Anda di halaman 1dari 2

Anak Kecil Tidak Seharusnya Berpikir Dewasa

Identitas buku
Judul : Di Tanah Lada
Pengarang : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 245 halaman
ISBN : 978-602-03-1896-7
Harga : RP 88.000

Sinopsis
Di Tanah Lada adalah sebuah novel yang mengangkat kisah tentang ketidak harmonisan
keluarga yang berdampak sangat besar untuk kelangsungan hidup anaknya. Salva, atau
biasanya di panggil Ava, anak kecil yang selalu membawa kamus bahasa Indonesia di dalam
tas ranselnya. Suatu saat Ava harus mengikuti kemauan ayahnya untuk pindah ke rusun Nero,
dia bertemu P, anak laki-laki yang senasib dengannya, sama sama membenci figure ayah dalam
hidupnya. Dari tempat yang kumuh itu, Ava dan P memulai petualangannya untuk akhirnya
menuju bintang. Petualangan panjang yang penuh dengan campur tangan orang lain di
dalamnya.
First Impression
Awalnya saya kira buku ini akan menceritakan tentang petualangan manis yang juga seru
antara kedua anak kecil. Ternyata memang benar, buku ini menceritakan tentang petualangan
yang sangat menakjubkan. Akan tetapi, bukan petualangan seperti ini yang saya ekspektasikan
di awal saya melihat buku ini. Petualangan kedua anak kecil itu sangat mengagumkan, perlu di
ingat bahwa mereka masih anak kecil, ini yang membuat kisah ini menarik.
Style Penulis
Saat diawal membaca, sekilas cara penulisan buku ini hampir mirip dengan buku Ziggy yang
berjudul “Jakarta Sebelum Pagi”. Namun karena di buku ini berdasarkan dari sudut pandang
anak kecil, maka cara penulisannya memang semenyenangkan itu. Khas sekali, seperti anak
anak yang memang masih memiliki sejuta pertanyaan dalam otaknya, anak-anak yang
penasaran, tetapi juga anak anak yang masih berpikir secara hangat.
Kelebihan buku
Saya sangat suka dengan karakter Ava, dia membuat cerita begitu hidup. Juga humor-humor
khas anak kecil yang disisipi penulis membuat buku ini benar-benar menjadi berwarna.
Selentingan humor yang sarkastik dan ironi dibawakan dengan sikap polos anak kecil,
memancing saya untuk tertawa, kemudian menangis.
Bagian yang menarik
Jika di deskripsikan dengan rasa, maka buku ini rasanya sangat bittersweet. Buku ini
mengangkat kisah yang sangat akrab dengan lingkungan sekitar, yaitu kekerasan terhadap anak
kecil. Hal tersebut membuat anak kecil yang seharusnya menjalani hidup dengan canda tawa
malah harus memutar otak dan berpikir lebih dewasa dari usianya. Kebanyakan orang dewasa
selalu berfikir jika dunia anak kecil selalu bahagia dan penuh dengan kecerian. Menjadi anak
kecil berarti selalu mendapatkan apa yang kita inginkan secara mudah. Mungkin ada
benarnya. Sebagian anak kecil merasakan kebahagiaan itu. Tapi sebagian lainnya tidak.

Pelajaran yang bisa diambil


Kejadian kekerasan terhadap anak dari kedua orang tuanya sendiri, belum tentu lingkungan
sekitar bisa memahami dan memberikan jalan keluar. Maka dari itu, perlu sangat dipahami untuk
menjadi orang tua bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah, membutuhkan tanggung jawab dan
kesiapan yang matang, tidak cukup hanya dengan bersikap baik. Karena anak kecil juga
memiliki perasaan dan sudut pandang yang harus dimengerti. Mereka dapat merekam semua
kejadian di ingatan. Apalagi ingatan anak kecil sangat kuat, Ingatan buruk bisa menyebabkan
trauma yang berpengaruh pada pola pikir mereka.
Fav Quote
“Jadilah anak kecil barang sebentar lagi. Lebih lama lagi,” katanya. “Bacalah buku tanpa
mengerti artinya. Bermainlah tanpa takut sakit. Tonton televise tanpa rakut jadi bodoh.
Bermanja-manjalah tanpa takut dibenci. Makanlah tanpa takut gendut. Percayalah tanpa takut
kecewa. Sayangilah orang tanpa takut dikhianati. Hanya sekarang kamu mendapatkan semua
itu. Rugi, kalau kamu tidak memanfaatkan saat-saat itu untuk hidup tanpa rasa takut.” Hlm.197
Rating
4/5
Rekomendasi
Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk pasangan muda yang berniat untuk memiliki
momongan, supaya bisa mempersiapkan cara asuh dengan lebih baik. Buku ini cocok sekali
untuk temanteman yang sedang bosan dengan novel kebanyakan yang isinya tentang percintaan.
Juga sangat cocok untuk yang sedang ingin menguras air mata, karena buku ini sangat bisa
membuat pembacanya meneteskan air mata.

Anda mungkin juga menyukai