Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KEGIATAN

PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN


SMP NEGERI 3 KASIHAN

Oleh :
ANGELA JAPU RATRI
BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Pengalaman Lapangan


SMP NEGERI 3 KASIHAN

Angela Japu Ratri NPM 15144200005

Laporan ini ditulis rangka memenuhi persyaratan matakuliah


Praktik Pengalaman Lapangan
Ditulis dan disahkan
Pada tanggal 3 Oktober 2018
Yogyakarta, Oktober 2018
Kepala SMP N 3 Kasihan Kepala Kelompok

Rubingat, S.Pd Ari Widiatma


NIP. 196110115 1984031 1 013 NPM 15144400022

Mengetahui,

Kepala UPPL Dosen Pembimbing Lapangan

Dra. MM. Endang Susetyawati, M. Pd Drs. Siswanta, M.Pd


NIP. 19620516 198803 2 001 NIS. 19650216 199109 1 004
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan Hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kasihan.
Laporan ini disusun sebagai hasil selama Praktik Pengalama lapangan
(PPL) di SMP N 3 Kasihan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan ujian dan
kelulusan AKTA VI Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI
Yogyakarta.
Terselesaikannya Laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini tentu saja
tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Paiman, M.P, selaku rektor Universitas PGRI Yogyakarta
2. MM. Endang Susetyawati, M.Pd, selaku Ketua UPPL
3. Bapak Rubingat, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP N 3 Kasihan
4. Drs. Siswanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran-saran
5. Drs. Makin, M.Pd, selaku dosen pembimbing BK yang telah membimbing
belajar mengajar sehingga PPL dapat terlaksana dengan baik dan benar
6. Bapak dan Ibu Guru, Karyawan beserta Siswa-siswi SMP Negeri 3
Kasihan yang telah berusaha membantu dalam pelaksanaan PPL.
7. Ayah, Ibu dan Adik-adikku tercinta uang telah memberikan doa kepada
saya
8. Semua pihak yang telah membantu PPL hingga terselesaikan laporan ini
9. Teman-teman se kelompok PPL
Laporan Praktik Pengalaman Lapangan yang telah dibuat ini belum dapat
dikatakan sempurna karena penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam
penyusuna, penulisan maupun perbuatannya. Oleh karena itu penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya atas segala keslaahan maupun kekurangan yang aad
serta mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak guna menyempurnakan pengantar karya penulis.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis banyak mebgucapkan
terima kasih yangs ebsar-besarnya.

Yogyakarta, Oktober 2018

Kelompok PPL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara
seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat adalah
mencer4daskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, guru memegang peranan yang sangat penting untuk
membentuk pribadi anak didik agar menjadi manusia seuntuhnya. Tidak
hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi semata, tetapi tugas
guru yang lebih penting adalah membentuk pribadi anak menuju manusia
yang berguna bagi masyarakat, bangsa,dan negara.
Untuk itu, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas PGRI Yogyakarta melalui program Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) mengirimkan mahasiswa ke sekolah-sekolah lanjutan
yang telah ditentukan untuk melaksanakan PPL kependidikan dengan
ketrampilan yang memadai. FKIP Universitas PGRI Yogyakarta
menjadikan PPL ini sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa program
studi S1 Kependidikannya, supaya mahasiswa calon guru lebih aktif dan
kreatif dalam melaksanakan tugas yang diemban.
B. Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan
Program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata
kuliah proses belajar mengajar yang dipersyaratkan dalam pendidikan
prajabatan guru yang dirancang secara khsusus untuk menyiapkan calon
guru memiliki dan menguasai profesi keguruan, mereka dapat mengmabn
tugas dan tanggung jawab secara profesional.
Program Praktik Pengalaman Lapangan juga merupakan kegiatan
belajar mahasiswa yang dilakukan di lapangan meliputi kegiatan latihan
mengajar, menciprakan suasana religius dan sebagai tempat pembentukan
profesi kependidikan.
C. Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan
Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) diarahkan untuk mendidik,
membimbing dan melatih mahasiswa agar :
1. Mengenal secara cermat lingkungan fisik, adminitrasi, serta
lingkungan sekolah
2. Memiliki dan menguasai keterampilan dasar mengarajar.
3. Mampu melaksanakan keterampilan mengajar pada mata pelajaran
yang diajarkan
4. Mampu menarik pelajaran dari penghayatan dan pengalamannya
selama latihan untuk dijadikan bahan refleksi terhadap pembentukan
sikap profesinalisme sebagai guru
5. Memilki suatu standar kompetensi profesional keguruan yang
dihasilkan oleh suatu lembaga kependidikan.
D. Sasaran Praktik Pengalaman Lapangan
Sasaran Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang ingin dicapai adalah
untuk membentuk pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat ilmu
pengetahuan, nilai dan sikap serta cakap dan dapat menggunakan di dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran baik didalam maupun di
luar sekolah.
E. Manfaat Praktik Pengalaman Lapangan
Adapun manfaat dari Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah untuk
menambah wawasan pengetahuan bagi calon guru yang akan menerapkan
ilmunya disekolah
Selain manfaat diatas terdapat manfaat lain dari pelaksanaak kegiatan PPL
yaitu:
1. Kegiatan PPL ini sangat bermanfaat bagi calon pendidik agar
menguasai profesi keguruan.
2. Dapat mengembangkan tugas dan berjuang memerangi kebodohan
3. Dapat mewujudkan masyarakat yang cerdas dan jauh dari
keterbelakangan serta kemiskinan
BAB II
LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Menyusun data siswa / need assesment
Alison Roselt (1982) mengatakan bahwa training needs
assessmentadalah suatu study sistematis terhadap suatu perubahan atau
inovasi dengan cara mengumpulkan data, opini dari berbagai sumber guna

mengambil keputusan yang efektif.


Roger Kaufman (1999), needs assessment is a process we use to
identify gaps between current results and desired ones, place gaps in
results (need) in priority order, select the most important ones to be
addressed
Need assessment (analisis kebutuhan) adalah proses analisis data
dalam mengidentifikasi gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini dengan
kinerja yang diharapkan sehingga dapat diperoleh data mengenai
kebutuhan pelatihan
B. Layanan Bimbingan Klasikal dan atau Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga
kependidikan dapertemen pendidikan nasional 2007 ( 2007 : 40 )
mengemukakan pendapat :
layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan
yang dirancang menuntut konselor untuk melakuka kontak langsung
dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal, konselor memberikan
pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas
ini bisa berupa diskusi kelas atau curah pendapat..
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan banwa bimbingan klasikal
dapat diartikan sebagai layanan yang di berikan kepada semua siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses bimbingan
progam sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada siswa
secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh
seorang pembimbing kepada siswa secara kontak langsung terutama
pemahaman siswa terhadap bahaya prilaku seks bebas. Pada bimbingan
klasikal ini menggunakan berbagai macam alat bantu seperti : media cetak,
media panjang, oht, rekaman radio –tape dan lain-lain. Layanan bimbinga
klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri semua siswa
terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti
untuk semua kelas. Dalam penelitian ini peneliti memberi layanan
bimbingan klasikal khususnya pada peningkatan pemahamnan terhadap
bahaya prilaku seks bebas pada siswa sekolah menengah pertama.
2. Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal
layanan bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan
dan konseling. Layanan bimbingan klasikal berbeda dengan mengajar.
Layanan ini juga memiliki beberapa ketentuan dalam pelaksannanya.
Adapun perbedaannya antara mengajar dan membimbing :
a. Perbedaan dalam mengajar dan membimbing
1) layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau
menyampaikan materi pelajaran sebagaimana mata pelajaran yang
dirancang dalam kurikulum pendidikan disekolah, melainkan
menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya
perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan dan tercapainya
kemandirian peserta didik atau konseli.
2) materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan
konseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta aspek-
aspek perkembangan peserta didik.
3) guru mata pelajaran dalam melaksanakan tuganya adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan tugas guru
bimbingan dan konseling atau konselor
3. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995: 61) bahwa “Bimbingan kelompok adalah
memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan
konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan
kepada individu melalui kelompok”.
Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa : Layanan bimbingan
kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik
secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu
(terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang
kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan
keputusan.
Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian
informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru
pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika
kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini
adalah membentuk konsep diri positif.
4. Tujuan Bimbingan Kelompok
Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi
sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan layanan kelompok
yang diselenggarakan.
Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno
(2004: 2-3) adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah
berkembangnya  sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi
anggota kelompok. Melalui layanan Bimbingan Kelompok hal-hal yang
menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan, diringankan
melalui berbagai cara dan dinamikan melalui berbagai masukan dan
tanggapan baru. Selain bertujuan sebagimana Bimbingan Kelompok, juga
bermaksud mengentaskan masalah klien denagn memanfaatkan dinamika
kelompok.
b.  Tujuan Khusus
Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.
Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu
mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam
hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal
ditingkatkan.
C. Studi Kasus
1. Pengertian Studi Kasus
Studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa
manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut
ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau
konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai
kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah  suatu
metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan
komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu
tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya
dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik
Pendapat serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito (2010: 92) studi
kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu
kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup).  Pada metode studi
kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan
yang agak luas.Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh
dengan metode lain.
Sedangkan W.S Winkel & Sri Hastuti (2006: 311) menyatakan
bahwa studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode
untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa secara lengkap dan
mendalam, dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik dan
membantunya dalam perkembangan selanjutnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa studi kasus
merupakan metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi
aspek fisik dan psikologis individu, dengan tujuan memperoleh
pemahaman secara mendalam dan komprehensif.
2. Jenis-jenis Studi Kasus
Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada
perhatian organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan
rnenelusuri perkembangan organisasinya. Studi kasus ini sering kurang
memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang
mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya
melalui observasi peran-serta atau pelibatan (participant observation),
sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian
organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat
tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah
Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu
orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan
kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya
mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dari lahir hingga
sekarang.
Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus
kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu
lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada
satu organisasi tertentu.
Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba
menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya
terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah
dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa
itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan
mungkin tokoh kunci lainnya.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada
unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas
atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang
sedang belajar menggambar.
3. Tujuan Studi Kasus
Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada
dasarnya peneliti yang menggunakan metoda penelitian studi kasus
bertujuan untuk memahami obyek yang ditelitinya. Meskipun demikian,
berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan
secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara
khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a,
2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah
tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti, tetapi
untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut
dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar
menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti,
tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’
(how) dan ‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai
dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi atau
metoda penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa
(what), dimana (where), berapa (how many) dan seberapa besar (how
much).
Sementara itu, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi
kasus bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan
karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang diteliti.Kasus itu sendiri
merupakan penyebab dilakukannya penelitian studi kasus, oleh karena itu,
tujuan dan fokus utama dari penelitian studi kasus adalah pada kasus yang
menjadi obyek penelitian. Untuk itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan
kasus, seperti sifat alamiah kasus, kegiatan, fungsi, kesejarahan, kondisi
lingkungan fisik kasus, dan berbagai hal lain yang berkaitan dan
mempengaruhi kasus harus diteliti, agar tujuan untuk menjelaskan dan
memahami keberadaan kasus tersebut dapat tercapai secara menyeluruh
dan komprehensif.
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik kasus sebagai obyek
penelitian, VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa tujuan
penelitian studi kasus adalah untuk memberikan kepada pembaca
laporannya tentang ‘rasanya berada dan terlibat di dalam suatu kejadian’,
dengan menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual tentang
kejadian tersebut. Untuk itu, peneliti studi kasus harus secara hati-hati
menggambarkan kejadian tersebut dengan memberikan pengertian dan hal-
hal yang lainnya dan menguraikan kekhususan dari kejadian tersebut.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan kutipan berikut ini: 
Case studies aim to give the reader a sense of “being there” by
providing a highly detailed, contextualized analysis of an “an instance in
action”. The researcher carefully delineates the “instance,” defining it in
general terms and teasing out its particularities (VanWynsberghe dan
Khan, 2007, 4).
D. Layanan Konseling Individual
1. Pengertian Konseling Individual
Konseling individual yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka
pembahasan pengentasan masalah pribadi yang di derita konseli. (Hellen:
2000)
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang dialakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu
yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien( Prayitno: 1994).
Konseling merupakan “jantung hatinya” pelayanan bimbingan
secara menyeluruh. Hal ini berarti apabila layanan konseling telah
memberikan jasanya, maka masalah konseli akan teratasi secara efektif
dan upaya-upaya bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan
sebagai pendamping. 
Implikasi lain pengertian “jantung hati” ialah apabila seorang
konselor telah menguasai dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, dan
bagaimana konseling itu. 
Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan
konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual berarti akan
mudah menjalankan proses konseling yang lain. 
Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap peningkatan
klien karena pada konseling individu konselor berusaha meningkatkan
sikap siswa dngan cara berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan
cara beratatap muka secara langsung untuk menghasilkan
peningkatanpeningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan,
sikap, dan perilaku (Holipah, 2011).
Dasar dari pelaksanaan konseling di sekolah tidak dapat terlepas
dari dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada
khususnya dan dasar dari pendidikan itu berbeda, dasar dari pendidikan
dan pengajaran di indonesia dapat dilihat sebagaimana dalam UU. No.
12/1945 Bab III pasal 4 “pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas
asas-asas yang termaktub dalam pasal UUD Negara Republik Indonesia
dan atas kebudayaan Indonesia” (Bimo Walgito:2005).
2. Tujuan dan Fungsi Layanan Konseling Individual
Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien
menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style serta
mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta perasaan-
perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam mengoreksi
presepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah
laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya (Prayitno: 2005).
Lebih lanjut prayitno mengemukakan tujuan khusus
konseling individu dalam 5 hal, diantaranya:
a) fungsi pemahaman, 
b) fungsi pengentasan, 
c) fungsi mengembangan atau pemeliharaan, 
d) fungsi pencegahan, dan 
e) fungsi advokasi.
Menurut Gibson, Mitchell dan Basile (hibana: 20013) ada
sembilan tujuan dari konseling perorangan, yakni :
a) Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan
dan perkembanganya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi
pada proses tersebut (seperti perkembangan kehidupan sosial,
pribadi,emosional, kognitif, fisik, dan sebagainya). 
b) Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari
hasil-hasil yang tidak diinginkan. 
c) Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan
menghilangkan perkembangan yang tidak diinginkan. 
d) Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk
memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba
aktivitas baru dan sebagainya. 
e) Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa
yang dilakukan, difikirkan, dan dirasakn sudah baik 
f) Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan
keterampilan kognitif 
g) Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan
kebiasaan untuk hidup sehat. 
h) Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan
sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan
konsep diri positif dan sebagainya
E. Layanan Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan.


