Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM GEOHIDROLOGI

ACARA X
GEOLISTRIK

Dosen Pengampu:
Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Ariq Adnan


NIM : 160722614652
Off/Thn : G / 2016
Asisten : Retno Hatmanti Wilujeng

S1 GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA X

GEOLISTRIK

I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pendugaan geolistrik menggunkana
pendekatan tahanan jenis
2. Mahasiswa dapat mengolah data penduggan geolistrik untuk
mendapatkan stratigrafi geologi dan nilai tahanan jenis batuannya.

II. Dasar Teori


Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan
elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat
penginjeksian arus ke dalam bumi (Kanata,dan Zubaidah, 2008).
Dari sekian banyak metode geofisika yang diterapkan dalam
geolistrik, metode tahanan jenis adalah metode yang paling sering
digunakan. Metode ini pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan
arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga
menimbulkan beda potensial. Beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua elektroda potensial (Reynold, 1997).
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda - elektroda arus dan
potensialnya, dikenal beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis,
antara lain metode Schlumberger, metode Wenner dan metode Dipole
Sounding. Metode ini lebih efektif dan cocok digunakan untuk
eksplorasi yang sifatnya dangkal, karena jarang memberikan informasi
lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500 kaki. Pada metode
tahanan jenis konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikan sebagai
bola padat yang mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi
ini, maka seharusnya resistivitas yang terukur merupakan resistivitas
sebenarnya dan tidak bergantung atas spasi elektroda, namun pada
kenyataannya bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-
beda sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari
lapisan-lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan
merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, tetapi beberapa
lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar. (Gokdi,
2012)
IP2 Win adalah software yang digunakan untuk mengolah data
geolistrik dari satu atau lebih titik VES (Vertical Electrical Sounding).
IP2 Win mengolah data geolistrik yang menggunakan metode IP
(Induced Polarization) dengan berbagai macam konfigurasi misalnya
Schlumberger, Wenner‐α, Wenner‐β, dan lain‐lain. Penggunaan IP2
Win mencakup beberapa tahap. Tahapan dalam penggunaan software
IP2 Win adalah input data, koreksi error data, penambahan data, dan
pembuatan cross section. Input data dapat dilakukan dari data langsung
lapangan (masih berupa data AB/2, V, I, dan K) atau data tak langsung
(berupa data AB/2 dan Rho_a).
Data hasil olahan IP2 win berupa data resistivity layer, grafik log
resistivity terhadap AB/2, resistivity cross Section, serta pseudo cross
section. Data hasil olahan dapat di export dalam berbagai macam
pilihan data. Kelemahan yang paling mendasar dalam IP2 Win adalah
bahwa software ini banyak terdapat bug atau error‐error kecil sehingga
dalam tahapan pengolahan tertentu, program harus di restart.

III. Alat dan Bahan


a. Pengukuran lapangan
1. Resistivity
2. Elektroda
3. Kabel
4. Aki
5. Palu
6. Meteran
b. Bahan:
1. Alat tulis
2. Laptop
3. Data parameter uji pendugaan geolistrik

IV. Langkah Kerja


a. Pengukuran lapangan

Siapkan alat dan bahan untuk praktikum lapangan geolistrik

Menyusun elektroda sesuai dengan konfigurasi: C1-PI-P2-C2

Hubungkan kabel dengan elektroda C1, C2 serta P1, P2

Posisikan scalar pada posisi ON

Hubungkan kabel dengan resistivitymeter sesuai dengan kode pada alat

Pastikan elektroda sudah terhubung dengan baik dengan melihat indikator


TEST LOOP

Atur CONVENSTOR sampai menunjukkan nilai 0

Tekan CURRENT TEST sampai nilai V dan I yang stabil lalu tekan
tombol HOLD

Jika pembacaan terlalu kecil, pindahkan voltage pada nilai yang lebih
besar dan ulangi prosedur diatas
b. Pengolahan data

Siapkan alat dan bahan berupa data parameter uji dan software IP2 win

Buka software IP2 win kemudian klik new VEST point lalu inputkan nilai AB/2
dan MN

Klik icon U,I sampai keluar nilai K kemudian inputkan nilai V dan I untuk titik 1
lalu klik OK dan save nilai ves

Setelah keluar grafik kurva pilih MN ke Avr lalu klik OK, kemudian klik
inversion

Klik Edit Curva Field sampai nilai RMS Error menunjukkan angka yang kecil
kemudian save setelah selesai tutup dan buka lagi IP2 win

