Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN PELAYANAN IGD

RUMAH SAKIT BALIMÉD BULELENG


TAHUN 2019

RS. BaliMéd Buleleng


Jl. Gn.Lempuyang, Banjar Tegal , Singaraja – Bali Telp. 0362-3307788
E-mail : info@balimedbuleleng.com
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BALIMÉD BULELENG
NO.009.N/RSBMB/SK/III/2019
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
DI RUMAH SAKIT BALIMÉD BULELENG TAHUN 2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT BALIMÉD BULELENG

MENIMBANG:
a. bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan di Rumah Sakit
BaliMed Buleleng yang optimal dan menjamin keselamatan
pasien perlu disusun Pedoman Pelayanan IGD
b. Bahwa berdasarkan petimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,
perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit BaliMed
bUleleng tentang Pemberlkuan Pedoman Pelayanan IGD pada
Rumah Sakit BaliMed Buleleng
MENGINGAT :
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/
SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/ 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tanggal 6
Februari 2008
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/ 2010
tentang Perijinan Rumah Sakit
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/ 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
7550/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2012 tentang Keselamatan Pasien.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit BaliMéd Buleleng


No.009.N/RSBMB/SK/III/2019 tentang Pemberlakuan Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Di Rumah Sakit BaliMéd
Buleleng Tahun 2019
Kesatu : Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat darurat di lingkungan Rumah
Sakit BaliMéd Buleleng sebagaimana Diktum terlampir dalam
keputusan ini.
Kedua : Pedoman ini menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan
Pelayanan Instalasi Gawat darurat di Rumah Sakit BaliMéd
Buleleng
Ketiga : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini,
maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Singaraja
Pada tanggal : 15 Maret 2019
Rumah Sakit BaliMéd Buleleng

dr. Putu Ieke Kurnisari


Direktur
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Tujuan Pedoman ………………………………………………………..
C. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………………………………..
D. Batasan Operasional ……………………………………………………
E. Landasan Hukum ………………………………………………………
BAB II STANDAR KETENAGAAN ................................................................ 8
A. Kualifikasi Sumber Daya manusia ……………………………………
B. Distribusi Ketenagaan …………………………………………………
BAB III STANDAR FASILITAS ....................................................................... 12
A. Denah Ruangan IGD …………………………………………………..
B. Standar Fasilitas ……………………………………………………….
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ........................................................ 20
BAB V LOGISTIK........................................................................................... 29
BAB VI KESELAMATAN PASIEN .................................................................. 31
BAB VII KESELAMATAN TENAGA KERJA .................................................. 34
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ................................................................ 36
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian
dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat
ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat
darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, maka di Instalasi
Gawat Darurat perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak
dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS
BaliMed Buleleng khususnya. Maka dalam melakukan pelayanan gawat darurat di IGD RS
BaliMed Buleleng harus berdasarkan standar pelayanan gawat darurat yang sudah ditetapkan.

B Tujuan Pedoman
1. Memberikan pedoman dalam pelaksanaan manajemen dan pelayanan di IGD
RS BaliMed Buleleng
2. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di IGD RS baliMed Buleleng
3. Meningkatkan efektifitas pelayanan sehingga dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan kecacatan penderita
C Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba - tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

D Batasan Operasional
1 Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di RS BaliMed Buleleng yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
Berdasarkan klasifikasi pelayanan IGD maka IGD RS BaliMed Buleleng
termasuk dalam IGD Kelas II yang memiliki dokter spesialis empat besar siap panggil
(on call), dokter umum yang siaga di tempat (on site) 24 jam yang memiliki kualifikasi
pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan mampu memberikan
resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan
komunikasi yang siap 24 jam. Adapun perawat yang bertugas di IGD BaliMed
Buleleng memiliki kualifikasi PPGD-BLS dengan kemampuan untuk melakukan
pertolongan pada pasien trauma serta kegawat daruratan jantung

2 Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
a. Petugas yang melakukan triase adalah dokter atau perawat yang sudah bersertifikat
pelatihan PPGD, dll.
b. Klasifikasi dan Pemberian label Pasien
Tujuan triase medik adalah untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan
oleh korban. Proses Triase dilakukan saat pasien baru masuk IGD kemudian pasien
dibawa masuk ke bilik sesuai kode warna Triase. Pada form catatan pemeriksaan
IGD akan diberikan tanda warna dengan spidol sesuai kode warna triage pasien di
pojok kanan atas form pemeriksaan IGD.
Tanda warna yang dipergunakan disini adalah:
1) Merah : korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera, misalnya:
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernapasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal massif
 Gangguan jantung yang mengancam
 Luka bakar > 50% atau luka bakar di daerah thoraks
2) Kuning : korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat
ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini, misalnya:
 Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen berat)
 Fraktur multipel
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
 Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan
sesegera mungkin.
3) Hijau : kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban, misalnya:
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
4) Hitam : korban yang telah meninggal dunia
3 Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4 Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5 Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan - perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6 Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7 Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya : kanker stadium lanjut
8 Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba - tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya : luka sayat dangkal.
9 Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya : pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10 Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat - tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain - lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain - lain.
11 Cedera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12 Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Pada kasus bencana atau korban masal (lebih dari 10 pasien) baik internal
maupun eksternal maka pasien dengan kode warna hijau ditempatkan di depan VK dan
ICU, untuk pasien dengan warna kuning dan merah ditempatkan di IGD, sedangkan
pasien dengan kode warna hitam di tempatkan di kamar jenazah
13 Penyebab Kematian pasien Gawat Darurat :
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma / cedera
b. Infeksi
c. Keracunan ( poisoning )
d. Degerenerasi ( failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water
and electrolit )
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 - 6 menit ), sedangkan
kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
1) Ditempat kejadian
2) Dalam perjalanan ke rumah sakit
3) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
E Landasan Hukum
1 UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2 UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
5 Keputusan Menteri Kesehatan RI no.28/Menkes/SK/IV/1995 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Umum Penaggulangan Medik Korban Bencana.
6 Keputusan Menteri Kesehatan RI no 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang prosedur tetap
pelayanan kesehatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi.
7 Keputusan Menteri Kesehatan RI no.462/Menkes/SK/V/2002 tentang safe community
(masyarakat hidup sehat dan aman)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
Formal
1 Penanggung Jawab IGD Dokter Umum Bersertifikat BLS, ALS,
ACLS, ATLS
2 Ka.Instalasi IGD D III Keperawatan / Bersertifikat
S1 Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
3 Perawat Primer D III Keperawatan / Bersertifikat
S1 Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
3 Perawat Pelaksana D III Keperawatan / Bersertifikat
S1 Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
4 Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat BLS, ALS,
ACLS/ATLS

B Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Dinas Pagi :
Yang bertugas sejumlah 3(tiga) orang.
Kategori :
 1 orang dokter penanggung jawab IGD
 1 orang Ka. IGD
 1 orang Perawat pelaksana
2. Dinas Sore :
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang.
Kategori :
 1 orang Dokter Jaga
 1 orang perawat pelaksana

3. Dinas Malam :
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang.
Kategori :
 1 orang Dokter Jaga
 1 orang Perawat Pelaksana
C Pengaturan Jaga Petugas IGD
1 Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Dokter Penanggung
jawab IGD dan disetujui oleh Direktur.
2 Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Ka.
IGD dan disetujui oleh Direktur
3 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan setiap satu bulan.
4 Untuk perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka petugas
tersebut dapat mengajukan permintaan ijin/cuti kepada Ka.IGD dan menulisnya pada
form permintaan tukaran jaga/cuti. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
5 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, libur.
6 Apabila ada petugas jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (terencana), maka petugas yang bersangkutan harus memberitahu
Ka. IGD. Sebelum memberitahu Ka.IGD, diharapkan petugas yang bersangkutan sudah
mencari petugas pengganti yang se-level, apabila petugas yang bersangkutan tidak
mendapatkan petugas pengganti, maka Ka. Tim IGD akan mencari petugas pengganti,
yaitu petugas yang hari itu libur.
7 Apabila ada petugas tiba - tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
(tidak terencana), Ka. IGD akan mencari petugas pengganti yang hari itu libur. Apabila
petugas pengganti tidak di dapatkan, maka petugas yang dinas pada shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan. (Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai
SPO terlampir).
BAB III
STANDAR FASILITAS

A Denah Ruangan IGD


Keterangan :
1

1. Pintu masuk
2. Area triage
3. Ruang resusitasi
2 2
4. Tempat tindakan

3 medic
8 6 5
7 14 5. Tempat observasi
3 16
6
6. Tempat tindakan
9 4 bedah

17 7. Troli emergensi
4
11 8. Tempat dokter jaga

11 9. Tempat perawat jaga


10
15 10. Pintu keluar
12
13 11. Toilet
12. Tempat cuci alat
13. Tempat alat-alat
14. Tempat troli tindakan
15. Nurse Station
16. R. Ponek
17. Tempat Alat
18.
B. Standar Fasilitas
1 Ruangan
Gedung untuk pelayanan agar Penanggulangan Penderita Gawat Darurat dapat
dilakukan dengan optimal berada di lantai 1 gedung utama sehingga mudah dicapai
dari jalan maupun dari dalam rumah sakit serta memiliki tanda-tanda yang jelas yang
dipasang untuk memudahkan mencapai IGD. Pintu Unit Gawat Darurat menghadap ke
depan sehingga ambulans tidak perlu mundur.
IGD RS BaliMed Buleleng terdiri dari areal Triase, tempat dokter jaga dan
perawat, Ruang isolasi, ruang resusitasi, ruang tindakan bedah, ruangan tindakan
medic, ruangan observasi dan ruang ponek. Areal triage digunakan untuk seleksi pasien
sesuai tingkat kegawatan penyakitnya terletak di depan. Dokter jaga dan perawat
berada di dekat pintu masuk IGD sehingga dengan mudah dapat mengawasi semua
kegiatan di pintu masuk. Ruangan resusitasi terdiri dari 2 tempat tidur, terletak
berdekatan dengan tempat dokter jaga dan perawat untuk menjamin observasi yang
ketat dan tindakan segera dari team jaga.Ruang tindakan bedah di IGD rumah sakit
BaliMed Buleleng terdiri dari 2 tempat tidur digunakan untuk menangani pasien
kecelakaan, bedah minor dan luka bakar. Ruang tindakan medik terdiri dari 2 tempat
tidur dan ruang observasi terdiri dari 1 tempat tidur, dan 1 tempat tidur untuk bed
Ponek.
Susunan ruangan IGD disusun sedemikian rupa sehingga : arus penderita dapat
lancar dan tak ada "cross infection", dapat menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan kelas Rumah Sakit dan kegiatan mudah dikontrol oleh "Perawat Primer"
pada saat itu.
Ruang untuk keluarga menunggu ada di depan pendaftaran (front Ofice) (lantai
Dasar). Dilengkapi fasilitas toilet umum.Tempat khusus untuk yang meninggal di
Bassment (Ruang Transit Jenazah Sementara).
Dukungan dari penunjang diagnostic seperti : alat-atat radiologi diagnostik berada
di Unit Radiologi dan Laboratorium di ruang laboratorium.
Alat-alat dan obat-obat di Unit Gawat Darurat ditempatkan di Troly Emergency
dan terkunci sehingga resusitasi dan "life support" dapat dilakukan. Alat-alat dan obat-
obatan yang harus ada di semua bagian Instalasi Gawat Darurat adalah untuk tindakan
resusitasi dan tindakan stabilisasi penderita (‘life support'). Alat-alat dan obat-obatan
dapat dibagi :
a. alat-obat untuk resusitasi
b. alat-obat untuk "life support"
c. alat-obat untuk diagnostik
d. alat-alat non medis seperti pemadam kebakaran.
2 Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku Pedoman Pelayanan Gawat
Darurat Departemen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat. Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus
kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator
a. Alat - alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter
3) Spuit semua ukuran
4) Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
5) Stracher, ada gantungan infus & penghalang ( 1 buah )
6) Defribrilator ( 1 buah )
7) Bedside Monitor
8) Monitor EKG ( 1 buah )
9) Trolly Emergency yang berisi alat - alat untuk melakukan resusitasi ( 1
buah )
10) Baging anak dan dewasa
11) Stetoskop ( 1 buah )
12) Tensi meter ( 1 buah )
13) Thermometer ( 1 buah )
14) Tiang Infus ( 1 buah )
15) Trolley Emergency beserta obat di dalamnya
b. Alat - alat untuk ruang tindakan bedah
1) Hecting set ( 3 set ),
2) Benang - benang / jarum segala jenis dan ukuran (amprahan ke farmasi)
3) Lampu sorot portable ( 1 buah )
4) Kassa Steril telah di pack dengan pocces
5) Stomach tube / NGT (amprahan ke farmasi)
6) Spuit sesuai kebutuhan (amprahan farmasi)
7) Infus set (amprahan farmasi)
8) Dower Catheter segala ukuran (amprahan farmasi)
9) Stetoskop ( 1 buah )
10) Tensimeter ( 1 buah )
11) Thermometer ( 1 buah )
12) Tiang infus
c. Alat - alat untuk ruang tindakan medik :
1) Stomach tube / NGT (amprahan farmasi)
2) Urine bag (amprahan farmasi)
3) Otoscope
4) Nebulizer
5) Mesin EKG ( 1 buah )
6) Infus set (amprahan farmasi)
7) IV catheter semua nomer (amprahan farmasi)
8) Spuit sesuai kebutuhan (amprahan farmasi)
9) Tensimeter ( 1 buah )
10) Stetoskop ( 1 buah )
11) Thermometer ( 1 buah )
12) Tiang infus ( 1 buah )

