menggambarkan
isi
keranjang
yang
berisi keindahan,
Bagaimana dengan alat lain? Misalkan alat bantu pasir warna. Alat ini sangat
cocok untuk membangkitkan imajinasi anak. Letakkan pasir di dalam kotak plastik
tembus pandang berukuran 2030 cm, di atasnya kita bisa menggambarkan
bermacam-macam benda, satwa, dan flora dengan telunjuk. Kotak ini diletakkan di
atas OHP (overhead projector) Sehingga gambar pada pasir terpantul di dinding.
Untuk menghapus dan menganti gambar, kotak cukup di goyang-goyangkan sehingga
permukaan pasir rata kembali.
Di negara maju, seperti AS, Inggris, dan Australia misalnya, banyak dijual
gambar khusus untuk keperluan mendongeng. Satu cerita terdiri atas 10-12 gambar
atau adegan yang di cetak 4 warna di atas kertas tebal. Selain diberi nomor urut, di
balik setiap lembar gambar terdapat cerita ringkasan adegan yang bersangkutan,
tujuannya agar pendongeng bisa mengingat kembali ceritanya. Seluruh gambar
ditempatkan dalam satu dos yang berfungsi sebagai bingkainya.
Namun,
praktik
mendongeng
tersebut
memiliki
kekurangan.
Selain
komunikasi antara pendongeng dan pendengar, gerak tangan dan mimik pendongeng
teralang, karena pendongeng harus memegangi gambar. Fantasi anak pun kurang
berfungsi dengan adanya gambar-gambar itu.
dari pada kita yang normal, tinggal bagaimana caranya masing-masing yang sesuai
dengan kemampuannya.
Menjadi pencerita diperlukan keterampilan tersendiri yaitu disebut seni peran. Modal
utama dari seni peran adalah tubuh, jiwa, dan pengalaman kehidupan sehari-hari baik
secara fisik emosional maupun suasana. Syarat melaksanakan seni peran adalah harus
wajar, indah masuk akal serta sadar dan benar.
Tetapi untuk bisa mendongeng dengan baik dan menarik tentunya tidak
mudah. Agar kita bisa mendongeng dengan baik ada beberapa kiat yang dapat
dilakukan:
1. Berdoa.
Jangan lupa kita berdo'a terlebih dahulu sebelum kita mulai mendongeng
karena ini paling penting dari yang lainnya. Sesiap apa pun kita mendongeng,
sepintar apa pun kita mendongeng, tetap saja kita tidak boleh mengabaikan hal
yang satu ini. Dengan berdo'a terlebih dahulu yakinlah bahwa kita akan berhasil
mendongeng dengan baik.
2. Mempersiapkan Cerita atau Dongeng
Siapkan cerita yang akan kita sampaikan, bisa kita karang sendiri atau kita
gunakan cerita karya orang lain. Dongeng atau cerita disarankan antara lain:
juga harus punya rasa malu kepada diri sendiri dan anak bila diri kita sendiri tidak
seperti apa yang kita nasehatkan kepada anak-anak.
4. Menyukai dan Menyayangi Anak-anak.
Pastikan bahwa kita menyukai dan menyayangi anak-anak, tanpa hal ini
mustahil kita akan bisa mendongeng dengan baik. Sebab kalau kita sendiri kurang
menyukai dan menyayangi anak, apa mungkin kita bisa sabar dan santun dalam
menyampaikan cerita kepada anak-anak?
5. Mendalami dan Menghayati Cerita/Dongeng.
Sebelum kita sampaikan ke anak-anak, kita harus terlebih dahulu dapat
mendalami dan menghayati cerita. Dengan mendalami dan menghayati cerita, kita
akan dapat lebih hidup dalam menyampaikan alur-alur cerita dan lebih ekspresif
dalam bertutur kata.
6. Gunakan Kata-kata Yang Mudah Dipahami Anak.
Rasanya kita tidak mungkin dalam mendongeng menggunakan kata-kata
yang tidak mudah dipahami oleh anak. Misalnya saja kita menggunakan kata
'biografi', 'profesi', 'kompensasi', dan lain sebagainya. Lebih sangat tidak mungkin
lagi kita mendongeng di depan anak-anak berkebangsaan lain dengan
menggunakan bahasa Indonesia, demikian pula sebaliknya.
7. Gunakan Karakter Suara Yang Sesuai Dengan Tokoh-tokoh Cerita.
Karakter suara pada setiap tokoh tentunya harus berbeda-beda dan sesuai
dengan karakter tokoh masing-masing, sebab kalau tidak, kita tidak akan berhasil
menyampaikan dongeng dengan baik. Contohnya, untuk memperagakan tokoh
Nenek Sihir yang jahat tidak mungkin kita menggunakan karakter suara yang
halus dan lemah lembut bak seorang peri yang baik hati.
Boneka jari
Mendongeng tampaknya mudah, namun belum tentu setiap orang tua punya
kesempatan untuk melakukannya. Selain hal di atas, Anda sebagai orang tua juga
perlu melakukan dan mempersiapkan diri dengan beberapa kiat lain:
Upayakan hanya mendongeng kalau Anda sedang dalam suasana hati yang cerah,
jauh dari resah gelisah, sehingga bisa memusatkan pikiran dan perhatian dengan
baik.
Cobalah menghayati dan meresapi dengan sungguh cerita yang Anda bawakan.
Tangkap nilai-nilainya dan sampaikan pada mereka.
Buat ringkasan cerita diatas secarik kertas untuk dihafalkan jalan ceritanya
dengan cara membaca berulang-ulang. Tulis dan hafalkan namanama tokoh utama
dan pernyataannya.
Beri nomor urut sesuai jalan cerita dan susun gambar-gambar peraga sesuai
urutan. Sebelum bercerita usahakan susunan ini sudah rapi.
Tuturkan secara lambat (tak terburu-buru) dan jelas. Makin muda usia si kecil,
sebaiknya makin pelan agar ia dapat menyerap dan memahami cerita.
Beri ekspresi pada apa yang Anda baca. Tapi jangan dilebih-lebihkan. Variasikan
kecepatan, irama suara sesuai kebutuhan teks. Misalnya untuk membangun
ketegangan-ketegangan.
Variasikan nada suara pada pelbagai karakter. Hal ini akan lebih mendramatisir
dialog dan menghidupkan karakter yang ada. Lakukan secara wajar karena jika
berlebihan, yang diingat anak justru suara Anda dan bukan ceritanya.
Jika ada ilustrasi, peganglah buku tersebut sehingga si kecil dapat melihatnya.
Gunakan telunjuk untuk menunjuk barisan kalimat yang sedang dibaca tanpa
menutupi gambar ilustrasinya.
Alat bantu juga bisa digunakan. Misalnya, pensil atau boneka tangan. Penggunaan
alat peraga ini biasanya sangat efektif untuk anak-anak yang lebih kecil.
Beri tanggapan pada reaksi atau komentar yang dilontarkan anak atas cerita yang
Anda bacakan.
jagalah perasaan pendongeng agar selalu gembira lepas dari rasa tidak ikhlas
seleksi cerita yang akan disampaikan. Jangan bacakan buku yang anda sendiri
belum pernah mem bacanya.
Selalu siapkan buku atau cerita alternatif jika yang ditawarkan tidak diminati
anak-anak
Periksalah media cerita dan lihatlah dari tempat anak-anak akan duduk, apakah
gambarnya cukup besar dan jelas
Letakkan atau pegang media cerita sejajar mata anak. gerakkan media dari kiri ke
kanan dan sebaliknya sehingga semua anak dapat melihat. Perlihatkan bahwa
anda sangat menghargai buku dengan cara memegang dan membuka buku secara
perlahan dan hati-hati
Beritahu anak bahwa waktu untuk memberi komentar atau bertanya adalah ketika
cerita telah selesai
Jika tiba-tiba ada distraksi yang membuat konsentrasi anak buyar tarik kembali
perhatiannya dengan cara misalnya memberikan sentuhan pada punggungnya.
