Anda di halaman 1dari 1

Mazmur 119:7

Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.

Cinta Yang Tumbuh Oleh Karena Pengenalan


“Apakah yang dapat membuatmu bahagia? Jika pertanyaan ini, diajukan kepada kita satu persatu,
tentu sebagian besar orang akan menjawab ‘Anak-anakku sukses, atau hidup dengan cukup, atau sehat-
sehat, dsb”. apakah jawaban ini salah? Tentu tidak, sebagai manusia yang punya kebutuhan dan
keinginan, tentu tidak salah. Akan tetapi, apakah kita yakin betul, apabila anak-anak kita sukses, kita
akan benar-benar bahagia? Apakah ketika kita hidup dengan bergelimang harta kita akan benar-benar
bahagia? Apakah ketika kita sehat, punya umur yang panjang, kita akan benar-benar bahagia? Ya,,
bahagia, tapi mungkin hanyalah sementara, apapun keadaan kita, tentu tidak akan pernah berheti dari
yang namanya persoalan-persoalan yang mampu merenggut kebahagiaan sementara itu. Nah, nas ini mau
menawarkan kepada kita sebuah “KEBAHAGIAAN SEJATI”, bukan muluk-muluk, tetapi sudah terbukti
kebenaran dan kekekalan kebahagiaannya. Apa itu? Yaitu ‘hidup menurut kehendak Allah”.
Renungan hari ini, masih berkaitan dengan seputar tema besar kita di hari minggu kemaren, yaitu minggu
EXAUDI, yang memberi tema besar bagi orang percaya tentang “KEBAHAGIAAN HIDUP ORANG
BENAR”. Nats renungan ini, menjadi pendukung juga bagi kita orang percaya dalam memahami apa
sebenarnya yang menjadi kebahagiaan kita orang percaya, yaitu mengikuti ‘kehendak Allah’. Daud
adalah seorang raja, yang tidak memiliki kekurangan suatu apa pun jika kita pandang dari segi
kebahagiaan fisik yang sering dipahami banyak orang. Daud punya kekuasaan, dihormati, punya
keturunan, dia juga memiliki harta yang berlimpah. Tapi melalui nats renungan ini, kita dapat melihat,
bahwa apa yang membuat Daud bersyuku? Apa yang membuat Daud bahagia? Bukan soal harta, takhta
dan kesenangan lain yang dunia tawarkan, melainkan syukur Daud terletak pada ‘apabila ia belajar
hukum-hukum Allah yang adil”. Ucapan ini adalah ‘pengakuan’ dari seorang yang pada masanya
berkuasa, bahwa hukum Allah itu adil, dan mendatangkan sukacita apabila berpegang dan
memahaminya. Itulah upah dari orang yang hidup menurut kehendak Allah, mencintai hukum-hukum
dan kehendak-Nya, sekalipun persoalan datang kita tidak akan kalah dan lesu, kita tetap berbahagia,
karena kebahagiaan oleh karena hidup menurut kehendak Allah itu tidak dapat diambil dari kita. Justru
itu akan memberikan kita kekuatan untuk melihat setiap persoaln kita sebagai peluang untuk lebih
mengenal Allah.
Untuk itu, kesukaan akan hukum Allah tidak akan kita dapat apabila kita tidak punya hubungan relasi
yang baik dengan Allah. Bagaimana hubungan dan relasi itu dibangun? Tentu dengan merenungkan
firman Tuhan siang dan malam, di dalam keluarga, diajarkan kepada anak-anak di tengah keluarga.
Jangan lupa akan pepatah yang mengatakan “tak kenal maka tak sayang”, bagaimana kita mampu
menyayangi Allah jika kita tidak mengenal Dia. Itulah sejatinya ‘syukur’ dari orang percaya, yaitu
mengenal dan diberi kesempatan untuk mengenal Allah Sang Pencipta lebih dalam lagi. Rasa syukur,
mendatangkan ‘KEBAHAGIAAN’ yang sejati.

Anda mungkin juga menyukai