vol. 20, No.
2, p: 58-64.
Sukojo, B. M., & Kustarto, H. (2002).
Perbaikan Geometrik Trase
Jaringan Jalan dengan
Menggunakan Teknologi
Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis. Makara
Sains, 136-141.
Suryo, Nanik H., Sayidah S., Junita
M.P., dan Hana L.F. Klasifikasi
Daerah Tercemar Limbah Acid
Sludge Menggunakan Metode
Spectral Maxture Analisis
Berbasis Data Landsat 8. Jurnal
Penginderaan Jauh. Vol. 12, No.
1 Juni 2015:13-28.
Susetyo, Imam & Setiono. 2013. Aplikasi
Penginderaan Jauh Untuk
Mendukung Sistem Manajemen
Lahan Perkebunan Yang
Berkelanjutan di Perkebunan
Karet. Balai Penelitian Gates, Jl,
Patimura Km 6, Kotak Pos 804
Salatiga 20702. Warta Perkaretan,
32(2), 205-113.
Via, Mei Savitri., Sudarwati Henri., dan
Hermanto. 2012. Pengaruh Umur
Pemotongan Terhadap
Produktivitas Gamal (Glir-icidia
sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan 23 (2): 25-35.
Widago, Wahyunto & Bambang H. 2006.
Pendugaan Produktivitas Tanaman

216

Anda mungkin juga menyukai