Konseling kelompok merupakan bagian terpadu dari keseluruhan program
Bimbingan dan Konseling komprehensif yaitu bagian terpadu dari
keseluruhan program pendidikan setiap sekolah sesuai dengan
perkembangan siswa.
Kemampuan yang perlu dimiliki dan diterapkan oleh seorang
konselor adalah kemampuan memberi layanan konseling dalam kegiatan
kelompok. Keterampilan ini diperoleh melalui mata kuliah khusus yaitu
Bimbingan dan Konseling Kelompok, teori, dan teknik konseling
kelompok, atau konseling dan psikoterapi kelompok.
Konseling kelompok penting bagi konseli terutama individu yang
memperoleh kesulitan membutuhkan suasana kelompok untuk
memecahkan kesulitannya. Kadang konseli kesulitan mengemukakan
masalahnya secara individu atau membutuhkan orang lain. Kadang
seorang konseli tidak berani bertatap muka dengan seorang konselor.
Diperlukan juga pengamatan secara sosial perilaku konseli di dalam
lingkungan kelompok.
Kelebihan kelompok:
a) Konseli dapat menemukan kesulitan yang dihadapi temannya
b) Merangsang seseorang bertindak secara spontan dan wajar.
c) Menyadarkan konseli bahwa dirinya bukan satu-satunya orang
yang bermasalah.
d) Menyadarkan bahwa kesulitan orang lain kadang lebih berat.
e) Membuat konseli belajar mengemukakan dan memecahkan
masalah orang lain.
f) Suatu layanan untuk membantu individu yang dilaksanakan dalam
suasana kelompok.
Kendala: Budaya Indonesia yang menganggap konselor sebagai
orang tua, dan konseli cenderung manut. Oleh Karena itu konselor jangan
memberikan nasihat. Konselor berwibawa untuk melaksanakan.
Kekhususan dalam konseling kelompok (tergantung pada berbagai faktor):
a) Masalah yang dihadapi oleh konseli.
b) Keadaan dan pribadi konseli.
c) Pribadi dan kemampuan konselor.
d) Suasana hubungan konselor dengan konseli.
e) Hubungan konseli dengan konseli dalam kelompok.
F. Layanan Pendukung BK : Himpunan Data (Sosiometri)
1. Pengertian Himpunan Data
Himpunan data adalah kumpulan data yang merupakan hasil
dari berbagai instrumentasi yang dilaksanakan yang digunakan untuk
menunjang kegiatan konseling. Himpunan data terkait dengan fungsi
layanan, bidang layananserta kegiatan konseling baik perorangan
maupun kelompok.
Himpunan data berguna untuk melakukan kegiatan aplikasi
instrumentasi di sekolah dan berguna secara efektif dalam
melaksanakan kegiatan konseling perorangan dan kelompok di sekolah
dan juga sebagai data acuan dalam mengambil keputusan tentang
permasalahan murid 
Tujuan secara umum dari penyelenggaraan himpunan data
adalah menyediakan data yang valid dan realistis dalam menunjang
pelaksanaan konseling disekolah juga menunjang pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dan membuat kegiatan layanan menjadi efektif.
Tujuan secara khusus dari penyelenggaraan adalah menyediakan
data yang valid, reliable, dan berkualitas yang berrtujuan untuk
penunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sehingga menciptakan
suasana yang kondusif dalam penyelengaraan konseling di sekolah. 
Fungsi Himpunan Datacegahan berdasarkan data yang lengkap
1. Fungsi pengentasan
Setelah data diperoleh dengan lengkap maka bisa dilakukan
pengentasan
2. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan
Dengan digunakannya data yang lengkap di dalam himpunan data
secara efektif, potensi mereka yang memperoleh pelayanan konseling
akan bisa berkembang
3. Fungsi advokasi
Data yang didapat seharusya melindungi hak-hak dan keburukan data
secara rapi dan tersusun
2. Pengertian Sosiometri
Sosiometri merupakan teknik yang tepat untuk mengumpulkan
data mengenai hubungan sosial dan tingkah laku sosial siswa. Dengan
teknik ini dapat diperoleh data tentang suasana hubungan antar
individu, struktur dan arah hubungan sosial. Gambaran suasana
hubungan sosial yang diperoleh dengan sosiometri disebut sosiogram.
Dari data sosiometri individu dapat diketahui keluasan dan kedalaman
pergaulan (keintiman pergaulan), status pemilihan atau penolakan
sesama teman, dan popularitas dalam pergaulan.
Fungsi dari sosiometri
a. Sebagai alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok
individu dengan dasar terhadap relasi sosial dan status dari
masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan.
b. Sebagai alat untuk memperbaiki hubungan insani (human
relation) diantara anggota-anggota kelompok tertentu.
