Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.
Cinta Yang Tumbuh Oleh Karena Pengenalan
“Apakah yang dapat membuatmu bahagia? Jika pertanyaan ini, diajukan kepada kita satu persatu, tentu sebagian besar orang akan menjawab ‘Anak-anakku sukses, atau hidup dengan cukup, atau sehat- sehat, dsb”. apakah jawaban ini salah? Tentu tidak, sebagai manusia yang punya kebutuhan dan keinginan, tentu tidak salah. Akan tetapi, apakah kita yakin betul, apabila anak-anak kita sukses, kita akan benar-benar bahagia? Apakah ketika kita hidup dengan bergelimang harta kita akan benar-benar bahagia? Apakah ketika kita sehat, punya umur yang panjang, kita akan benar-benar bahagia? Ya,, bahagia, tapi mungkin hanyalah sementara, apapun keadaan kita, tentu tidak akan pernah berheti dari yang namanya persoalan-persoalan yang mampu merenggut kebahagiaan sementara itu. Nah, nas ini mau menawarkan kepada kita sebuah “KEBAHAGIAAN SEJATI”, bukan muluk-muluk, tetapi sudah terbukti kebenaran dan kekekalan kebahagiaannya. Apa itu? Yaitu ‘hidup menurut kehendak Allah”. Renungan hari ini, masih berkaitan dengan seputar tema besar kita di hari minggu kemaren, yaitu minggu EXAUDI, yang memberi tema besar bagi orang percaya tentang “KEBAHAGIAAN HIDUP ORANG BENAR”. Nats renungan ini, menjadi pendukung juga bagi kita orang percaya dalam memahami apa sebenarnya yang menjadi kebahagiaan kita orang percaya, yaitu mengikuti ‘kehendak Allah’. Daud adalah seorang raja, yang tidak memiliki kekurangan suatu apa pun jika kita pandang dari segi kebahagiaan fisik yang sering dipahami banyak orang. Daud punya kekuasaan, dihormati, punya keturunan, dia juga memiliki harta yang berlimpah. Tapi melalui nats renungan ini, kita dapat melihat, bahwa apa yang membuat Daud bersyuku? Apa yang membuat Daud bahagia? Bukan soal harta, takhta dan kesenangan lain yang dunia tawarkan, melainkan syukur Daud terletak pada ‘apabila ia belajar hukum-hukum Allah yang adil”. Ucapan ini adalah ‘pengakuan’ dari seorang yang pada masanya berkuasa, bahwa hukum Allah itu adil, dan mendatangkan sukacita apabila berpegang dan memahaminya. Itulah upah dari orang yang hidup menurut kehendak Allah, mencintai hukum-hukum dan kehendak-Nya, sekalipun persoalan datang kita tidak akan kalah dan lesu, kita tetap berbahagia, karena kebahagiaan oleh karena hidup menurut kehendak Allah itu tidak dapat diambil dari kita. Justru itu akan memberikan kita kekuatan untuk melihat setiap persoaln kita sebagai peluang untuk lebih mengenal Allah. Untuk itu, kesukaan akan hukum Allah tidak akan kita dapat apabila kita tidak punya hubungan relasi yang baik dengan Allah. Bagaimana hubungan dan relasi itu dibangun? Tentu dengan merenungkan firman Tuhan siang dan malam, di dalam keluarga, diajarkan kepada anak-anak di tengah keluarga. Jangan lupa akan pepatah yang mengatakan “tak kenal maka tak sayang”, bagaimana kita mampu menyayangi Allah jika kita tidak mengenal Dia. Itulah sejatinya ‘syukur’ dari orang percaya, yaitu mengenal dan diberi kesempatan untuk mengenal Allah Sang Pencipta lebih dalam lagi. Rasa syukur, mendatangkan ‘KEBAHAGIAAN’ yang sejati.