NIM : 210304502039
KELAS : E (05)
Review 10 jurnal (5 jurnal nasional dan 5 jurnal internasional) penyakit berbasis lingkungan
yang menular melalui agen biologis. Lampirkan jurnalnya 10 terakhir dan buatkan table sesuai
format yang diberikan.
Jawab :
Contoh penyakit berbasis lingkungan yang menular melalui agen biologis yakni :
Asma
Malaria
Diare
Hepatitis
Covid 19
1. Asma
Jurnal internasional
“ Asthma “
Link : https://e-resources.perpusnas.go.id:2229/10.1036/1097-8542.056800
Review :
Di dalam jurnal ini berisi tentang penyakit asma. Di dalam jurnal ini tercantum
bahwa asma ialah penyakit paru yang meradang dan menyempitkan saluran paru-
paru, peradanagan berkembang peningkatan iritabilitas saluran napas. Adapun
gejala yang dialami pada saat mengalami asma yakni sesak napas
nocturnal,batuk, dan dada sesak sering hilang dengan dahak sangat sugestif asma.
Diagnosis asma dipastikan dengan menunjukan obstruksi aliran udara yang
bervariasi atau reversible.
Jurnal nasional
“ Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk mengurangi stress pada penderita asma”
Link : https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1766/1854
Review :
Di dalam jurnal ini membahas teknik relaksasi otot untuk mengurangi stress pada
penderita Asma. Ini dikarenakan keadaan jiwa seseorang memiliki hubungan yang
erat dan saling mempengaruhi. Asma dapat dipengaruhi oleh stress, kesedihan,
seperti halnya alergi. Nah, dengan adanya metode relaksasi oto progresif dapat
megurangi dan menurunkan tingkat stress pada penderita asma.
2. Malaria
Jurnal internasional
“RTS,S Malaria Vaccine”
Link : https://e-resources.perpusnas.go.id:2229/10.1036/1097-8542.YB100010
Review :
Di dalam jurnal ini membahas tentang Malaria, yaitu membahas tentang vaksin
untuk mencegah risiko penyakit malaria pada anak-anak yang berada di Kenya
dan Tanzania. Dalam jurnal ini mengatakan “Vaksin, yang dikenal sebagai
RTS,S, dikembangkan oleh GlaxoSmithKline dan dirancang untuk mencegah lisis
yang merusak sel darah merah setelah hati terinfeksi oleh Plasmodium
falciparum. Spesies ini bertanggung jawab atas mortalitas dan morbiditas tertinggi
di antara korban malaria dan dianggap lebih ganas daripada anggota genus
lainnya. Pencegahan malaria pada penduduk yang tinggal di daerah endemis dapat
mengarah pada pengendalian dan bahkan mungkin eliminasi malaria di beberapa
daerah”.
Jurnal nasional
“Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Malaria”
Link : http://journal.poltekkes
mks.ac.id/ojs2/index.php/Sulolipu/article/view/1859/1234
Review :
Di dalam jurnal ini membahas tentang penyakit malaria, yaitu lebih membahas
tentang factor-faktor yang berhubungan sehingga seseorang terjangkit penyakit
malaria, yaitu :
1.Tidak terdapat hubungan pencahayaan dengan kejadian penyakit Malaria.
Berdasarkan Tabel 1hasil OR = 0,728 dan Tabel 2nilai p value = 0,858
(p>0,05).
2.Terdapat hubungan penggunaan kelambu dengan kejadian penyakit Malaria.
Berdasarkan Tabel 3hasil OR = 7,8 dan Tabel 4hasil nilai OR = 2,777.
3.Terdapat hubungan keberadaan genangan airdengan kejadian penyakit
Malaria. Berdasarkan Tabel 5hasil OR=3,1 dan Tabel 6nilai OR = 2,555 dan
Tabel 7nilai p value = 0,001 (p<0,05).