c. Dapat digunakan untuk menentukan kelompok kerja.
d. Dapat digunakan untuk meneliti kemampuan memimpin
seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan
tertentu
G. Media BK : Film
1. Pengertian Media BK
Media Bimbingan Konseling Pengertian media dalam
bimbingan konseling sebagai hal yang digunakan menjadi perantara
atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program BK.
Namun dalam perkembanganya Media BK tidak sebatas
untuk perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor)
melaksanakan program BK tetapi memiliki makna yang lebih luas yaitu
segala alat bantu yang dapat digunakan dalam melaksanakan program
BK (Diklat profesi guru, PSG Rayon 15, 2008). misalnya konselor
ketika melaksanakan konseling individu memerlukan ruang konseling,
meja kursi, alat perekam/pencatat. ketika konselor pada akhir
minggu/bulan/semester/tahun akan melaporkan kegiatan kepada Kepala
Sekolah memerlukan media. Sebagaimana
dituliskan Deviarimariani pada situsnya Penerapan Teknologi Informasi
Konseling, Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Lebih lanjut, Briggs menyatakan bahwa media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan
bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat
menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang
membutuhkan informasi. Ada beberapa jenis media dalam program BK
yaitu: 1.      Media untuk menyampaikan informasi 2.      Media sebagai
alat ( pengumpul data dan penyimpan data) 3.      Media sebagai alat
bantu dalam memberikan group information 4.      Media sebagai
Biblioterapi 5.      Media sebagai alat menyampaikan laporan Berikut
mnerupakan beberapa contoh media diantara adalah : 1.      Media
untuk menyampaikan informasi Selebaran, leaflet, booklet, dan papan
bimbingan 2.      Media sebagai alat ( pengumpul data dan penyimpan
data) a)   Media Pengumpul data seperti: angket, pedoman wawancara,
lembaran observasi berupa anekdo record, daftar cek, skala penilaian,
mekanikal device, camera, tape, daftar cek masalah,  lembar isian
pilihan teman (semua dapat dibuat sendiri kecuali mekanikal device,
camera, tape). b)     Media penyimpan data seperti: kartu pribadi, buku
pribadi, map, disket, folder, filing cabinet, almari, rak dll 3.      Media
sebagai alat bantu dalam memberikan group information a)      Media
auditif              : radio, tape b)      Media visual                : gambar, foto,
tranparansi, lukisan, dll c)      Media audio visual      : film yang ada
suaranya. 4.      Media sebagai Biblioterapi Buku-buku, majalah, komik
( yang penting di dalamnya berisi cara-cara atau tips ) misalnya cara
beternak ayam, cara cepat membaca Alquran, cara mengatasi rendah
diri, cara meningkatkan motivasi belajar, dan beberapa buku yang berisi
cara-cara atau tips lainnya. 5.      Media sebagai alat menyampaikan
laporan Berupa laporan kegiatan BK. Laporan bisa mingguan, bulanan,
semesteran dan tahunan. 
Dengan demikian Media BK dapat berperan di dalam
pelaksanaan kegiatan program layanan bimbingan dan konseling
sebagai alat bantu dalam melaksanakan  berbagai kegiatan bimbingan
dan juga kegiatan konseling individu maupun konseling
kelompok. Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya
harus relevan dengan tujuan layanan dan isi layanan. Hal ini
mengandung makna bahwa penggunaan media dalam layanan
bimbingan dan konseling harus melihat kepada tujuan  penggunaannya
dan memiliki nilai  dalam mengoptimalkan layanan yang diberikan
kepada siswa. Oleh karena itu  dengan penggunaan media dalam
layanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan
kualitas proses layanan bimbingan dan konseling. 
2. Pengertian Film
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual
untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang
berkumpul di suatu tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134). Pesan film
pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi
film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup
berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan
dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang – lambang yang
ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan,
percakapan dan sebagainya.
Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh
terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio
visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara,
film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton
film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang
dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi
audiens.
Dewasa ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara
pendekatannya berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai
satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan
masalah yang dikandung. Selain itu, film dapat dirancang untuk
melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang seluas-luasnya.
Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua
pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat
lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah
film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan
oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial,
artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau
diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film non
cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu
merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. (Sumarno,
1996:10).
Dalam perkembangannya, film cerita dan non cerita saling
mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang memiliki ciri,
gaya dan corak masing-masing. Seperti halnya dengan film Pendekar
Awan dan Angin yang saat ini dibahas penulis, film ini termasuk film
cerita karena ceritanya dikarang yang dipertunjukan ditelevisi dengan
dukungan iklan.
Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap
terhadap perkembangan zaman, artinya ceritanya harus lebih baik,
penggarapannya yang profesional dengan teknik penyuntingan yang
semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan
trik-trik tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang menjadi
aktor/aktris di film tersebut.
Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran
dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang
digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk
mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap
ditonton
BAB III
ANALISIS HASIL LATIHAN PEMBELAJARAN
A. Menyusun Program Bimbingan Dan Konseling
Program bimbingan dan konseling yang baik mengikuti pola
perencanaan seperti prinsip-prinsip penyusunan program, tahap-tahap
penysuunan program. Agar guru pembimbing memiliki pedoman,
sehingga kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana
dengan lancar, efektif dan efisien serta dapatmencapai tujuan yang
diinginkan
Saya mengambil hasil need assesment melalui AKPD (Angket
Kebutuhan Peserta Didik). Aplikasi AKPD ini merupakan aplikasi terbaru
bagi Guru BK yaitu POP BK dalam menentukan kebutuhan peserta didik.
Dan menghasilkan program BK sesuai dengan kebutuhan.
1. Penyebaran Angket
Waktu pelaksanaan : 20 & 21 Agustus 2018
Sasaran : kelas VII B & VII C
2. Menginput data
Waktu pelaksanaan : 27 & 28 Agustus 2018
Sasaran : kelas VII B & VII C
3. Hasil need assesment
Waktu pelaksanaan : 29 Agustus 2018
H9hSasaran : kelas VII B & VII C
Sebagai bentuk laporan ada di bagian lampiran
B. Layanan Bimbingan Klasikal dan Bimbingan Kelompok
Salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang konselor
untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas,
secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada
peserta didik. Berkembangnya sosialisasi peserta didik, khususnya
kemampuan komunikasi anggota kelompok
1. Layanan Bimbingan Klasikal
Permasalahan : belajar ( displin belajar dirumah)
Waktu pelaksanaan : Selasa, 4 September 2018
Sasaran : kelas VII B
2. Layanan Bimbingan Kelompok
Permasalahan : karir (memilih cita-cita)
Waktu pelaksanaan : Rabu, 12 September 2018
Sasaran : kelas VII C
Sebagai bentuk laporan ada di bagian lampiran
C. Studi kasus
Salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Meskipun
demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus
bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami khusus sebagai suatu
kasus. Mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik yang
terdapat di dalam kasus yang diteliti
1. Studi Kasus
Waktu Pelaksanaan : 30 & 31 Agustus 2018
Sasaran : F.S.M & H.A kelas VII B & VII C
Sebagai bentuk laporan ada dibagian lampiran
D. Layanan Konseling Individu
Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.Membatu konseli menstrukturkan kembali masalahnya dan
menyadari life style serta mengurangi penilain negatif terhadap dirinya
sendrii serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu
dalam mengoreksi persepsinya terhadap linfkungan, agar konseli bisa
megarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
1. Konseling Ibndividual 1
Permasalahan : pribadi (suka marah tanpa tau
penyebabnya)
Waktu pelaksanaan : Kamis, 13 September 2018
Sasaran : F.S.M kelas VII B
2. Konseling Individual 2
Permasalahan : Sosial (jarang bermain dilingkunagan
tempat
tinggal)
Waktu Pelaksanaan : Jumat, 14 September 2018
Sasaran : H.A kelas VII C
E. Layanan Konseling Kelompok
layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengetasan permasalaahan pribadi
melalu dianmika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan. berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya
kemampuang berkomunikasinya
1. Konseling Kelompok
Permasalahan : Belajar
Kelas : VII B & VII C
Waktu pelaksanaan : Jumat, 21 September 2018
Sasaran : a. R.A
b. S.D
c. I.H.A
d. R
e. R.A
f. F.E
F. Layanan Pendukung BK
alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan sosial dan
tingkah laku sosial murid. Alat untuk dapat melihat hubungan berteman
seseorang. Suatu alat yang dipergunakan mengukur hubungan sosial siswa
dalam kelompokmerencanakan program yang kontruktif untuk
mneciptakan iklim sosial yang lebih baik dan sekaligus membatu
mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu
1. Angket sosiometri
Waktu pelaksanaan : 17 & 18 September 2018
Sasaran : VII B & VII C
G. Media BK
hal yang digunakan menjadi perantara atau pengantar ketika guru
bk melaksanakan program bk. menyamakan persepsi antara konselor dan
konseli
1. Film : Displin Belajar di rumah
2. Kartu Karir : memilih cita-cita
H. Praktik diluar BK
kegiatan diluar ranah bk yang membantu konseli menyelesaikan
permasalahannya. agar konselor dapat mengetahui karakteristik dan
kondisi peserta didik
1. Salaman pagi
2. Absen per kelas
3. Absen sholat Dzuhur
4. Setiap hari jumat pagi memimpin tadaruz
5. Setiap hari jumat mengisi Keputrian
6. Pengajian wali murid setiap minggu legi
BAB IV
LAPORAN PERANGKAT KEGIATAN KEPENDIDIKAN LAINNYA
1. Lomba 17-an
Lomba 17-an diadakan untuk merayakan hari kemerdekaan yang
jatuh pada tanggal 17 Agustus. Untuk memeriahkan hari kemerdekaan
kami menyelenggarakan berbagai macam lomba dengan rangkaian
acara seperti, lomba futsal untuk putra, gobak sodor untuk putri, lomba
mading kelas, kebersihan kelas, lomba makan kerupuk, membawa
kelereng dengan sendok, memecahkan plastik yang diisi air dan
memasukan pulpen dalam botol serta lomba cerda cermat. Setiap kelas
mengirimkan perwakilannya untuk lomba-lomba yang telah
disebutkan. Untuk siswa yang tidak berpartisipasi diarahkan menjadi
suporter.
Lomba-lomba tersebut dilaksanakan pada tanggal 15 – 16 Agustus
2018, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan upacara bendera pada
tanggal 17 Agustus 2018. Lomba-lomba dan upacara dilaksanakan di
lapangan sekolah SMP N 3 Kasihan.
Adapun rencana jadwal lomba sebagai berikut :
Nama Kegiatan (Lomba) Hari/Tanggal
Basket Rabu, 15 Agustus 2018
Gobak Sodor Kamis, 16 Agustus 2018
Mading Kamis, 16 Agustus 2018
Kebersihan Kelas Kamis, 16 Agustus 2018
Estafet (Makan krupuk, membawa kelereng Kamis, 16 Agustus 2018
dengan sendok, memecahkan plastik yang
diisi air dan memasukan pulpen dalam botol)
Cerdas cermat Rabu, 15 Agustus 2018
2. Lomba memasak
Lomba memasak diadakan sebagai peringatan hari raya Idul Adha
yang jatuh pada tanggal 22 Agustus 2018. Kegitan ini dilaksanakan
pada tanggal 23 Agustus 2018 di halaman sekolah SMP N 3 Kasihan.
Kegiatan dimulai dari pemotogan hewan qurban, kemudian daging
qurban dibagikan kepada masing-masing kelompok siswa.
Pembagian kelompok dilakukan dengan cara, masing-masing kelas
dibagi menjadi 3 klompok kecil.. Adapun peraturan lomba adalah
sebagai berikut :
1) Setiap kelompok mendapatkan daging qurban sebanyak 1,7 kg
2) Tidak boleh memakai kompor gas (menggunakan anglo/ tungku)
3) Tiap kelompok bebas berkreasi memasak daging qurban kecuali
membuat sate
4) Bumbu masakan boleh disiapkan dari rumah
5) Kriteria penilaian adalah rasa, penyajian, bahan, kematangan dan
kekreatifan.