d. Alat - alat untuk ruang observasi


1) Tensi meter ( 1 buah )
2) Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3) Termometer ( 1 buah )
4) Stetoskop ( 1 buah )
5) Standar infus ( 1 buah )
6) Infus set (amprahan farmasi)
7) IV catheter segala ukuran (amprahan farmasi)
8) Spuit sesuai kebutuhan (amprahan farmasi)

e. Alat - alat dalam trolly emergency


1) Obat Life saving
2) Obat penunjang
3) Alat - alat kesehatan
 Kantung ventilasi mengembang sendiri untuk dewasa & anak ( 1
buah / 1 buah )
 Oropharingeal airway
- Nomer 3 ( 1 buah )
- Nomer 4 ( 1 buah )
 Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )
 Magyl forcep
 Face mask ( 1 buah )
 Spuit semua ukuran
 Infus set ( 1 set)
 Endotracheal tube ( dewasa & anak )
- Nomer 2.5 ( 1 buah )
- Nomer 3 ( 1 buah )
- Nomer 4 ( 1 buah )
- Nomer 7 ( 1 buah )
- Nomer 7.5 ( 1 buah )
- Nomer 8 ( 1 buah )
 Slang oksigen sesuai kebutuhan
 Stomach tube / NGT
- Nomer 16 ( 1 buah )
- Nomer 18 ( 1 buah )
- Nomer 12 ( 1 buah )
 catheter sesuai kebutuhan
- Nomer 18 Cath ( 2 buah )
- Nomer 20 Cath ( 2 buah )
- Nomer 22 Cathy ( 2 buah )
 Suction catheter segala ukuran
- Nomer 10 ( 1 buah )
- Nomer 12 ( 1 buah )
 Neck collar Ukuran S / M ( 1 / 1 )
3. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien, RS BaliMed Buleleng saat ini memiliki 1
(satu) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
a. Perlengkapan Ambulance
1) Ac
2) Ruang penderita harus cukup luas untuk bed pasien dan tempat untuk perawat
dan dokter melakukan pertolongan.
3) Ruang penderita harus mudah dicapai dari tempat pengemudi
4) Gantungan infus
5) Sirine
6) Lampu rotater
7) Sabuk pengaman
8) Sumber listrik / stop kontak
9) Lemari untuk alat medis
10) Lampu ruangan
11) Wastafel dengan air bersih 20 liter serta penampungan limbah.
12) Tanda pengenal ambulans transportasi dari bahan yang memantulkan sinar.
13) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia.
b. Alat & Obat
1) Stretcher ( 1 buah )
2) Tas Emergency yang berisi :
- Obat - obat untuk life saving
- Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
- Senter
- Stetoskop ( 3 buah )
- Tensimeter ( 1 buah )
- Nierbeken / Bengkok (1 buah)
- Oropharingeal air way
- Gunting verban ( 2 buah )
- Infus set ( 1 buah )
- IV chateter ( Nomer 22, 20, 18 masing-masing 2 buah )
- Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )

4. Standar Obat IGD RS BaliMed


a. Obat Live Saving
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Adrenalin Ampul 5 Vasokonstriktor


2. Lidocain Ampul 5 Anti aritmia, topical anestesi
3. Dexamethason Ampul 5 Corticosteroid Hormones
4. Dipenhydramin Ampul 5 Anti histamine
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
b. Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
a. Status Medis Pasien
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
a. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
admission
b. Bila keluarga tidak ada,petugas IGD bekerja sama dengan security untuk mencari
identitas pasien
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status
untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian admission
B. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Petugas Operator
b.Dokter / perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Pesawat telpon
b. Hand phone
3. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
a. Antara IGD dengan Instalasi lain dalam RS BaliMed adalah dengan nomor
extension masing-masing Instalasi
b. Antara IGD dengan dokter Konsultan / rumah sakit lain / yang terkait dengan
pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung
dari IGD atau melalui bagian operator
c. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan
pesawat telephone dan handphone
d. Dari luar RS BaliMed Buleleng dapat langsung melalui operator
C. Tata Laksana Pelayanan Triage
1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Senter
c. Tensimeter
d. Status medis
3. Tatalaksana Pelayanan Triage IGD
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission
b. Semua penderita yang datang ke IGD harus mendapatkan penilaian triage.
Triase dilakukan oleh orang yang paling berpengalaman dan harus dapat
menentukan organ mana yang terganggu dan dapat menyebabkan kematian dan
dapat menentukan penanggulangannya. Triage officer dapat seorang dokter ahli,
dokter umum ataupun perawat sesuai kebijaksanaan RS. Di RS BaliMed
Bueleng yang menjadi triage officer adalah dokter jaga IGD. Dokter jaga IGD
harus mampu melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
c. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi. Pasien yang
digolongkan dalam criteria penanganan resusitasi yaitu pasien dengan label
merah (kondisi mengancam nyawa) seperti kasus henti jantung, trauma mayor,
pasien tidak sadar dan juga syok dimana kelompok kasus ini memerlukan
penanganan yang segera ; serta pasien dengan label kuning (cedera berat-tidak
termasuk mengancam nyawa) seperti kasus nyeri dada, sesak napas berat,
trauma berat, diabetic ketoacidosis, nyeri berat, sinkop dimana penanganan
harus diberikan dalam kurun waktu 10 menit.
d. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non
bedah. Kasus yang termasuk dalam kelompok ini adalah trauma sedang, sesak
napas, infeksi jantung dan paru-paru, sakit kepala berat dimana penanganan
harus diberikan dalam kurun waktu 30 menit.
e. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien
ditempatkan diruang non bedah. Kelompok ini termasuk label hijau seperti
kasus nyeri abdomen akut, abortus, peregangan otot, sakit kepala sedang.
Penanganan harus diberikan dalam kurun waktu 60 menit.
f. Setelah dilakukan triase pada pasien yang datang ke IGD maka pasien tersebut
ditangani sesuai kasusnya sekaligus dilakukan penilaian terhadap kemampuan
RS dalam menangani pasien tersebut apakah dapat ditangani hingga tuntas di
RS BaliMed Buleleng atau perlu dirujuk.
D. Tata Laksana Pengisian Informed Consent
Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) adalah pernyataan setuju (consent) atau
izin dari seseorang (pasien) yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.
1. Petugas Penangung Jawab
Dokter yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab utama
memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan, informasi
dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan kepada dokter lain dengan
sepengetahuan dokter yang bersangkutan. Perawat hanya bertindak sebagai saksi dalam
informed consent.
2. Perangkat kerja
Formulir Persetujuan Tindakan
3. Tatalaksan Informed Consent
a. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh perawat
b. Bila pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
c. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien
d. Pelaksanaan Informed Consent dianggap benar jika memenuhi :
 Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis
yang dinyatakan secara spesifik.
 Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan.
 Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh pasien yang sehat
mental dan memang berhak memberikannya dari segi hukum.
 Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan setelah diberikan cukup
adekuat informasi dan penjelasan yang diperlukan
e. Isi Informasi meliputi :
 informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan
medik yang akan dilakukan.
 cara yang akan dilakukan
 resiko dan komplikasi yang akan terjadi
 alternatif tindakan medis yang tersedia dan serta resiko masing-masing
 prognosis kasus bila tindakan medis itu dilakukan
 diagnosis
Informasi diberikan secara lisan.Pemberian informasi secara tertulis hanya sebagai
pelengkap penjelasan. Cara menyatakan persetujuan dapat lisan maupun tertulis. Untuk
yang memiliki resiko tinggi harus tertulis dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Demi
kepentingan pasien, Informed Consent tidak diperlukan untuk penderita gawat darurat
yang tidak sadar dan tidak didampingi keluarga yang berhak memberikan persetujuan.

E. Tata Laksana Transportasi Pasien


1.Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
b. Supir Ambulan
2. Perangkat Kerja
a. Ambulans
b. Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS BaliMed sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD.
b. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien ruang
rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan.
c. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
d. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

F. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat Admission
b. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Termometer
c. Tensi meter
d. Alat Tulis
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
G. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Petugas Rekam Medis
b. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
Formulir Visum Et Repertum IGD
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian
b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
yang menangani pasien terkait
d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang
asli diberikan pada pihak kepolisian.
H. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival ( DoA )
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter jaga IGD
b. Petugas Satpam
2. Perangkat Kerja
a. Senter
b. Stetoscope
c. EKG
d. Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
c. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
d. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian
umum / keamanan
I. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Petugas Penanggung Jawab
Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Handphone
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi
pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD RS BaliMed Buleleng.
b. Isi informasi mencakup :
 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda - tanda vital )
 Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
 Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
 Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima
dari petugas ambulan.
J. Tata Laksana Sistim Rujukan
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter IGD
b. Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Formulir persetujuan tindakan
c. Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
Alur pelayanan pasien gawat darurat disesuaikan dengan kasus agar segera mendapat
penanganan yang spesifik sesuai dengan disiplin ilmu serta sesuai dengan klasifikasi
IGD baik SDM, sarana, prasarana maupun peralatan medik.
Apabila pada saat proses penanganan pasien gawat darurat tersebut ternyata pihak
rumah sakit tidak mampu, maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih
baik dan lebih lengkap baik SDM maupun fasilitasnya.
Persyaratan merujuk, pasien harus sudah stabil dan rumah sakit yang dituju telah
dihubungi.
b. Alih Rawat
 Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
 Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasien
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD
menghubungi RS BaliMed Buleleng.
c. Pemeriksaan diagnostik
 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
 Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
 Perawat IGD menghubungi petugas ambulans RS BaliMed Buleleng
d. Specimen
 Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
 Bila keluarga setuju maka harus mengisi informed consent
 Dokter jaga mengisi formulir pemeriksaan dan diserahkan ke petugas
laboratorium
 Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

K. Tata Laksana Pasien Rawat Inap


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter IGD
b. Perawat IGD
c. Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
a. Formulir permintaan rawat inap
b. Formulir persetujuan rawat inap
3. Tata Laksana Sistim Rawat Inap Pasien IGD
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission
b. Dilakukan triase terhadap pasien tersebut
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
bahwa pasien memerlukan perawatan lebih lanjut (rawat inap atau rawat
intensif)
e. Bila keluarga setuju dianjurkan kebagian admission untuk pemesanan kamar
f. Setelah konfirmasi kamar tersedia, dokter IGD dibantu perawat IGD
melengkapi administrasi rekam medis.
g. Setelah rekam medis untuk IGD lengkap dan terapi awal diberikan, pasien
diantar ke ruangan oleh perawat.
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan
Menentukan macam, mutu, dan jumlah alat yang dibutuhkan dalam pelayanan gawat
darurat
1. Peralatan kesehatan
Alat kesehatan yang digunakan untuk mendiagnosa, menangani, monitor, dan
mengevakuasi (proses rujukan) serta alat medis pendukung untuk penanggulangan
penderita gawat darurat
a. Trauma (bedah)
b. Non Trauma (jantung, interna, kebidanan, anak dan neonatus, neurologi dan
psikiatri)
2. Obat-obatan emergency
a. Kegawatdaruratan Jantung
b. Kegawatdaruratan interna
c. Kegawatdaruratan kebidanan
d. Kegawatdaruratan anak dan neonatus
e. Kegawatdaruratan neurologi dan psikiatri
B. Penganggaran
1. Membuat perkiraan biaya
2. Barang yang diperlukan dan jumlahnya, harga satuan dan harga total harus disusun
dalam bentuk tabel
C. Pengadaan
Pengadaan peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan :
1. Ada buku pedoman pelayanan gawat darurat Depkes
2. Ada peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan buku pedoman.
3. Ada obat emergency yang selalu siap
4. Ada daftar obat-obat yang mudah diidentifikasi dan letak obat mudah diambil.
D. Penyimpanan
Peralatan disimpan dalam dua tempat :
1. Tempat penyimpanan utama atau cadangan dimana persediaan disimpan tetapi tidak
digunakan
2. Tempat penggunaan setelah digunakan
Untuk menyimpanan peralatan, diperlukan ketrampilan berikut:
1. Catatan penerimaan barang baru dan pengeluaran barang
2. Membuat neraca buku-stok (persediaan) atau buku besar
E. Distribusi
Peralatan dapat dikeluarkan untuk digunakan bila diperlukan. Terdapat tiga prosedur
administrasi yang berkaitan dengan pengeluaran peralatan, antara lain:
1. Catatan di buku besar (menuliskan pengeluaran barang tersebut dalam buku besar
persediaan)
2. Surat/kupon pengeluaran barang harus ditandatangani
3. Catatan inventaris dari bagian yang menerima dan menggunakan peralatan
F. Penghapusan
1. Pemeliharaan dan perbaikan alat
2. Ada protap pemeliharaan, pemeriksaaan, dan perbaikan alat secara berkala
3. Ada jadual pemeriksaan dan pemeliharaan alat
4. Ada bukti pelaksanaan dan pemeliharaan
5. Ada bukti kalibrasi alat
6. Ada prosedur penggantian kerusakan alat dan kadaluarsa obat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Dalam Program Keselamatan Pasien terdapat beberapa istilah seperti:
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah
2. KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable Adverse Event)
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
3. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) / Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
a. Karena " keberuntungan"
b. Karena " pencegahan "
c. Karena " peringanan "
4. Kesalahan Medis / Medical Erors
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
5. Kejadian Sentinel / sentinel Event
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata "sentinel" terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah )
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
B Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan program keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C Standar Keselamatan Pasien
standar keselamatan pasien harus mecakup beberapa hal berikut ini:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir " Pelaporan Insiden
Keselamatan"
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.
Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui "
Kewaspadaan Umum " atau "Universal Precaution" yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi "Petugas Kesehatan".
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
"Universal Precaution".
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Terdapat 2 indikator mutu yang digunakan di IGD RS BaliMed Buleleng dalam memberikan
pelayanan:
1. Angka keterlambatan pelayanan pertama kegawat daruratan (emergency response time)
dengan variabel jumlah penderita yang dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah
penderita gawat darurat hari yang sama. Adapun sumber data didapatkan dari hasil
survey response time dan dilaporkan tiap 3 bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan.
2. Jumlah tenaga IGD (dokter dan perawat) yang memiliki sertifikasi ACLS, ATLS,
PPGD, BTLS, BTCLS setidaknya mencakup 80% dari keseluruhan tenaga IGD. Data
ini dapat diketahui dari bagian SDM atau personalia. Evaluasi sasaran mutu ini
dilakukan tiap 2 tahun.
Untuk mencapai sasaran mutu tersebut, maka pihak RS memiliki program untuk mengadakan
pelatihan PPGD, BTLS, BTCLS bagi perawat RS BaliMed dengan bekerja sama dengan RS
yang berkompeten serta mengikutsertakan dokter IGD dalam pelatihan ACLS, ATLS di luar
RS.

JENIS
INDIKATOR STANDAR
PELAYANAN
IGD 1. Kemampuan menangani 100 %
life saving anak dan
dewasa

2. Jam buka Pelayanan 24 Jam


Gawat Darurat

3. Pemberi pelayanan gawat 100 %


darurat yang bersertifikat
yang masih berlaku
BLS/PPGD/GELS/ALS

4. Ketersediaan tim Satu tim


penanggulangan bencana

5. Waktu tanggap pelayanan ≤ lima menit terlayani,


Dokter di Gawat Darurat setelah pasien datang

6. Kepuasan Pelanggan ≥ 70 %

7. Kematian pasien< 24 Jam ≤ dua per seribu


(pindah ke pelayanan
rawat inap setelah 8
jam)

8. Tidak adanya pasien yang 100 %


diharuskan membayar
uang muka
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini disusun dalam rangka memberikan
acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat RS BaliMed Buleleng
agar dapat menyelenggarakan pelayanan Gawat Darurat yang bermutu, aman, efektif dan
efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien. Apabila dikemudian hari diperlukan
adanya perubahan, maka pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini akan disempurnakan.

Anda mungkin juga menyukai