4.Terdapat hubungan pengetahuan masyarakat dengan kejadian penyakit Malaria.
Berdasarkan Tabel 8hasil OR=4,7 dan Tabel 9nilai p=0,30 (p-value>0,05).
3. Diare
Jurnal internasional
“ Bovine Viral Diarrhea “
Link : https://e-resources.perpusnas.go.id:2229/10.1036/1097-8542.757242
Review :
Di dalam jurnal ini membahas tentang Bovine Virud Diare, yang dimana
merupakan anggota dari genus Pestivirus dalam keluarga Flaviviridae. Pestivirus
adalah kelompok virus yang terkait secara antigenik yang mencakup virus demam
babi klasik, virus penyakit perbatasan domba, dan virus diare virus bovine,
contohnya sapi. Selain sapi, virus diare virus bovine menginfeksi sebagian besar
hewan berkuku genap, termasuk domba dan kambing. Virus diare virus sapi
bereplikasi dalam sel limfoid dan dapat menekan fungsi normal sel-sel tersebut.
Dengan mengganggu fungsi ini, virus membahayakan kemampuan hewan yang
terinfeksi untuk mempertahankan diri melawan patogen. Dengan demikian, virus
diare virus bovine sering dikaitkan dengan penyakit pernapasan dan usus sapi di
mana beberapa agen lain berkontribusi pada proses penyakit.
Jurnal nasional
“FAKTOR RISIKO DIARE PADA BAYI DAN BALITA DI INDONESIA:
SYSTEMATIC REVIEW PENELITIAN AKADEMIK BIDANG KESEHATAN
MASYARAKAT”
Link : https://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/Ricky-faktor-resiko-
diare-pada-bayi-dan-balita.pdf
Review :
Di dalam jurnal ini membahas tentang factor risiko diare pada bayi dan balita di
Indonesia. Yang menghasilkan hasil penelitian bahwa Banyak faktor yang
menimbulkan penyakit diare antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor
ibu, dan faktor sosiodemografis. Dari beberapa faktor tersebut, faktor lingkungan
cukup banyak diteliti dan dibahas dari segala aspek seperti dari sarana air bersih
(SAB), jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat
pembuangan sampah, kualitas bakteriologis air bersih dan kepadatan hunian. Dari
sekian banyak faktor risiko penyebab penyakit diare, faktor risiko yang sering
diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan jamban. Jadi bisa
diambil kesimpulan bahwa faktor risiko yang paling rentan menyebabkan
penyakit diare adalah faktor lingkungan. Sedangkan faktor risiko penyebab diare
menurut faktor ibu ada beberapa aspek, menunjukkan hasil yang bermakna pada
aspek pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu. Pada aspek perilaku ibu
menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih yang dilakukan ibu mempunyai
hubungan yang bermakna dalam mencegah terjadinya penyakit diare pada bayi
dan balita. Salah satu perilaku hidup bersih yang umum dilakukan ibu adalah
mencuci tangan sebelum memberikan makan pada anaknya. Pada aspek
pengetahuan ibu, rendahnya pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan
faktor risiko yang menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita.
4. Hepatitis
Jurnal internasional
“Hepatitis C Virus “
Link : : https://e-resources.perpusnas.go.id:2229/10.1036/1097-8542.314740
Review :
Di dalam jurnal ini membahas tentang penyakit hepatitis yang disebabkan oleh
hati kronis. Dalam jurnal ini juga mengatakan bahwa tidak ada vaksin yang dapat
mencegah resiko penyakit ini, karena penyakit ini hanya ditularkan dengan kontak
darah. Dalam jurnal ini mengatakan bahwa Sebelum tahun 1990, sumber utama
infeksi adalah melalui transfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi.
Dengan adanya lembaga skrining darah, penggunaan obat intravena telah menjadi
salah satu sumber utama penularan HCV.