3. Penataan taman
Kegiatan ini adalah kegiatan untuk membuat taman SMP N 3
Kasihan menjadi lebih menarik dengan ditambah beberapa papan
slogan di setiap depan kelas. Papan slogan ini bertujuan untuk
mengingatkan siswa agar lebih cinta terhadap lingkungan. Kemudian
untuk penataan taman adalah tanaman yang sudah tersedia di SMP N 3
Kasihan di atur kembali letaknya sehingga terlihat rapi dan lebih
nyaman.
Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa PPL Universitas PGRI
Yogyakarta. Untuk persiapan pembuatan papan slogan akan
dilaksanakan oleh mahasiswa diluar jam sekolah dimulai tanggal 10 –
13 September 2018. Untuk pemasangan papan slogan dan penataan
taman akan dilaksanakan ada hari Jumat tanggal 14 September 2018
diluar jam sekolah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 3 Kasihan
melalui berbagai tahapan yaitu dimulai tahap observasi, hingga praktek
mengajar. Program PPL dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa
praktikan, yaitu dapat membandingkan antara teori dalam perkuliahan dan
kondisi lapangan. Selain itu mahasiswa praktikan dapat mengenal berbagai
karakter serta kepribadian baik guru, karyawan, maupun siswa serta seluruh
komponen sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah. Dalam pelaksanaan
mengajar dan menyusun perangkat pembelajaran mahasiswa menemui
banyak kendala baik dalam persiapan maupun pelaksanaan, akan tetapi
dengan adanya kendala-kendala itulah yang menjadika mahasiswa praktikan
bertekad untuk dapat melaksanakan PPL di SMP N 3 Kasihan dengan baik
dan bertanggung jawab. secara umum terlaksana dan berjalan dengan baik.
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan Praktik
Pengalaman Lapangan ini di antaranya:
1. Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dapat berjalan dengan
baik karena adanya kerjasama antaraberbagai pihak, seperti kepala
sekolah, guru, dan karyawan, dan siswa/siswi SMP N 3 Kasihan.
2. Melalui kegiatan PPL ini, Mahasiswa praktikan diharapkan memiliki
kompetensi yang lain, seperti Personality (kemampuan individu), dan
Sociality (kemampuan bermasyarakat).
3. Melaluikegiatan PPL ini mahasiswa praktikan dapat merasakan secara
nyata keaadaan di lapangan,sehingga dapat membandingkan antara teori
perkuliahan dengan kondisi di lapangan.
4. Melalui kegiatan PPL ini juga mahasiswa dibekali banyak sekali
pengetahuan perangkat pembelajaran yang belum diketahui sebelumnya.
5. Dalam KegiatanBelajar Mengajar juga berjalan dengan baik dan lancar
apabila koordinasi yang efektif antara guru pembimbing dan pihak-pihak
yang terkait dalam pelaksanaan belajar mengajar.
6. Mahasiswa praktikan juga mendapat pengalaman baru selama di sekolah.
Secara umum kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang
dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai praktekan berjalan lancar, hal tersebut
dapat terlihat sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan Program
Mahasiswa sebagai praktekan melaksanakan seluruh rangkaian
kegiataan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II di SMP N 3
Kasihan.Program yang telah dilaksanakan adalah kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berlaku di sekolah.Kegiatan-kegiataan
yang diadakan sekolah secara keseluruhan dapat diikuti dengan aktif oleh
seluruh mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II Universitas
PGRI Yogyakarta.
2. Faktor Pendukung
Kelancaran dalam melaksanakan semua program Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) tidak terlepas dari dukungan semua pihak.
Dukungan tersebut diantaranya berupa:
a. Hubungan yang baik dengan guru pembimbing dan seluruh komponen
sekolah sangat membantu praktekan dalam melaksanakan praktek
mengajar.
b. Kedisiplinan yang tinggi dari seluruh komponen sekolah menjadi faktor
pendukung yang penting demi tercapainya efektifitas dan efisiensi
kegiatan belajar mengajar.
c. Motivasi dari seluruh komponen untuk menjadi yang terbaik sangat
mendorong semangat bagi praktekan agar mampu mengajar dengan baik.
B. Saran
Setalah Mahasiswa melaksanakan PPL II dari tahap awal penerjunan
hingga penarikan maka sudah seharusnya mahasiswa memberikan saran bagi
semua pihak baik dari SMP N 3 Kasihan maupun Universitas PGRI
Yogyakarta dan terutama bagi mahasiswa PPL, hal ini digunakan untuk
mengevaluasi rangkaian kegiatan selama bulan Agustus sampai Oktober 2018.
Saran dari kesimpulan tersebut ditujukan kepada:
1. Bagi Universitas PGRI Yogyakarta
a. Semoga dengan adanya hubungan dan kerjasama yang baik
antaraUniversitas PGRI Yogyakarta dengan SMP N 3 Kasihan dari
tahun ke tahun semakin baik.
b. Adanya koordinasi yang baik antara dosen pembimbing dan pihak
sekolah pada saat proses penerjunan perlu ditingkatkan sehingga dapat
memantau perkembangan mahasiswa praktikan di sekolah.
c. Pelaksanaan pembekalan hendaknya disampaikan jauh-jauh hari
sehingga mahasiswa bisa lebih matang dalam persiapan pelaksanaan
PPL.
2. Bagi Mahasiswa Praktikan
a. Menambah pengetahuan mahasiswa praktikan sehingga diharapkan
mahasiswa praktikan lebih sering berkonsultasi dengan guru pamong
baik sebelum dan sesudah mengajar, karena tujuan adanya PPL ini
diharapkan agar mahasiswa dapat mengekpolrasi sebanyak-
banyaknya ilmu-ilmu yang dapat menunjang kompetensi sebagai
calon guru.
b. Komunikasi yang terjalin baik antara seluruh elemen warga sekolah
dan juga kekompakan antar sesama mahasiswa PPL hendaknya
dijaga agar tercipta solidaritasbaik.
c. Memupuk dan meningkatkan rasa percaya diri dan kesabaran
sebagai seorang calon guru sehingga mampu menghadapi para siswa
didalam kelas.
d. Dapat melakukan tugas seorang guru di dalam kelas yaitu dengan
memberikan mata pelajaran dan bimbingan untuk memotivasi belajar
pada siswa.
Lampiran Perangkat Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai