Anda di halaman 1dari 2

Pesan Moral di Balik Cerita Rakyat

Oleh Aliansyah Jumbawuya

Di tengah dominasi televisi dan derasnya serbuan sinetron, masihkah ada waktu bagi
orang tua untuk mendongeng buat anak-anak mereka? Apalagi sekarang ini banyak
wanita yang memilih berkarir di luar ketimbang menjadi ibu rumah-tangga, sehingga
makin sempitlah peluang dia buat bercengkerama dengan si buah hati sambil menuturkan
sebuah dongeng. Kenyataan ini diperparah lagi dengan minimnya penguasaan kita
terhadap perbendaharaan cerita rakyat.

Padahal orang-orang tempo doeloe punya kebiasaan positif, sebelum tidur


memperdengarkan dongeng kepada anak atau cucu. Dan itu, disadari atau tidak,
merupakan sarana efektif untuk `mengekalkan` ikatan batin di antara mereka.

Lewat dongeng kreativitas dan imajinasi anak diasah sejak dini. Hal ini diakui oleh
beberapa sastrawan Indonesia, seperti Putu Wijaya, yang mengungkapkan bahwa
kepiawaiannya mengarang dipengaruhi oleh kebiasaannya sejak kecil yang suka
mendengarkan dongeng dari sang nenek.

Selain itu, dongeng juga mengandung nilai edukatif. Biasanya di balik sebuah cerita
memuat pesan moral tertentu. Seringkali untuk menanamkan akhlak terpuji dibalut
dengan cerita. Dibanding kalau pesan itu disampaikan secara dogmatis, daya serap lewat
cerita jauh lebih tinggi dan membekas kuat dalam memori.

Sayangnya, tradisi mendongeng sekarang ini seolah kurang mendapat tempat di


masyarakat. Perlu upaya penyelamatan agar cerita-cerita rakyat, yang pernah hidup di
masa lalu supaya dilestarikan, sehingga tidak putus mata rantai dengan generasi berikut.

Langkah itulah yang dilakukan oleh Syamsiar Seman, dengan menghimpun cerita rakyat
Kalsel yang tadinya masih berbentuk lisan ke dalam karya tulis “Galuh Rumbayan
Amas”. Buku ini memuat lima judul cerita, yang masing-masing mengandung pesan
moral tertentu.

Cerita “Galuh Rumbayan Amas” misalnya, lewat tokoh Agap digambarkan bahwa orang
yang rajin bekerja dan berani mengambil resiko akan memperoleh keberhasilan, dalam
hal ini ia mendapatkan istri yang cantik bernama Galuh Rumbayan Amas. Mereka hidup
rukun dan bahagia hingga dianugerahi tujuh orang anak. Namun, karena Agap teledor,
sehingga ingkar janji untuk tidak membakar kayu mali-mali, akibatnya istrinya itu yang
merupakan jelmaan hantu baranak, kembali ke alamnya semula.

Cerita yang mirip dengan kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari ini, mengingatkan kita
betapa pentingnya memegang teguh sebuah janji.
Berikut, “Asalnya Gajah Kada Ada di Kalimantan” mengandung pesan moral agar
seorang pemimpin itu menjauhkan diri dari perasaan paling hebat, karena di dunia ini tak
ada sesuatu yang abadi. Dan bagi si lemah agar tidak didzalimi, maka ia musti pandai-
pandai menggunakan akalnya, sebab seringkali terbukti kepintaran itu mampu
mengalahkan mereka yang bertubuh kuat.

Sedangkan dalam cerita ketiga “Mancari Bagandang Nyiru” mengisyaratkan agar dalam
melakukan aktivitas apapun jangan sampai lupa diri sehingga tak ingat waktu. Apalagi
menjelang Maghrib saatnya bersiap-siap untuk melaksanakan shalat, mustinya sudah ada
di rumah. Seperti yang dialami Mawan karena keasyikkan memancing ikan ia tak sadar
dikariyau (hipnotis) hantu.

Lama ditunggu-tunggu tak juga muncul, maka warga kampung pun berinisiatif mencari
dengan bagandang nyiru. Disini memperlihatkan betapa erat hubungan persaudaraan dan
tingginya kepedulian di antara mereka, sehingga ketika ada warga yang terkena musibah
tetangga lain tak bisa tinggal diam. Sikap gotong-royong semacam ini patut diwarisi,
namun ironisnya dalam masyarakat modern semakin ditinggalkan.

Sementara di balik cerita “Pilanduk Manunggui Agung Raja” terselip pesan moral agar
kita jangan suka menjahili orang lain. Sebab, suatu saat nanti cepat atau lambat kejahatan
yang pernah kita lakukan akan mendapat balasan yang setimpal.

Demikianlah, orang-orang dulu kalau ingin memberi nasehat sering menggunakan media
cerita rakyat, sehingga meninggalkan kesan mendalam di hati dan mampu menanamkan
nilai-nilai konstruktif bagi perkembangan mental dan akhlak anak-anak. aliansyah
jumbawuya.

_____________________

Tulisan ini dari: http://padepokanpena.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai