Anda di halaman 1dari 3

Pudarnya Budaya Mendongeng

Oleh Nani Husnaini, M.Pdi

"Melalui dongeng orang tua dapat menanamkan nilai-nilai moral, kasih sayang,
kejujuran, keberanian, kerja keras, kesabaran, semangat pantang menyerah"

Pernah pada suatu masa, setiap usai solat isya anak-anak bersiap-siap ke tepat tidur
melepas lelah setelah seharian bermain dan belajar, menyelesaikan pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru di sekolah, sebelum tertidur lelap sudah menjadi tradisi seorang ibu,
nenek, bibi atau mungkin kakak mengisahkan suatu cerita pengantar tidur atau yang biasa
kita sebut dengan mendongeng. Anak sungguh senang menyimak dengan seksama
dongeng yang diceritakan. Sesekali mereka berdecak kagum dengan ketangguhan,
ketangkasan dan kebaikan budi pekerti tokoh dalam dongeng atau mereka geram dengan
tabiat tokoh-tokoh antagonis yang memainkan peran buruknya yang mengesalkan.

Sembari menyimak alur cerita, anak terhanyut dalam imajinasinya masuk ke dalam
cerita, mendaki gunung, menuruni lembah, memasuki hutan, mengarungi samudra,
menjelajah angkasa, atau menari-nari meniti pelangi dengan segala keindahan yang ada
di dunia dongeng. Apa yang didengar dalam dongeng seakan terlihat nyata di depan
mata. Namun terkadang, anak-anak sudah terlelap sebelum dongeng selesai dikisahkan,
bahkan lucunya lagi, tak jarang yang mendongengkan juga ketiduran sementara anak-
anak masih penasaran dengan kisah yang diceritakan.

Kehangatan suasana itu mungkin akan selalu dirindukan oleh mereka yang dulu di masa
kecil pernah mengalaminya. Suasana yang menjalin dan mengeratkan ikatan emosional
antara pendongeng dan yang di dongengkan.

Namun setelah beberapa dasawarsa berlalu ketika stasiun televisi satu persatu masuk ke
rumah-rumah meramaikan hari dan malam kita, maka anak-anak tidak lagi diantar tidur
dengan dongengan yang penuh dengan imajinasi dan inspirasi, kebanyakan dari merka
beranjak sendiri ke kamar tidur meninabobokan diri dengan game-game seru di HP ibu
atau ayahnya, sedangkan sang Ibu dan Ayah menikmati sisa malam dengan berbagai
suguhan sinetron, komedi dan film laga.

Bahkan tak jarang anak-anakpun ikut meninabobok kan diri di samping ibunya yang
sedang menonton, maka tak heran bila kita melihat perubahan besar pada perkembangan
anak zaman sekarang. Bayangkan, pada usianya yang masih belia mereka sudah dijejali
oleh tontonan yang mencontohkan perilaku-perilaku yang sungguh tidak patut, terlebih
untuk anak seusia mereka. Akibatnya, anak meniru perilaku yang ditontonya, berbagai
berita menghebohkan pun bermunculan, misalnya seorang anak mensmack-down
temannya hingga babak belur akibat menonton program adu otot yang disaksikan di
televisi, anak-anak usia SD sudah berani melakukan perbuatan asusila dan lain
sebagainya.
Tergusur Teknologi

Budaya mendongeng mulai tergusur oleh kemajuan teknologi dan sempitnya kesempatan
yang dimiliki oleh orangtua karena kesibukan bekerja. Maka sungguh malang nasib anak-
anak zaman sekarang yang tidak dapat merasakan kehangatan kebersamaan dalam
suasana mendongeng yang sungguh menyenangkan. Mungkin ada diantara orangtua yang
menganggap remeh mendongeng. Hal itu sungguh keliru, karena banyak sekali manfaat
yang didapatkan dengan mendongeng.

