Anda di halaman 1dari 28

BAB II

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Acara 1. Pengenalan Jenis dan Gejala Serangan Hama-hama Penting


Tanaman Pangan/Hortikultura/Perkebunan

1. Burung Pemakan Biji : Burung Emprit


Keterangan:
1. Paruh
2. Mata
3. Sayap
4. Ekor
5. Kaki
6. Kepala
7. Abdome
n

Gambar 1.1 Burung Emprit (Lonchura leucogastroides)

Gambar 1.2 Gejala Serangan Burung Emprit


Sistematika :
Ordo : Passeriformes
Famili : Estrildidae
Genus/Spesies : Lonchura punctulate
Deskripsi : Burung emprit (Lonchura punctulate) dapat disebut
Morfologi Hama juga sebagai burung bondol jawa. Burung ini
menyerang tanaman padi ketika sudah muncul
bijinya. Burung bondol jawa mempunyai tubuh yang
padat dan berukuran kecil yaitu sekitar 10-11 cm
dengan berat 9-10 gram. Menurut Wicaksana et al.
(2020), spesies ini memiliki ciri tubuh yang
didominasi warna coklat, tidak ada coretan kotor,
bagian muka dan dada atas berwarna hitam,
sementara itu perut dan bagian rusuk berwarna putih
dengan ekor berwarna coklat gelap. Paruh burung
emprit mempunyai bentuk pendek dan runcing, serta
pipih dengan panjang paruh atas dan bawahnya
hampir sama yang digunakan untuk menghancurkan
biji-bijian yang ditelannya. Burung emprit
mempunyai bentang sayang kurang lebih 16 cm
dengan kemampuan terbang rendah dan mudah
mengepakkan sayap seperti melompat dengan
jangkauan yang cukup panjang. Bentuk kaki dari
burung ini adalah ramping dan kecil serta jumlah
jarinya ada 4 dengan posisi 3 jari di depan dan 1 jari
di belakang sehingga memudahkan burung untuk
berengger pada batang.
Deskripsi Gejala : Burung emprit (Lonchura punctulate) menyerang
Serangan tanaman padi dengan cara mematuk atau memekan
biji padi yang telah tumbuh. Serangan ini
menimbulkan gejala berupa malai tidak memiliki
spikelet, bulir padi menjadi kering, biji yang hampa
atau kosng, serta banyaknya biji yang hilang karena
rontok. Burung emprit juga mengakibatkan tangkai
buah rusak dan patah sehingga biji padi berjatuhan.
Menurut Noer et al (2020), burung emprit aktif
menyerang padi pada pagi hingga sore hari terutama
pada tanaman padi dalam fase pematangan susu
sampai terbentuknya bulir dengan kisaran umur
tanaman 88-112 hari setelah tanam.
2. Siput Pemakan Padi : Keong Mas
Keterangan:
1. Tentakel
panjang
2. Mulut
3. Kaki
4. Cangkan
g
5. Tentakel
pendek
6. Mata

Gambar 1.3 Keong Mas (Pomacea canaliculata L.)

Gambar 1.4 Gejala Serangan Keong Mas


Sistematika :
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullaridae
Genus/Spesies : Pomacea canaliculata L.
Deskripsi : Keong mas (Pomacea canaliculata L.) yang selalu
Morfologi Hama ada di lokasi pertanaman padi termsuk dalam salah
satu hama yang menyebabkan kerusakan. Menurut
Jatmiko et al. (2022), ciri utama keong mas adalah
memiliki cangkang bulat asimetris terpilin dan
mengerucut dengan letak puncuk pada bagian dorsal
berwarna kekuning kuningan. Cangkangnya
berwarna kekuningan seperti emas hingga coklat
dimana warna dinding dalam mulut cangkang sama
dengan dinding luarnya. Cangkang berbentuk bulat
dengan ketinggian yang mencapai lebih dari 10 cm.
Dinding cangkang tebal, sulur tinggi dan runcing,
seluk akhir membulat dengan jumlah seluk 5-6 buah,
dan pusat cangkang berbentuk celah. Bagian mulut
cangkang keong mas terdapat penutup (operculum)
yang tebal dan kaku, berbentuk bulat, serta berwarna
coklat kehitaman pada bagian luar dan berwarna
coklat kekuningan di bagian dalam. Mulut keong mas
sendiri berada diantara tentakel bibir dan memiliki
radula, yaitu lidah yang memiliki beberapa baris duri
yang pada setiap barisnya terdiri dari 7 duri. Tipe
mulut dari keong mas termasuk dalam tipe penggigit
dan pengunyah. Bagian kepala keong mas
mempunyai 2 tentakel yang letaknya dekat dengan
mata. Keong mas juga memiliki kaki yang berbentuk
segitiga yang berukuran kecil pada bagian
belakangnya.
Deskripsi Gejala : Keong mas (Pomacea canaliculata L.) merusak
Serangan tanaman padi dengan cara memarut jaringan tanaman
dengan baris baris duri di lidah dan memakannya
sehingga menyebabkan kerusakan pada batang,
tangkai, dan helai daun padi dengan meninggalkan
bekas gigitan pada daun, batang muda terpotong-
potong, hingga hilangnya bibit di pertanaman. Hama
keong mas mulai menyerang tanaman padi ketika
masih pada tahap perssemaian hingga tanaman sudah
dipindahkan ke sawah. Menurut Suarmustika et al.
(2018), serangan hama keong mas dapat sering
dialami pada persemaian hingga tanaman berumur
dibawah empat minggu setelah tanam.
3. Nematoda Pemakan Akar Tanaman : Puru Akar
Keterangan:
1. Mulut
2. Faring
3. Cincin syaraf
4. Usus
5. Pseudoselom
6. Anus
7. Lubang
Betina Jantan tempat masuk
sperma dan
keluarnya sel
telur
8. Kutikula
9. Ovarium
Gambar 1.5 Nematoda (Meloidogyne spp.)

Gambar 1.6 Gejala Serangan Nematoda Penyebab Puru Akar


Sistematika :
Ordo : Tylenchida
Famili : Meloidogynidae
Genus/Spesies : Meloidogyne spp
Deskripsi : Nematoda (Meloidogyne spp) betina memiliki bentuk
Morfologi Hama seperti botol bersifat endoparsit tidak terpisah
(sendentary) dengan warna yang transparan.
Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara
0,3-0,4 mm. Tipe mulut penusuk penghisap dengan
stilet yang lemah dengan panjang 12-15 µm,
melengkung kearah dorsal dan pangkal knopnya
jelas. Nematoda betina dewasa mempunyai leher
pendek dan tidak berekor. Memiliki pola yang jelas
pada sitasi yang terletak di sekitar vulva dan anus,
disebut dengan pola perineal yang dapat digunakan
untuk identifikasi jenisnya.
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang dan
memiliki pergerakan lambat di dalam tanah. Panjang
tubuh nematoda jantan bervariasi dengan panjang
makasimum 2 mm, sedangkan perbandingan antara
panjang tubuh dan lebarnya mendekati 45.
Kepalanya tidak berlekuk, panjang stilet atau alat
pencabik hampir dua kali panjang stilet betina.
Bagian belakang dapat berputar 180 ° dan memiliki
1-2 testis.
Deskripsi Gejala : Gejala kerusakan pada akar tanaman akibat gigitan
Serangan nematoda (Meloidogyne spp.) ditandai dengan
adanya puru akar atau mucul benjolan-benjolan pada
akar. Serangan nematoda dimulai saat nematoda
dewasa terus-menerus bergerak tiap detik, tiap jam,
tiap hari, dan menetap di sekitar akar dan dalam
gerakan-gerakan tersebut nematoda menggigit dan
menginjeksi air ludah pada bagian akar tanaman.
Menurut Santo et al. (2019), gejala puru akar atau
bengkak pada akar dapat mengganggu proses
pengangkutan unsur hara dari dalam tanah menuju
bagian jaringan yang berada di atas permukaan tanah
karena akar yang terinfeksi memiliki ukuran lebih
kecil dan pendek. Nematoda puru akar ini termasuk
dalam parasite obligat yang tidak hanya
menyebabkan pembengkakan akar dan pendek akar.
Menurut Khotimah et al. (2020), gejala kerusakan
akibat nematoda ini adalah puru akar yang diikuti
oleh gejala khlorosis pada daun serta tanaman
menjadi kerdil.
4. Cordata : Tikus Sawah
Keterangan:
1. Telinga
2. Misae dan hidung
3. Mata
4. Mulut
5. Kaki depan 4 jari
6. Kaki belakang 5
jari
7. Ekor

Gambar 1.7 Tikus Sawah (Rattus argentiventer)

