Anda di halaman 1dari 22

PROFIL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


TIPE C NOONGAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA


DINAS KESEHATAN DAERAH

PANDUAN TATA CARA


PENANGGULANGAN BENCANA
RUMAH SAKIT TIPE C NOONGAN

TAHUN 2022
RUMAH SAKIT TIPE C NOONGAN i
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kita semua, sehingga Panduan Tata Laksana Penanggulangan
Bencana di RSTC Noongan dapat tersusun dengan baik.

Panduan tatalaksana penanggulangan bencana ini disusun untuk menghadapi


keadaan bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi baik yang berasal dari luar rumah sakit
maupun dari dalam rumah sakit, sehingga setiap petugas rumah sakit dapat mengetahui
tugas, kedudukan dan fungsinya.
Melalui kesempatan ini saya juga menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih
kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah memberikan masukan-masukan untuk
penyempurnaan buku panduan ini.
.
.

NOONGAN, SEPTEMBER 2022


DIREKTUR

dr. GREITY INGRIT GIROTH M. Kes, DK, Sp.kklp


Pembina Utama Muda/
NIP. 197101312000003 2 003
RUMAH SAKIT TIPE C NOONGAN ii
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP ..............................................................................3
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................5
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 19
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 1
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

BAB I
PENDAHULUAN

UPTD Rumah Sakit Manembo-Nembo Tipe C Bitung mempunyai lokasi yang sangat strategis
untuk menjadi tempat rujukan di mana angka kecelakaan di Kota Bitung sangat tinggi. Oleh karena itu
RSMN Bitung harus siap mengantisipasi kondisi ini dengan mempersiapkan seluruh petugas rumah
sakit untuk menghadapi datangnya korban dalam jumlah besar dari luar rumah sakit (white code).
Selain itu setiap petugas rumah sakit juga harus siap menghadapi kegawatan di dalam rumah sakit
baik perorangan (blue code), ataupun kebakaran/bencana di dalam rumah sakit (red code).
Panduan tatalaksana penanggulangan bencana ini disusun untuk menghadapi keadaan
bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi baik yang berasal dari luar rumah sakit maupun dari dalam
rumah sakit, sehingga setiap petugas rumah sakit dapat mengetahui tugas, kedudukan dan fungsinya.

A. KODE
1. Code Red Team
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan ketika terjadi kebakaran
termasuk diantaranya penyelamatan dan evakuasi serta penyelenggaraan pelatihan-pelatihan
di bidang penanganganan kebakaran.

2. Code Blue Team


Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan medik dan penyelenggaraan
pelatihan-pelatihan di bidang kegawat daruratan medik.

3. Code YellowTeam
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan ketika terjadi gempa ledakan
bom, Huru- hara, angin putting beliung dan penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang
kesiapsiagaan gempa.

4. Code White Team


Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan ketika terjadi atau adanya
ancama Wabah, dan Tumpahan B3, dan penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang
kesiapsiagaan menghadapi ancaman bom.

5. Code Black Team 1 and 2


Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan ketika terjadinya overload
kunjungan/pelayanan 20 % dan 50 % di unit gawat darurat dan rumah sakit termasuk
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang tersebut.

6. Code Pink Team


Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kegawat daruratan ketika terjadi pencurian
dan pencurian bayi di rumah sakit termasuk penyelenggaraan pelatihan-pelatihan.

B. BENCANA
Yang dimaksud dengan bencana/musibah massal adalah suatu keadaan dimana terjadi
kecelakaan/bencana yang dalam waktu relatif singkat terdapat korban dalam jumlah banyak yang
tidak dapat ditanggulangi oleh pihak tertentu saja (misal IGD) dimana bencana yang dimaksud
terjadi di dalam dan di luar rumah sakit yang dapat diberikan kode warna berdasarkan kebijakan
direktur dan harus mendapat pertolongan segera.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 2
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

C. TRIASE
Triase adalah tindakan pemilahan korban sesuai dengan kondisi kesehatannya dengan diberikan
label tertentu dan kemudian dikelompokkan untuk mendapatkan pertolongan untuk mendapatkan
pertolongan sesuai dengan kebutuhan. Macam-macam label (berwarna) :
1. Label Hijau
Diberikan untuk korban dengan cedera ringan yang perlu mendapatkan perawatan ringan tidak
memerlukan perawatan rumah sakit atau sesudah mendapatkan perawatan singkat dapat
dipulangkan.
2. Label Kuning
Diberikan untuk korban dengan cedera sedang yang perlu mendapatkan perawatan khusus dan
kemungkinan dapat dipulangkan/rawat inap atau transfer sakit lain
3. Label Merah
Diberikan untuk korban dengan cedera berat yang memerlukan observasi ketat, memerlukan
tindakan resusitasi kalau perlu tindakan operasi dengan kemungkinan harapan hidup masih
besar dan kemungkinan memerlukan perawatan atau transfer ke rumah sakit lain
4. Label Hitam
Diberikan untuk korban yang sudah meninggal dunia
Pada setiap label dicantumkan :
a) Nomor urut
b) Nama, umur dan alamat
c) Jika tidak ada identitas tulis : TAK DIKENAL

D. KEADAAN SIAGA
Yang dimaksud dengan keadaan SIAGA adalah keadaan dimana pada suatu waktu yang relatif
singkat korban masuk ke RSUD Bitung dalam jumlah yang melebihi pekerjaan rutin hingga
memerlukan penanggulangan khusus yang tidak terikat kepada peraturan-peraturan dan cara
normal yang berlaku.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 3
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

BAB II
RUANG LINGKUP

Keadaan siaga ditentukan oleh Direktur RSMN Bitung atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan
laporan Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau dokter jaga Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Ketentuan Siaga:
A. Pada Saat Jam Kerja
Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau dokter jaga Instalasi Gawat Darurat (IGD) segera
memberi laporan ke Bidang Pelayanan RSMN Bitung yang selanjutnya akan meneruskan ke
Direktur Medik dan Keperawatan dan Direktur.

B. Pada Saat Diluar Jam Kerja


Dokter jaga (SOD) Instalasi Gawat Darurat (IGD) menyatakan RSMN Bitung dalam keadaan siaga
dan meminta petugas operator telepon di ruang informasi untuk sesegera mungkin memberikan
informasi keseluruh jajaran rumah sakit tentang bencana yang terjadi, menghubungi Kepala
Instalasi Gawat Darurat (IGD)/Kepala Bidang Pelayanan Medik/Direktur Medik dan
Keperawatan/Direktur Utama, MOD, ketua Bencana/komite K3 RS untuk datang ke RSMN Bitung
dan mengambil alih kendali dan tugas menghubungkan adalah tugas operator di ruang informasi.