Jurnal nasional
“Penerapan Metode Support Vector Machine pada Diagnosa Hepatitis”
Link : http://klik.ulm.ac.id/index.php/klik/article/view/39
Review :
Pada jurnal ini, membahas tentang metode yang dapat mendiagnosis seseorang
terkena penyakit hepatititis. Pada jurnal ini mengatakan bahwa metode SVM yaitu
menemukan fungsi pemisah optimal yang bisa memisahkan dua set data dari dua
kelas yang berbeda, muncul pemikiran apakah metode ini dapat digunakan untuk
mendiagnosa seseorang mengidap penyakit tertentu atau tidak, khususnya
penyakit hepatitis. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dapat
digunakannya metode SVM dan menganalisis kemampuan metode Support
Vector Machine untuk mendiagnosa penyakit Hepatitis. Analisis kemampuan
metode diketahui dengan uji coba menggunakan data testing dengan kedua kernel
dengan data training 100 data positif dan 100 data negatif. Hasil uji coba dengan
menggunakan fungsi kernel linier mendapatkan hasil persentase benar 68-83 %
dan fungsi kernel RBF 70-96%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode
SVM dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit hepatitis dengan tingkat
akurasi cukup tinggi dan fungsi kernel RBF memiliki tingkat akurasi cenderung
lebih tinggi dibandingkan fungsi kernel linier.
5. Covid 19
Jurnal internasional
“Outdoor dining strategies during the COVID-19 pandemic”
Link : https://e-resources.perpusnas.go.id:2229/10.1036/1097-8542.BR0714201
Review :
Di dalm jurnal ini membahas tentang strategi restaurant dalam melayani
pelanggan selama masa pandemic seperti ini Selama tahap awal pandemi COVID-
19, sebagian besar restoran dan fasilitas makan lainnya ditutup untuk menahan
penyebaran virus SARS-CoV-2. Pelanggan makan di dalam ruangan terutama di
Amerika Serikat, di mana kasus COVID-19 baru masih muncul dalam jumlah
puluhan ribu jelas menimbulkan kekhawatiran. pengalaman bersantap restoran
dengan risiko terendah adalah tempat duduk di luar ruangan, dengan ventilasi
alami dan meja dengan jarak setidaknya 1,8 meter (6 kaki). Peningkatan risiko
tertular virus terjadi dengan makan di dalam ruangan, terutama ketika kapasitas
tempat duduk berkurang dan pedoman jarak meja tidak diikuti.
Jurnal nasional
“ Infeksi Covid-19 pada Anak-anak “
Link : https://www.thelancet.com/journals/lanres/article/PIIS2213-
2600(20)30152-1/fulltext
Review :
Di dalam jurnal ini membahas tentang infeksi Covid pada anak-anak. COVID-19
yang parah pada anak-anak jarang terjadi. Hingga saat ini, ulasan terbesar anak-
anak dengan COVID-19 termasuk 2.143 anak-anak di China. Hanya 112 (5,6%)
dari 2143 anak-anak memiliki penyakit parah (didefinisikan sebagai hipoksia) dan
13 (0,6%) anak-anak mengalami kegagalan pernapasan atau multiorgan atau
sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Untuk anak-anak dengan kondisi
dada yang mendasari (misalnya, cystic fibrosis atau asma parah), perhatian orang
tua meningkat. Anak-anak dengan kondisi dada kronis, dan keluarga mereka,
telah menginvestasikan bertahun-tahun kerja keras untuk menjaga kesehatan
pernapasan yang baik; mendengar terus-menerus bahwa orang-orang dengan
kondisi yang mendasari berada pada peningkatan risiko karena itu dapat
mengkhawatirkan. Tidak ada data komprehensif yang tersedia tentang dampak
COVID-19 pada anak-anak yang sehat, dengan kondisi yang mendasarinya, tetapi
masuk akal untuk mempertimbangkan bahwa mereka mungkin berada pada
peningkatan risiko penyakit parah.
TABEL