Gambar 1.8 Gejala Serangan Tikus Sawah


Sistematika :
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus/Spesies : Rattus argentiventer
Deskripsi : Tikus sawah (Rattus argentiventer) memiliki ciri
Morfologi Hama tubuh yang hampir sama dengan tikus rumahan
namun telinga dan ekor tikus sawah memiliki ukuran
yang lebih pendek. Ekor tikus sawah lebih pendek
jika dibandingkan dengan ukuran panjang kepala
hingga badannya. Tubuh bagian dorsal berwarna
coklat dengan bercak hitam pada rambut-rambutnya,
hingga memberi kesan berwarn abu-abu. Daerah
abdominal, tenggorokan, dan ingunal berwarna putih,
dan sisa bagian bawahnya dan bagian lainnya
berwarna putih keabu-abuan. Warna permukaan atas
kaki sama dengan warna badan dan banyak yang
berwarna coklat gelap pada bagian tarsal dan karpal.
Ekornya berwarna gelap pada bagian atas maupun
bawahnya. Menurut Priyatno dan Sulaiman (2021),
tikus sawah memiliki ciri yang membedakannya
dengan spesies tikus lainnya yaitu pada bagian
tengah-tengah tubuh bagian bawah terdapat garis
hitam. Tikus sawah betina memiliki 12 puting susu.
Tipe alat mulut dari tikus sawah adalah penggigit
pengunyah.
Deskripsi Gejala : Tikus sawah (Rattus argentiventer) menyerang
Serangan tanaman padi saat masa padi bunting atau
mengandung bulir. Tikus sawah akan merusak titik
tumbuh atau memotong pangkal batang serta
memakan bulir padi. Gejala serangan dapat terlihat
jelass dengan rubuhnya tanaman padi yang diserang
dari tengah petak kemudian meluas kea rah pinggir
sawah. Menurut Siregar et al. (2020), tingginya
intensitas kerusakan tanaman padi akibat serangan
tikus terjadi karena tikus memiliki kemampuan yang
lebih dibandingkan kelompok hama lainnya, yaitu
memiliki mobilitas atau perpindahan yang tinggi,
merusak pada semua stadia pertumbuhan,
memerlukan waktu yang singkat dalam merusak
tanaman. Pada tingkat serangan tinggi tikus dapat
merusak semua rumpun padi dan hanya menyisakan
1-2 baris rumpun padi pada bagaian pinggir sawah.

5. Serangga : Belalang
Keterangan:
1. Antena
2. Mata
3. Sayap
4. Abdome
n
5. Thorax
6. Kepala

Gambar 1.9 Belalang (Valanga nigricornis (Burm))

Gambar 1.10 Gejala Serangan Belalang


Sistematika :
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus/Spesies : Valanga nigricornis (Burm)
Deskripsi : Belalang kayu (Valanga nigricornis (Burm))
Morfologi Hama memiliki bagian tubuh yang terdiri dari kepala,
dada (thorak), dan perut (abdomen). Menurut
Sumayanti (2021), belalang memiliki sepasang
antenna pada kepala, dua pasang sayap serta tiga
pasang kaki. Kaki belalang bagian belakang lebih
Panjang dari kaki bagian depah, hal ini karena
kaki bagian belakang digunakan untuk melompat
dengan jangkauan jauh dan tinggi sedangkan kaki
depan digunakan untuk jalan. Tipe mulut dari
belalang adalah penggigit pengunyah karena
memiliki mandible. Sayap belalang bagian depan
seperti mika dengan vena-vena (tegmina)
sedangkan sayap belakangnya lebar dengan
banyak vena.
Tipe Metamorfosis : Metamorfosis tidak sempurna, metamorfose
bertipe sederhana (paurometabola)
Deskripsi Gejala : Gejala serangan yang ditimbulkan dengan adanya
Serangan hama belalang adalah adanya bekas gigitan berupa
sobekan bergerigi yang tak beraturan pada daun
tanaman padi yang diserang. Menurut Hadi et al.
(2019), gejala serangan belalang terkadang sulit
dibedakan dengan gejala serangan ulat namun
pada dasarnya gejala serangan belalang
meninggalkan bekas yang bergerigi pada daun
sedangkan ulat lebih halus. Pada serangan yang
hebat pada tanaman padi yang diserang tinggal
terlihat tulang daunnya saja. Serangan berat juga
dapat menyebabkan gejala hopperburn atau
terbakarnya areal pertanaman padi sawah.
6. Serangga : Penggerek Batang Padi Kuning
Keteranga
n:
1. Antena
2. Mata
3. Mulut
4. Kaki
5. Sayap
6. Kapala

Gambar 1.11 Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas Wlk.)

Sundep

Beluk
Gambar 1.12 Gejala Serangan Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga
incertulas Wlk.)
Sistematika :
Ordo : Lepidoptera
Famili : Crambidae
Genus/Spesies : Scirpophaga incertulas Wlk.
Deskripsi : Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga
Morfologi Hama incertulas Wlk.) merupakan salah satu hama yang
banyak ditemukan pada tanaman padi. Pada fase
hidup telur penggerek batang padi kuning
memiliki bentuk bulat lonjong dan tertutup oleh
bulu-bulu halus berwarna kekuningan. Pada fase
kehidupan larva, penggerek batang padi kuning
memiliki tubuh yang berwarna kekuningan
dengan kepala yang berwarna coklat dan ruas
abdomen atau perutnya berwarna putih. Panjang
tubuh larva penggerek batang padi kuning sekitar
15-25 mm dan terdiri dari 6 nistar. Pada fase
kehidupan pupa panjang tubuhnya berkisar 15-25
mm dengan warna coklat kekuningan dan
bentuknya bulat serta labrumnya tidak memiliki
sekat. Menurut Armando et al. (2020), pada fase
kehidupan imago atau penggerek batang padi
kuning dewasa yang betina memiliki sayap
berwarna kuning jerami dengan bintik hitam yang
tampak jelas sedangkan pada imago jantan
berwarna bintik bintik hitam ditengah sayap
tampak samar. Panjang sayap jika membuka 21
mm pada penggerek batang padi kuning dan
sebesar 30 mm untuk betina. Tipe mulut serangga
dewasa adalah penghisap sedangkan tipe mulut
pada fase larva adalah penggigit.
Tipe Metamorfosis : Metamorfosis bertipe sempurna (Holometabola)
Deskripsi Gejala : Gejala serangan dari Penggerek Batang Padi
Serangan Kuning (Scirpophaga incertulas Wlk.) dikenal
dengan sundep dan beluk. Gejala sundep terjadi
pada fase vegetatif yang disebabkan oleh larva
dari penggerek batang padi kuning menggerek di
dalam pangkal batang sehingga menyebabkan
daun menggulung dan batang yang diserang mati,
namun tanaman masih dapat memunculkan
kembali batang yang baru. Gejala sundep sendiri
sering dilhat dengan titik tumbuh tanaman padi
yang mati kering seperti gambar pada contoh
gejala kerusakan. Gejala yang ditimbulkan dari
penggerek batang padi kuning juga dapat berupa
malai putih hampa atau lebih dikenal dengan
gejala beluk. Menurut Uguy et al. (2021), Beluk
merupakan gejala serangan pada stadia generatif
yang menyebabkan muncul malai putih dan
hampa tidak berisi.
7. Serangga : Penghisap Batang Padi
Keterangan:
1. Mata
2. Antena
3. Thorax
4. Kaki
5. Abdome
n
6. Sayap

Gambar 1.13 Penghisap Batang Padi (Nilaparvata lugens)


Gambar 1.14 Gejala Serangan Penghisap Batang Padi
Sistematika :
Ordo : Homoptera
Famili : Delphacidae
Genus/Spesies : Nilaparvata lugens
Deskripsi : Hama penghisap batang padi merupakan hama
Morfologi Hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) yang memiliki
tipe mulut pencucuk pengisap yang rostumnya
muncul dari bagian posterior kepala. Menurut
Afrizal et al. (2021), wereng coklat memiliki alat
mulut tipe menusuk dan mengisap yang
dilengkapi dengan stilet. Sayap wereng coklat
memiliki tekstur yang seragam dan sayap bagian
belakang bersifat membranus dan sedikit tumpeng
tindih. Wereng dewasa memiliki Panjang badan
2,6-2,9 mm dengan warna kehitaman dan
bergerak dengan berjalan dan terbang.
Tipe Metamorfosis : Metamorfosis tidak sempurna, metamorfose
bertipe sederhana (paurometabola).
Deskripsi Gejala : Penghisap batang padi (Nilaparvata lugens) yang
Serangan menyerang tanaman padi akan mengakibatkan
daun dan batangnya berlubang-lubang yang
kemudian batang tersebut kering hingga akhirnya
mati. Wereng coklat yang menyerang pada fase
generatif akan menyebabkan gagal panen,
sedangkan jika menyerang pada fase vegetatif
akan menularkan virus ke tanaman padi, yaitu
virus kerdil hampa padi dan virus kerdil rumput
padi. Menurut Agustian (2020), serangan wereng
batang coklat akan lebih berat jika ham aini
membawa virus yang ditularkan dengan
menginjeksi sel tanaman yang pada akhirnya
serangan berat ini mengakibatkan puso atau
kegagalan panen.
8. Serangga : Penghisap Bulir Padi
Keteranga
n:
1. Mata
2. Antena
3. Kepala
4. Kaki
5. Badan
6. Sayap

Gambar 1.15 Walang Sangit (Leptocorisa oratorius L.)

Gambar 1.16 Gejala Serangan Walang Sangit (Leptocorisa oratorius L.)


Sistematika :
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus/Spesies : Leptocorisa oratorius L.
Deskripsi : Walang sangit (Leptocorisa oratorius L.)
Morfologi Hama merupakan salah satu hama yang menyerang
tanaman padi (Oryza Sativa). Walang sangit
memiliki ciri bentuk tubuh langsing dan
memanjang dengan ukuran 1,5-2 cm. Memiliki 3
pasang kaki dan 2 pasang sayap (satu pasang tebal
dan satu pasang seperti selaput). Badan dan sayap
walang sangit berwarna hijau ketika muda dan
berwarna coklat setelah dewasa. Tipe mulut dari
walang sangit sendiri adalah tipe penusuk dan
penghisap dengan adanya belalai proboscis yang
berguna untuk menghisap cairan tumbuhan.
Bentuk perut dari walang sangit jantan tampak
agak bulat atau tumpul sedangkan walang sangit
betina terlihat meruncing. Walang sangit memiliki
ciri khas yaitu mengeluarkan aroma yang
menyengat. Menurut Paputungan et al. (2020),
perbedaan antara walang sangit jantan dan betina
ada pada ujung ekor (abdomen) dimana yang
jantan terlihat agak bulat sedangkan betina terlihat
lancip dan lebih besar.
Tipe Metamorfosis : Metamorfosis walang sangit tidak sempurna atau
bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam
perkembangannya melalui stadia mulai dari telur
menjadi nimfa dan kemudian menjadi dewasa.
Deskripsi Gejala : Walang sangit menyerang tanaman padi (Oryza
Serangan Sativa) dengan cara menghisap butir-butir padi
yang masih cair serta tangkai bunga pada fase
pengisian bulir pengisian bulir padi menjadi tidak
sempurna. Menurut Bajber et al. (2020), walang
sangit menyerang pertanaman padi mulai padi
berbungan hingga panen dan akibat serangan
tersebut menyebabkan gabah hampa. Kulit biji
yang telah dihisap akan berubah warna menjadi
kehitam hitaman akibat bekas tusukan dari walang
sangit. Berubahan warna tersebut diakibatkan oleh
mikroorganisme berupa virus atau jamur pada
walang sangit yang menginfeksi bulir padi.
9. Serangga : Kutu Penghisap/vektor virus
Keterangan:
1. Mulut
2. Palpus
3. Kaki
4. Antena
5. Abdomen
6. Cepalothor
ax

Gambar 1.17 Hama Kutu Daun Persik (Myzus persicae)

Gambar 1.18 Gejala Serangan Kutu Daun Persik


Sistematika :
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Genus/Spesies : phis gossypii Glover
Deskripsi : Hama kutu daun persik (Myzus persicae) dapat
Morfologi Hama kutu bersayap (alatae) dan tidak bersayap
(apterae). Kutu daun yang bersayap berwarna
hitam sedangkan kutu yang tidak bersayap
berwarna merah, kuning, hijau, atau kuning hijau.
Kutu daun memiliki antenna di sepanjang tubuh,
baik pada fase nimfa maupun pada fase imago.
Bentuk kepala berlekuk hampir membentuk huruf
W dengan bentuk ekor yang melebar dan
meruncing. Kutu daun memiliki ukuran kecil
sekitar 0,6-3 mm dengan kehidupan yang
berkelompok dari berbagai instar. Bentuk comicle
sedikit menggelembung di bagian bawah. Tipe
alat mulut hama kutu daun persik ini adalah
penusuk penghisap.
Tipe Metamorfosis :
Deskripsi Gejala : Gejala yang ditimbulkan oleh serangan kutu daun
Serangan persik berupa bercak kering pada daun dan
menyebabkan tanaman menering, keriput, tumbuh
kerdil, warna daun kekuningan, terpelintir, layu,
dan mati. Menurut Suhardjadinata et al (2019),
serangan kutu daun persik dapat menyebabkan
daun kering dan pucuk daun mengkerut yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman.
Kutu daun menyerang dengan cara mengisap
cairan daun muda serta bagian tanaman yang lebih
muda (pucuk tanaman). Menurut Muzuna et al.
(2021), tanda awal yang terlihat ketika tanaman
terserang kutu daun persik adalah dengan
banyaknya semut pada tanaman tersebut karena
hama kutu daun persik menghisap cairan daun dan
mengeluarkan semacam zat gula yang
mengundang semut.
10. Serangga : Lalat Pengorok Daun
Keterangan:
1. Mata
2. Antena
3. Prathorax
4. Sayap
5. Kaki
6. Abdomina
l segmen

Gambar 1.19 Lalat Pengorok Daun (Liriomyza sp.)