Tingkatan Siaga :
A. Siaga I
Keadaan dimana datang korban sekaligus sampai dengan 20 orang
Pada keadaan ini :
1. Minimal 1 orang Dokter Umum dipanggil
a. Pada jam kerja : Dokter poliklinik umum
b. Diluar jam kerja : Pimpinan SIAGA menugaskan Dokter ICU jika tidak ada pasien gawat
maka pimpinan SIAGA menugaskan dokter IGD/ICU yang sedang tidak
jaga atau dokter rawat jalan untuk membantu di IGD.

2. Minimal 5 orang perawat dipanggil


a. Pada jam kerja : Kepala Bidang Keperawatan menugaskan 5 (lima) orang dari ruangan
atau asrama untuk membantu di IGD
b. Diluar jam kerja : Supervisor perawat jaga menugaskan 5 (lima) orang ruangan atau
asrama untuk membantu di IGD

3. Minimal 5 orang bedah dipanggil


a. Pada jam kerja : Dokter bedah poli
b. Diluar jam kerja : Dokter bedah jaga

B. Siaga II
Keadaan dimana datang korban sekaligus 51 orang atau lebih
Pada keadaan ini :
Minimal 3 orang Dokter Umum dipanggil
a. Pada jam kerja : Dokter poli umum
b. Diluar jam kerja : Pimpinan SIAGA menugaskan Dokter ICU jika tidak ada pasien gawat
dan dokter umum IGD/ICU yang sedang tidak jaga atau dokter rawat jalan
untuk membantu di IGD.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 4
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

2. Minimal 20 orang perawat dipanggil


a. Pada jam kerja : Manajer perawatan menugaskan 20 orang perawat dari ruangan atau
asrama
b. Diluar jam kerja : Supervisor perawat jaga menugaskan 20 orang perawat dari ruangan
atau asrama untuk membantu di IGD.

3. Minimal 3 orang bedah dipanggil


a. Pada jam kerja : Dokter bedah poli
b. Diluar jam kerja : Dokter bedah jaga dan dokter bedah lain yang sedang tidak jaga.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 5
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

BAB III
TATA LAKSANA

A. Kebijakan Penanggulangan Bencana


1. Untuk pasien
a. Setiap pasien korban bencana/musibah massal dilayani kegawatdaruratannya dengan
standar pelayanan kelas III (tiga). Jika menghendaki pelayanan diatas kelas III harus
menandatangani pernyataan menanggung biaya sendiri.
b. Menempatkan pasien korban bencana/musibah yang memerlukan rawat inap di ruangan
yang dimobilisasi jika kelas tiga penuh (tergantung pimpinan SIAGA)
c. Setiap pasien korban bencana/musibah massal yang mempunyai jaminan/asuransi
kesehatan harus menggunakan jaminan atau asuransi tersebut dan akan dilayani sesuai
kelasnya. Jika menghendaki diatas kelasnya harus
d. Untuk pasien yang dapat dipulangkan (rawat jalan) dan tidak mempunyai cukup uang :
1) Bila merupakan akibat kecelakaan karena menumpang kendaraan umum (bis, taksi,
angkot) dapat dipulangan dengan cuma-cuma (termasuk obat pulang dan ATS) karena
RS akan melakukan klaim pembayaran ke Jasa Raharja.
2) Bila bukan karena menumpang kendaraan umum (bis, taksi, angkot) maka dapat
dipulangkan tanpa perlu membayar biaya di IGD dan untuk obat rawat jalan (termasuk
ATS) diberikan berupa resep serta dipesan kontrol esok harinya.

2. Untuk Dokter Spesialis


a. Setiap dokter spesialis yang dipanggil untuk membantu korban bencana wajib datang
kecuali tidak memungkinkan untuk datang
b. Jasa yang diberikan adalah jasa untuk kelas III, kecuali pasien yang menghendaki kelas
diatas kelas III atau ditentukan demikian oleh jaminan/asuransi kesehatan.

3. Untuk dokter umum, perawat, karyawan RS lainnya


a. Setiap dokter umum, perawat dan karyawan RS lainnya yang sedang bertugas maupun
tidak wajib datang jika dipanggil untuk membantu korban bencana kecuali tidak bertugas,
mendapatkan lembur sesuai jam kerjanya.
b. Untuk yang sedang tidak bertugas, mendapatkan lembur sesuai jam kerjanya.

B. Organisasi Penanggulangan Bencana


1. Pimpinan SIAGA
Direktur RSMN Bitung
Pada jam kerja
Pimpinan siaga penanggulangan bencana langsung dibawah kendali Direktur RSMN Bitung
dibantu oleh staf yang ditunjuk (Ketua Komite K3 RS).
Diluar jam kerja
Pimpinan sementara dikendalikan dokter jaga IGD bersama MOD dan Supervisor perawat jaga
sampai dengan Direktur RSMN Bitung atau pejabat/ Ketua Komite K3 yang ditunjuk tiba di
RSMN Bitung.
Tugas:
a. Menentukan tingkat siaga
b. Memimpin organisasi setiap unsur yang terlibat
c. Memberikan informasi kepada aparat yang berwewenang
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 6
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

2. Pimpinan Unsur Medis


Direktur Medik dan Keperawatan
Diluar jam kerja
Dokter jaga/SOD IGD sampai Direktur Medik dan Keperawatan atau pejabat/ Ketua Komite K3
yang ditunjuk tiba di RSMN Bitung.
Tugas :
Menentukan/ mengambil keputusan untuk proses evakuasi menyelurh bila terjadi bencana di
rumah sakit terutama kebakaran/kode merah dan Memimpin semua unsur medis dalam
penanggulangan korban yang terdiri dari para dokter umum, dokter ahli, kamar bedah, kamar
ICU, Farmasi, Laboratorium dan Radiology. Pimpinan unsur medis membawahi :
1. Pimpinan Triase
Kepala IGD dibantu oleh perawat IGD
Diluar jam kerja : dokter jaga/SOD IGD dibantu perawat IGD
Tugas :
1) Melaksanakan triase korban
2) Pencatatan identitas korban dan pemberian label
3) Evaluasi keadaan bencana dan kelengkapan data/ administrasi setelah selesai keadaan
siaga

2. Pimpinan Label Biru


Dokter Poliklinik/IGD dibantu beberapa perawat yang ditunjuk
Diluar jam kerja : Dokter umum dibantu beberapa perawat yang ditunjuk
Tugas :
1) Pemeriksaan ulang menentukan tingkat triase korban
2) Memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan
3) Mencatat identitas korban/tindakan dan pengobatan
4) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga
5) Melayani pasien non bencana.

3. Pimpinan Label Hijau


Dokter Poliklinik/IGD dibantu beberapa Perawat yang ditunjuk
Diluar jam kerja : Dokter Perawat jaga IGD dibantu beberapa perawat lainnya
Tugas :
1) Melakukan EVAKUASI and Pemeriksaan ulang triase korban
2) Memberikan pelayanan kesehatan kepada korban (perawatan luka, penjahitan luka,
Gips, dll)
3) Mencatat identitas korban/tindakan dan pengobatan
4) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga.

4. Pimpinan Label KUNING


Kepala Instalasi, Dokter IGD, Bedah dibantu oleh Ahli Syaraf, Ahli THT, Ahli Mata, Ahli
Penyakit Dalam, Dokter Gigi, Dokter Ahli Lainnya, dokter umum dan kepala instalasi atau
perawat. Yang ditunjuk diluar jam kerja: dokter SOD IGD dan kepala jaga tim sore dan
malam dibantu beberapa perawat
Tugas :
1) Memimpin proses penanganan bencana
2) Memberikan pelayanan kesehatan bagi korban
3) Menentukan korban yang menentukan rawat inap di RSMN atau transfer ke RS lain.
4) Menentukan korban yang memerlukan tindakan operasi
5) Mencatat semua identitas korban/tindakan dan pengobatan
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 7
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

6) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga.


7) Memberikan pelayanan kepada korban (resusitasi)
8) Menentukan penghentian tindakan resusitasi.

5. Pimpinan kode merah


Dokter Poliklinik/IGD dibantu beberapa Perawat yang ditunjuk
Diluar jam kerja : Perawat jaga IGD dibantu beberapa perawa
Tugas
1) melkukan proses pemadamam API
2) Memberikan pelayanan kesehatan bagi korban
3) Mencatat semua identitas korban/tindakan dan pengobatan
4) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga.
5) Memberikan pelayanan kepada korban (resusitasi)
6) Menentukan penghentian tindakan resusitasi.

6. Pimpinan kode ungu


1) Melakukan penyelamatan berkas pasiendan dokumen berharga
2) Melakukan pengamanan terhadap dokumen yang dievakuasi
3) Mencatat semua identitas korban/tindakan dan pengobatan
4) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga.
5) Memberikan pelayanan kepada korban (resusitasi)
6) Menentukan penghentian tindakan resusitasi.

7. Pimpinan Kamar Bedah


Kepala Bagian Kamar Bedah
Diluar jam kerja : Kepala regu jaga bedah
Tugas :
1) Mempersiapkan kamar bedah jika diperlukan dengan mengatur jadwal acara operasi
2) Mempersiapkan tenaga perawatan dan anestesi kamar bedah
3) Mempersiapkan alat bedah yang diperlukan di kamar bedah/tempat siaga
4) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesia keadaan siaga.

8. Pimpinan Kamar/Gudang Obat


Kepala Bagian Farmasi
Diluar jam kerja : Petugas farmasi jaga
Tugas :
1) Melayani segala kebutuhan obat/alat kesehatan yang diperlukan
2) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga.

9. Pimpinan Ruang Radiologi


Kepala Bagian Radiologi
Diluar jam kerja : Mempersiapkan dan memberikan pelayanan radiologi kepada korban
dengan mengatur jadwal kegiatan/petugas yang ada
Tugas :
1) Mempersiapkan dan memberikan pelayanan radiologi kepada korban dengan mengatur
jadwal kegiatan/petugas yang ada.
2) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 8
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

10. Pimpinan Ruang Laboratorium


Kepala Bagian Laboratorium
Diluar jam kerja: Petugas laboratorium jaga
Tugas:
1) Mempersiapkan dan memberikan pelayanan laboratorium kepada korban dengan
mengatur jadwal kegiatan/petugas yang ada
2) Evaluasi kelengkapan data/administrasi setelah selesai keadaan siaga.

11. Pimpinan Unsur Perawatan


Kepala Perawatan, dibantu Asisten Kepala Perawatan
Diluar jam kerja: Supervisor perawatan jaga
Tugas:
1) Mengkoordinir semua unsur perawatan dalam penanggulangan bencana meliputi :
mobilisasi tenaga perawat, persiapan alat non bedah/bedah dan persiapan ruangan
2) Memfasilitasi kegiatan bagian penunjang lainnya sebelum pimpinan SIAGA di RSMN
Bitung.

12. Pimpinan Unsur Layanan Administrasi dan Umum


Kepala Instalasi Rekam Medik, dibantu kepala bagian lainnya.
Diluar jam kerja: Petugas rekam medik
Tugas : mengkoordinir semua unsur layanan administrasi dan umum, meliputi :
1. Mobilisasi tenaga cadangan non medis
Diluar jam kerja : dirangkap oleh supervisor perawatan jaga, sampai dengan Pimpinan
SIAGA atau pejabat yang ditunjuk tiba di RSMN Bitung.
2. Pengaturan keamanan, pemadam kebakaran dan parkir: Kepala satuan keamanan
Diluar jam kerja: Komandan shift jaga keamanan/sekuriti
Tugas :
a. Menjaga kelancaran kendaraan yang masuk membawa korban, memudahkan alur
masuk pasien umum ke pintu utama dan memastikan pasien bencana masuk daerah
triase
b. Mengatur area parkir sehingga tidak mengganggu arus kendaraan yang membawa
korban/evakuasi
c. Menjaga ketertiban seluruh ruangan area korban
d. Mengatur pengantar agar tidak mengganggu petugas yang melakukan pertolongan
3. Teknik: Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana
Diluar jam kerja : Petugas Teknik Jaga
Tugas :
a. Menjaga aliran listrik tetap tersedia
b. Menjaga aliran kelancara supplai air bersih
4. Transport: Kepala Sub Bagian Rumah Tangga
Diluar jam kerja : petugas informasi
Tugas:
Mengatur semua ambulance agar dapat dipergunaan sewaktu-waktu untuk antar jemput
korban, dokter, tenaga perawat, karyawan lainnya dll
5. Dapur: Petugas Gizi
Diluar jam kerja: Petugas Gizi jaga
Tugas:
Jika diperlukan menyiapkan makanan dan minuman untuk tenaga RS yang bertugas
selama keadaan SIAGA.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 9
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

6. Keuangan: Kepala Bagian Keuangan


Diluar jam kerja: kasir dan petugas administrasi jaga
Tugas :
Pendataan lengkap semua biaya yang dikeluarkan untuk penanggulangan bencana.
7. Hubungan masyarakat/pasien dan informasi: Kepala sub Bagian Hukormas
Diluar jam kerja : Petugas informasi yang sedang jaga
Tugas :
a. Mengumpulkan data korban dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
keluarga pasien
b. Menyiapkan data lengkap yang dibutuhkan oleh Direktur RSMN Bitung untuk
disampaikan kepada aparat yang berwewenang.

