MENIMBANG:
a. bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan di Rumah Sakit
BaliMed Buleleng yang optimal dan menjamin keselamatan
pasien perlu disusun Pedoman Pelayanan IGD
b. Bahwa berdasarkan petimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,
perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit BaliMed
bUleleng tentang Pemberlkuan Pedoman Pelayanan IGD pada
Rumah Sakit BaliMed Buleleng
MENGINGAT :
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/
SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/ 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tanggal 6
Februari 2008
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/ 2010
tentang Perijinan Rumah Sakit
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/ 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
7550/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2012 tentang Keselamatan Pasien.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Singaraja
Pada tanggal : 15 Maret 2019
Rumah Sakit BaliMéd Buleleng
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Tujuan Pedoman ………………………………………………………..
C. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………………………………..
D. Batasan Operasional ……………………………………………………
E. Landasan Hukum ………………………………………………………
BAB II STANDAR KETENAGAAN ................................................................ 8
A. Kualifikasi Sumber Daya manusia ……………………………………
B. Distribusi Ketenagaan …………………………………………………
BAB III STANDAR FASILITAS ....................................................................... 12
A. Denah Ruangan IGD …………………………………………………..
B. Standar Fasilitas ……………………………………………………….
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ........................................................ 20
BAB V LOGISTIK........................................................................................... 29
BAB VI KESELAMATAN PASIEN .................................................................. 31
BAB VII KESELAMATAN TENAGA KERJA .................................................. 34
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ................................................................ 36
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian
dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat
ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat
darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, maka di Instalasi
Gawat Darurat perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak
dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS
BaliMed Buleleng khususnya. Maka dalam melakukan pelayanan gawat darurat di IGD RS
BaliMed Buleleng harus berdasarkan standar pelayanan gawat darurat yang sudah ditetapkan.
B Tujuan Pedoman
1. Memberikan pedoman dalam pelaksanaan manajemen dan pelayanan di IGD
RS BaliMed Buleleng
2. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di IGD RS baliMed Buleleng
3. Meningkatkan efektifitas pelayanan sehingga dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan kecacatan penderita
C Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba - tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
D Batasan Operasional
1 Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di RS BaliMed Buleleng yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
Berdasarkan klasifikasi pelayanan IGD maka IGD RS BaliMed Buleleng
termasuk dalam IGD Kelas II yang memiliki dokter spesialis empat besar siap panggil
(on call), dokter umum yang siaga di tempat (on site) 24 jam yang memiliki kualifikasi
pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan mampu memberikan
resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan
komunikasi yang siap 24 jam. Adapun perawat yang bertugas di IGD BaliMed
Buleleng memiliki kualifikasi PPGD-BLS dengan kemampuan untuk melakukan
pertolongan pada pasien trauma serta kegawat daruratan jantung
2 Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
a. Petugas yang melakukan triase adalah dokter atau perawat yang sudah bersertifikat
pelatihan PPGD, dll.
b. Klasifikasi dan Pemberian label Pasien
Tujuan triase medik adalah untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan
oleh korban. Proses Triase dilakukan saat pasien baru masuk IGD kemudian pasien
dibawa masuk ke bilik sesuai kode warna Triase. Pada form catatan pemeriksaan
IGD akan diberikan tanda warna dengan spidol sesuai kode warna triage pasien di
pojok kanan atas form pemeriksaan IGD.
Tanda warna yang dipergunakan disini adalah:
1) Merah : korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera, misalnya:
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernapasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal massif
Gangguan jantung yang mengancam
Luka bakar > 50% atau luka bakar di daerah thoraks
2) Kuning : korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat
ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini, misalnya:
Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen berat)
Fraktur multipel
Fraktur femur / pelvis
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran / trauma kepala
Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan
sesegera mungkin.
3) Hijau : kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban, misalnya:
Fraktur minor
Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
4) Hitam : korban yang telah meninggal dunia
3 Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4 Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5 Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan - perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6 Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7 Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya : kanker stadium lanjut
8 Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba - tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya : luka sayat dangkal.
9 Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya : pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10 Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat - tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain - lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain - lain.
11 Cedera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12 Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Pada kasus bencana atau korban masal (lebih dari 10 pasien) baik internal
maupun eksternal maka pasien dengan kode warna hijau ditempatkan di depan VK dan
ICU, untuk pasien dengan warna kuning dan merah ditempatkan di IGD, sedangkan
pasien dengan kode warna hitam di tempatkan di kamar jenazah
13 Penyebab Kematian pasien Gawat Darurat :
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma / cedera
b. Infeksi
c. Keracunan ( poisoning )
d. Degerenerasi ( failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water
and electrolit )
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 - 6 menit ), sedangkan
kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
1) Ditempat kejadian
2) Dalam perjalanan ke rumah sakit
3) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
E Landasan Hukum
1 UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2 UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
5 Keputusan Menteri Kesehatan RI no.28/Menkes/SK/IV/1995 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Umum Penaggulangan Medik Korban Bencana.
6 Keputusan Menteri Kesehatan RI no 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang prosedur tetap
pelayanan kesehatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi.
7 Keputusan Menteri Kesehatan RI no.462/Menkes/SK/V/2002 tentang safe community
(masyarakat hidup sehat dan aman)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Dinas Pagi :
Yang bertugas sejumlah 3(tiga) orang.
Kategori :
1 orang dokter penanggung jawab IGD
1 orang Ka. IGD
1 orang Perawat pelaksana
2. Dinas Sore :
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang.
Kategori :
1 orang Dokter Jaga
1 orang perawat pelaksana
3. Dinas Malam :
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang.
Kategori :
1 orang Dokter Jaga
1 orang Perawat Pelaksana
C Pengaturan Jaga Petugas IGD
1 Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Dokter Penanggung
jawab IGD dan disetujui oleh Direktur.
2 Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Ka.
IGD dan disetujui oleh Direktur
3 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan setiap satu bulan.
4 Untuk perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka petugas
tersebut dapat mengajukan permintaan ijin/cuti kepada Ka.IGD dan menulisnya pada
form permintaan tukaran jaga/cuti. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
5 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, libur.
6 Apabila ada petugas jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (terencana), maka petugas yang bersangkutan harus memberitahu
Ka. IGD. Sebelum memberitahu Ka.IGD, diharapkan petugas yang bersangkutan sudah
mencari petugas pengganti yang se-level, apabila petugas yang bersangkutan tidak
mendapatkan petugas pengganti, maka Ka. Tim IGD akan mencari petugas pengganti,
yaitu petugas yang hari itu libur.
7 Apabila ada petugas tiba - tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
(tidak terencana), Ka. IGD akan mencari petugas pengganti yang hari itu libur. Apabila
petugas pengganti tidak di dapatkan, maka petugas yang dinas pada shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan. (Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai
SPO terlampir).
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Pintu masuk
2. Area triage
3. Ruang resusitasi
2 2
4. Tempat tindakan
3 medic
8 6 5
7 14 5. Tempat observasi
3 16
6
6. Tempat tindakan
9 4 bedah
17 7. Troli emergensi
4
11 8. Tempat dokter jaga
A. Perencanaan
Menentukan macam, mutu, dan jumlah alat yang dibutuhkan dalam pelayanan gawat
darurat
1. Peralatan kesehatan
Alat kesehatan yang digunakan untuk mendiagnosa, menangani, monitor, dan
mengevakuasi (proses rujukan) serta alat medis pendukung untuk penanggulangan
penderita gawat darurat
a. Trauma (bedah)
b. Non Trauma (jantung, interna, kebidanan, anak dan neonatus, neurologi dan
psikiatri)
2. Obat-obatan emergency
a. Kegawatdaruratan Jantung
b. Kegawatdaruratan interna
c. Kegawatdaruratan kebidanan
d. Kegawatdaruratan anak dan neonatus
e. Kegawatdaruratan neurologi dan psikiatri
B. Penganggaran
1. Membuat perkiraan biaya
2. Barang yang diperlukan dan jumlahnya, harga satuan dan harga total harus disusun
dalam bentuk tabel
C. Pengadaan
Pengadaan peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan :
1. Ada buku pedoman pelayanan gawat darurat Depkes
2. Ada peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan buku pedoman.
3. Ada obat emergency yang selalu siap
4. Ada daftar obat-obat yang mudah diidentifikasi dan letak obat mudah diambil.
D. Penyimpanan
Peralatan disimpan dalam dua tempat :
1. Tempat penyimpanan utama atau cadangan dimana persediaan disimpan tetapi tidak
digunakan
2. Tempat penggunaan setelah digunakan
Untuk menyimpanan peralatan, diperlukan ketrampilan berikut:
1. Catatan penerimaan barang baru dan pengeluaran barang
2. Membuat neraca buku-stok (persediaan) atau buku besar
E. Distribusi
Peralatan dapat dikeluarkan untuk digunakan bila diperlukan. Terdapat tiga prosedur
administrasi yang berkaitan dengan pengeluaran peralatan, antara lain:
1. Catatan di buku besar (menuliskan pengeluaran barang tersebut dalam buku besar
persediaan)
2. Surat/kupon pengeluaran barang harus ditandatangani
3. Catatan inventaris dari bagian yang menerima dan menggunakan peralatan
F. Penghapusan
1. Pemeliharaan dan perbaikan alat
2. Ada protap pemeliharaan, pemeriksaaan, dan perbaikan alat secara berkala
3. Ada jadual pemeriksaan dan pemeliharaan alat
4. Ada bukti pelaksanaan dan pemeliharaan
5. Ada bukti kalibrasi alat
6. Ada prosedur penggantian kerusakan alat dan kadaluarsa obat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Dalam Program Keselamatan Pasien terdapat beberapa istilah seperti:
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah
2. KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable Adverse Event)
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
3. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) / Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
a. Karena " keberuntungan"
b. Karena " pencegahan "
c. Karena " peringanan "
4. Kesalahan Medis / Medical Erors
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
5. Kejadian Sentinel / sentinel Event
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata "sentinel" terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah )
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
B Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan program keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C Standar Keselamatan Pasien
standar keselamatan pasien harus mecakup beberapa hal berikut ini:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir " Pelaporan Insiden
Keselamatan"
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.
Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui "
Kewaspadaan Umum " atau "Universal Precaution" yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi "Petugas Kesehatan".
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
"Universal Precaution".
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Terdapat 2 indikator mutu yang digunakan di IGD RS BaliMed Buleleng dalam memberikan
pelayanan:
1. Angka keterlambatan pelayanan pertama kegawat daruratan (emergency response time)
dengan variabel jumlah penderita yang dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah
penderita gawat darurat hari yang sama. Adapun sumber data didapatkan dari hasil
survey response time dan dilaporkan tiap 3 bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan.
2. Jumlah tenaga IGD (dokter dan perawat) yang memiliki sertifikasi ACLS, ATLS,
PPGD, BTLS, BTCLS setidaknya mencakup 80% dari keseluruhan tenaga IGD. Data
ini dapat diketahui dari bagian SDM atau personalia. Evaluasi sasaran mutu ini
dilakukan tiap 2 tahun.
Untuk mencapai sasaran mutu tersebut, maka pihak RS memiliki program untuk mengadakan
pelatihan PPGD, BTLS, BTCLS bagi perawat RS BaliMed dengan bekerja sama dengan RS
yang berkompeten serta mengikutsertakan dokter IGD dalam pelatihan ACLS, ATLS di luar
RS.
JENIS
INDIKATOR STANDAR
PELAYANAN
IGD 1. Kemampuan menangani 100 %
life saving anak dan
dewasa
6. Kepuasan Pelanggan ≥ 70 %