Melalui dongeng orang tua dapat menanamkan nilai-nilai moral, kasih sayang, kejujuran,
keberanian, kerja keras, kesabaran, semangat pantang menyerah dan lain sebagainya.
Melalui cerita yang disampaikan anak juga dapat diarahkan untuk menghindari sifat-sifat
tercela yang dapat merusak dirinya atau memperburuk hubungannya dengan sesama.

Dengan menceritakan tokoh-tokoh besar maka anak juga akan tergugah untuk menjadi
orang yang berjiwa besar. Melalui kisah para Nabi dan tokoh-tokoh teladan orang tua
dapat menanamkan nilai-nilai dan ajaran agama. Mana yang diharuskan dan mana yang
terlarang sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing serta apa saja perbuatan yang
disukai atau dibenci oleh Tuhan.

Mendongeng juga dapat mendorong perkembangan bahasa anak. Dari berbagai cerita
yang didengar anak tentu banyak pula kata-kata yang ia dapatkan. Semakin banyak anak
mendengar, semakin banyak pula kosa-kata yang dimilikinya.

Dengan penguasaan kosa-kata yang baik akan memudahkan anak untuk


mengkomunikasikan apa yang ada di fikirannya. Secara tidak disadari melalui dongeng,
anak juga belajar bagaimana menggunakan bahasa yang tepat dan sopan. Misalnya
berbicara dengan orang dewasa tentu gaya bahasa maupun kata-kata yang diucapkan
akan berbeda bila dibandingkan dengan bicara dengan teman seusianya. Ketika anak
diminta menceritakan kembali kisah yang sudah didengar anak akan mengerahkan
seluruh kemampuan verbalnya, mencoba menuangkan kembali cerita yang sudah ia
dengar dengan gayanya sendiri.

Mendongeng memberi dampak yang sangat positif terhadap perkembangan kognitif anak.
Kognitif terkait dengan kemampuan anak berfikir dan bernalar. Saat mendengar cerita
anak mengasah kemampuan kognitifnya ketika menghubungkan berbagai peristiwa
dalam suatu cerita, sambil mendengar jalannya cerita anak mncoba menerka-nerka apa
yang terjadi seterusnya. Anak mendapat pengetahuan tentang berbagai hal yang
sebelumnya tidak diketahuinya.

Mengingat besarnya pengaruh mendongeng bagi kodisi kejiwaan anak maka orangtua
harus selektif dalam memilih materi cerita.

Tidak semua buku cerita yang dijua dipasaran atau cerita rakyat yang beredar
dimasyarakat layak untuk dikisahkan. Pilihlah cerita yang menggugah semangat,
menumbuhkan gairah dan kesenangan serta menumbuhkan percaya diri anak. Sebaliknya,
jauhkan anak dari cerita-cerita yang bertema negatif seperti kematian, kemelaratan,
penyiksaan karena dapat mempengaruhi jiwa anak menjadi pesimistis yang dapat
mengganggu perkembangan jiwanya hingga membuatnya menjadi pribadi yang tertutup
dan terbelakang.

Ternyata banyak sekali manfaat yang didapat melalui mendongeng. Bagaimana dengan
budaya mendongeng di rumah anda? syukurlah bila masih sering mendongeng.

Namun bila mulai memudar atau bahkan tidak pernah mendongeng maka mulailah
membiasakan dongeng sebagai pengantar tidur, dengan demikian akan terjalin ikatan
emosional yang erat antara orang tua dan anak sehingga orang tua akan lebih mudah
mengkomunkasikan nilai-nilai yang akan membentuk karakter anak menjadi peribadi
yang ideal. Bila sejak kecil anak sudah dekat dan akrab dengan orangtua akan
memudahkan mereka mengungkapkan apa yang ada dibenaknya, sehingga anak tidak
perlu lagi memendam sendiri masalah yang dihadapi karena mereka merasa nyaman
bertukar fikiran dengan orangtuanya.

Anda mungkin juga menyukai