Nim : 855854341
1. Salah satu Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Kovenan internasional adalah hak asasi politik
(political rights).
5. Berkewajiban mengikuti peraturan politik yang ditetapkan negara dan menerima sanksi jika melanggar
Warga negara diwajibkan untuk mengikuti semua peraturan yang dibuat dalam sebuah negara dan wajib
menerima sanksi jika melanggar aturan yang telah ditetapkan.
• Jawab: Sebuah negara yang menganut sistem demokrasi tidak akan bisa disebut sebagai negara yang
berdemokrasi karena negara tersebut tidak bisa menjalankan hak asasi politik bagi rakyatnya.
hak asasi politik atau disebut dengan politics rights yaitu merupakan hak yang dimiliki oleh manusia
untuk bisa ikut serta dan berperan dalam kegiatan pemerintahan di dalam suatu negara.
Hak tersebut yang kemudian akan berhubungan erat dengan kebebasan keikutsertaan di masyarakat
dalam adanya pemilihan umum, baik itu sebagai yang dipilih maupun sebagai yang memilih. Keduanya
tersebut dilakukan untuk ikut serta dalam kegiatan pemerintahan dalam suatu negara untuk mengatur
kehidupan dari rakyatnya.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, pernah terjadi ketika hak politik pada waktu dulu sempat dibungkam
oleh pemerintah Orde Baru. Pada waktu itu kegiatan perpolitikan dikendalikan oleh tokoh-tokoh yang
berkuasa saja, sedangkan keikutsertaan rakyat pada waktu itu sangat dibatasi. Salah satu hal yang
dibatasi pada waktu itu yaitu hak dalam mengemukakan pendapat yang menjadi salah satu dari unsur
kegiatan perpolitikan dan demokrasi.
2. Maghna Charta, adalah satu diantara berbagai dokumen Hak Asasi Manusia yang pernah ada. Disahkan
pada 15 Juni 1215, Maghna Charta ini dilatarbelakangi oleh tindakan sewenang-wenang dari Raja John
Lackland kepada rakyat dan para bangsawan.
Jawab: Magna Carta Libertatum (Latin untuk "Piagam Besar untuk Kebebasan") atau sering
disebut Magna Carta ("Piagam Besar") adalah piagam yang dikeluarkan di Inggris pada tanggal 15
Juni 1215 yang membatasi monarki Inggris, sejak masa Raja John, dari kekuasaan absolut.
Magna Carta adalah hasil dari perselisihan antara Paus, Raja John, dan baronnya atas hak-hak raja:
Magna Carta mengharuskan raja untuk membatalkan beberapa hak dan menghargai beberapa
prosedur legal, dan untuk menerima bahwa keinginan raja dapat dibatasi oleh hukum. Magna Carta
adalah langkah pertama dalam proses sejarah yang panjang yang menuju ke pembuatan hukum
konstitusional.
isi Magna Carta sebagai berikut:
1. Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja
Inggris.
2. Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak.
3. Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.
4. Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
5. Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa perlindungan
negara
dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
6. Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji akan mengoreksi
kesalahannya.
7. Kekuasaan raja harus dibatasi.
8. Hak Asasi Manusia (HAM) lebih penting daripada kedaulatan, kekuasaan, politik dan hukum.
Magna Carta dianggap sebagai lambang perjuangan hak-hak asasi manusia, dan dianggap
sebagai tonggak perjuangan lahirnya hak asasi manusia.
2. Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini?
Jawab : a. Berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak-pihak artinya pihak-pihak harus mentaati perjanjian
itu sama dengan mentaati Undang-Undang. Jika ada yang melanggar perjanjian yang mereka
buat, dianggap sama dengan melanggar Undang, yang mempunyai akibat hukum tertentu yaitu
sanksi hukum. Jadi barang siapa melanggar perjanjian, ia akan mendapat hukuman seperti yang
telah ditetapkan dalam Undang-Undang.
b. Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak artinya perjanjian yang telah dibuat secara sah
mengikat pihak-pihak. Perjanjian tersebut tidak boleh ditarik kembali atau dibatalkan secara
sepihak saja. Jika ingin menarik kembali atau membatalkan harus memperoleh persetujuan pihak
lain. Namun demikian, apabila ada alasan-alasan yang cukup menurut UndangUndang,
perjanjuan dapat ditarik kembali atau dibatalkan secara sepihak.
c. Pelaksanaan dengan itikad baik artinya pelaksanaan itu harus berjalan dengan mengindahkan
norma-norma kepatuhan dan kesusilaan. Pelaksanaan yang sesuai dengan norma-norma
kepatutan dan kesusilaan itulah yang dipandang adil.