Gambar 1.20 Gejala Serangan Lalat Pengorok Daun


Sistematika :
Ordo : Diptera
Famili : Agromozidae
Genus/Spesies : Liriomyza sp.)
Deskripsi : Imago lalat pengorok daun berukuran sekitar 2
Morfologi Hama mm. Bagian dorsal berwarna gelap, sedangkan
skutelumnya berwarna kuning terang. Imago
betina memiliki ovipositor yang berkembang
sempurna sebagai pembeda dari imago jantan.
Lalat pengorok daun termasuk dalam jenis larva
apoda dan pupa coartata. Menurut Tampubolon et
al. (2018), identifikasi tingkat spesies lalat
penggerek daun sulit dilakukan karena ukuran
tubuhnya kecil serta pada setiap kemiripan
diantara spesies. Tipe mulut lalat pengorok daun
adalah penusuk penghisap.
Tipe Metamorfosis : Pengorok daun termasuk serangga yang
bermetamorfosis sempurna yaitu terdiri dari empat
fase pertumbuhan : telur, larva, pupa dan imago
Deskripsi Gejala : Lalat pengorok daun menyerang dengan
Serangan menusukkan ovipositor pada daun yang muda.
Menurut Ardjanhar et al (2017), kerusakan akibat
Liriomyza sp dibedakan menjadi dua yaitu
kerusakan langsung dan tidak langsung.
Kerusakan langsung disebabkan oleh larva
sedangkan tidak langsung disebabkan oleh
patogen tular tanah. Lalat pengorok daun dapat
ditemukan di berbagai jenis tanaman sehingga
sangat memungkinkan terbentuk banyak spesies.
11. Serangga : Lalat Buah
Keterangan:
1. Mata
2. Antena
3. Sayap
4. Ujung abdomen
5. Kaki
6. Thorax

Gambar 1.21 Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)


Gambar 1.22 Gejala Serangan Lalat Buah
Sistematika :
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus/Spesies : Dacus sp.
Deskripsi : Larva lalat buah berwarna putih dengan larva
Morfologi Hama berjenis apoda dan pupa berjenis coartata. Lalat
buah memiliki tiga bagian tubuh, yaitu caput,
torak, dan abdomen. Kepalanya berbentuk bulat
lonjong. Lalat buah juga memiliki tiga pasang
tungkai pada ruas-ruas toraknya. Menurut Fitriah
et al. (2019), lalat buah memiliki dua sarap
dimana sayap belakang berfungsi sebagai alat
keseimbangan yang biasa disebut halter. Bagian
perut lalat buah terdapat bercak garis berwarna
hitam dan kuning pada dorsal skutelum.
Tipe Metamorfosis : Lalat buah mengalami metamorfosis sempurna
dari telur, larva (belatung), pupa dan akhirnya
menjadi serangga dewasa (imago).
Deskripsi Gejala : Gejala awal ditandai dengan terlihatnya noda-
Serangan noda kecil berwarna coklat kehitaman bekas
tusukan ovipositor. Noda tersebut akan
berkembang menjadi luas. Menurut Setlight et al.
(2019), pada daging buah terjadi perubahan warna
dan pada bagian yang terserang akan menjadi
lunak. Larva lalat memakan daging buah,
sehingga buah menjadi busuk sebelum masak.
12. Serangga : Kumbang Tanduk
Keteranga
n:
1. Tanduk
2. Antena
3. Mata
4. Kaki
5. Sayap

Gambar 1.23 Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)

Gambar 1.24 Gejala Serangan Kumbang Tanduk


Sistematika :
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus/Spesies : Oryctes rhinoceros
Deskripsi : Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) memiliki
Morfologi Hama keberagaman dalam ukuran dan warna, tetapi
umumnya berwarna coklat tua kehitaman.
Menurut A'yunin (2019), kumbang tanduk
memiliki tubuh yang kokoh, berbentuk oval atau
memanjang, serta memiliki elytra tidak sangat
kasar. Antenna membentuk benjolan gada
panjang, 8-11 ruas. Mempunyai tanduk pada
kepala/pronotum. Dewasa aktif pada malam hari
dan tertarik cahaya. Induk meletakkan telur dekat
daun-daun yang mulai membusuk atau tempat-
tempat yang tersembunyi. Berpupa dekat pangkal
batang. Larva menyukai tempat-tempat yang tidak
berlempung, sebagai perusak akar. Hampir semua
fase dewasa bertindak sebagai hama, khususnya
pada tanaman keras (kelapa, kakao, sagu, dll).
Larva kumbang tanduk memiliki ukuran sebesar
pisang susu, berwarna putih kelabu, ditutup
rambut-rambut coklat sedikit. Pupa kumbang
tanduk terbungkus bahan yang terbentuk dari
tanah serta daun dan ranting pohon.
Tipe Metamorfosis : Oryctes rhinoceros yang menyerang pertanaman
kelapa sawit ini mengalami metamorfosis
sempurna (holometabola) yang melewati stadia
telur, larva, pupa dan imago.
Deskripsi Gejala : Kumbang ini membuat lubang kosong di dalam
Serangan pupus daun yang belum membuka, dimulai dari
pangkal pelepah. Pupus yang terserang terbuka
maka terlihat tanda serangan berupa potongan
simetris dikedua sisi pelepah daun tersebut.
Kumbang jantan maupun betina dapat menyerang
kelapa sawit selama hidupnya, yang dapat
mencapai umur 6-9 bulan, kumbang berpindah
pindah dari satu tanaman ke tanaman lain setiap 4-
5 hari, sehingga seekor kumbang dapat merusak
6-7 pohon/bulan. Menurut Ridho et al (2018),
kumbang tanduk hanya meninggalkan tempat
bertelurnya pada malam hari untuk menyerang
pohon kelapa sawit. Kumbang tanduk Oryctes
rhinoceros hinggap pada pelepah daun agak
muda, kemudian mulai menggerek ke arah titik
tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan
dapat mencapai 4,2 cm dalam sehari.
13. Tungau : Tungau Merah pada Caisim
Keterangan:
1. Mulut
2. Mata
3. Kaki
4. Abdomen
5. Kepala

Gambar 1.25 Tungau merah (Tetranychus urticae)

Gambar 1.26 Gejala Serangan Tungau merah


Sistematika :
Ordo : Acarina
Famili : Tatranychidae
Genus/Spesies : Tetranychus urticae
Deskripsi : Siklus hidup tungau ini terdiri dari telur, larva,
Morfologi Hama nimfa (protonimfa dan deutonimfa) dan dewasa.
Telur umumnya diletakkan pada permukaan
bawah daun tapi terkadang juga pada permukaan
atas daun bila populasi tunga berlimpah. Telur
berbentuk bulat seperti bola dan saat baru
diletakkan berwarna putih bening. Larva dan
nimfa berwarna hijau kekuningan dengan bintik
gelap pada bagian samping atas. Menurut
Widhiarti (2017), tungau ini berukuran kurang
dari 1 mm, biasanya berwarna merah, hijau,
orange atau kuning. Tungau dewasa umumnya
berwarna merah atau merah kekuningan. Warna
tubuh imago terkadang dipengaruhi oleh tanaman
inangnya. Tungkai berwarna kekuningan. Imago
betina memiliki lama hidup yang lebih panjang
dibandingkan imago jantan. Tingkat fekunditas
bervariasi dan dipengaruhi oleh suhu.  Imago
jantan berkembang lebih cepat dari pada betina.
Tipe Metamorfosis : Metamorfosis nya tidak sempurna dengan tipe
metamorphose hemimetabolisme karena dari telur,
kemudian menetas menjadi hewan muda,
kemudian menyempurnakan diri menjadi hewan
dewasa.
Deskripsi Gejala : Daun terluka akibat serangan tungau merah
Serangan mempunyai laju fotosintesis yang rendah,
transpirasi meningkat, dan kadar klorofil rendah.
Luka akibat serangan tungau merah menyebabkan
bintik-bintik pada daun dan daun berubah. Gejala
awal dari serangan tungau merah adalah adanya
bintik-bintik berwarna kuning pada bagian dasar
daun, selanjutnya ke tulang daun utama. Menurut
Ratonamo (2021), tungau merah merusak sel-sel
mesofil dan mengisap isi sel, termasuk klorofil.
Pada saat populasi berkembang, tungau menyebar
ke seluruh daun, termasuk permukaan atas daun,
dan bintik-bintik kuning menyebar ke seluruh
daun, yang menyebabkan daun berwarna
kemerahan seperti karat. Pada serangan parah,
daun bagian tengah dan bawah akan rontok,
selanjutnya serangan mengarah ke bagian pucuk.

DAFTAR PUSTAKA
Afrizal M, Choiriyah D, Febriana D et al. 2021. Strategi pengendalian hama
wereng di Desa Pagedangan Udik. J Adibrata 3(1): 154-158.
Agustian A. P. 2020. Kepadatan populasi dan intensitas serangan wereng batang
coklat (Nilaparvata Lugens. Stal) pada budidaya padi pandanwangi
dengan penerapan organik dan anorganik. J Pro-Stek 2(1): 49-56
Ardjanhar A, Muharni M. 2017. Inventarisasi hama pada tanaman hortikultura di
taman agroinovasi Bptp Sulawesi Tengah.
Armando R, Yunita, W. 2020. Eksplorasi penggerek batang padi dan parasitoid di
balai Benih Induk (Bbi) Sukajaya. J Gema Agro 25(1): 53-63.
A'yunin, N. Q. 2019. Keanekaragaman serangga aerial di perkebunan apel
semiorganik Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Dan Desa
Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang (Doctoral
Dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Bajber N, Toana M, Asrul, A. 2020. Populasi walang sangit Leptocorisa Acuta
Thunberg. (Hemiptera: Alydidae) serta produksi dua varietas tanaman padi
Di Kecamatan Toribulu. Agrotekbis: E-J Ilmu Pertanian 8(6): 1274-1282.
Fitriah E, Sahrir D, Umami, M. 2019. Panduan Praktikum Zoologi Avertebrata.
Hadi M, Santosa S, Siswadi S. 2019. Inventarisasi hama akibat perlakuan macam
pupuk kandang terhadap tiga jenis padi (Oryza Sativa L.). Innofarm: J
Inovasi Pertanian 21(1): 7-13.
Jatmiko E, Sulaiman E, Santoso S et al. 2022. Keanekaragaman mollusca yang
terdapat di Kecamatan Batik Nau Kabupaten Bengkulu Utara. J Riset Dan
Inovasi Pendidikan Sains (Jrips) 1(1): 1-9.
Khotimah N, Wijaya I, Sritamin M. 2020. Perkembangan populasi nematoda puru
akar (Meloidogyne Spp.) dan tingkat kerusakan pada beberapa tanaman
familia Solanaceae. J Agroekoteknologi Tropika 9(1): 23-31.
Muzuna W, Wardana W. 2021. Penyuluhan pengembangan dan pengendalian
organisme penganggu tanaman hortikultura di Desa Lawela Kabupaten
Buton Selatan. J Pengabdian Pada Masyarakat Membangun Negeri 5(1):
288-300.
Noer L, Handiwibowo G, Syairudin, B. 2020. Pemanfaatan alat pengusir burung
untuk meningkatkan produktifitas pertanian Di Kecamatan Sukolilo
Surabaya. J Sewagati 4(1): 38-42.
Paputungan A, Pelealu J, Kandowangko D et al. 2020. Populasi dan intensitas
serangan hama walang sangit (Leptocorisaoratorius) pada beberapa
varietas tanaman padi sawah Di Desa Tolotoyon Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan. In Cocos 6(6): 1-12.
Pariyanto P, Sulaiman E. 2021. Studi populasi tikus sawah (Ratus Argentiventer)
di areal persawahan Desa Sukabumi Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten
Lebong. J Kependidikan 2(1): 12-25.
Ratonamo R. 2021. Sistem pakar diagnosa hama dan penyakit bawang putih
menggunakan metode dempster shafer. In Seminar Nasional & Konferensi
Ilmiah Sistem Informasi, Informatika & Komunikasi: 36-42.
Ridho M, Tarmadja S, Santi I. 2018. Uji efektivitas pengendalian uret kumbang
tanduk (Oryctes Rhinoceros) dengan menggunakan ekstrak daun tembakau
dan belerang. J Agromast 3(1): 1-6.
Santo E, D Djamilah, E Inoriah. 2019. Efektivitas nematisida daun jarak pagar
(Jatropha Curcas L.) dalam menghambat serangan nematoda puru akar
(Meloidogyne Spp.) pada tanaman tomat. J Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia.
21(1): 1–8.
Setlight M, Meray E, Lengkong M. 2019. Jenis dan serangan hama lalat buah
(Bactroceradorsalis) pada tanaman tomat (Solanumlycopersicum. L) di
Desa Taraitak Kecamatan Langowan Utara Kabupaten Minahasa. In Cocos
2(6): 1-8.
Siregar H, Priyambodo S, Hindayana D. 2020. Preferensi serangan tikus sawah
(Rattus Argentiventer) terhadap tanaman padi. Agrovigor: J
Agroekoteknologi 13(1): 16-21.
Suarmustika I, Suartini N, Subagio, J. N. 2018. Variasi morfometri dan karakter
morfologi keong mas (Pomacea Canaliculata) pada sawah di Desa
Abiansemal Badung-Bali. Simbiosis 6(2): 60-64.
Suhardjadinata S, Iskandar R, Ningtiyas D. 2019. Efikasi ekstrak babadotan
(Ageratum Conyzoides L.) yang ditambah surfaktan terhadap kutu daun
persik (Myzus Persicae Sulz.). Media Pertanian 4(2): 40-47
Sumayanti H. I. 2021. Identifikasi hama tanaman padi sawah (Oryza Sativa L.)
dan musuh alami di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten. J
Ilmu Pertanian Tirtayasa, 3(1): 229-241.
Tampubolon K, Sihombing F, Purba Z et al. 2018. Potensi metabolit sekunder
gulma sebagai pestisida nabati Di Indonesia.
Kultivasi 17(3): 683–693.
Uguy O, Montong V, Kaligis J. 2021. Serangan hama penggerek batang padi
kuning (Scirpophaga Incertulas Wlk.) pada tanaman padi sawah (Oryza
Sativa L.) di Desa Liwutung Ii Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa
Tenggara. In Cocos 3(1): 1-1
Wicaksana R, Setyawan D, Resdianningsih K et al. 2020. Jenis jenis burung di
kawasan Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. J Riset
Daerah Kabupaten Bantul 20(3): 3745-3766.
Widhiarti P. 2017. Efektivitas penggunaan ekstrak daun pepaya (Carica Papaya
L) dalam upaya pengendalian hama thrips (Thrips Parvispinus Karny)
pada tanaman cabai (Capsicum Annum L) (Doctoral Dissertation, Fkip
Unpas).

Anda mungkin juga menyukai