C. TATALAKSANA PENANGGULANGAN KORBAN BENCANA (KODE HITAM)


Triase :
a. dilakukan diteras pintu depan IGD
b. dilakukan ditempat aman didekat tempat bencana
Selanjutnya berdasarkan hasil triase ini, maka setiap korban dipindahkan sesuai kelompoknya
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan selanjutnya dengan pengaturan sebagai berikut :
1. Korban dengan Label Hijau
a. Ditempatkan diruang tunggu poliklinik
b. Pelayanan di Poliklinik Umum
2. Korban dengan Label Kuning
a. Ditempatkan diruang tunggu depan IGD
b. Pelayanan di koridor IGD
3. Korban dengan Label Merah
a. Ditempatkan diruang Resusitasi IGD
b. Pelayanan di ruang IGD
4. Korban dengan Label Hitam
Langsung ditempatkan di kamar jenazah
Catatan :
a. Pimpinan SIAGA dapat mengatur lain, sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat
keadaan SIAGA. Bila rumah sakit tidak mampu mengatasi bencana karena banyaknya
pasien ataupun sebab-sebab lain maka Pimpinan SIAGA akan berkoordinasi dengan
rumah sakit lain.
b. Skema tata laksana terlampir.
c. Pemberitahuan keadaan SIAGA melalui audio RS dan penyalaan lampu warna yang
sesuai bila ada aliran listrik, bila tidak ada aliran listrik maka digunakan pengeras suara.
Pemberitahuan dilakukan oleh Pimpinan SIAGA atau yang ditunjuk.
d. Khusus untuk pemberitahuan adanya red code akibat kebakaran (didalam RS) dilakukan
oleh bagian informasi berdasarkan laporan titik kejadian bencana kebakaran.
1. PROSEDUR (HITAM 1)
Keadaan dimana datang korban sekaligus sampai dengan 20 sampai dengan orang
Pada keadaan ini :
1) Minimal 1 orang Dokter Umum dipanggil
a. Pada jam kerja : Dokter poliklinik umum
b. Diluar jam kerja : Pimpinan SIAGA menugaskan Dokter ICU jika tidak ada pasien gawat
maka pimpinan SIAGA menugaskan dokter IGD/ICU yang sedang tidak
jaga atau dokter rawat jalan untuk membantu di IGD.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 10
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

2. Minimal 5 orang perawat dipanggil


a. Pada jam kerja : Kepala Bidang Keperawatan menugaskan 5 (lima) orang dari ruangan
atau asrama untuk membantu di IGD
b. Diluar jam kerja : Supervisor perawat jaga menugaskan 5 (lima) orang ruangan atau
asrama untuk membantu di IGD
3. Minimal 5 orang bedah dipanggil
a. Pada jam kerja : Dokter bedah poli
b. Diluar jam kerja : Dokter bedah jaga

a. Siaga II (Hitam 2)
Keadaan dimana datang korban sekaligus diatas 50 orang
Pada keadaan ini :
1. Minimal 2 orang Dokter Umum dipanggil
a. Pada jam kerja : Dokter poli umum
b. Diluar jam kerja : Pimpinan SIAGA menugaskan Dokter ICU jika tidak ada pasien gawat
maka pimpinan SIAGA menugaskan dokter IGD/ICU yang sedang tidak jaga atau dokter
rawat jalan untuk membantu di IGD

2. Minimal 10 orang perawat dipanggil


a. Pada jam kerja : Kepala Bidang Keperawatan menugaskan 5 (lima) orang dari ruangan
atau asrama untuk membantu di IGD
b. Diluar jam kerja : Supervisor perawat jaga menugaskan 5 (lima) orang ruangan atau
asrama untuk membantu di IGD

3. Minimal 2 orang bedah dipanggil


a. Pada jam kerja : Dokter bedah poli
b. Diluar jam kerja : Dokter bedah jaga dan dokter bedah lain yang sedang tidak jaga
Dan atau Keadaan dimana datang korban sekaligus 51 orang atau lebih
Pada keadaan ini :
1. Minimal 3 orang Dokter Umum dipanggil
a. Pada jam kerja : Dokter poli umum
b. Diluar jam kerja : Pimpinan SIAGA menugaskan Dokter ICU jika tidak ada pasien gawat
dan dokter umum IGD/ICU yang sedang tidak jaga atau dokter rawat jalan
untuk membantu di IGD.
2. Minimal 20 orang perawat dipanggil
a. Pada jam kerja : Manajer perawatan menugaskan 20 orang perawat dari ruangan atau
asrama
b. Diluar jam kerja : Supervisor perawat jaga menugaskan 20 orang perawat dari ruangan
atau asrama untuk membantu di IGD.

3. Minimal 3 orang bedah dipanggil


a. Pada jam kerja : Dokter bedah poli
b. Diluar jam kerja : Dokter bedah jaga dan dokter bedah lain yang sedang tidak jaga.

D. TATA LAKSANA PENANGANAN AWAL KEBAKARAN DIDALAM RS (RED CODE) DENGAN


MENGGUNAKAN APAR (ALAT PEMADAM API RINGAN)

LIHAT ASAP. API, KEBAKARAN INGAT 3 TATS 3


1. Segera ke tombol alarm teriak merah..Merah..Merah sebut lokasi (sebanyak 3X3=9)
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 11
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

2. Tekan tombol manual alarm warna merah atau dengan memecahkan manual break glass dan
menekan tombol alarm. (Jika tidak terdapat tombol tersebut atau tidak berfungsi, orang tersebut
harus berteriak kebakaran kebakaran ............ untuk menarik perhatian yang lainnya)
3. Ambil apar oprasionalkan TATS untuk padamkan api
4. Beritahu direktur utama sebagai laoran kejadian
5. Beritahu satpam untuk bantuan keamanan
6. Beritahu sentral informasi/call sentrer untuk informasi bencana (melalui telepon darurat atau
lewat HP, Pager, dan sampaikan informasi berikut: identitas pelapor, ukuran /besarnya
kebakaran, lokasi kejadian, adanya / jumlah orang terluka, jika ada, tindakan yang telah
dilakukan)
7. Bersamaan kejadian api kepala instalasi/ketua tim regu keselamatan ruangan menghubungi
IPSRS untuk putuskan aliran listrik, hidupkan hydran, hubungi dokter jaga SOD IGD, untuk
evaluasi bencana kode merah/kebakaran, dan hubungi ketua Bencana untuk pemberitahuan
kejadian bencana
8. Bila memungkinkan (jangan mengambil resiko) teruskan padamkan api dengan menggunakan
alat pemadam api ringan (APAR) yang terdekat. Jika api /kebakaran tidak dapat dikuasai atau
dipadamkan
9. Lakukan evakuasi korban Di ruangan pusat kebakaran sesegera mungkin.Tempat evakuasi
adalah dilapangan parkir depan kantor administrasi, pakir rawat jalan, parker Anggrek, CVBC
dan halaman Nyiur (untuk Sunami) atau tempat lain yang memungkinkan. Pimpinan evakuasi
Pin Hijau untuk evakuasi pasien dan Pin Ungu untuk evakuasi barang.
Protap K3RS adalah :
a) Pada jam kerja : Kepala bagian/Instalasi/ruang atau ketua K3RS
b) Diluar jam kerja : Kepala jaga IGD/SOD IGD/Tim keperawatan atau kepala jaga keamanan
Tugas :
a. Menginformasikan adanya kebakaran ke bagian informasi dan IGD (untuk persiapan triase)
b. Menentukan perlu tidaknya evakuasi dan jenis evakuasi (lokal/menyeluruh)
c. Menenangkan pasien, keluarga pasien dan karyawan RS
d. Penyelamatan dokumen, barang dan sarana vital lainnya
10. Dokter jaga/SOD IGD menetapkan keadaan SIAGA dan tingkat SIAGA. Prosedur selanjutnya
bisa dilihat pada KETENTUAN SIAGA pada saat jam kerja dan diluar jam kerja.
11. Dokter jaga IGD dibantu perawat IGD datang ketempat evakuasi untuk melakukan triase dan
pemasangan label serta pertolongan pertama
12. Pasien ditangani sesuai hasil triase (label dan bila perlu penanganan diruang IGD/Poli
Bedah/OK akan dilakukan sesuai kebutuhan dan situasi kondisi saat itu
Catatan :
1. Usaha pemadaman api :
a. Dengan menggunakan apar yang tersedia
b. Bila gagal/belum padam :
1) Minta bantuan tim penanggulangan kebakaran RS untuk melakukan tindakan lebih lanjut
(mengaktifkan hydrant dll)
2) Pertimbangan evakuasi dengan prioritas :
a) Pertolongan jiwa manusia baik pasien, pengunjung maupun karyawan RS yang
keadaanya gawat/kondisi kesehatannya tidak memungkinkan menyelamatkan diri
sendiri.
b) Dokumen sarana, alat dan barang lain yang bisa diselamatkan
c) Petugas teknik memadamkan aliran listrik di lokasi kebakaran
d. Bagian informasi aktifkan red code (sirine) dan melaporkan ke tim penanggulangan
kebaran, Direktur Utama dan PK3RS.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 12
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

2. Evakuasi :
a. Karyawan RS bersikap tenang dan ikut menenangkan pasien/pengunjung RS
Pengunjung dan pasien yang dapat berjalan sendiri dipandu ke tempat yang aman atau
lokasi evakuasi
c. Pasien yang tidak dapat berjalan sendiri dipandu/digendong/dipapah/ditarik dengan selimut
atau diangkut dengan selimut atau menggunakan kursi tidak beroda. Jangan mengevakuasi
dengan menggunaan tempat tidur/bed karena dapat mengganggu jalur evakuasi.
d. Petugas yang ditunjuk, melakukan penyelamatan dokumen, alat-alat atau sarana lain
ketempat yang aman.
e. Petugas keamanan mengamankan lokasi evakuasi dan bencana.
3. Setelah kebakaran/bencana teratasi :
a. Kepala bagian/ruangan/instalasi/kepala jaga melakukan pendataan korban manusia
(meninggal, cidera) pendataan kerusakan dokumen, sarana dan fasilitas. Selanjutnya
melaporkan data yang ada ke PK3RS
b. PK3RS melakukan pengolahan data dan evaluasi serta melaporkan hal tersebut ke Direktur
Utama.

E. TATA LAKSANA PENANGANAN BLUE CODE


1. Pada keadaan Blue Code komando dipegang oleh dokter jaga IGD
2. Informasi Blue Code didapat dari ruangan atau pengunjung/karyawan RS lainnya yang
menemukan keadaan Blue Code. Keadaan Blue Code harus segera dilaporkan ke Dokter
Jaga IGD melalui call center
3. Untuk pasien ruangan langsung ditangani perawat mahir BLS (Basic Life Support) atau BHD
(bantuan Hidup Dasar) diruangan tersebut/sekitarnya yang sedang jaga. Pada saat yang
bersamaan Dokter jaga IGD diberi laporan untuk pemberian instruksi ataupun membantu
penanganan, melalui panggilan/informasi Call Center
4. Setiap petugas yang ditunjuk wajib merespon Blue Code dengan segera
5. BLS/BHD Kit harus sudah disiapkan disemua ruangan
Untuk pasien diluar ruangan, maka digunakan BLS Kit ruangan terdekat ataupun dari IGD
dibawa Dokter/perawat yang merespon.
6. Untuk pasien diluar ruangan ; anggota satpam membantu membawa brankard ke Lokasi Blue
Code, setelah mendapatkan instruksi dari IGD lewat operator. Setelah kondisi pasien stabil,
pasien dibawah ke IGD untuk selanjutnya diproses sesuai prosedur rawat jalan atau rawat
inap.

F. TATA LAKSANA PENANGANAN KODE PUTIH


PERENCANAAN BAHAN BERBAHAYA
1. Perencanaan kebutuhan Bahan berbahaya dan beracun Medis dibuat oleh Kepala Instalasi
Farmasi dan Bahan berbahaya dan beracun Non Medis dibuat oleh Ka. Sub.Bag. RT, Ka.
IPSRS, Ka. ISP berdasarkan permintaan dari satuan kerja, mutu dan harga produk,
pemakaian bulan sebelumnya, sisa yang ada di gudang, serta dana yang tersedia.
2. Perencanaan kebutuhan dibuat pertengahan bulan untuk kebutuhan 1 (satu) bulan ke depan.
3. Perencanaan kebutuhan Bahan berbahaya dan beracun Medis dimintakan izin prinsip ke
Direktur Medik dan Keperawatan, kemudian diajukan ke Kepala Bagian Keuangan untuk
persetujuan anggaran dan persetujuan ke Direktur sebagai Kuasa Pemegang Anggaran (KPA).
Setelah disetujui oleh KPA diteruskan ke Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pokja Barang
Farmasi.
4. Perencanaan kebutuhan Bahan berbahaya dan beracun Non Medis dimintakan ijin prinsip
Direktur Umum, SDM dan Pendidika, kemudian diajukan ke Direktur Keuangan untuk
persetujuan anggaran dan persetujuan ke Direktur Utama sebagai Kuasa Pemegang Anggaran
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 13
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

(KPA).Setelah disetujui oleh KPA diteruskan ke Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pokja
Barang Non Medis.