Pertanyaan juga bisa mengembalikan perhatian anak
Tampilkan ekspresi wajah dan tubuh serta suara yang sesuai dengan tokoh dalam
cerita
Aturlah kecepatan bicara atau bergerak sesuai karakter tokoh yang diperankan
Perhatikan diksi yaitu ketepatan penekanan suku kata misalnya pada kata: gelap
Mendorong anak gemar terhadap dongeng memeng bermuara pada peran aktif
orang tua sejak dini, yakni sejak usia dini, dan akan efektif ketika anak berusia 3
tahun. Pada usia itu anak sudah mampu mengingat dengan kuat, sehingga kemesraan
dan cinta kasih yang dirasakan ketika Anda membacakan dongeng untuknya akan
diingat sepanjang hayat.
Demikian halnya dengan dongeng-dongeng indah yang menyentuh hatinya
akan dikenang selamanya. Bukankah Anda masih ingat dongeng-dongeng yang Anda
baca atau dibawakan oleh orang tua ketika kanak-kanak?
Jangan lupa kebiasaan baik dan terpuji itu kelak akan ditiru oleh anak Anda.
Maka jangan sia-siakan kesempatan baik ini. Sungguh kasihan kalau anak Anda tidak
memiliki kenangan manis itu, padahal Anda mampu memberikannya.
Tekhnik Mendongeng
Ada hal-hal tekhnis yang harus diperhatikan ketika orang tua mendongengi
anaknya. Berikut ini adalah hal-hal tekhnis yang seharusnya diperhatikan oleh para
orang tua:
a. Sambil beraktivitas: Momen-momen saat bayi makan, mandi, dipangku, ditimang,
dan sebagainya bisa dimanfaatkan untuk mendongang.
b. Gunakan alat bantu: Guanakan alat bantu supaya dongeng menjadi menarik,
selain memberi manfaat lebih untuk merangsang indra bayi. Misalnya dot susu
yang sudah tidak terpakai diandaikan sebagai topi atau sepatunya sebagai rumahrumahan. Demikian halnya dengan kapas, popok, botol, sampo, dan sebagainya
yang bisa dimanfaatkan sebagai pendukung cerita. Kelebatan benda-benda dengan
warna yang berbaeda-beda itu akan menarik perhatiannya sekaligus merangsang
penglihatannya. Selain itu, biarkan si kecil memegang dan merasakan tekstur alat
bantu dongeng tersebut yang amat bermanfaat untuk merangsang indra
perabannya.
c. Mainkan intonasi suara: Intonasi suara yang berbeda-beda amat bermanfaat bagi
indra pendengaran sang ana. Selain itu intonasi yang berbeda-beda ini akan
membuat cerita menjadi lebih menarik. Coba bandingankan antara cerita yang
dibacakan orang tua dengan suara datar sambil terkantuk-kantuk dengan cara
bertutur yang amat hidup dan variatif. Ada suara tinggi untuk tokoh A, suara
rendah untuk tokoh B, suara cempreng untuk tokoh C, dan sebagainya.
d. Tambahkan gerakan: gerakan pantomim sederhana juga bisa disisipkan saat
mendongeng. Misalnya ketika bercerita tentang kuda melompat,orang tua dapat
mencontohkannya dengan gerakan melompat disertai ekspresi muka yang
mendukung. Tidak perlu belajar pantomim secara khusus. Cukup gerakan
sedrhana saja asal mendukung cerita. Biarkan anak belajar berimajinasi sesuai
dengan usianya. Bila si anak sudah bisa membuat beberapa gerakan, tidak ada
salanya memanfaatkan hal tersebut.
jelekkan kelemahan orang lain. Yang seperti ini adalah cerita yang tidak benar. Kalau
yang diceritakan tidak pas, bisa-bisa malah mengganggu perkembangannya.
Lalu, cerita apa lagi yang sebaiknya tidak didengar anak? Antara lain, keluh
kesah orang tua, baik mengenai keharmonisan rumah tangga maupun masalah
finansial. Contohnya, ibu yang curhat pada anakanya mengenai sang mertua. Yang
seperti ini jelas kurang bijaksana disamping tentu saja sama sekali tidak bermanfaat
bagi anak.
Selain itu orang tua harus menyadari bahwa di usia dini sang anak begitu
cepat menyerap semua informasi. Kalau sampai ada informasi yang keliru, bisa jadi
efeknya tidak langsung terlihat saat itu juga, mealinkan setelah si bayi tumbuh lebih
besar.