4. Dalam hukum internasional, dikenal subjek hukum internasional di mana individu menjadi subjek
hukumnya. Coba uraikan lebih lanjut tentang hal tersebut!
Jawab: subjek hukum diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. subjek hukum internasional adalah
segala sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban, serta memiliki kewenangan
untuk melakukan hubungan hukum atau bertindak menurut ketentuan hukum internasional yang
berlaku.
Subjek hukum internasional, antara lain:
1. Negara
Negara merupakan subjek hukum internasional penuh. Menurut Konvensi Montevideo 1949,
kualifikasi suatu negara sebagai subjek hukum internasional adalah mempunyai penduduk yang tetap,
wilayah tertentu, pemerintahan yang sah atau berdaulat, dan negara tersebut mempunyai kemampuan
mengadakan hubungan dengan negara lain.
2. Organisasi Internasional
Klasifikasi organisasi internasional antara lain:
a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan
yang bersifat umum. Misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan tujuan yang
bersifat spesifik. Contohnya World Bank atau Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF),
dan World Health Organization (WHO), dan lain-lain.
c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global.
Contohnya ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), European Union, dan lain-lain.
Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional kini tidak diragukan lagi,
dan mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya.
3. Palang Merah Internasional
Palang Merah Internasional yang berkedudukan di Jenewa mempunyai tempat tersendiri dalam
sejarah hukum Internasional. Palang Merah Internasional (PMI) sebagai subjek hukum internasional
memiliki ruang lingkup terbatas. Namun, kedudukan PMI diperkuat dengan adanya perjanjian dan
konvensi internasional. Mengingat misi PMI adalah untuk kemanusiaan, organisasi internasional ini
harus independen dan dilaksanakan tanpa intervensi negara mana pun.
4. Takhta Suci Vatikan
Mengutip dari artikel Vatikan Sebagai Subjek Hukum Internasional, Vatikan adalah subjek hukum
internasional karena diakui oleh negara-negara di dunia dan menjadi pihak pada perjanjian-
perjanjian internasional dan anggota pada beberapa organisasi internasional.
Hal tersebut terjadi setelah diadakannya perjanjian antara Italia dengan Takhta Suci pada tanggal 11
Februari 1929 (Lateran Treaty) yang mengembalikan sebidang tanah di Roma kepada Takhta Suci
dan memungkinkan didirikannya negara Vatikan, yang dengan perjanjian itu sekaligus dibentuk dan
diakui.
5. Pemberontak
Menurut hukum perang, kelompok pemberontak dapat menjadi subjek hukum internasional jika
telah terorganisir, menaati hukum perang, memiliki wilayah yang dikuasai, memiliki kemampuan
untuk mengadakan hubungan dengan negara lain, dapat menentukan nasibnya sendiri, menguasai
sumber daya alam di wilayah yang dikuasainya, dan memilih sistem ekonomi, politik, dan sosial
sendiri.
6. Individu
Manusia sebagai individu juga termasuk dalam subjek hukum internasional. Masih bersumber dari
buku yang sama, diterangkan Mochtar Kusumaatmadja, Perjanjian Versailles 1919 memuat
sejumlah pasal yang memungkinkan individu untuk mengajukan perkara secara internasional ke
Mahkamah Arbitrase Internasional.
5. Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber atau dasar pengambilan keputusan Mahkamah
Internasional dalam memutuskan suatu kasus. Bagaimana kebiasaan bisa menjadi sumber hukum
internasional?
Jawab : kebiasaan internasional adalah kebiasaan bersama negara-negara di dunia yang menjadi bukti
praktik umum yang diterima sebagai hokum. Kebiasaan internasional diakui sebagai salah
satu sumber hukum internasional oleh Pasal 38(1)(b) Piagam Mahkamah Internasional. Pasal
92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah
salah satu sumber hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasiona.
Kebiasaan internasional terdiri dari aturan-aturan hukum yang berasal dari tindakan negara-negara
yang konsisten yang muncul dari keyaknian bahwa tindakan mereka itu diwajibkan oleh
hukum. Maka dari itu, terdapat dua unsur yang harus dipenuhi untuk membuktikan keberadaan
suatu kebiasaan internasional: