Anda di halaman 1dari 2

Ibadah PA Koor Kaum Ibu GKPI Medan Kota, minggu ke IV Oktober 2022

Amsal 17:17
1. Bernyanyi KJ No. 249:1 “Serikat Persaudaraan”
Serikat Persaudaraan, berdirilah teguh
Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu
Bersama-sama majulah, dikuatkan iman
Berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan
2. Doa Pembuka

3. Bernyanyi BE No. 28: 1 “Hata Ni Jahowa”


Hata Ni Jahowa, sipadame jolma, hangoluan i
Halalas ni roha, siapuli roha, ni namarsak i
Gogo ni Debatangki, paluahon na porsea, Sian na sa jea

4. Renungan /PA Amsal 17:17 “Sahabat Sejati”


Salah satu manifestasi kasih yang paling sering dijumpai adalah dalam hubungan persahabatan.
Persahabatan yang sejati menurut Firman TUHAN adalah persahabatan yang memiliki nilai-nilai yang
sejalan dengan Firman TUHAN. Salah satu contoh nilai persahabatan yang di ceritakan dalam Alkitab yaitu
antara Daud dan Yonatan, di mana mereka saling mengasihi, menjaga, melindungi dan setia satu sama lain
dalam keadaan sulit sekalipun.
Banyak persahabatan pada zaman ini dimulai dan diakhiri dengan mudahnya. Media dan teknologi
digital membuat kita sangat mudah menemukan teman baru. Kita bisa berpindah-pindah dari satu lingkar
sosial ke lingkar sosial lainnya (kantor, sekolah, gereja, klub olahraga, dll). Kita punya beragam pilihan
kegiatan untuk dilakukan dan tempat untuk dikunjungi. Seiring dengan itu, kita menambah daftar teman-
teman kita. Di sisi lain, kita juga kehilangan kontak dengan sejumlah teman lama. Firman ini mau mengajak
kita untuk tidak hanya menilai dan menemukan “teman sejati”, tapi juga bagaimana menempah diri untuk
menjadi ‘sahabat sejati’ bagi orang lain.
1. Persahabatan memerlukan kerja keras. Sebagaimana kasih akan disebut sebagai kasih jika sudah
mencapai titik ‘pengorbanan’, maka demikian halnya untuk menjadi dan memilih sahabat yang
menaruh ‘kasih’ setiap waktu. Persahabatan itu lebih daripada sekadar menerima sebuah “Friend
Request” atau mem-follow akun media sosial seseorang. Persahabatan memerlukan komitmen,
kesabaran, dan pengorbanan. Mungkin kita harus rela menempuh perjalanan panjang menembus
kemacetan demi bisa bertemu selama setengah jam. Mungkin kita harus menahan diri untuk berkata
“Tuh kan aku sudah bilang” ketika sahabat kita menyesali sesuatu yang sudah kita peringatkan
sebelumnya. Atau sampai kepada, menjadi orang pertama yang menunggu dia kembali, ketika teman
kita berubah menjadi pribadi yang berbeda oleh karena hal-hal tertentu.
2. Persahabatan berarti tumbuh bersama. Betapa bijaksananya firman Tuhan ini, firman yang begitu
relevan, tidak dibatasi oleh sosial, budaya, waktu, dan zaman. Persahabatan berarti bertumbuh
bersama, dan memilih untuk selalu saling mengasihi—sahabat bukanlah proyek yang berusaha kita
bereskan. Persahabatan berarti menyatakan kasih Allah bagi satu sama lain dalam kehidupan sehari-
hari, serta saling memberi dorongan untuk tumbuh dalam anugerah dan pengenalan akan Yesus
Kristus. Seperti besi menajamkan besi! (bnd. Amsal 27:17; Ibr. 10:24-25)
3. Persahabatan tidak berarti menyenangkan semua orang. Menjadi sahabat yang baik tidak berarti kita
bisa menyenangkan semua orang.
4. Persahabatan tidak ternilai harganya. Tidak mudah menemukan seorang sahabat yang betul-betul
mengasihi kita, ingin yang terbaik untuk kita, dan yang bersedia berbagi hidup dan bertumbuh
bersama kita, dalam dunia yang menyepelekan arti persahabatan serta kurang menghargai komitmen
dan kesetiaan. Namun, meski terbilang langka, sahabat yang demikian ada! Ketika kita
menemukannya, jagalah persahabatan itu baik-baik, sebab sahabat yang baik lebih karib daripada
seorang saudara. (Amsal 18:24)
Ingatlah juga, jika kita ingin memiliki sahabat-sahabat yang baik, kita sendiri harus lebih dulu
menjadi sahabat yang baik. Yesus memberi kita teladan yang luar biasa! Dia mengasihi kita apa adanya; Dia
membimbing dan memimpin kita sepanjang jalan supaya kita bisa hidup menurut tujuan yang dikehendaki
Bapa untuk kita. Tentu untuk menemukan sahabat sejati bahkan untuk menjadi sahabat sejati bagi orang lain,
kita butuh ‘kasih’ yang dari pada Kristus, yang menguatkan dan memperlengkapi kita menerima dan
memahami orang lain.

5. Bernyanyi KJ No. 453: 1+3 “Yesus Kawan Yang Sejati”


Yesus Kawan yang sejati, bagi kita yang lemah
Tiap hal boleh dibawa, dalam doa pada-Nya
O, betapa kita susah dan percuma berlelah
Bila kurang pasrah diri, dalam doa pada-Nya
Adakah hatimu sarat, jiwa ragamu lelah?
Yesuslah Penolong kita, na’ikkan doa pada-Nya
Biar kawan lain menghilang, Yesus kawan yang baka
Ia ma’u menghibur kita, atas doa pada-Nya

6. Doa Syafaat

7. Bernyanyi PKJ 4 “Angkatlah Hatimu Pada Tuhan”

8. Persembahan (Roma 12:1)

9. Bernyanyi KJ No. 299 “Bersyukur kepada Tuhan”

Bersyukur kepada Tuhan, besyukur kepada Tuhan


Sebab Ia baik, bersyukur kepada Tuhan

10. Doa penutup/berkat

(SP)

Anda mungkin juga menyukai