PENGADAAN BAHAN BERBAHAYA


1. Pengadaan Bahan berbahaya dan beracun dilakukan oleh ULP berdasarkan rencana
kebutuhan dari Instalasi terkait
2. Pemesanan Bahan berbahaya dan beracun dilakukan kepada Distributor Terdaftar Bahan
berbahaya dan beracun yang telah mendapat izin dari Dirjen Perdagangan Dalam Negeri,
Kementrian Perdagangan dan mendapat penunjukan dari Produsen Bahan berbahaya dan
beracun untuk menyalurkan secara langsung kepada Pengguna Akhir atau Pengecer
Terdaftar. Distributor harus memiliki SIUP Bahan berbahaya dan beracun.
3. ULP membuat Surat Pesanan untuk Bahan berbahaya dan beracun Medis yang disetujui
oleh Kepala Instalasi Farmasi atau Apoteker yang ditunjuk dan Surat Pesanan untuk Bahan
berbahaya dan beracun Non Medis yang disetujui Ka. Sub.Bag. RT/ Ka. IPSRS/ Ka. ISP
yang mengajukan permintaan Bahan berbahaya dan beracun tersebut. SP ditandatangani
oleh Ka. ULP, Ka Unit yang meminta dan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
4. Surat Pesanan Bahan berbahaya dan beracun Medis yang diserahkan kepada distributor
disertai form/lembar permintaan MSDS.
5. Untuk pengadaan Bahan berbahaya dan beracun yang sifatnya segera (CITO), ULP dapat
melakukan pemesanan segera diluar perencanaan atas permintaan Gudang Farmasi / Sub.
Bag RT / IPSRS / ISP dengan prosedur sesuai butir b dan c.
PENERIMAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
1. Barang yang datang akan diterima oleh Tim Penerima Barang Medis / Non Medis.
2. Bahan berbahaya dan beracun yang diterima harus memenuhi kualifikasi waktu kadaluarsa
(minimal 2 tahun), dan harus disertai dengan MSDS untuk masing-masing Bahan berbahaya
dan beracun.
3. MSDS yang diberikan antara lain berisi :
1. Identifikasi produk dan perusahaan
2. Komposisi dan informasi masing-masing bahan terkandung
3. Identifikasi Hazard ( Bahan berbahaya dan beracun)
4. Pertolongan pertama apabila terpapar
5. Pertolongan pertama apabila timbul api
6. Pertolongan apabila terjadi kecelakaan
7. Penanganan dan Penyimpanan
8. Perlindungan diri
9. Sifat Fisika dan Kimia
10. Stabilitas
11. Informasi Toksikologi
12. Informasi Ekologi
13. Pembuangan
14. Informasi Transportasi
15. Informasi Regulasi
16. Informasi lain yang diperlukan
4. Tim Penerima Barang Medis / Non Medis akan mencocokkan Bahan berbahaya dan
beracun yang diterima dengan Surat Pesanan dan Faktur/ Surat Jalan (dokumen
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 14
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

penerimaan) dan membubuhkan tanda tangan penerimaan barang pada Faktur/ Surat Jalan
tersebut.
5. Tim Penerima Barang Medis / Non Medis akan melakukan serah terima barang dengan
Gudang Farmasi / Sub. Bag RT / IPSRS / ISP.
6. Gudang mencocokkan barang yang diterima dengan dokumen penerimaan dan Surat
Pesanan, membubuhkan tanda tangan dan melakukan penyimpanan barang.
7. Bila waktu kadaluarsa <2 tahun dan tidak memiliki MSDS maka dikembalikan lagi ke ULP
untuk diproses ulang.

PENDISTRIBUSIAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


1. Pendistribusian Bahan berbahaya dilakukan sesuai permintaan / kebutuhan user
menggunakan Formulir Permintaan Barang
2. Pendistribusian Bahan berbahaya dan beracun dilakukan dengan Sistem Floor Stock
dimana Bahan berbahaya dan beracun selanjutnya akan dikelola oleh satuan kerja yang
menggunakan.
3. Pendistribusian Bahan berbahaya dan beracun disertai pemberian informasi dan MSDS
kepada usernya dan apabila ada masalah dalam penanganannya bisa menghubungi
Pelayanan Informasi Obat Instalasi Farmasi.

PENGGUNAAN DAN PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


1. Penggunaan dan penanganan Bahan berbahaya dan beracun dan limbah Bahan berbahaya
dan beracun harus sesuai prosedur untuk masing-masing Bahan berbahaya dan beracun
2. Ventilasi yang benar dan pengadaan exhaust mengurangi petugas dari paparan kontaminan
yang ada di udara.
3. Petugas yang bekerja dengan Bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya harus
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja sesuai yang tercantum di MSDS
Bahan berbahaya dan beracunnya.
4. Gunakan Bahan berbahaya dan beracun secukupnya, jangan berlebihan yang
menyebabkan bersisa
5. Satuan kerja yang bekerja dengan gas etilen oksida, formaldehid dan xylene harus selalu
dimonitor untuk memastikan tidak ada gas yang terlepas di ruang kerja.
6. Petugas yang bekerja dengan Bahan berbahaya dan beracun dan limbah Bahan berbahaya
dan beracun harus di training tentang Bahan berbahaya dan beracun dan penggunaan
MSDS.

PENYIMPANAN DAN PENGAMANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DAN LIMBAH


BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
1. Penyimpanan Bahan berbahaya dan beracun akan dilakukan di Gudang khusus untuk
Bahan berbahaya dan beracun dan diberi label bertulis nama bahan, tanggal masuk dan
tanda khusus/simbol Bahan berbahaya dan beracun. Baca petunjuk yang tertera pada
kemasan. Label Bahan berbahaya dan beracun dijaga tidak boleh rusak menyebabkan tidak
terbaca karena dapat terjadi kecelakaan.
2. Letakkan bahan sesuai ketentuan pada ruang sesuai petunjuk, Bahan berbahaya dan
beracun mudah terbakar seperti Alkohol, Formalin, Eter,dll disimpan dalam Gudang Tahan
Api.
3. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di tempat yang sama. Bahan berbahaya
dan beracun disimpan bersama dengan Bahan berbahaya dan beracun yang sifatnya sama,
seperti mudah terbakar dengan mudah terbakar.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 15
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

4. Bahan berbahaya dan beracun yang dipindahkan ke wadah lain harus diberi label, kecuali
habis dipakai dalam satu hari. Label bertulis nama/isi, sifat, tanggal diterima dan kalau ada
tanggal kadaluarsa dari Bahan berbahaya dan beracun.
5. Jangan menyimpan Bahan berbahaya dan beracun melebihi pandangan mata, hindari
menyimpan di rak bagian paling atas dan dibawah bak cuci.
6. Pastikan bekerja dengan aman, menggunakan APD yang sesuai, sesuai prosedur dalam
pengambilan dan penempatan bahan, hindari terjadinya tumpahan/bocor/pecahnya botol
7. Penempatan APAR kelas ABC dekat lokasi dimana Bahan berbahaya dan beracun
disimpan atau digunakan serta penempatan petugas terlatih tentang cara penggunaan
Bahan berbahaya dan beracun
8. Penyimpanan Bahan berbahaya dan beracun dilakukan dengan memperhatikan syarat-
syarat penyimpanan sesuai dengan MSDS ( Material Safety data Sheet ) yang diletakkan
dekat Bahan berbahaya dan beracun.
9. Dilarang merokok diarea penyimpanan Bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan dipasang tanda “Dilarang Merokok”.
10. Perhatian dan segera diperbaiki apabila ada :
a) Kerusakan pada tempat penyimpanan
b) Ada tumpahan
c) Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin
d) Tidak ada label penting untuk Bahan berbahaya dan beracun
e) Cahaya yang kurang atau tidak ada cahaya
f) Sampah yang menumpuk
g) Cara penyimpanan Bahan berbahaya dan beracun yang tidak betul.

PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA


DAN BERACUN
1. Membuang Bahan berbahaya dan beracun dan limbah Bahan berbahaya dan beracun
dengan aman akan mencegah lingkungan yang tidak sehat dan berbahaya.
2. Wadah limbah sitotoksik dimasukkan dalam kantong plastic warna ungu
3. Wadah limbah infeksius dimasukkan dalam kantong plastic warna kuning
4. Wadah limbah radioactive dimasukkan dalam kantong plastic warna merah
5. Wadah limbah bahan kimia berbahaya lain dimasukkan dalam kantong plastic warna biru.
6. Jangan membuang Bahan berbahaya dan beracun atau limbah Bahan berbahaya dan
beracun ke tempat bak cucian, saluran air/selokan, ketanah atau ke dalam sampah. Wadah
limbah Bahan berbahaya dan beracun harus compatible, limbah tidak boleh bereaksi
dengan wadah dan tidak boleh mengkorosif wadah
7. Wadah tempat limbah Bahan berbahaya dan beracun harus diberi label bertuliskan “Limbah
Bahan berbahaya dan beracun”dan tanggal diisi limbah. Wadah berisi campuran harus
dituliskan rinci masing-masing isinya seperti 1 gallon aseton, 0,5 gallon etil asetat.
8. Wadah limbah Bahan berbahaya dan beracun harus selalu tertutup dan tidak boleh diisi
sampai penuh untuk mencegah tumpah. Disimpan ditempat yang aman dan terlindung dari
lingkungan yang jelek.
9. Limbah Bahan berbahaya dan beracun harus dipisah sesuai dengan sifatnya dan tidak
boleh dicampur (mudah terbakar,korosif,oksidator,dll)
10. Jangan mencampur limbah radioactive dengan limbah Bahan berbahaya dan beracun
lainnya.

PERALATAN MINIMAL UNTUK PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


Penggunaan exhaust fan dan ventilasi yang memenuhi persyaratan keamanan akan melindungi
petugas dari paparan yang ada di udara.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 16
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

Alat Pelindung Diri (APD) seperti kacamata pengaman, pelindung pendengaran, sarung tangan
(gloves), respirator, masker, dll.
APD harus tersedia dan digunakan sesuai rekomendasi

G. TATA LAKSANA PENANGANAN BENCANA KODE KUNING (YELLOUW)


RSMN Bitung sebagai tempat umum di mana banyak potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak
dapat diduga. Risiko atau bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam. Apapun
bentuknya risiko atau bahaya yang dapat menimpa banyak orang memerlukan penanganan khusus
yang telah direncanakan, agar dapat meminimalisasi korban baik manusia, data maupun properti.
I. Penanganan Bencana Angin Puting Beliung
a. Petugas satpam menerima laporan adanya kejadian bencana gempa angin puting
beliung dari petugas ruangan yang terjadi di lingkungan rumah sakit melalui telepon.
b. Petugas satpam melaksanakan penutupan semua akses masuk ketempat kejadian dan
mengamankan tempat kejadian perkara.
c. Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban, keluarga korban dan
petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang kejadian di buku saku.
d. Petugas satpam melakukan pemeriksaan dan penyisiran disekitar lokasi.
e. Petugas satpam melaporkan adanya kejadian bencana kepada pimpinan terkait / Direktur
(didalam jam kerja) / Duty Manager (diluar jam kerja).
f. Petugas satpam melaporkan atau meminta bantuan pada pihak Kepolisian (apabila
diperlukan atau berdasarkan arahan pimpinan terkait).
g. Petugas satpam membuat laporan kronologis kejadian untuk bahan laporan ke Direktur
Utama.

II. Pencegahan Ancaman BOM


a. Ronde K3 yang dilaksanakan satu minggu sekali setiap hari Rabu
b. Safety Patrol dilaksanakan satu minggu sekali setiap hari jum’at
c. Ronde Keselamatan Pasien bersama PMKP setiap hari selasa setiap minggunya
d. Menghubungi tim Gegana Kota Bitung Bila ada ancaman/ tanda-tanda ancaman bom di
lingkungan RSMN Bitung
e. Buat laporan kepada pimpinan satker/MOD.

III. Penanganan Aksi Teror


a. Petugas satpam menerima laporan adanya aksi teror dari seseorang dan atau korban
atau petugas kesehatan yang terjadi di lingkungan rumah sakit melalui telepon atau
dengan kode Cokelat.
b. Petugas satpam melaksanakan penutupan semua akses masuk ketempat kejadian dan
mengamankan tempat kejadian perkara.
c. Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban terhadap keluarga korban
dan petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang pencurian / perampokan di
buku saku, dengan pertanyaan antara lain:
a. Siapa si pelapor ataupun korban
b. Dimana kejadian tersebut terjadi
c. Kapan kejadian tersebut terjadi
d. Apa yang dicuri/ dirampok
e. Adakah saksi-saksi
f. Tindakan apa yang telah diambil & siapa yg terlibat dalam tindakan tersebut
g. Tindakan apa yang selanjutnya diambil & siapa yg telah diberitahu
d. Petugas satpam melakukan pemeriksaan dan penyisiran disekitar lokasi
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 17
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

e. Petugas satpam melakukan verifikasi dengan melihat rekaman kejadian dimonitor CCTV
sesuai dengan hasil investigasi.
f. Petugas satpam melaporkan adanya tindakan pencurian / perampokan kepada pimpinan
terkait / Direktur (didalam jam kerja) / Duty Manager (diluar jam kerja).
g. Petugas satpam melaporkan atau meminta bantuan pada pihak Kepolisian (apabila
diperlukan atau berdasarkan arahan pimpinan terkait).
h. Petugas satpam membuat laporan kronologis kejadian untuk bahan laporan ke Direktur
Utama.

IV. Penanganan Kejadian Huru hara


a. Petugas satpam menerima laporan adanya kejadian hguru hara dari petugas ruangan
yang terjadi di lingkungan rumah sakit melalui telepon.
b. Petugas satpam melaksanakan penutupan semua akses masuk ketempat kejadian dan
mengamankan tempat kejadian perkara.
c. Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban terhadap keluarga korban
dan petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang kejadian di buku saku.
d. Petugas satpam melakukan pemeriksaan dan penyisiran disekitar lokasi
e. Petugas satpam melakukan verifikasi dengan melihat rekaman kejadian dimonitor CCTV
sesuai dengan hasil investigasi.
f. Petugas satpam melaporkan adanya tindakan pasien kabur kepada pimpinan terkait /
Direktur (didalam jam kerja)/ Duty Manager (diluar jam kerja).
g. Petugas satpam melaporkan atau meminta bantuan pada pihak Kepolisian (apabila
diperlukan atau berdasarkan arahan pimpinan terkait).
h. Petugas satpam membuat laporan kronologis kejadian untuk bahan laporan ke Direktur
Utama

H. TATA LAKSANA PENANGANAN KODE MERAH MUDA (PINK)

1. Penculikan bayi adalah tindakan pengambilan bayi yang sedang dirawat di RSMN oleh orang
yang tidak berhak.
2. Kode emergency : Kode Pink adalah kode apabila ada penculikan bayi di ruang perawatan.

I. Penangan Penculikan Bayi


a. Petugas satpam menerima laporan terjadinya penculikan bayi dari petugas kesehatan
atau keluarga pasien yang terjadi di lingkungan rumah sakit melalui telepon atau pagging
dengan memberikan kode merah muda (pink)
b. Petugas satpam melaporkan adanya tindakan penculikan bayi kepada pimpinan terkait /
Direktur (didalam jam kerja) / Duty Manager (diluar jam kerja).
c. Petugas satpam menutup semua akses keluar masuk di tempat kejadian dan
mengamankan tempat kejadian perkara.
d. Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban terhadap keluarga bayi
dan petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang penculikan di buku saku,
dengan pertanyaan antara lain:
a. Dimana,
b. Kapan,
c. Ciri-ciri pelaku,
d. Ciri-ciri bayi / korban.
e. Petugas satpam melakukan verifikasi dengan melihat rekaman kejadian dimonitor CCTV
sesuai dengan hasil investigasi.
f. Petugas satpam melakukan penyisiran di lingkungan rumah sakit.
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 18
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

g. Petugas satpam membuat berita acara peristiwa dan laporan kronologis kejadian kepada
pimpinan rumah sakit.
h. Petugas satpam melaporkan atau meminta bantuan pada pihak Kepolisian (apabila
diperlukan atau berdasarkan arahan pimpinan terkait).

II. Penangaanan Pencurian dan perampokan


a. Petugas satpam menerima laporan terjadinya pencurian / perampokan dari korban atau
petugas kesehatan yang terjadi di lingkungan rumah sakit melalui telepon atau dengan
kode Cokelat.
b. Petugas satpam melaksanakan penutupan semua akses keluar masuk ditempat kejadian
dan mengamankan tempat kejadian perkara.
c. Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban terhadap keluarga korban
dan petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang pencurian / perampokan di
buku saku, dengan pertanyaan antara lain:
a. Siapa si pelapor ataupun korban
b. Dimana kejadian tersebut terjadi
c. Kapan kejadian tersebut terjadi
d. Apa yang dicuri / dirampok
e. Adakah saksi-saksi
f. Tindakan apa yang telah diambil & siapa yg terlibat dalam tindakan tersebut
g. Tindakan apa yang selanjutnya diambil & siapa yg telah diberitahu
d. Petugas satpam melakukan pemeriksaan dan penyisiran disekitar lokasi
e. Petugas satpam melakukan verifikasi dengan melihat rekaman kejadian dimonitor CCTV
sesuai dengan hasil investigasi.
f. Petugas satpam melaporkan adanya tindakan pencurian/ perampokan kepada pimpinan
terkait / Direktur (didalam jam kerja) / Duty Manager (diluar jam kerja).
g. Petugas satpam melaporkan atau meminta bantuan pada pihak Kepolisian (apabila
diperlukan atau berdasarkan arahan pimpinan terkait).
h. Petugas satpam membuat laporan kronologis kejadian untuk bahan laporan ke Direktur
Utama
UPTD RUMAH SAKIT MANEMBO-NEMBO TIPE C BITUNG 19
PANDUAN TATALAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA

BAB IV
PENUTUP

Dengan tersusunnya Panduan tata Laksana pennggulangan bencana RSMN Bitung diharapkan
dapat terbentuknya keselarasan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta optimallisasi
pengelolaan sumber daya di masing –masing unit kerja dengan memperhatikan arah dan prioritas
strategis kurun periode rencana strategis bisnis. Panduan tata Laksana pennggulangan bencana
RSMN Bitung ini disusun dan ditetapkan untuk menjawab peran dan fungsi RSMN Bitung dalam
menghadapi tantangan pembangunan kesehatan yang makin kompleks, berlangsung pesat dan tidak
menentu. Panduan tata Laksana pennggulangan bencana RSMN Bitung diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan, pelaksanaan dan penilaian kinerja RSMN Bitung dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
(2016 – 2021) sehingga hasil pencapaiannya dapat lebih terarah dan terukur. Kepada semua pihak
yang terkait dalam penyusunan Panduan tata Laksana pennggulangan bencana ini disampaikan
penghargaan yang setinggi – tingginya, tentunya Panduan ini dapat bermafaat untuk mencapai tujuan
bila dilakukan dengan dedikasi dan komitmen yang tinggi serta kerja keras dari semua pihak khususnya
Komite K3 RS yang ada di RSMN Bitung.

Anda mungkin juga menyukai