Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM GEOHIDROLOGI

ACARA III
HUKUM DARCY

Dosen Pengampu:
Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Ariq Adnan


NIM : 160722614652
Off/Thn : G / 2016
Asisten : Retno Hatmanti Wilujeng

S1 GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA III

HUKUM DARCY

I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengukur potensi debit air tanah menggunakan
aplikasi hukum darcy
2. Mahasiswa dapat menganalisis potensi airtanah melalui pendekatan
hukum darcy
II. Dasar Teori
Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan
suatu fluida mengalir melalui media berpori seperti batu. Hal ini
bergantung pada prinsip bahwa jumlah aliran antara dua titik adalah
berbanding lurus dengan perbedaan tekanan antara titik - titik dan
kemampuan media melalui yang mengalir untuk menghambat arus.
Konduktivitas hidrolik tanah merupakan sifat penting dalam
kaitannya dengan mobilitas fluida dalam media berpori. Untuk
mengetahui konsep konduktivitas hidrolik tersebut perlu diketahui
suatu konsep aliran yang dirumuskan oleh Henry Darcy pada tahun
1856. Darcy dalam eksperimennya menemukan hubungan
proporsional antara debit aliran air (Q) yang melalui pasir (homogen)
dengan luas penampang aliran air (A) dan kehilangan energi (gradien
kehilangan energi atau gradien head hidrolik), yang dapat dituliskan
sebagai berikut (Bear dan Verrujit, 1990):

(
Q=−KA h 2−h1
1 )
Dimana, Q adalah volume air melalui satuan luasan dalam satuan
waktu (L3T-1), h1- h2 = ∆h merupakan perbedaan tinggi head hidrolik
antara dua titik pada media pasir dengan beda jarak sepanjang l, K
adalah faktor proporsional (LT-1) yang dikenal dengan konduktivitas
hidrolik, l adalah ketebalan atau panjang pasir (L).

Validitas hukum darcy ini mencakup beberapa hal seperti: bahwa


aliran terjadi ke semua arah, arah q (flux) atau Q (debit) selalu positif,
jika minus berarti menunjukkan arah aliran yang berlawanan dengan
gradient, menunjukkan hukum linier yaitu flux proporsional dengan
gradient, aliran jenuh dan aliran ak jenuh, aliran tunak (Steady State)
dan aliran tak tunak (Transient Flow), aliran di dalam akuifer dan
akuitard, sistem homogen dan heterogen, aliran dalam media isotropic
dan anisotropic, aliran dalam media batuan dan granuler, angka
reynolds antara 1 - 10

Hukum darcy berfungsi untuk memperkirakan kecepatan aliran


airtanah di dalam akuifer (Darcy’s flux) dan waktu tempuh rata – rata
dari hydarulic head tinggi ke rendah atau pada titik tertentu yang
mempunyai hydraulic head lebih rendah
III. Alat dan Bahan
1. Alat:
a. Alat tulis
b. Penggaris
c. HVS
d. Laptop
2. Bahan
a. Data flownets
IV. Langkah Kerja

Siapkan alat dan bahan untuk praktikum


1
Identifikasi data yang ada (kedalaman akuifer, nilai K, dll)
2
Hitunglah kemiringan airtanah (hydraulic gradient)
3
Ingatlah skala peta yang ada
4
A = b (tebal akuifer) x panjang kontur pada tinggi muka air yang paling
5 tinggi

Gunakan formula Q = K.I.A untuk menghitung besarnya debit airtanah


6
Menyusun laporan praktikum Geohidrologi Acara 3
7
V. Hasil
1. Peta flownet (terlampir)
2. Hasil perhitungan (terlampir)
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini tentang hukum darcy untuk menentukan
besarnya debit aliran air pada suatu wilayah dengan menggunakan peta
flownet yang telah dibuat sebelumnya. Untuk menentukan tingkat
debitnya dilakukan dengan cara dengan membuat bentuk bujur sangkar
pada dua kontur yang memiliki lebar yang sama dan memiliki sudut
900. Besarnya debit aliran air dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti hydrolic conductivity, kondisi gradien hidrolik, kecepatan
aliran, dan luas penampang akuifer. Jika nilai faktor – faktor tersebut
tinggi maka debit air tanah akan semakin tinggi pula.
Diketahui hasil perhitungan debit akuifer menggunakan rumus Q =
K.I.A pada 3 area flownet yang masing masing terdiri dari flownet 1 =
Q1, Q2, Q3. Flownet 2 = Q4, Q5, Q6. Dan flownet 3 = Q7, Q8, Q9, dan
Q10. Berdasarkan hasil perhitungan dapat ditentukan hasilnya sebagai
berikut:

Flowne
t Perhitungan Debit Aliran tanah
Q1 2772 m3/hari
1 Q2 2940 m3/hari
Q3 1601,6 m3/hari
Q4 2038,4 m3/hari
2 Q5 2856 m3/hari
Q6 1814,4 m3/hari
Q7 2142 m3/hari
Q8 2800 m3/hari
3
Q9 2508,8 m3/hari
Q10 2511,6 m3/hari

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa besarnya nilai debit dapat di
pengaruhi oleh kerapatan aliran sehingga gradien hidrolik juga
semakin tinggi. Berdasarkan perhitungan diatas maka untuk nilai
terbesar dari aliran terdapat pada Q2 yang diketahui sebesar 2940
m3/hari. Sedangkan debit aliran terendah terdapat pada Q3 yang
diketahui sebesar 1601,6 m3/hari.

Tinggi rendahnya suatu debit tersebut dikarenakan kemiringan


lereng dan kondisi akuifer. Dimana semakin curam kemiringan lereng
maka aliran air tanahnya akan semakin cepat, sedangkan semakin
landai kemiringan lereng maka aliran airnya akan semakin
lambat.Metode darcy ini sangat cocok untuk digunakan dalam
menghitung aliran jenis laminer dikarenakan hukum darcy
menggunakan rumus yang hubungannya dengan faktor – faktor
berbanding lurus dengan besarnya nilai debit. Hal tersebut juga
membuktikan bahwa hukum darcy tidak cocok digunkan untuk gradien
hidrolik yang rendah.

Sehingga potensi airtanah ini dapat digunakan sebagai acuan untuk


perencanaan konservasi airtanah. Karena pada saat ini kebutuhan akan
airtanah semakin tinggi atau meningkat yang dibarengi dengan
meningkatnya jumlah penduduk maupun industri. Sedangkan potensi
airtanah semakin berkurang baik kuantitas maupun kualitasnya. Oleh
karena itulah perhitungan dan juga penentuan potensi airtanah diperlu
kan untuk menganalisis wilayah – wilayah mana saja yang memiliki
potensi air yang berguna bagi kehidupan masyarakat.

VII. Kesimpulan
1. Diketahui bahwa besar kecilnya debit aliran air dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: konduktivitas hidrolik, kemiringan air
tanah, dan luas akuifer.
2. Debit akuifer tertinggi terdapat pada flownet 1, yaitu pada daerah
Q2 dengan nilai debit akuifer sebesar 2940 m3/hari. Sedangkan
debit akuifer terendah terdapat pada daerah Q3 dengan nilai debit
akuifer sebesar 1601,6 m3/hari.
3. Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menganalisis
perencanaan potensi sumber air yang berguna bagi kehidupan
masyarakat.
VIII. Daftar Pustaka
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor. Asdak
C. 1995. Hidrologi dan pengolahan air sungai. Gajah Mada
Univesity Press, Yogyakarta.
Bear, J. and A. Verruijt, 1990, Modelling Groundwater Flow and
Pollution: Reidel Publishing Company, Dordrecht,
the Netherland, 412 p.
Kodoatie, Robert J. 1996, Pengantar Hidrogeologi, Penerbit Andi,
Yogyakarta
Todd, D.K. 1980. Ground Water Hidrology. New York: John Wiley
and Sons
LAMPIRAN

1. Peta flownet

2. Hasil perhitungan

Anda mungkin juga menyukai