Setelah IP2 win terbuka ulangi langkah diatas namun kali inputkan nilai V dan I
untuk titik 2 setelah semua selesai tutup IP2 win

Buka kembali IP2 win kemudian pilih open data file dan pilih nilai ves kedua
titik tadi yang telah disave

Save file IPI format kemudian OK sampai keluar grafik resistivitynya

Kemudian klik export dan pilih tipe BMP dan save


V. Hasil
1. Formasi material geologi software IP2 win

2. Tabel interpretasi lapisan batuan


a. Titik 1

Kedalama Tahanan Jenis Lapisan Batuan Konfigurasi Warna


n (m)
0 – 0,52 2,8,x106 – 4.3 x106 Dugaan berupa batuan andesit Merah
0,53 – 3,2 65.793 – 100.000 Dugaan berupa batuan basalt, Hijau Muda
asosiasi aliran lava yang
membeku
>3,2 43.288 – 65.793 Dugaan berupa basalt Hijau Agak Tua

b. Titik 2

Kedalaman Tahanan Jenis Lapisan Batuan Konfigurasi Warna


(m)
0 – 0,35 106 - 1,9 x 106 Dugaan berupa batuan andesit Magenta
0,36 – 4,00 43.288 Lapisan batuan basalt Hijau Tua
4,00 – 10,00 6.579 – 10.000 Kerikil Kering Biru Muda
10,10 – 22,00 43.288 Lapisan batuan basalt Hijau Tua
>22,00 2.310 – 4.329 Batu pasir Biru Tua
VI. Pembahasan
Pada praktikum geohidro acara kesepuluh kali ini mengenai
pendugaan geolistrik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
lapisan dibawah permukaan tanah, khusunya yang memiliki
ketersediaan airtanah. Praktek lapangan geolistrik kali ini dilakukan di
Desa Sumbersuko dengan menggunakan metode Sclumberger.
Dikarenakan dalam pengambilan data cukup cepat dimana elektroda
potensial tidak terlalu sering dipindah pindah. Hal ini tentunya
membuat pengolahan data nantinya lebih baik dan konfigurasinya
tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan lateral di wilayah kajian.
Hasil dari praktikum dilapangan kemuadian diolah sehingga
diketahui bahwa pada Desa Sumbersuko terdapat lima jenis lapisan
yang berada dibawah permukaan tanah yang diperoleh dari formasi
geologi Qp(kb). Material yang terkandung pada lapisan tersebut
berupa lapisan andesit, basalt, lava, tuff, dan lahar.
Pada titik satu diketahui terdapat tiga lapisan yang ada dibawah
permukaan tanah. Pada lapisan yang pertama berada pada kedalaman 0
- 0,25 meter, material yang terkandung berupa material andesit yang
memiliki tahanan jenis sebesar 2,8 x 106 – 4,3 x 106 Ohm yang pada
gambar memiliki warna merah. Pada lapisan yang kedua yang berada
pada kedalaman 0,53 – 3,2 meter. Material yang terkandung pada
lapisan ini berupa material basalt yang berhubungan dengan aliran lava
yang telah membeku yang memiliki tahanan jenis sebesar 65.793 –
100.000 Ohm dan memiliki warna hijau. Sedangkan pada lapisan
ketiga yang berada pada kedalaman >3,2 meter, material yang
terkandung berupa material basalt yang memiliki tahanan jenis sebesar
43.288 – 65.793 dan memiliki warna hijau tua.
Pada titik dua diketahui terdapat lima lapisan material yang ada
dibawah permukaan tanah. Pada lapisan yang pertama pada
kedalaman 0 - 0,35 meter. Material yang terkandung berupa material
batuan andesit yang memiliki nilai tahanan jenis sebesar 106 – 1,9 x
106 Ohm dan memiliki warna magenta. Pada lapisan kedua yang
berada pada kedalaman 0,36 – 4,00 meter yang memili material berupa
batuan andesit dengan nilai tahanan jenis sebesar 43.288 Ohm dan
memiliki warna hijau tua. Pada lapisan ketiga yang berada pada
kedalaman 4,00 – 10,00 meter memiliki material berupa kerikil kering
dengan nilai tahanan jenis sebesar 6.579 – 10.000 Ohm dan memiliki
warna biru muda. Pada lapisan keempat yang berada pada kedalaman
10,10 – 22,00 meter memiliki material yang berupa material basalt
sama dengan lapisan kedua dengan tahanan jenis sebesar 43.288 Ohm
dan memiliki warna hijau tua. Pada lapisan kelima yang berada pada
kedalaman >22,00 memiliki material kandungan yang berupa batu
pasir dengan tahanan jenis sebesar 2.310 – 4.329 Ohm dan memiliki
warna biru tua.
Dari pendugaan dari kedu titik diatas bila dikaitkan dengan
ketersediaan airtanah maka dapat diketahui bahwa pada titik pertama
tidak memiliki airtanah. Dikarenakan material yang terkandung
dominan berupa batuan beku yang mana pada batuan ini tidak
memiliki koneksitivitas pada pori porinya sehingga airtanah tidak
dapat mengalir. Sedangkan pada titik kedua juga hampir sama
kondisinya dengan titik pertama yang mana ketersediaan airtanah sulit
ditemukan pada kedalaman kurang dari 30 meter. Material yang
terkandung berupa kerikil, namun pada meterial ini tidak memiliki pori
– pori sehingga saling terkoneksi. Hal inilah yang membuat airtanah
tidak dapat menempati material kerikil tersebut.
Setiap wilayah tidak selalu memiliki ketersediaan airtanah, selalu
ada wilayah yang memiliki sedikit airtanah bahkan tidak memiliki
ketersediaan airtanah sedikit pun. Untuk mengetahui apakah
tersedianya airtanah pada suatu wilayah maka dapat menggunakan
geolistrik ini. Dimana pada uji geolistrik berguna untuk menduga
keberadaan airtanah berdasarkan lapisan tanah yang ada tanpa harus
melakukan pengeboran. Sehingga hal ini dapat berguna bagi
masyarakat yang menggunakan sumber airtanah yang dimanfaatkan
untuk kehidupan sehari – hari.
VII. Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa pada parktikum geolistrik kali ini
dilakukan pada dua yang memiliki lima jenis lapisan yang berada
dibawah permukaan tanah yang diperoleh dari formasi geologi
Qp(kb). Material yang terkandung pada lapisan tersebut berupa
lapisan andesit, basalt, lava, tuff, dan lahar.
2. Pada pengujian di titik pertama diketahui tidak memiliki airtanah.
Dikarenakan material yang terkandung dominan berupa batuan
beku yang mana pada batuan ini tidak memiliki koneksitivitas pada
pori porinya sehingga airtanah tidak dapat mengalir.
3. Pada pengujian titik kedua ketersediaan airtanah juga sulit
ditemukan. Material yang terkandung berupa kerikil, namun pada
meterial ini tidak memiliki pori – pori sehingga saling terkoneksi.
Hal inilah yang membuat airtanah tidak dapat menempati material
kerikil tersebut.

VIII. Daftar Pustaka


Gokdi, H., dkk.2012. Menentukan litologi dan akuifer
menggunakan metode geolistrik konfigurasi wenner dan
schlumberger di perumahan wadya graha i pekanbaru.
Pekanbaru: Fakultas MIPA, Universitas Binawidya.
Hidayat, Wahyu K. dan Najib. 2006. Menentukan Lapisan
Penyimpanan Air (Aquifer) dengan Metode Geolistrik.
Undip. Magelang.
Kanata, Bulkis dan Zubaidah. 2008. Pemodelan Fisika Aplikasi Metode
Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Investigasi
Keberadaan Air Tanah. Jurnal Vol. 7 No. 1 Januari – Juni
2008. Mataram.
Reynold, J.M. 1997 An Introduction to Applied and Enviromental
Geophysics. John Willey & Sons Ltd. Newyork.
LAMPIRAN
1. Data praktikum lapangan
Titik 1 Titik 2
AB/2 MN/2 MN
i v i v
0.016 3131 0.145 2843 1.5 0.5 1
0.01 109.9 0.105 193.4 2.5 0.5 1
0.015 20.6 0.019 48.3 4 0.5 1
0.012 19.8 0.118 31.7 6 0.5 1
0.015 4.2 0.072 10.4 8 0.5 1
0.007 3.3 0.056 4.2 10 0.5 1
0.013 0.4 0.063 10.5 12 0.5 1
0.01 0.3 0.064 0.6 15 0.5 1
0.01 12.4 0.063 28.2 15 5 10
0.012 6.7 0.072 16.2 20 5 10
0.011 3.9 0.059 7.3 25 5 10
0.015 2.3 0.096 7.7 30 5 10

2. Peta Geologi Sumbersuko

Anda mungkin juga menyukai