LAPORAN BOKS
INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIS ANAK
PERIODE JULI-SEPTEMBER 2022
Residen :
dr. Krypton Rakehalu Karnadjaja
dr. Anggoro Adi Wibowo
dr. Erlangga Danu Saputro
dr. Riyantono Putra
dr. Isnalisa
dr. Lissaberti Amaliah
dr. Corry Shinta Madame
dr. Fatimatuzzahra
dr. Indah Sari
dr. Enggrajati M.H.S
dr. Ika Dian Puspitanza
dr. Marselya Ulfa
Supervisor:
Prof. dr. Zarkasih Anwar, Sp. A (K)
Dr. dr. Yulia Iriani, Sp.A (K)
dr. Ariesti Karmila, Sp.A (K), M. Kes, Ph. D
A. PENDAHULUAN
Laporan ini merupakan hasil kegiatan di boks Infeksi dan Penyakit Tropis Anak pada
periode Juli-Septmber 2022. Periode ini bertugas sebanyak 12 orang residen.
Tabel 1. Jadwal Residen Bertugas di Boks Infeksi dan Penyakit Tropis periode Juli-September
2022 (N=12)
Residen Juli 2022 Agustus 2022 September 2022
2
Saat memulai tugas di boks Infeksi dan Penyakit Tropis kami menerima 7 pasien dari
dokter sebelumnya, dengan spektrum penyakit sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Sisa Pasien Periode Sebelumnya (N = 7 )
1. DBD gr I 1 Pasien
2 Abses regio femur sinistra + Anemia Defisiensi besi 1 Pasien
3 Abses Regio Gluteal + Ulcer Necroticans (fornier’s ulcer) + Demam 1 Pasien
Neutropenia + ALL HR Fase Induksi + Anemia + Trombositopenia.
4 Hepatitis Drug Induced dd/ Hepatitis Autoimun + Gagal Hati akut + 1 Pasien
Pemanjangan PT APTT + SJS dd/ SSSS + Hipoalbuminemia
Juli 5 Terkonfirmasi COVID 19 + Post op Laparatomy Eksplorasi a.i Ileus Obstruktif 1 Pasien
2022 Parsial e.c Adhesiolisis + Hiponatremia + Hipokalemia + Hipocalcemia
6 Hepatoblastoma + Thalasemia Beta + Hematemesis Melena + Peningkatan 1 Pasien
Fungsi Hati + Hipokalemia+ Hipoalbuminemia
7. Morbili + Discarded COVID - 19 19 +Pneumonia 1 Pasien
TOTAL 7 Pasien
Saat meninggalkan tugas di boks Infeksi dan Penyakit Tropis pada periode ini terdapat 2
pasien DPJP IPT dan 3 pasien rawat bersama yang belum selesai dirawat (tabel 3). Spektrum
penyakit pada pasien tersebut sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel Total Pasien yang belum selesai dirawat (N = 5)
1. Terkonfirmasi COVID-19 + Necrotizing Fasciitis + Ensefalopati Hipertensi ec 1 Pasien
Hipertensi Emergency + Post Debridement Abses Regio Brachii Sinistra +
Post Pemasangan NPWT + Viral Exanthem + ALL SR + Demam Netropenia
2 Terkonfirmasi COVID 19+ Post Burrhole ai. Subdural hematoma kronis di 1 Pasien
frontal kanan kiri dan di frontotemporoparietal kiri + Repair VP Shunt ec
September peningkatan TIK ec hidrosefalus ec SOL Supracella pro CTR + CSW
2022 3 Occult HBV + Ensefalopati Hepatikum ec Hepatitis Fulminant + Gagal Hati + 1 Pasien
Kolestasis + Trombositopenia + Pemanjangan Faal Hemostasis+ Hipertensi
Terkontrol ec SNA+ Diaper Rash
4 Abses Regio Submandibulla + Cervical Dextra Et Sinistra + Limfadenitis 1 Pasien
Supuratif DD/ Scrofuloderma + Secondary Bacterial Skin Infection + Hernia
Diafragmatika Kiri
5 Infeksi Aktif CMV + HIV Infection + TB Paru on OAT+ Pneumonia + Gizi 1 Pasien
Kurang
TOTAL 5 Pasien
3
Selama bertugas diboks Infeksi dan Penyakit Tropis periode Juli-September 2022, kami
telah selesai merawat sebanyak 60 pasien yaitu terdiri dari 32 pasien DPJP dan 28 pasien rawat
bersama (DPJP Hematoonkologi 11 pasien, DPJP ERIA 6 pasien, DPJP Respirologi 3 pasien,
DPJP Bedah Ortopedi 2 pasien, DPJP Gastroenterohepatologi 1 pasien, DPJP Bedah Anak 1
pasien, DPJP Nefrologi 1 pasien, DPJP THT-KL 1 pasien, dan DPJP NPM 1 pasien). Data
pasien tersebut dapat dilihat pada tabel 4, 5, dan 6 berikut ini.
Tabel 4. Tabel Pasien DPJP IPT yang telah selesai dirawat (N=32)
No Diagnosis Jumlah
1 DBD Gr I 1 Pasien
2 DBD Grade II 5 pasien
3 DBD Grade III 2 pasien
4 Demam Dengue 1 pasien
5 Demam Dengue + T. ISK 1 Pasien
6 Terkonfirmasi Pertusis 2 Pasien
7 Probable Tonsilitis Difteri 1 Pasien
Abses Regio Femur Sinistra + Pemanjangan Faal Hemostasis ec Defisiensi Vitamin K + 1 Pasien
8
Anemia ec Anemia Defisiensi Besi + Gizi Kurang Perawakan Sangat Pendek
9 Multiple Nekrotik Limphadenopathy Regio Femoral Sinistra 1 Pasien
10 Demam Lama ec TB Paru Klinis 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Post Op Laparatomy Eksplorasi ai. Ileus Obstruktif Parsial ec 1 Pasien
11
Adhesiolisis
Terkonfirmasi COVID-19 + Epilepsi Struktural Bangkitan Umum Tonik Klonik ec Aneurisma 1 Pasien
12
Arteri Carotis Sinistra Pro DSA+ Anomali Refraksi
13 Terkonfirmasi COVID-19 + SLE Flare Berat 1 Pasien
14 Terkonfirmasi COVID-19 + Infark Cerebral Regio Parietooksipital Dextra 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Paraparese Inferior ec Peningkatan TIK ec Kista Intrakranial +
15 Mikrosefali + Feeding Problem + Leakage Shunt Post Repair 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Meteorismus ec Konstipasi Kronis + PGK St.V ec Contracted
16 Kidney Bilateral + Anemia Penyakit Kronis + CP Spastik Quadriplegic dengan Regresi 1 Pasien
Motorik.
17 Terkonfirmasi COVID-19 + Hidrosephalus Obstruktif ec SOL Regio Pineal Post VP Shunt 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 +Post Burhole + EVD + Repair VP Shunt ec Peningkatan TIK ec
18 Hidrosephalus ec SOL Supracella Pro CTR 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Suspek HAEC Dengan Dehidrasi Ringan Sedang + Pneumonia + 1 Pasien
19
KDS + Anemia ec Defiensi Besi
Terkonfirmasi COVID-19 + Obs Seizure ec Organic Brain Syndrome + ALL HR Fase 1 Pasien
20
Konsolidasi
21 Discarded COVID -19 + Pneumonia 4 pasien
22 Discarded COVID -19 + Pneumonia + Thalasemia B Mayor 1 Pasien
Discarded COVID -19 + Pneumonia + Decomp Cordis ec PDA Moderate, PFO, Minimal 1 Pasien
23
Pericardial Efusi + Down Syndrome
TOTAL 32 pasien
4
Tabel 5. Pasien Rawat Bersama dengan Sub Divisi Lain (N = 28)
No Diagnosis Jumlah Divisi Utama
/ DPJP
1. Gastro
Acute Liver Failure Ec Drug Hypersensitivitas Syndrome + SJS dengan Secondary Bacterial Infection 1 Pasien
Enterohepatologi
2. Demam neutropenia + I SK + terkonfirmasi COVID 19 + Gizi buruk + Hepatoblastoma dengan anemia 1 Pasien
dan trombositopenia ec hematemesis dan hematoschezia + hiponatremi+ hipocalcemi + hipokalemi +
Diare akut tanpa dehidrasi + caries dentis
3. Demam Neutropenia + AML + + Anemia + Trombositopenia 1 Pasien
4. Demam Netropenia Edema dan Hematom Palpebra ODS Ec AML Relaps + Gum Bleeding + Gizi 1 Pasien
Kurang Perawakan Pendek
5. Demam Neutropenia + AML Relaps + Anemia + Trombositopenia + Hiperleukositosis + Edema 1 Pasien
Scrotum + Gizi Kurang Perawakan Normal
6. Demam netropenia ALL SR + + post debridement abses regio pedis sinistra 1 Pasien
7. Demam neutropenia + Post debridement ulkus dekubitus grade IV+ Neuroblastoma Stadium IV + Hemato
Anemia + trombositopenia + Hipokalemia + Hipocalsemia + Gizi Kurang Perawakan Pendek + Feeding 1 Pasien Onkologi
problem
8. Demam netropenia + Necrotizing Fasciitis + ensefalopati hipertensi ec hipertensi emergency + Post 1 Pasien
debridement abses regio brachii sinistra + Post pemasangan NPWT + Curiga viral exanthem + ALL SR
9. Demam neutropenia + ALL HR fase maintanance + pneumonia 1 Pasien
10. Demam Neutropneia + ALL HR fase konsolidasi + Kejang ec encefalopati ec kemoterapi dd ensefalitis
viral + Plebitis dorsum pedis sinistra + Ulcer regio labia oris + hipokalemia + hipokalsemia + peningaktan 1 pasien
fungsi hati + ISK
11. Demam Neutropenia (selesai)+ ALL HR fase konsolidasi + anemia + selulitis + tinea kapitis + 1 Pasien
peningkatan fungsi hepar
12. Demam Neutropenia + Terkonfirmasi COVID-19 + Obs seizure ec organic brain syndrome + ALL HR 1 Pasien
fase konsolidasi
13. Bone exposed regio shoulder bilateral ec osteomielitis + Terkonfirmasi COVID-19 + anemia gravis ec 1 Pasien
susp perdarahan dd penyakit kronis dd hemolitik + CP tipe spastik + hipoalbuminemia
14. Sepsis + Ensefalopati hepatikum ec hepatitis fulminant + gagal hati + kolestasis + trombositopenia + 1 Pasien
pemanjangan faal hemostasis + Hipertensi terkontrol ec SNA + diaper rash
15. Toxoplasmosis kongenital + penurunan kesadaran ec peningkatan TIK ec Hidrocephalus Komunikans 1 Pasien
16. Post explore abses ai. Abses retrofaring + parafaring dextra sinitra + susp descending necrotizing 1 Pasien
mediastinitis + Obs penurunan kesadaran ec ensefalopati uremik ec AKI failure + Hipokalemia + ERIA
hiponatremia
17. Penurunan kesadaran ec ensefalopati uremikum + AKI failure + hiponatremi + hipokalemi + syok 1 pasien
hipovolemi ec perdarahan + post eksisi abses retrofaring parafaring dextra + edema paru
18. Respiratory Distress ec Susp Edema Paru dd Pneumonia + Hipertensi Emergensi + Decomp Cordis
NYHA III-IV ec susp CKD related cardiomyopathy + CKD stage V on HD ec Sindrome Nefrotik +
1 pasien
COVID-19 + Diare akut tanpa dehidrasi + Gastritis Akut + Short Stature + Hipokalsemia + Asidosis
Metabolik
19. Morbili + Discarded Covid- 19 -19 + Pneumonia 1 Pasien
20. Ulkus + Distress Napas Ringan ec Pneumonia Bakterialis + Anemia 1 pasien Respirologi
21. Discarded Covid-19 + Distres napas ec Pneumonia + Bisitopenia ec susp leukemia akut 1 pasien
22. Infeksi Herpeviriday + Trombositopenia + Hipoalbuminemia + Efusi pleura kanan + Cerebral Palsy
tipe spastik + Fraktur komplit distal femur kanan + Fraktur epiphyseal plate salter Harris tipe 1 + 1 pasien
Defisiensi Vitamin D + Hipokalsemia + Feeding problem ec stomatitis + Varicella Bedah Ortopedi
23. Obs. Febris + Post operasi ORIF a.i neglected fraktur os radius ulna 1 Pasien
24. Abses regio submandibulla + cervical dextra et sinistra + limfadenitis supuratif + secondary bacterial 1 Pasien
skin infection + susp. hernia diafragmatika kiri Bedah Anak
25. Infeksi CMV+ Hipertensi emergensi + Nefritis lupus + SLE +NPSLE + CKD stg V on HD + 1 Pasien
Trombositopenia Nefrologi
26. NCB SMK+ post repair vulnus laceratum regio ala nasi dekstra ec bitten by rat 1 Pasien Perinatologi
27. Otitis media akut bilateral dengan komplikasi abses subperiosteal aurikula sinistra + Pneumonia 1 Pasien THT-KL
28. Gizi Buruk perawakan normal + Neglected frakture dislocation VC 4-5 anterior cord syndrome frankle 1 pasien NPM
TOTAL 28 Pasien
5
Tabel 6. Distribusi penyakit berdasarkan jenis kelamin, umur dan hasil perawatan (N=60)
UMUR(TAHUN)
N DIAGNOSIS JENIS KELAMIN HASIL RAWAT
o 0-<1 1-<5 5-12 >12
L P L P L P L P PK PP PR M
1. DBD gr I - - - - - 1 - - 1 - - -
2. DBD gr II + Gizi Kurang Perawakan Normal 1 - 1 - 1 2 - - 5 - - -
3. DBD grade III - - - 1 1 - - - 2 - - -
4. Demam Dengue - - 1 - - - - - 1 - - -
5. Demam Dengue + ISK - - - 1 - - - - 1 - - -
6. Terkonfirmasi COVID-19+ Post Op Laparatomy Eksplorasi ai Ileus Obstruktif - - - 1 - 1 -
- - - - -
Parsial ec Adhesiolisis
7. Terkonfirmasi COVID-19 + Epilepsi struktural bangkitan umum tonik klonik - - - 1 1 -
- - - - - -
ec aneurisma arteri carotis sinistra pro DSA+ Anomali refraksi
8. Terkonfirmasi COVID 19 + Decomp cordis ec PDA moderate + PFO + - - - - - - - 1 - - -
1
Minimal pericardial efusi + Down Syndrome
9. Terkonfirmasi COVID-19 + Paraparese Inferior ec Peningkatan TIK ec Kista - - - - - 1 - - - - 1 -
Intrakranial + Mikrosefali + Feeding Problem + Leakage Shunt Post Repair
10. Terkonfirmasi COVID-19 Terkonfirmasi + Suspek HAEC dengan dehidrasi - - - - - - - - - -
1
ringan sedang + pneumonia + KDS + Anemia ec susp defiensi fe 1
11. Terkonfirmasi COVID-19 + Obs seizure ec organic brain syndrome + ALL - - - - 1 - - 1 - - -
-
HR fase konsolidasi
12. Terkonfirmasi COVID 19 + Gizi buruk + Demam Neutropenia + - - - - 1 - - - - - - 1
Hepatoblastoma Dengan Anemia Dan Trombositopenia ec Hematemesis dan
Hematoschezia + Hiponatremi + Hipocalcemi + Hipokalemi + Diare Akut
Tanpa Dehidrasi + Caries Dentis +ISK
13. Terkonfirmasi COVID -19 + Hidrosephalus Obstruktif ec SOL Regio Pineal - - - - - - 1 - 1 - - -
Post VP Shunt
14. Terkonfirmasi COVID -19 + Meteorismus ec Konstipasi Kronis +PGK St. V - - - - - 1 - - - 1 -
ec Contracted Kidney Bilateral + Anemia Penyakit Kronis + CP Tipe Spastik
Quadriplegic dengan Regresi Motorik.
15. Terkonfirmasi COVID-19 + Bone exposed regio shoulder bilateral ec - - - - 1 - - - - - - 1
osteomielitis + Anemia Gravis ec perdarahan dan penyakit kronis + CP tipe
spastik + hipoalbuminemia
16. Terkonfirmasi COVID-19 + SLE Flare Berat - - - - 1 - - - 1 - - -
17. Terkonfirmasi COVID-19 + Infark Cerebral Regio Parietooksipital Dextra - - - - - 1 - - - - 1 -
18. Terkonfirmasi COVID -19 + Post Burhole + EVD + Repair VP Shunt ec - - - - 1 - - - 1 - - -
Peningkatan TIK ec Hidrosephalus ec SOL Supracella Pro CTR
19. Terkonfirmasi COVID-19 + Respiratory Distress ec Susp Edema Paru dd - - - - - - - 1 1 - - -
Pneumonia + Hipertensi Emergensi + Decomp Cordis NYHA III-IV ec susp
CKD related cardiomyopathy + CKD stage V on HD ec Sindrome Nefrotik +
Diare akut tanpa dehidrasi + Gastritis Akut + Short Stature + Hipokalsemia +
Asidosis Metabolik
20. Discarded COVID-19+ Pneumonia + Thalasemia B mayor - - - - 1 - - - 1 - - -
21. Discarded COVID-19+ Morbili + Pneumonia - - - - 1 - - - 1 - - -
22. Discarded COVID-19+ Pneumonia - - - 2 - 2 - - - - 4 -
23. Discarded COVID-19+ Distres napas ec Pneumonia + Bisitopenia ec susp - - - - - - - 1 1 - - -
Leukemia Akut
24. Demam Neutropenia + AML + anemia + trombositopenia - - - - - - - 1 1 - - -
25. Demam netropenia + Edema dan hematom palpebra ODS ec AML relaps + - - - - - 1 - - 1 - - -
gum bleeding + gizi kurang perawakan pendek
26. Demam neutropenia + AML Relaps + Anemia + Trombositopenia + - - - - 1 - - - 1 - - -
Hiperleukositosis + Edema Scrotum + Gizi Kurang Perawakan normal
27. Demam neutropenia + ALL SR + post debridement abses regio pedis sinistra - - - - 1 - - - 1 - - -
6
28. Demam neutropenia + Post debridement ulkus dekubitus grade IV + - - 1 - - 1 -
Neuroblastoma Stadium IV + Anemia + trombositopenia + Hipokalemia+ - - - - -
hipocalsemia + Gizi Kurang Perawakan Pendek + Feeding problem
29. Demam neutropenia + Necrotizing Fasciitis + ensefalopati hipertensi ec - - - - 1 -
hipertensi emergency + Post debridement abses regio brachii sinistra + Post - - 1 - - -
pemasangan NPWT + Curiga viral exanthem + ALL SR
30. Demam neutropenia + ALL HR fase maintanance + Pneumonia - - - - - 1 - - 1 - - -
31. Demam neutropneia + ALL HR fase konsolidasi + Kejang ec encefalopati ec - - - - - 1 - - 1 - - -
kemoterapi dd ensefalitis viral + Plebitis dorsum pedis sinistra + Ulcer regio
labia oris + hipokalemia + hipokalsemia + peningaktan fungsi hati + ISK
32. Demam Neutropenia + ALL HR fase konsolidasi + Anemia + Selulitis + Tinea - - - 1 -
- - - 1 - -
kapitis + Peningkatan fungsi hepar
33. Acute liver failure ec drug hypersensitivitas syndrome + SJS dengan - - 1 - - - 1 2 - - -
-
secondary bacterial infection
34. Abses Regio Femur Sinistra + Pemanjangan faal hemostasis ec defisiensi Vit K - - 1 - - - - 1 - - -
-
+ anemia ec defisiensi besi + Gizi kurang perawakan sangat pendek
35. NCB SMK+ Post repair vulnus laceratum regio ala nasi dekstra ec bitten by rat 1 - - - - - - - 1 - - -
36. Post operasi ORIF ai neglected fraktur os radius ulna - - - - - - 1 - 1 - - -
37. Probable tonsilitis difteri - - - - 1 - - - 1 - - -
38. Sepsis + Ensefalopati hepatikum ec hepatitis fulminant + gagal hati + - 1 - - - - - 1 - - -
kolestasis + trombositopenia + pemanjangan faal hemostasis + Hipertensi -
terkontrol ec SNA + diaper rash
39. Otitis media akut bilateral dengan komplikasi abses subperiosteal aurikula - - - 1 - -
- - 1 - - -
sinistra + Pneumonia
40. Toxoplasmosis kongenital + penurunan kesadaran ec peningkatan TIK ec 1 - - - - - - - - - 1
-
Hidrocephalus Komunikans
41. Infeksi CMV + Hipertensi emergensi + Nefritis lupus + SLE + NPSLE + CKD - - - - - - 1 1 - - -
-
stg V on HD + Trombositopenia
42. Post explore abses ai. Abses retrofaring + parafaring dextra sinitra + susp - - - - 1 - - 1 - - -
descending necrotizing mediastinitis + Obs penurunan kesadaran ec -
ensefalopati uremik ec AKI failure + Hipokalemia + hiponatremia
43. Multiple Nekrotik Limphadenopathy Regio Femoral Sinistra - - - - 1 - - - 1 - - -
44. Penurunan kesadaran ec ensefalopati uremikum + AKI failure + hiponatremi + - - - - - 1 - - - - - 1
hipokalemi + syok hipovolemi ec perdarahan + Post eksisi abses retrofaring
parafaring dextra + edema paru
45. Gizi Buruk perawakan normal + Neglected frakture dislocation VC 4-5 - - - - - - 1 - 1 - - -
anterior cord syndrome frankle
46. Infeksi Herpeviriday + Trombositopenia + Hipoalbuminemia + Efusi pleura - - - 1 - - - - 1 - - -
kanan + Cerebral Palsy tipe spastik + Fraktur komplit distal femur kanan +
Fraktur epiphyseal plate salter Harris tipe 1 + Defisiensi Vitamin D +
Hipokalsemia + Feeding problem ec stomatitis + Varicella
47. Ulkus +Distress Napas Ringan ec Pneumonia + Anemia - - - - - 1 - - 1 - - -
48. Terkonfirmasi Pertusis + pneumonia - 1 - - - - - - 1 - - -
49. Terkonfirmasi Pertusis + Distress napas sedang ec pneumonia + Sepsis - 1 - - - - - - - - - 1
50. Demam Lama ec TB Paru Klinis - - - - - - - 1 1 - - -
Total 4 3 3 8 14 16 5 7 47 0 8 5
Keterangan:
L = Laki-laki PK = Pulang Kontrol PR = Pindah Rawat
P = Perempuan PP = Pulang Paksa M = Meninggal
7
Periode Juli-September 2022 didapatkan hasil pasien demam dengue maupun demam
berdarah dengue (DBD) sebanyak 10 pasien dengan jenis kelamin laki-laki 7 pasien dan
perempuan 3 pasien. Tabel 7 dan 8 berikut menggambarkan distribusi pasien demam dengue
dan demam berdarah dengue.
Tabel 7. Distribusi Pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Kriteria
WHO 2011 (N = 10)
UMUR (tahun) LAMA RAWAT
(Hari)
DIAGNOSIS <1 1 - <5 5 – <10 10 - <14 14 - <18 TOTAL
L P L P L P L P L P <2 2-4 >4
Demam Dengue - - 1 - 1 - - - - - - 2 - 2
DBD I - - - - - 1 - - - - - 1 - 1
DBD II 1 - - - - - 1 1 1 1 - 3 2 5
DBD III - - - - 1 - 1 - - - - 1 1 2
DBD IV - - - - - - - - - - - - - -
Total 1 - 1 0 2 1 2 1 1 1 0 7 3 10
Tabel 8. Distribusi Pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Kriteria
WHO 2009 (N = 10)
UMUR (tahun) LAMA RAWAT
(Hari)
DIAGNOSIS <1 1 - <5 5 – <10 10 - <14 14 - <18 TOTAL
L P L P L P L P L P <2 2-4 >4
Dengue Tanpa 1 - 1 - 1 1 1 - 1 1 - 5 2 7
Warning Sign
Dengue Dengan - - - - 1 - - 1 - - - 2 - 2
Warning Sign*
Severe Dengue - - - - - - 1 - - - - - 1 1
Total 1 0 1 0 2 1 2 1 1 1 0 7 3 10
*Keluhan Warning Sign pada 2 kasus ini adalah adanya nyeri perut dan muntah
8
Tabel 9. Distribusi Hasil Laboratorium dan Serologis Pasien Demam Dengue dan DBD (N = 10)
NO. Identititas Diagnosis Hasil Laboratorium Hasil Serologis
HT HT PLT PLT (Demam hari
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah keberapa
diperiksa)
1. Nad/Pr/ DBD Grade I 42 36 136.000 18.000 NS-1 Ag: Reaktif
4 tahun dengan warning (22/7/22, hari ke-3)
sign
2. MA/Lk/ DBD Grade II 41 35 115.000 58.000 NS-1 Ag: Reaktif
11 bulan (21/7/22,hari ke-4)
3. MA/Lk/ DBD Grade II 42 33 185.000 28.000 NS-1 Ag: Reaktif
8 tahun 7 bulan (8/7/22, hari ke dua )
4. MA/Lk/ DBD Grade II 48 32 97.000 8.000 - NS-1 Ag: tidak
15 tahun diperiksa
- IgG : Positif
- IgM: negative
- (2/7/22, hari ke-5)
5. MA /Lk / DBD Gr II 35 33 81.000 71.000 NS-1 Ag: Reaktif
4 tahun IgG : negatif
IgM: negatif
(25/8/22, hari ke-5)
6. FBU / Pr / DBD Gr III 50 44 88.000 66.000 NS-1 Ag: Reaktif
3 tahun (12/8/22, hari ke-2)
7. MRS / Lk / Dengue Dengan 55 40 82.000 40.000 NS-1 Ag: Non
12 tahun Warning Sign Reaktif
(Epistaksis) IgG : positif
IgM: negative
(10/8/22, hari ke-9)
8. AA / Pr / Dengue Dengan 28 21 111.000 19.000 NS-1 Ag: Non
12 tahun Warning Sign reaktif
(hematemesis + IgG : positif
epistaksis) IgM: negative
(1/8/22, hari ke-6)
9. LH/Lk/ DBD Gr III + 49 25 16.000 69.000 NS-1 Ag: Reaktif
10 tahun Hemofilia tipe C (8/9/22, hari ke-tiga)
9
CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)
Terdapat 13 pasien Congenital Rubella Syndrome pada Periode Juli-September 2022. Distribusi pasien CRS
dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini
Tabel 10. Distribusi Pasien CRS Periode Juli-September 2022 (N=13)
No Identitas Asal Konsul Penemuan klinis Laboratorium Diagnosis
1. By. Ny. Yt Kriteria A: IgM Rubella 0,23 dan IgG Rubella 19,50 Anemia of prematurity + infeksi
Gangguan Pendengaran (-) IgM Toxoplasma 0,23 dan IgG Toxoplasma 4,30 TORCH + PFO
Hemato PJB: Ada PFO IgM CMV 0.78 dan IgG CMV 103,90 (reaktif)
Onkologi
Kriteria B:
Ikterik 24 jam post lahir
2. By. Ny. Yul Kriteria A → PJB (+) IgM Rubella 0,11 dan IgG Rubella 17.2 (reaktif) NCB KMK + BBLR + Pneumonia +
Ada Gangguan Pendengaran IgM Toxoplasma 0,14 dan IgG Toxoplasma 0,10 Sepsis + Decomp cordis e.c VSD PMO
IgM CMV 0,23 dan IgG CMV 91.0 (reaktif) besar + PDA moderate to Large +
Kriteria B: Mikrosefali Conjuctivitis ODS
3 By. Ny. DPR/ IgM Rubella 0,07 dan IgG Rubella 51,50 NKB SMK + BBLR + RD ec HMD +
Kriteria A → PJB (+)
MR IgM Toxoplasma 0,13 dan IgG Toxoplasma 11,0 PPHN + Sepsis
0001280611 IgM CMV 0,13 dan IgG CMV 137,50
Kriteria B:
Ikterik 24 jam post partum
Echo: PFO+mild TR + moderate TR
4 By. Ny. GF/ Kriteria A → PJB (+) NCB SMK + Sepsis + post Laparotomi
MR NICU Echo: TR+ small ASD secundum + + jejunostomy ai atresia jejunum +
0001279445 Kriteria B: PDA perforasi jejunum POD 19 + post
Ikterik 24 jam post partum Colostomi double barrel POD 4
5 Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. VH/ NKB SMK + BBLR + NEC grade 1 +
Echo: pulmonal regurgitasi moderate + TR
MR sepsis + Hiperbilirubinemia DD
Kriteria B: moderate + PFO
0001280867 Kolestasis intrahepatik
Ikterik 24 jam post partum
6 IgM Rubella 0,08 dan IgG Rubella 0,10
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. RW/ IgM Toxoplasma 0,09 dan IgG Toxoplasma 0,20 NCB BMK + distress napas ec susp
MR IgM CMV 0,807 dan IgG CMV 154, 40 CHD + bacterial Infection +
Kriteria B:
0001282103 Hipoglikemia
Ikterik 24 jam post partum
Echo: PDA Moderate + PFO
7 IgM Rubella 0,06 dan IgG Rubella 8,20
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. RMK/ IgM Toxoplasma 0,08 dan IgG Toxoplasma 1,90 BPD + PVL + Mikrosefali + Growti
MR PICU IgM CMV 0,89 dan IgG CMV 39,20 Faltering + gizi kurang perawakan
Kriteria B:
0001280624 pendek
Ikterik 24 jam post partum
Hasil Echo: mild PR + moderate TR
8 IgM Rubella 0,11 dan IgG Rubella 4,50
Kriteria A → PJB (+) IgM Toxoplasma 0,06 dan IgG Toxoplasma 0,10
By. Ny. LG/
IgM CMV 0,05 dan IgG CMV 88,30
MR NCB SMK + TGA + BP
Kriteria B:
0001281924
Ikterik 24 jam post partum Echo: DORV + malposisi great arteri + VSD
PMO + MR berat + TR moderate + PDA besar
9 IgM Rubella 0,06 dan IgG Rubella 32.7
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. IgM Toxoplasma 0,22 dan IgG Toxoplasma 0,20
NCB SMK + makrosefali ec
MS/MR IgM CMV 0,05 dan IgG CMV 110,40
Neonatus Kriteria B: holoprosensefali semilobar
0001285334
Ikterik 24 jam post partum
Echo: Mild PDA + PFO
10 IgM Rubella 0,07 dan IgG Rubella 104,30
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. YY/ IgM Toxoplasma 0,12 dan IgG Toxoplasma 99.6
NKB BMK + makrosefali ec susp
MR IgM CMV 0,53 dan IgG CMV 136,30
Kriteria B: hidrosefalus + ventrikulomegali
0001285697
Ikterik 24 jam post partum
Echo: Normal heart
11 By. Ny. Kriteria A→ PJB (+) Toxo IgM 0,05 IgG 0,1 NCB SMK + Omphalocelle + PDA
Jul/Lk/7 hari Rubella IgM 0,06 IgG 14,7 Moderate + PFO
Kriteria B CMV IgM 0,1 IgG 551
12 IPA/pr/ GEH Kriteria A→ Hearing Toxo IgM 0,2 IgG 0,05 Kolestasis Intrahepatik+ Susp CRS
1,5 bulan impairment (+) Rubella IgM 0,07 IgG 23,1
CMV IgM 0,42 IgG 28
Kriteria B
13 AF/Lk/6 bulan NPM Kriteria A → (-) Toxo IgM 0,05 IgG 2,3 Gizi Buruk + Hydrocephalus +
Rubella IgM 0,21 IgG 232,2 Pneumonia + Atresia ani on colostomy
Kriteria B → Hidrosefalus CMV IgM 0,9 IgG 174 Susp CRS
10
Periode Juli-September 2022 selama bertugas di boks Infeksi dan Penyakit Tropis terdapat 10
kasus terbanyak daftar pasien rawat jalan dan rawat inap. Distribusi penyakit terbanyak saat rawat jalan
merata sebanyak 2 pasien dan rawat inap terbanyak pasien dengan covid-19 terkonfirmasi sebanyak 11 pasien dan pasien DBD
sebanyak 10 pasien. Distribusi lengkap pasien terbanyak rawat inap dan rawat jalan periode Juli-September 2022 di boks
Infeksi dan Penyakit Tropis dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
Rawat Jalan
ISK Selulitis
Hepatitis C 6% 12%
6% Selulitis
Spondilitis TB Varicella
6% Phlebitis
Varicella
Abses regio 12% Parotitis
submandibula
6% Fascietis necrotizing
Viral exanthema
Abses regio submandibula
Viral exanthema Phlebitis
13% 13% Spondilitis TB
Hepatitis C
ISK
Fascietis necrotizing Parotitis
13% 13%
Tonsilitis difteri
2% Hepatitis Rawat Inap
Morbili 2%
Abses regio femur Rat bite
2% 2%
2% Covid-19 terkonfirmasi
24%
Pertusis
7%
Demam neutropenia
17%
DBD
22%
Bronkopneumonia
20%
11
Tabel 11. Penyakit Terbanyak Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
Dignosis Medis Jumlah Kasus
Tabel 12 dapat diliihat jenis tindakan dan jumlah tindakan yang telah dilakukan selama
bulan Juli-September 2022 didivisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Tindakan terbanyak adalah
penatagunaan antimikroba total 63 tindakan (juli 16, agustus 23, dan 24 september 2022)
Tabel 12. Jenis Tindakan Rawat Inap dan Rawat Jalan (N=106)
NO Bulan (2022)
Jenis Tindakan
Juli Agustus September
1 Penatagunaan Antimikroba 16 23 24
2 Pungsi lumbal - - -
3 Aspirasi abses - - -
4 Pengambilan spesimen kerokan dasar lesi - - -
5 Pemberian ADS 1 - -
6 Skin Test pemberian ADS 1 - -
7 Swab Nasopharingeal (Pertusis) - 2 3
8 Swab Oropharingeal (Difteri) 2 - -
9 EKG Pasien Difteri 1 - -
10 Pengambilan spesimen apus darah tipis dan - - -
tebal malaria
11 Resusitasi pada pasien syok - - 1
12 Pembacaan Hasil Radiologi 9 13 11
Total 28 39 39
12
PEMERIKSAAN KULTUR
Periode Juli-September 2022 dilakukan kultur darah 17 pasien, kultur urin 15 pasien, kultur sputum 1 pasien, kultur Pus 1 pasien,
kultur LCS 7 pasien, kultur swab tenggorokkan 1 pasien (kuman Cryptococcus laurenti (Tidak Ada Guide Line CLSI Pada Mikro)), tidak
ada pasien yang dilakukan kultur cairan sendi dan kultur Swab CVC. Distribusi hasil kultur dapat dilihat pada tabel 13 sd 17.
Distribusi hasil kultur darah dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 13. Distribusi Kultur Darah Periode Juli-September 2022 (N=17)
Trimetrohoprim/ Sulfamethoxazole
Quinupristin/ Dalfopristin
Piperacillin/ Tazobactam
Ampicillin/ Sulbactam
Benzylpenicillin
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin
Ciprofloxacin
Erythromicin
Streptomycin
Moxifloxacin
Levofloxacin
Clindamycin
Tetracycline
Vancomycin
Meropenem
Ceftazidime
Ceftriaxone
Gentamicin
Tigecycline
Aztreonam
Ertapenem
Rifampicin
Cefazoline
Ampicilin
Amikasin
Cefepime
Linezolid
Oxacillin
E. coli - - - - R - - - - - - - S - S S S S S R - S R S R R - - -
Staphylococcus Hominis ssp Hominis - R R R S R S S R - R S S R S - - - - - - - - S - - - - -
Staphylococcus Aureus S S S S S S S R S S R S S R S - - - - - - - - - - - - - S
STERIL - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
STERIL - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Staphylococcus Hominis ssp hominis S - - - S - S S - S R S S R - - - - - - - - - - - - - - S
Staphlococcus saprophyticus R S R R S S R S S S R S S R R - - - - - - - - S - - - - S
Staphlococcus aureus S S S S S S S S S S S S S R S - - - - - - - - S - - - - S
Staphylococus capitis S R R R R R S R R R R R S R R - - - - - - - - R - - - - S
Steril - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Staphylococcus epidermidis S S S S S S S S S S S S S R R - - - - - - - - - - - - -
Serratia marcescens - S - - I - - - - - - - I - S S S S S S S S R R R R R -
Acinetobacter lwoffii - R - - R - - - - - - - S - R R R - R R - R - - R I R -
Klebsiella pneumonia ssp pneumoniae - - - - S - - - - - - - S - S S S R S R S S R S R S R +
Escherichia coli - - - - S - - - - S - - S - S S I R S S S S R - R S R +
Klebsiella pneumonia ssp pneumoniae - S - - S - - - - - - - S - S S S S S S S S R I S S S -
e. coli - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
13
Tabel 14. Distribusi Kultur Urin Periode Juli-September 2022 (N=15)
Trimetrohoprim/ Sulfamethoxazole
Quinupristin/ Dalfopristin
Piperacillin/ Tazobactam
Ampicillin/ Sulbactam
Benzylpenicillin
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin
Ciprofloxacin
Erythromicin
Streptomycin
Moxifloxacin
Clindamycin
Levofloxacin
Vancomycin
Tetracycline
Ceftazidime
Meropenem
Ceftriaxone
Gentamicin
Tigecycline
Rifampicin
Aztreonam
Ertapenem
Cefazoline
Ampicilin
Amikasin
Cefepime
Linezolid
Oxacillin
Steril - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Morganella morganii ssp - S - - S - - - - - - - R - S S S S S R S S R R R R R - -
morganii
Pantoea spp (Tidak Ada - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Guide Line CLSI Pada
Mikro)
Enterococcus faecalis R - R R R R S S - - - - S R - - - - - - - - S S - - - R R
E. coli R S S S R S S S R S R R - -
Escherichia coli R R S S S S S R S R S S R R R R - -
Escherichia coli R R S S R S S R S S S S R R S R - -
Candida tropicalis S S S S S S
Klebsiella pneumoniae ssp R R I S S S R R R S S R R R R
pneumoniae
Steril - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Escherichia coli R R S S S S S R S R S S R R R R - -
Escherichia coli R R S S R S S R S S S S R R S R - -
Candida tropicalis S S S S S S - -
Klebsiella pneumoniae ssp R R I S S S R R R S S R R R R - -
pneumoniae
14
Tabel 16. Distribusi Kultur Pus Periode Juli-September 2022 (N=2)
Indikasi Diagnosis Jenis Kuman Sensitive Resisten Intermediate Rawat Jumlah
Sindroma nefrotik relaps+ Fascietis necrotizing Amphotericin B, Fluconazole, 1
Fascietis necrotizing parsial respon Candida Parapsilosis Flucytosine, Caspofungin, Micafungin, - - Selincah 2
Voriconazole
Sindroma nefrotik relaps+ Fascietis necrotizing Gentamicin,Nitrofurantoin, Tigecycline, Aztreonam, Ceftazidime, 1
Klebsiella pneumonia
parsial respon Trimetrohoprim, Amikasin, Piperacilin, Ampicilin, Ceftriaxone, Ogan
ssp pneumoniae
Fascietis necrotizing Cefepime, Meropenem, Ampicilin Cefazoline
Ket: dilakukan pemeriksaan kultur pus pada 1 pasien, namun dilakukan 2 kali pemeriksaan
Trimetrohoprim/ Sulfamethoxazole
Quinupristin/ Dalfopristin
Piperacillin/ Tazobactam
Ampicillin/ Sulbactam
Benzylpenicillin
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin
Ciprofloxacin
Erythromicin
Streptomycin
Moxifloxacin
Clindamycin
Levofloxacin
Vancomycin
Tetracycline
Ceftazidime
Meropenem
Ceftriaxone
Gentamicin
Tigecycline
Rifampicin
Aztreonam
Ertapenem
Cefazoline
Ampicilin
Amikasin
Cefepime
Linezolid
Oxacillin
ESBL
Klebsiella S S R R S S S S S - R S S R S - - - - - - - - S - - - - - -
pneumonia ssp
pneumoniae
STERIL - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Acinetobacter S S S S S S S S S I S
baumannii
Enterobacter R R I S R S S R R R S S R R R
cloacae complex
Candida glabrata S S S S S I
Chryseobacterium S R S S R R R R R R R R
gleum
15
URAIAN HASIL PERAWATAN
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 100/60 mmHg, N: 98x/mnt teraba kuat di a radialis, isi
dan tegangan cukup, RR: 22x/mnt regular, T: 38.3 0C, SpO2 99% room air
16
Status Gizi:
BB 21 kg
TB 130 cm
BB/U : P 25-50
TB/U : P 50-75
BB/TB : 21/27x100% = 77.78%
Kesan : Gizi Kurang Perawakan Normal
HA : 8 tahun 4 bulan
BBI : 27 kg
RDA : 70x27 = 1890 kkal/hari
Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi tidak ada, dan wheezing tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral hangat, CRT <3”, rumple leed test (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Labor 08-07-2022
Hb 13.9 mg/dL Leu 2,79/mm3 Ht 42 % PLT 185000 MCV 75.1 fL MCH 25pg MCHC 33g/dL DC
0/0/69/24/7 Alb 3.2 g/dL U Dengue IgM Negatif, Dengue IgG Positif, Dengue Ns 1Ag Reaktif
DIAGNOSIS AWAL
TDBD Grade II + Gizi Kurang Perawakan Normal
TATALAKSANA AWAL
IVFD RL 63cc/jam
Paracetamol Sirup 250 mg (10 ml) PO, jika demam T>38.5 0C
17
FOLLOW UP
Perawatan hari kedua, hari sakit keempat, pasien masih terdapat demam. Pasien diberikan
cairan 63 ml/jam, dari pantauan hemodinamik didapatkan sensorium: kompos mentis, TD 100/60
mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 38.3 Nadi 98 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis,
isi dan tegangan cukup), akral dingin. Profil balans diuresis +186.7 ml dan diuresis 1.5
ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 43% PLT 85.000 dengan delta Ht
2.3%. Cairan diberikan D5% ¼ NS kec 63 ml/kgbb (2 ml/kgbb). Pasien masih dipantau
hemodinamik dan balans diuresis tiap 6 jam dan evaluasi laboratorium tiap 12 jam.
Perawatan hari ke-3, keluhan demam tidak ada tetapi terdapat mimisan 1x dan mimisan
berhenti sendiri. Pemantauan hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis,
TD 100/60 mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 36.2 Nadi 90 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hangat. Profil balans diuresis +280 ml dan diuresis 1.2
ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 42% PLT 28.000 (sebelumnya Ht
50%, PLT 30.000 dengan delta Ht 19.04%. Pemberian cairan diteruskan dengan kec 63 ml/jam
(3ml/kgbb). Pasien masih dipantau hemodinamik dan balans diuresis tiap 6 jam dan evaluasi
laboratorium tiap 12 jam.
Perawatan hari ke-4, tidak ada keluhan demam, mimisan tidak ada, anak mulai mau makan
dan minum dan pemantauan hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis,
TD 100/60 mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 36.7 Nadi 96 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hangat. Profil balans diuresis +213 ml dan diuresis 2,3
ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 37% PLT 25.000 dengan delta Ht
35%. Cairan dipertahankan 63 ml/jam (3 ml/kgbb). Pasien masih dipantau hemodinamik dan
balans diuresis tiap 6 jam dan evaluasi laboratorium tiap 12 jam.
Perawatan hari ke-5, tidak terdapat keluhan demam, anak mau makan dan minum,
pemantauan hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis, TD 100/60
mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 36.5 Nadi 90 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis,
isi dan tegangan cukup), akral hangat. Profil balans diuresis +235 ml dan diuresis 2.8 ml/kgbb/jam.
Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 36% PLT 66.000. Pasien kemudian dipulangkan
DIAGNOSIS KELUAR
DBD Grade II + Gizi Kurang Perawakan Normal
18
2. KDP/Pr/TL 26-06-2020/Usia 2 th 1 bulan/MR 1271734/RI 22018663/Palembang/MRS 14-
07-2022/KRS 18-07-2022
DEMAM DENGUE + ISK
ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi, terus menerus, peak 40C, turun setelah diberi
paracetamol, namun segera naik lagi. Mimisan, bintik2 merah, perdarahan spontan disangkal.
Batuk dan pilek disangkal. Keluar cairan dari telinga (-)
1 hari SMRS pasien muntah 1x isi makanan yang dimakan.Demam masih ada, perdarahan
spontan(-). Pasien masih aktif, makan dan minum masih mau. Orangtua belum membawa pasien
berobat. Sejak 12 jam SMRS muncul bintik-bintik merah di perut dan punggung, mimisan (-),
BAB hitam (-), Demam masih ada, pasien hanya menghabiskan 2 sendok makan nasi dan air
mineral 100 ml. BAK terakhir 6 jam yll. Saat mengganti diaper, orangtua merasakan tidak seberat
biasanya. Anak tampak rewel dan lemas. Dingin pada tungkai disangkal, kejang disangkal. Karena
khawatir orangtua segera membawa pasien ke IRD RSMH.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 90/60 mmHg, N: 104x/mnt teraba kuat di a radialis, isi
dan tegangan cukup, RR: 28x/mnt regular, T: 36.9 0C, SpO2 99% room air, BSS 116 mg/dl
Status Gizi:
BB 13 kg TB 88 cm
BB/U : 0 < Z < +2 SD
TB/U : 0 < Z < +2 SD
BB/TB : 0 < Z < +1 SD
Kesan : Gizi baik Perawakan Normal,
LK 46 cm (-2 < Z< 0 SD → normosefali)
HA : 2 tahun
BBI : 12.5 kg
RDA : 100x12.5 = 1250 kkal/hari
19
Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi tidak ada, dan wheezing tidak ada
Abdomen : cembung, lemas, bising usus normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral hangat, CRT <2”, rumple leed test (+), ptekie (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
14/7/22 pukul 21.00
Hb 12,1 mg/dL Erit 4,52/mm3 Leu 5.910/mm3 Ht 37% PLT 192.000/mm3 NS 1 Reaktif
DIAGNOSIS AWAL
TDBD grade II dd/ demam dengue
TERAPI AWAL
IVFD RL 40 ml/jam (3 ml/kgbb/jam)
Paracetamol 6 ml, Temp >= 38.5 0C
Balance dan diuresis/6 jam
Follow up Klinis dan tanda-tanda vital
Evaluasi Ht, plt setelah 6 jam
FOLLOW UP
Perawatan hari pertama pasien diberikan cairan RL 40 ml/jam, pada pemantauan
hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis, TD 90/60 mmHg laju
pernapasan 20 x/menit, T 38.70C, Nadi 108 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis, isi dan
tegangan cukup). Profil balans diuresis -11 ml dan diuresis 4,3 ml/kgbb/jam.
Perawatan hari ke-2, pasien masih demam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht
35% PLT 183.000 sebelumnya Ht 37% PLT 192.000. Pasien lalu diberikan cairan RL 30 ml/jam
dan masih dipantau hemodinamik dan balans diuresis tiap 6 jam, evaluasi laboratorium tiap 12
jam.
20
Perawatan hari ke-3, demam turun. Pada pemantauan hemodinamik, didapatkan kondisi
stabil, sensorium: kompos mentis, TD 100/60 mmHg laju pernapasan 20 x/menit T 37.7 Nadi 108
x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis, isi dan tegangan cukup). Profil balans diuresis +32
ml dan diuresis 1.87 ml/kgBB/jam. Pada evaluasi laboratorium pukul 05.00 didapatkan hasil Ht
38 %, PLT 129.000, sedangkan pada pukul 17.00 didapatkan hasil Ht 37% dan PLT 116.000.
Perawatan hari ke-4 pasien direncanakan pulang, namun pada pukul 12.00, pasien demam
kembali, dengan suhu 39oC. Pasien lalu dilakukan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin. Dari hasil
urinalisa, didapatkan leukosit urin 5-7, leukosit esterase +2, epitel ++, dan bakteri +. Pasien lalu
diberikan Amoxicilin syr 3x 6 ml. Pada perawatan hari ke-5, pasien tidak ada demam, pasien lalu
pulang rawat jalan.
DIAGNOSIS AKHIR
Demam Dengue + ISK
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 100/60 mmHg (P95), N: 114x/mnt teraba kuat di a
radialis, isi dan tegangan cukup, RR: 28x/mnt regular, T: 37.5 0C, SpO2 99% room air
Status Gizi:
BB 19 kg TB 122cm
BB/U : 19/24 (P50-25)
TB/U : 199/122 (P50-75)
BB/TB : 19/23 x 100% = 82%
Kesan: Gizi Kurang Perawakan Normal
HA : 7 tahun
BBI : 23 kg
RDA : 70x23 = 1610 kkal/hari
Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Tonsil : Pseudomembran (+)
Leher : Bullneck (-)
Thorak : Simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi tidak ada, dan wheezing tidak ada
Abdomen : cembung, lemas, bising usus normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral dingin dan lembab, CRT 3”, sianosis (-)
DIAGNOSIS MASUK
Probable Tonsilitis Difteri + Gizi Kurang Perawakan Normal
22
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (26-07-2022)
Hb 11.6 mg/dL, Eritrosit 4.9 x106/µL, Leukosit 12.540 x 103/mm3, Hematokrit 36%, Trombosit
202 x 103/uL, MCV 70.4 fL, MCH 24 pg, MCHC 34 g/dL, DC 0/1/41/48/10, CRP 46.5 mg/L
26-07-2022 → Kultur darah: Kuman staphylococcus citreus
27-07-2022 → EKG: Kesan: sinus rhytm
04-08-2022 → Swab Difteri: negative
Terapi Awal:
D5% ½ NS 30tpm dan Paracetamol Sirup 7 ml PO, jika demam T>38.5 0C
FOLLOW UP:
Pasien dirawat di kamar isolasi, pasien direncanakan untuk pemberian ADS 100.000 ui
dengan cara pemberian: skintest terlebih dahulu, bila hasil negative maka dapat diberikan NaCl
0,9% 100 ml + 1 vial ADS (10.000 U) dalam 1 jam. Kalau tdk ada reaksi alergi lanjutkan
pemberian NaCl 0,9% 100 ml + 3 vial ADS dalam 1,5 jam iv IVFD RL 170cc/jam.
Perawatan hari ke-10, pasien diberikan Penisilin Prokain 1.000.000/24jam IM yang
diberikan selama 14 hari. Pada hari perawatan ke 11 dan 12, pasien diperiksa swab tenggorokan.
Pada hari perawatan ke 16, didapatkan hasil swab difteri negative, pasien dan keluarga kemudian
di edukasi mengenai perawatan dirumah dan waktu kontrol.
DIAGNOSIS KELUAR
Tonsilitis Difteri + Gizi Kurang Perawakan Normal
23
SMRS, batuk semakin sering, batuk sekali serangan panjang, sampai keluar air mata, dan keluar air
liur terkadang muntah. Pasien dibawa ke Puskesmas terdekat diberi penurun panas dengan racikan
obat batuk (ibu tidak tau isinya). Tiga hari SMRS, pasien terlihat sesak setelah batuk yang panjang
dan semakin berat sejak 1 hari SMRS. Makan dan minum dirasakan ibu pasien berkurang. Pasien
dibawa ke IGD RSMH.
Riwayat Kelahiran:
Pasien anak ke 3 dari 3 bersaudara. Pasien lahir secara normal ditolong bidan, berat badan lahir
pasien 2500 gr. Sejak lahir hingga sebelum MRS pasien minum ASI langsung ke ibu.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:
Ayah, ibu dan Kakak-kakak pasien juga batuk pilek sama seperti pasien
Ayah pasien perokok aktif
Riwayat Imunisasi:
Kakak-kakak pasien mendapatkan Imunisasi dasar dan booster lengkap sesuai PPI
Pasien mendapatkan imunisasi 1x (ibu pasien tidak tahu namanya)
Pengakuan ibu pasien mendapatkan imunisasi lengkap sampai dengan 9 bulan saat kecil
Pengakuan Ayah pasien tidak medapatkan imunisasi sama sekali.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Tampak Sakit Berat, Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 85/40 mmHg, N: 134x/mnt
teraba kuat di a radialis, isi dan tegangan cukup, RR: 28 x/mnt regular, T: 36.9 0C, SpO2 94%
room air → rencana dengan HFNC 6 lpm dan FiO2 50%
Status Gizi:
BB 3.6 kg TB 54.5 cm
BB/U : Z < -3 SD
TB/U : 2 < Z < 0 SD
BB/TB : -3 < Z < -2 SD
Kesan : Gizi kurang Perawakan Normal
HA : 2 tahun
BBI : 11.5 kg
RDA : 100x11.5 = 1150 kkal/hari
24
Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, Retraksi (+) epigastrium
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi (+/+), dan wheezing tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral hangat, CRT <2”
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 02-09-2022
Hb 11.3 mg/dL, Erit 3.79 / 𝑚𝑚3 , leuko 77.74/ 𝑚𝑚3 , Ht 35%, Trombo 400 103 /µ𝐿, MCV 91.8
fL, MCH 30 pg, MCHC 33 g/dL, RDWCV 16.20 PCT 0.47 LED 21 mm/jam, DiffCount
0/1/62/20/13, PT 15.50(14.4) INR 1.01 APTT 32.9(34.9) D-Dimer 0.27 SGOT 56 U/L, SGPT 15
U/L, Alb 3.8g/dL, Ur 54 mg/dL, Cr 0.54 mg/dL, Ca 8.4 (8.9) mg/dL, Mg 2.50, GDS 47, Na 140
mEq/L, K 5.1 mEq/L, Cl 100.
25
DIAGNOSIS MASUK
Distress Napas Berat ec Bronkopneumonia
TERAPI AWAL
MRS PICU MUSI
HFNC flow 6 lpm FiO2 50%
SGM 8x30 cc/ NGT
Paracetamol 3 x 35 mg iv
Ampicillin 3 x250 mg iv
Gentamicin 2 x9 mg iv
FOLLOW UP
Awal perawatan sd perawatan hari ke-3 pasien dirawat di PICU MUSI dan selanjutnya
perawatan di PICU central. Pasien mendapatkan tunjangan oksigen dengan HFNC. Pasien juga
mendapatkan ampicillin 3x250 mg dan gentamicin 2x9 mg iv selama 7 hari. Perawatan hari ke-5
dilakukan evaluasi laaboratorium dengan hasil Hb 10.5 Leu 53.34 Ht 33 PLT 455, LED 2 CRP
17.7, Procalcitonin 0.15, DC 0/1/59/27/9 (Kesan: Leukositosis, trombositosis, peningkatan marker
infeksi, limfositosis, monositosis).
Perawatan hari ke-7 pasien dikonsulkan kedivsi IPT untuk kecurigaan pertusis. Hasil
konsultasi kesan klinis dan laboratorium mengarah ke pertusis stadium paroksismal. Saran :
Periksa PCR Pertusis dan ditambahkan azithromycin 10 mg/kgbb/24 jam (35 mg) selama 5 hari.
Perawatan hari ke 8-11,secara klinis sesak napas berkurang, batuk yang panjang masih ada,
demam tidak ada. Antibiotik diganti menjadi cefotaxime 3x175 mg iv, dan dilakukan weaning
oksigen dari HFNC ke nasal canul 2lpm. Pada hari perawatan ke-11 dilakukan evaluasi
laboratorium didapatkan hasil Hb 9.7, Erit 3.29, leuko 28.58, Ht 30, Trombo 636, MCV 91.2,
MCH 30, MCHC 32, LED 7, DiffCount 0/1/54/32/13, SGOT 30, SGPT 20, Alb 3.1, Ur 11, Cr
0.34, Ca 8.9 (9.6), Na 140, K 5.3, Cl 100, hsCRP 14.7 (kesan: anemia+ trombositosis+leukositosis
ada penurunan dibanding sebelumnya, limfositosis dan monositosis). Pasien direncanakan pindah
bangsal isolasi dengan tunjangan oksigen 2lpm.
Perawatan hari ke-13 hasil PCR Pertusis menyatakan positif Bordetella Pertusis . Minum
pasien dinaikan SGM 8x50 cc per NGT.
26
Perawatan hari ke-17 batuk masih ada dengan frekuensi kurang lebih 7-10x sehari. Pasien
dicoba weaning oksigen dan minum mulai dicoba selang seling antara per NGT dan peroral. Hari
perawatan ke 18 dan 19 pasien belajar full minum per oral dan sudah tidak menggunakan oksigen
lagi dan pasien diperbolehkan pulang pada perawatan hari ke 20.
DIAGNOSIS KELUAR:
Terkonfirmasi Pertusis+ Pneumonia + Gizi Kurang Perawakan Normal
Riwayat Imunisasi:
Imunisasi dasar dan booster lengkap sesuai PPI
27
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Tampak Sakit Berat, Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 100/60 mmHg, N: 124x/mnt teraba
kuat di a radialis, isi dan tegangan cukup, RR: 28 x/mnt regular, T: 38.9 0C, SpO2 98% room air
Status Gizi:
BB 35 kg TB: 147 cm
BB/U : P > 50
TB/U : P > 50
BB/TB : 35/39 x100 = 89.74 %
Kesan :Gizi Baik Perawakan Normal
HA : 11 tahun 7 bulan
BBI : 39 kg
RDA : 47x39= 1833 kkal/hari
Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, Retraksi (+) epigastrium
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi (+/+), dan wheezing tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, Bu (+) normal, Nyeri tekan epigastrium (+)
Extremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2’
PEMERIKSAAN PENUNJANG
08-09-2022 (Pk 05.00)
Hb 15.6 mg/dL, Erit 6.20/𝑚𝑚3 , Ht 45%, Leuko 2.01/𝑚𝑚3 , PLT 31/µL, MCV 72,6 fL MCH 25
pg MCHC 35 g/dL, DC 0/0/51/42/7, LED 2 mm/jam, , SGOT 630 U/L, SGPT 258 U/L, BT 0,5
BD 0,4, Alb 3.9 g/dL, Ur 43 mg/dL, Cr 0.88 mg/dL, Na 129 mEq/L, K 4.5 mEq/L, Ca 7,8 (7,9)
mg/dL CRP 0,4. NS-1 Ag Reaktif.
DIAGNOSIS MASUK
Syok Hipovolemik ec DBD Grade III + Hemofilia C
28
TERAPI AWAL
Oksigen 2lpm
IVFD RL 10 cc/kgbb selama 1-2 jam ( 350 cc/jam)
Paracetamol 350 mg po, jika demam T>38,5
Balans Diuresis per 6 jam
Pantau Vital Sign per jam
FOLLOW UP:
Hari rawat pertama saat di IGD, pasien diberikan cairan RL 350 cc/jam (10 cc/kgbb) selama
1-2 jam, kemudian dilakukan pemantauan hemodinamik didapatkan sensorium: kompos mentis,
TD 110/60 mmHg laju pernapasan 21 x/menit T 36.4 Nadi 82 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hangat. Pasien mendapatkan transfusi FFP 2x150 cc. Profil
balans diuresis 2,4 ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 49% PLT 28.000
sebelumnya Ht 45% PLT 31.000. Cairan diturunkan 245 ml/kgbb (7 ml/kgbb). Pasien masih
dilakukan pemantauan hemodinammik dan balance diuresis per 6 jam dan evaluasi laboratorium
per 12 jam. Sesaat dipindahkan ke HDU pasien dilakukan pemantau hemodinamik stabil dengan
diuresis 3,8 cc/kgbb/jam, cairan diturunkan menjadi 175 cc/jam (5 cc/kgbb).
Perawatan hari ke-2 , pasien tidak ada demam, muntah darah tidak ada, pasien mengeluh
nyeri ulu hati dan nyeri perut bawah, makan dan minum pasien sudah mulai sedikit-sedikit. Pasien
belum BAB. Pemeriksaan Fisik didapatkan sensorium: kompos mentis, TD 110/60 mmHg laju
pernapasan 20 x/menit T 36.4 Nadi 80 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis, isi dan tegangan
cukup), akral hangat. Evaluasi laboratorium Ht 42% Trombosit 17.000 sebelumnya Ht 49% PLT
28.000. Diuuresis 3,2 cc/kgbb/jam. IVFD RL diturunkan menjadi 140 cc/kgbb (4cc/kgbb). Pasien
direncanakan cek urinalisa, feses darah samar, dan USG abdomen. Pasien masih dilakukan
pemantauan hemodinammik dan balance diuresis per 6 jam dan evaluasi laboratoriu m per 12 jam.
Ditambahkan lacutolosa 2x10 ml. Dari hasil urinalisa diapatkan kesan tidak ISK dan tidak ada
darah dalam baik makroskopis maupun mikroskopis. Darah hasil pemeriksaan feses darah samar
(-). Hasil USG didaptkan efusi pleura dextra dan ascites minimal.
Perawatan hari ke-3, pasien secara hemodinamik stabil dan diuresis 3,9 cc/kgbb/jam denga
evaluasi laboratorium HT 36% dan tombosit 21.000, IVFD diturunkan menjadi 100 cc/kgbb (3
cc/kgBB/jam). Pasien direncanakan pindah ke bangsal selincah lantai 3.
29
Perawatan hari ke-4 pasien tidak ada keluhan demam, muntah tidak ada, nyeri ulu hati masih
ada. Makan dan minum sudah mau namun sedikit. Hasil pemeriksaan hemodinamik stabil, diuresis
3,1 cc/kgbb/jam, evaluai laboratorium trombosit 69.000 Ht 25%. IVFD RL diturunkan menjadi
35cc/jam (1cc/kgbb/jam). Pasien masih dilakukan pemantauan hemodinammik dan balance
diuresis per 6 jam, namun tidak diperlukan evaluasi labratorium.
Perawatan hari ke-5 pasien ada muntah, warna muntah kuning, banyaknya kurang lebih 20
cc, pasien mengeluh nyeri ulu hati. Pemeriksaan Fisik didapatkan sensorium: kompos mentis, TD
110/60 mmHg laju pernapasan 20 x/menit T 36.4 Nadi 80 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hanga. Diuresis 2,7 cc/kgbb/jam. Pasien ditambahkan
omeprazole 2x20 mg iv. Dan direncankanan konsul ke divisi GEH.
Perawatan hari ke-6, pasien masih muntah kurang lebih 5x sejak semalam, isi cairan bewarna
kekuningan, batuk dan demam disangkal. Secara hemodinamik pasien stabil dan diuresis
1,8cc/kgbb/jam. Pasien ditambahkan terapi domperdidon sirup 3x5 ml, dilakukan cek DPL dan
konsul ke divisi GEH. Dari hasil laboratorium didaptkan hb 10,9 eri 4,33 leuko 6,09 ht 32%
trombosit 285.000 Na 141 Ca 8,7 K 4,9. Hasil USG dari divis GEH terdapat efusi pleura minimal
dan ascites minimal dengan appendiks sulit tervisualisasi. Saran dari GEH melanjutkan terapi.
Perawatan hari ke-7, pasien tidak ada keluhan, hemodinamik stabil. Pasien sudah mau makan
dan minum. Tidak ada manifestasi perdarahan pada pasien. Pemeriksaan Fisik didapatkan normal
dan stabil. Pasien diperbolehkan pulang.
DIAGNOSIS KELUAR:
DBD Grade III +Dyspepsia Syndrome + Hemofilia C
30
Selama periode Juli -September 2022 Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis sudah menerima sebanyak 102 konsul dari departemen dan divisi
lain. Divisi yang terbanyak melakukan konsul adalah Divisi Perinatologi (Neo & NICU) sebanyak 30 pasien, dan Hematoonkologi dengan 20
pasien. Divisi Hematoonkologi mengonsulkan pasien untuk evaluasi diagnostik dan etiologi dari demam neutropenia. Sedangkan divisi
Perinatologi mengonsulkan untuk penyesuaian antibiotik.
Tabel 18 . Konsul dari Subdivisi Lain Periode Juli-September 2022
31
NCB SMK + post op laparatomy +
• NCB SMK + post op laparatomy +
By. Ny. Ganta jejunostomy ai atresia dan perforasi • Tambahkan amikasin 3x150 mg
9 Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ini jejunostomy ai atresia dan perforasi
Febiola/Pr/ 18 hari jejunum POD 13 + sepsis • Jika terpasang ventilator lakukan kultur sekret ETT
jejunum POD 13 + sepsis
NKB SMK + BBLR + sepsis + RD DS
By. Ny. Anadia
4 ec HMD + hiperbilirubinemia + Evaluasi penyebab demam dan penggunaan• Kemungkinan demam disebabkam• Ganti nystatin drop dengan fluconazol 1x 7.2 mg
10 binti Hafis/Lk/10
trombositopenia + anemia antibiotik infeksi jamur intravena
hari
32
• Pada luka gigitan tikus tidak diperlukan pemberian
antìrabies
NCB SMK+ post repair vulnus • NCB SMK+ post repair vulnus • Pada kasus bayi kecil dapat diberikan antibiotik
By.ny Rahmawaty Pasien dikonsulkan untuk pertimbangan
22 laceratum regio ala nasi dekstra ec laceratum regio ala nasi dekstra ec profilaksis golongan penicilin (Ampicilin dapat
/Pr/8hari pemberian antirabies.
vulnus morsum (tikus) bitten by rat diteruskan), bila klinis membaik dapat di switch oral
(co-amoxiclav)→ Co-amoxiclav dapat diberikan 2x
2.2 ml (52.5 mg atau 15 mg/kgBB/kali)
• Kultur darah ulang
• Kultur swab luka
Terkait demam dan saran pemakaian antibiotik
NKB SMK + Post ileostomu ai • Periksa DR,CRP,Ureum,creatinin
By.ny.zika dikarenakan pasien sudah memakai antibiotik• NKB SMK + Post ileostomu ai
23 mekonium ileus POD 7 + Sepsis • Antibiotik meropenem dilanjutkan
novelia/Lk/9hari meropenem selama 5 hari mekonium ileus POD 7 + Sepsis
• Menambahkan amikasin 3x22 mg
• Menambahkan flukonazole profilaksis 1x10 mg
(diberikan 2x seminggu)
By. Ny. Lioni NCB SMK dengan DORV+VSD • Kemungkinan infeksi intrakranial •dan Lumbal pungsi
Evaluasi pemberian terapi antibiotik pada
24 Gunawan/Pr/16 PMO+Hiperbilirubinemia+hiperkalemi •
fokal infeksi dari tempat lain belum Lanjut meropenem, belum ditambahkan amikasin
pasien ini
hari a+IgG CMV reaktif dapat disingkirkan • Cek ulang TORCH 4 minggu lagi
By. Ny. Ria NCB SMK dengan PDA • kemungkinan CMV penularan
25 Evaluasi dan tatalaksana pada pasien ini • cek ulang TORCH 4 minggu lagi
Wulan/Pr/6 hari moderate+PFO+IcG CMV reaktif transplasenta belum dapat disingkirkan
NCB SMK + BP + DORV dengan
By. Ny. Lioni
malposisi great arteri + VSD PMO + • Kemungkinan hasil kultur • Evaluasi ulang dari divisi kardio terkait hasil echo
26 Gunawan/Pr/ 21 Evaluasi hasil kultur pada pasien ini
MR berat + TR moderate + PDA besar terkontaminasi pada pasien ini
hari
+ Neonatal seizure + Hiperkalemia +
Neonatus By. Ny. Yunia Bin NCB SMK + NEC + Hipokalemia + • Kultur darah menunjukkan adanya• Rencana pemberian amikasin namun melihat fungsi
27 Suparmin/lk/13 Pemanjangan PT APTT+ Evaluasi pemilihan antibiotik pada pasien ini infeksi ginjal terlebih dahulu
hari trombositopenia + Hipoalbuminemia • Curiga infeksi TORCH • Cek torch dan telusur CRS
NCB SMK + makrosefali ec.
Murnita Binti • terdapat 2 kriteria mayor sehingga
28 holoprosensefali semilobar + tiny PDA Evaluasi kecurigaan mengarah ke CRS • Cek PCR kuantitatif
Slamet / Lk / 6 hari menunjang untuk CRS klinis
+ PFO + susp. CRS
NKB BMK + Makrosefali ec. susp.
By. Ny. Yuli Yanti • cek serologi ibu
29 hidrosefalus + Ventrikulomegali + Evaluasi kecurigaan CRS pada pasien ini • Suspect CRS
/ Lk / 4 hari • cek ulang 4 minggu lagi
Susp. CRS
• Berikan Micafungin dengan pertimbangan adanya
By. Ny. Liana/ Lk/ NKB SMK BBLSR HMD Grade Evaluasi kondisi klinis dan perburukan hasil
30 • Curiga Infeksi Jamur sistemik peningkatan SGOT dan SGPT pada pasien ini
33hari 1+Susp NEC laboratorium
• Kultur darah ulang
• Kultur darah ulang
NCB SMK + post repair meningocele
• Cek Procalcitonin
By. Ny. Sulyana/ + VENTRIKULITIS + sepsis + •
Evaluasi klinis dan laboratorium yan mengalami Episode Infeksi baru yang dapat
31 • Konsul ulang jika ada hasil procalcitonin
Pr/34 hari discharge COVID 19 + perburukkan disebabkan oleh bakteri atau virus
Trombositopenia • Untuk sementara lanjutkan antibiotik yang telah
diberikan
• Meropenem dilanjutkan
NCB SMK + Mild HIE + Sepsis +
By. Ny Sisi/PR/10 Evaluasi hasil kultur dan klinis yang belum • Tambahkan Amikasin 1x30mg
32 Trombositopenia + Pneumonia + • LOS ec Acinetobakter baumanii
hari
Asidosis metabolik + IVH grade II
perbaikkan • Evaluasi klinis selama 3 hari, Jika belum perbaikkan
konsul ulang
33
Pasien dikonsulkan dari divisi hematoonkologi
Neuroblastoma Stadium IV + Demam
karena demam neutropenia, pasien telah • Demam neutropenia hari ke-8 • Rawat bersama
Adrian Pradipta neutropenia + Ulkus Decubitus grade I-
34 •
diberikan ceftazidime hari ke-8, Amikasin hari Demam masih mungkin disebabkan • Menunggu hasil kultur darah tgl 3/7/22 → steril.
/Lk/6 tahun II regio peri-anal + Gizi Kurang
ke-6, dan fluconazole hari ke-2. Pasien masih oleh infeksi pada ulkus decubitus • Melanjutkan ceftazidime, amikasin dan fluconazole.
Perawakan Pendek + Feeding problem
demam, dengan peak 39
Pasien dikonsulkan dari divisi Hematoonkologi
ALL HR fase Induksi + Demam
M. Afzalurahman karena demam neutropenia, telah mendapatkan • melanjutkan ceftazidime.
35 neutropenia hari ke-4 + Anemia + • Demam neutropenia hari ke-4
/Lk/7 th ceftazidime hr ke-4, rencana pemberian • menunggu hasil kultur darah → kultur darah steril
Trombositopenia
amikasin, namun amikasin sedang kosong stok
Pasien dikonsulkan dari divisi Hematoonkologi
• Ro thorax ulang
karena demam neutropenia, saat ini telah
Siti Munawarroh AML + Demam Netropenia hr ke -7+ • Melanjutkan Ceftazidime dan fluconazole
36 mendapatkan terapi Ceftazidime 3x2 gr hari• ke- Demam neutropenia hari ke-7
/Pr/14 th trombositopenia
7, Amikasin 1x800 mg hari ke-4, Flukonazole • Stop amikasin, ganti dengan gentamicin 1x200 mg
1x600 mg hari ke-2 iv
M. Yazid/Lk/ 15 ALL HR + susp Selulitis regio manus Pasien dikonsulkan dari divisi Hematoonkologi
37 • Selulitis regio manus dextra • Penambahan clindamicin 4x300 mg po
tahun dextra karena kecurigaan Selulitis di tangan kanan.
• Masih mungkin dicurigai infeksi CMV
• konsul THT untuk OAE
kongenital (masih mungkin infeksi
• USG transfontanella
By. Ny. Yeti/Pr/ 1 Anemia of prematurity + susp. Pasien di konsulkan dari divisi Hematoonkologi maternal dari ibu)
38
bulan TORCH infection untuk penelusuran ke arah infeksi TORCH • • cek IgM dan IgG CMV ibu di lab yg sama dan
Pasien memenuhi 1 kriteria A (PJB) +
dengan metode yg sama.
1 kriteria B (riwayat ikterik 24 jam
post lahir) • Pantau BB, TB, LK dan tumbuh kembang tiap bulan
Hemato
Onkologi Muhammad AML relaps +demam neutropenia hari •
Menaikkan dosis ceftazidim 3 x 1.2 gr (200
Alkhalifi Ahsan / ke 4 + anemia + trombositopenia + • Demam neutropenia hari ke-4 mg/kg/hari)
39 Tatalaksana demam dan penyesuaian antibiotik
Lk / 5 tahun 7 hiperleukositosis + edema scrotum + • susp epididmyo-orchithis •
penambahan clindamycin 4x100 mg po
bulan gizi kurang perawakan normal •
Kultur urine dan USG scrotum
Edema dan hematom palpebra ODS ec •
melanjutkan ceftazidime (sesuai hasil kultur)
Pasien dikonsulkan dari divisi hematoonkologi
Nyayu Afiqa AML relaps + demam netropenia hari • Demam Neutropenia hari ke-3 dengan •
penambahan amikasin 1x 375 mg ( hari ke-1, 25
40 karena demam neutropenia dan dari hasil kultur
Najla/Pr/ 6 tahun ke-3 + gum bleeding + gizi kurang fokus infeksi ISK mg/kgBB)
urin ditemukan ESBL positif
perawakan pendek + ISK •
amikasin 1x 270 mg (hari ke-2 dst, 18 mg/kgBB)
•
stop ceftazidim, ganti dengan cefepime 3 x 1,25 gr
(50 mg/kgbb/kali)
Egha Muhammad ALL SR + Demam netropenia + Abses • Demam neutropenia hari ke-13
41 Tatalaksana demam dan penyesuaian antibiotik • stop amikacin dan melanjutkan clindamicin
Zacky/Lk/7 thn regio brachii sinistra • Abses regio brachii sinistra
• Ro brachii sinistra
• saran konsul DV / bedah plastik
• Ceftazidim dan amikasin diteruskan (ceftazidim
Razqa abqary/Lk/5 • ALL SR+ demam neutropenia hari ke- dikasih dengan extended infusion (dalam 4 jam).
42 ALL SR+demam neutropenia hari ke-7 Pertimbangan penambahan fluconazole
tahun 7 (klinis belum perbaikan) • Setuju penambahan fluconazole 1 x 200 mg
• Kultur darah ulang
• Pasien saat ini bebas demam hari ke-4
• Klinis stabil dan perbaikan
ALL HR + demam neutropenia hari • Teruskan terapi saat ini
Terkait demam neutropenia dan hasil kultur• Hasil laboratorium evaluasi stqa
ke-5 bebas demam hari ke-4+ Anemia+ • Kultur darah ulang 2 tempat
43 Rendi S/Lk/9thn MRSA dan VRSA • Hasil kultur darah 1 tempat MRSA dan
trombositopenia • Cek Procalcitonin
VRSA
•
• Saat ini hasil kultur darah pasien masih
mungkin disebabkan kontaminan
34
• Demam pada pasien masih mungkin • Akses infus diganti
disebabkan karena kondisi phlebitis • di Paracetamol 250 mg p.o.bila suhu 38.5
Ariza Melia/ Pr/11 Terkait demam dan ruam pada pasien. tangan pasien • Kultur darah
44 Medulloblastoma dan anemia
tahun • Ruam pada pasien masih mungkin• Edukasi pasien
disebabkan karena iritant keringat • Kurva suhu per 6 jam dan ekstra demam
pasien Dd/ viral exanthem • Rawat ruang isolasi
• Antibodi HCV yang positif pada pasien• Cek PCR RNA Hepatitis C
belum bisa menentukan apakah sedang • Cek NS1, AFP dan CRP
Anemia gravis ec Thalasemia beta
Sania Alfina/Pr/15 Terkait kemungkinan infeksi hepatitis C pada terjadi infeksi hepatitis C akut atau• Urinalisa
45 mayor + AIHA + Trombositopenia +
tahun
TISK
pasien kronis • USG abdomen
• Demam pada pasien masih bisa • Observasi demam dan kurva suhu tiap 6 jam +
disebabkan viral infection ekstra demam
• Rawat bersama
ALL HR fase maintanance + demam
Fadhila Kabsya Evaluasi penyebab demam dan penggunaan• Demam netropeni hari ke 6 dengan• Cek procalcitonin dan Kultur darah
46 neutropenia hari ke 6 belum bebas
Munira/Pr/5 tahun
demam H1 + susp pneumonia
antibiotik ALL HR • Amikasin loading 380 mg/24 jam iv
• Amikasin maintenance 285 mg/24 jam
Terkonfirmasi COVID 19+ demam
• Rawat ruang isolasi COVID 19 di Ogan
Egha Muhammad neutropenia + Necrotizing facieties + • confirmed COVID -19 dengan
47
Zacky/Lk/ 7 tahun HT terkontrol + ALL SR fase induksi +
Evaluasi hasil swab COVID-19 pada pasien ini • Tatalaksana melanjutkan terapi dari dpjp
komorbid ALL + necrotizing Fasciitis
selulitis antebrachii sin post NPWT sebelumnya
35
Farel Anggara NPSLE + nefritis lupus + TB paru • •
Demam masih mungkin disebabkan stop ampicillin dan stop ceftriaxone
54 Pasien dikonsulkan untuk tatalaksana antibiotik
/Lk/14 th klinis karena proses autoimun (SLE) • saran penambahan ampicillin/sulbactam 4x800 mg
•
Dika post trakeostomi ec edema laring+ •
Pasien Dikonsulkan untuk evaluasi antibiotik Post trakeostomi ec edema laring. • Menunggu hasil kultur darah
Riansyah/Lk/3tahu Gagal napas ec pneumonia dd/ TB sudah 14 hari • Gagal Napas ec pneumonia belun • Melanjutkan antibiotik.
n 8 bulan Paru+ Atelektasis Paru Dextra + perbaikan dd/TB Paru • Cefepime diberikan dengan extended infusion (4
63 Epilepsi+ Gizi Buruk +ASD* • Epilepsi. jam)
• Gizi Buruk • Konsul ulang stlh hasil kultur keluar
• ASD • Stabilisasi trakeostomi
36
•Melakukan Lumbal Pungsi ulang disertai
pemeriksaan pewarnaan gram (cito), BTA,TCM TB
Kejang dengan demam ec suspek • Kejang dengan demam ec suspek dan kultur LCS
meningitis TB+TB Terkait riwayat pemakaian lama ampisilin •
meningitis TB+TB paru+ Pneumonia+ Sementara menunggu hasil, pemberian antibiotik
Azriel alfarizi/Lk/6
64 paru+Pneumonia+Laringomalasia+Giz ceftriaksone dan pertimbangan penggantian Laringomalasia+Gizi kurang ampicilin dapat diteruskan dan pemberian antibiotik
bulan
i kurang perawakan pendek antibiotik perawakan pendek ceftriaksone dihentikan dan diganti dengan cefepime
• • Cefepime diberikan dengan dosis 3x250 mg iv
• Konsul ulang bila ada hasil
•
Sepsis (perbaikan) + status eileptikus
ec epilepsi refrakter + CP tipe spastik +
Aisha Kirannia •
Evaluasi demam dan pemberian antibiotik pada Saat ini tidak ditemukan tanda dan• Penggunaan antibiotik sesuai indikasi awal
65 pneumonia + disfonia ec susp
Qalesya/Pr/ 2 tahun pasien ini klinis sepsis pemberian antibiotik, sesuai DPJP terkait
ensefalitis autoimun + trombositopenia
+ kolestasis + hipoalbumin
post repair shunt ai mal function shunt • Pasien dengan post repair shunt ai mal
+ craniotomi ai germ cell tumor + post fungsi shunt dengan kemungkinan
M Ridho Aji/Lk/12
66 op VP shunt + papieledema ODS gr 1 Evaluasi dan tatalaksana infeksi pada pasien ini infeksi intrakranial • Gentamisin 2x150 mg
tahun
+ ulkus regio perianal + infeksi luka • Hasil kultur terdapat Staohylococcus
operasi aureus
• Lanjutkan Antibiotik ampicilin cefotaxim hingga
Ehsan Rafisqy • Kemungkinan hasil kultur kontaminan
meningitis partial treatment dd hari ke 14
67 Malik/Lk/1 bulan •
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini Pasien perbaikkan secara klinis dan
ensefalitis virus • evaluasi klinis
20 hari laboratorium
•
Neuro
M. Adib Husni/Lk/ Ventrikulitis post EVD+ gizi buruk Tatalaksana demam dan kecurigaan selulitis• Ventrikulitis post EVD+ gizi buruk• Kultur darah
Pediatri
2 tahun perawakan pendek perawakan pendek • Meneruskan Meropenem iv
68 • Amikacin intra EVD stop ganti Ciprofloxacin 1
mg/kgbb/24 jam intra EVD.
•
By. Ny. Anadia NKB SMK +BBLR+ Sepsis+ •
Evaluasi pansitopenia dan kecurigaan sepsis pansitopeni masih dapat disebabkan
Binti Hafis/Lk/41 Meningitis+ IVH Gr I Bilateral+ Susp oleh infeksi viral kongenital dd/
• Cek Serologi TORCH
69 hari Hernia Inguinalis Sinistra +BPD+ kelainan hematologi
pansitopenia • Konsul Hematoonkologi
By. Ny. Sulyana/ NCB SMK+post repair meningocele+ Kecurigaan infeksi • Infeksi bakterialis • Fluconazole stop
pr/47 hari ventrikulitis+ sepsis+ discharges • kultur darah ulang
70 COVID 19+ pneumonia. • Lakukan LP,kultur LCS.
• Konsul ulang jika hasil kultur LCS keluar.
Chello Penurunan kesadaran ec Peningkatan •
Evaluasi klinis dengan kecurigaan osteomielitis •
Neglected closed frakture femur dextra Rontgen Femur dextra ulang→ tidak ada mengarah
Frendeska/Lk/15 TIK ec IVH+SAH+SDH+EDH+ dengan kemungkinan osteomielitis ke osteomioelitis
71
tahun Edema Cerebri, keratitis exposure belum dapat disingkirkan. • Konsul /Lapor ke Bedah Orthopedi
ODS+ closed fraktur femur dextra on • Kultur darah ulang.
traksi hari ke 3.
37
Penurunan kesadaran ec status
Jessica/Pr/14 tahun Pasien dikonsulkan dari divisi ERIA terkait• Kemungkinan tetanus pada pasien•ini Inj. Human Tetanus Immunoglobulin (Tetagam)
73 epileptikus dd/ tetanus dd/ ensefalitis
9 bulan pertimbangan pemberian antitetanus belum dapat disingkirkan 6.000 IU, I.M pada beberapa tempat, dosis tunggal
virus dd/meningitis + OMA dd/OMSK
• Atasi terlebih dahulu penyebab sepsis pada pasien
• Vancomycin loading dose 40 mg dilarutkan dalam
D5% 8 mL Dilanjutkan 2x20 mg (dilarutkan dalam
Respiratory distress ec
Pertimbangan penggantian antibiotik ke • Sepsis+respiratory distress ec D5% 4 mL)
pneumonia+laringomalacia+higroma
Aksa fatih/Lk/3 •
vancomycin dan gentamicin karena hasil kultur pneumonia+laringomalacia+higroma Cefepime 1x200 mg iv
74 coli+hiponatremia+sepsis+ AKI failure
bulan ditemukan Methicilin resistant coagulase coli+AKI failure dengan anuria • Pemberian IVIG selama 3 hari dengan dosis:
dengan anuria
negative staphylococcus • Hari 1: 1 gr/kgbb: 4 gram
Hari 2: 0.5 gr/kgbb: 2 gram
• Hari 3: 0.5 gr/kgbb: 2 gram
•
By. Ny. Resmita BPD+ PVL + mikrosefali + growth • Konsul THT
75 Binti M. faltering + Gizi Kurang perawakan Evaluasi penelusuran CRS pada pasien ini • Susp CRS • Konsul Mata
Kopli/Lk/3 bulan pendek • Telusur ibu
COVID-19 terkonfirmasi + anemia
Al Gibran gravis ec susp perdarahan dd penyakit
• •
Bone exposes regio shoulder bilateral Lanjutkan antibiotik ampicillin dan gentamisin
76 Pradipta/Lk/ 6 kronis dd hemolitik + bone exposed Evaluasi pemberian antibiotik
ec osteomielitis • Rawat bersama
tahun 10 bulan regio shoulder bilateral ec osteomielitis
+ CP tipe spastik + hipoalbuminemia
• Pertimbangkan untuk dilakukan intubasi
Ridho pneumonia + post labioplasti ai Evaluasi penggunaan antibiotik karena • Rontgen thorax ulang
77 ERIA • Pneumonia dengan perburukan klinis
Ahmad/LK/4 bulan labiognatopalato schizis perburukan klinis pada pasien ini • Cek karker infeksi CRP, prokalsitonin
• Menunggu hasil kultur darah
penurunan kesadaran ec susp
M Rizky April meningitis TB dd/ meningitis • Pastikan hasil LCS
evaluasi dan tatalaksana terkait penggantian• Kemungkinan hasil LCS karena
78 Yansah/Lk/13 bakterialis+ hipokalemia (perbaikan) + • Tunda penambahan antibiotik
antibiotik sesuai hasil kultur LCS pada pasien kontamina
tahun hiponatremia (perbaikan)+ luka bakar • CT scan kepala ulang
superficial BSA 2%
pneumonia + Status epileptikus ec • Ampicillin stop
•Syok sepsis dengan demem netropeni
Fathan Latief suspek metastase intrakranial dd/ evaluasi pertimbangan pemberian antibiotik • ceftazidime stop
79 dengan hasil kultur sputum
Anahdi/Lk/2 tahun infeksi intrakranial Limfoma burkitt + pada pasien terkait hasil kultur sputum pasien • tambahkan Ampicillin Sulbactam 3x750 mg
acinetobacter baumanii
Hipokalemia (perbaikan) • amikasin drip pelan selama 4 jam
• lakukan LP
• Stop ampicilin dan ceftriaxone
Dika evaluasi dan tatalakasana khusus di bidang TS
Gagal napas ec pneumonia dd/ TB paru • hasil kultur menunjukkan adanya • Berikan fluconazol 1x24mg
80 Riansyah/Lk/3 untuk penggantian antibiotik pada pasien sesuai
+ Epilepsi + Gizi buruk + ASD bakteri acinetobakter baumanii • Berikan AMikasin 1x150mg (loading) selanjutnya
tahun hasil kultur
Amikasin 108mg/24 jam (maintenance)
•
GENDIS FATHIN Post explore abses ai. Abses retrofaring Pasien dikonsulkan dari Hematoonkologi • Sepsis • Meneruskan Antibiotik (Meropenem 3x130 mg dan
HERMAWAN/ Pr/ + parafaring dextra sinitra + susp karena curiga infeksi Amikasin 3x 35 mg)
9 tahun 4 bulan descending necrotizing mediastinitis + • Konsul ulang ketika ada hasil kultur darah
81 Obs penurunan kesadaran ec
ensefalopati uremik ec AKI failure +
Hipokalemia + hyponatremia
38
• Ditemukannya dua bakteri pada kultur
Gizi buruk perawakan pendek+
Yoli Ermaini/Pr/16 Terkait pemakaian amikasin sudah 10 hari dan urine masih dapat disebabkan karena
Feeding problem+ CP tipe spastik + • Stop pemberian antibiotik amikasin
82 tahun kultur urin STERIL kontaminan
T.ISK •
• Amikasin hari ke 10 dengan hasil
pemeriksaan kultur urin steril (25/6/22)
• Terapi antibiotik masih dilanjutkan
Khadijah
Gizi Buruk Perawakan Pendek + •
Evaluasi dan tatalaksana penggunaan antibiotik kemungkinan pasien masih terdapat • Berikan Susu dengan volume yang berbeda 70-100-
83 Humaira/Pr/3
Growth faltering + ISK pada pasien ini proses infeksi karena masih muntah 70 dengan total 3x100 dan 5x70
bulan
• Konsul TKPS untuk relaktasi
By. Ny. Leony Anemia berulang + Sepsis + Diare
• Saat ini tidak ada tanda dan gejala • Cek GDT untuk telusur penyebab anemia
84 Ariesthania/Pr/1 persisten dehidrasi Ringan Sedang+ Evaluasi sepsis pada pasien ini
sepsis pada pasien ini • Tidak ada terapi tambahan dari divisi IPT
NPM bulan 19 hari hipocalcemia
Gizi buruk perawakan sangat pendek +
post pyloromyotomi per laparoscopy ai
As-Syam Al Pasien dikonsulkan dari divisi NPM untuk • Mikrosefali masih mungkin disebabkan• Evaluasi perbandimgan LK saat lahir dan LK saat
85 hipertrofi stenosis pilorus + hipotiroid
Fahri/Lk/3bln penelusuran ke arah infeksi TORCH karena gagal tumbuh ini → LK lahir 32 cm, LK saat ini 33 cm.
kongenital + tongue tie gr III +
mikrosefali susp infeksi CMV
• Hasil Kultur Staphylococcus • Konsul Divisi Hemato
Gizi buruk perawakan sangat pendek +
Belva Riani/pr/4 epidermidis kemungkinan kontaminan • Cek ulang kultur darah
86 Susp spondilitis DD/ malignacy + Evaluasi demam dan tatalaksana pada pasien ini
tahun 2 bulan • Curiga Infeksi bakteri skeunder dari• Amoxciilin stop
anemia + miliaria pustulosa
kulit + Demam Netropeni • Berikan Cefotaxim 3x590 mg
Dimas Gizi Buruk perawakan normal + •
- evaluasi klinis dan penyesuaian antibiotik pada Demam pada pasien masih mungkin • Teruskan Antibiotik
87 Ardiansya/Lk/14 Neglected fr dislocation VC 4-5 pasien •
disebabkan proses inflamasi pada ulkus Menunggu hasil kultur darah
tahun anterior cord syndrome frankle A dekubitus
M. Reyhan/Lk/15th Sindroma nefrotik relaps+ Fascietis • Pemberian flukonazole 1x400 mg per-oral
88 •
Terkait hasil kultur swab luka ditemukan jamur. Fascietis necrotizing perbaikan klinis
necrotizing parsial respon • Kontrol ulang di Poli IPT
• Rawat bersama
Nadia K HT emergensi + Nefritis lupus + SLE+
• Valganciclovir 2x900mg selama 7 hari, selanjutnya
89 Panjaitan/Pr/15 NPSLE+CKD stg V on HD +suspek Evaluasi dan tatalaksana sangkaan infeksi CMV • Infeksi CMV yang baru didapatkan
1x900 mg (1-2 minggu sesuai klinis)
tahun Infeksi CMV + Trombositopenia
Nefrologi • Evaluasi lab untuk trombositopenia setiap 3 hari/kali
M.Mumtazz/Lk/1 Edema anasarca ec SN inisial putus • Stop Amoxicillin
90 •
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini ISK dengan infeksi E coli
Tahun 10 Bulan obat + Riwayat ibu dengan HIV + ISK Berikan Meropenem 3x600 mg iv
AKI failure on HD ec nefrotoksik +
Reno Iswandi/Lk/ HT + Riwayat syok kardiogenik ec •
Evaluasi dan tatalaksana hasil kultur Pus pada Terdapat bukti infeksi pada hasil kultur Stop ampicillin dan cefotaxime
91
17 tahun cardiomiopati dilatasi + pneumonia + pasien ini dari Pus CDL • Berikan Ampicillin Sulbactam 1x 3 gram
tinea cruris + infected CDL post repair
M Alfarizi Evaluasi pemberian antibiotic dan rawat Sepsis • Cek GDT
Mufatar/Lk/4 tahun Ensefalopati hepatikum ec hepatitis Bersama • Meneruskan antibiotic
92 6 bulan fulminant + gagal hati + hipertensi • Kultur darah sedang menunggu hasil. (Konsul ulang
terkontrol ec SNA + ISK + diaper rash jika ada hasil kultur darah)
Innayah Putri Kolestasis Intrahepatik+ Susp CRS Kecurigaan CRS • CRS Klinis • Cek ulang Seroligis TORCH 4 minggu dari 1 cek
GEH Alina/pr/1,5 bulan Reaktifitas Serologis Rubella, CMV dan di laboratorium yang sama
93 masih mungkin akibat transfer
antibody maternal.
meteroismus ec konstipasi kornis +
• Cek GDT, Retikulosit
M Zachri/ Lk/ PGK St V ec contracted kideny Demam masih dapat disebabkan oleh
94
10 tahun bilateral + Anemspastikia ec penyakit
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini
proses infeksi • cek kultur urin dengan proses pengambilan yang
benar
kronis + CP tipe spastik
39
By.Ny.Nur •
NCB SMK+ Pneumonia+ PDA Besar+ Konsul ulang ke IPT dengan hasil kultur darah Pneumonia perbaikan • Melanjutkan antibiotik
95 Halimah/Lk/42 TR Ringan+ Sepsis • Fluconazole 1x12 mg sd 21 hari
hari • Ampicilin sulbactam 4x45 mg sd 14 hari
Kardiologi By. Ny. Winda NCB SMK + Klinis Sepsis+ DORV+ Evaluasi klinis dan kecurigaan CRS • CRS Klinis • Cek Ulang TORCH 4 minggu lagi di laboratorium
Eka/Laki-Laki/ 6 VSD+ PDA + PFO+ Malposisi Great Reaktifitas serologis Toxo, yang sama.
96
hari Artery + Ikterus Neonatorum+ Susp CMV,Rubella masih mungkin karena
CRS transfer antibodi maternal
Dwi •
Nefritis lupus + SLE + Suspk NPSLE+ Pasien dikonsulkan karena hasil kultur urine Secara Klinis dan laboratorium
Novitasari/pr/10 ISK ditemui Kuman Klebsiella Pneumoniae ESBL •
(marker infeksi) terdapat perbaikan. Lanjutkan antibiotik
97 Al-Im tahun +. • Urinalisa dan kultur urine diambil • Urinalisa dan kultur urine ulang dengan metoda
dengan metoda pengambilan yang pengambilan sample dengan benar.
tidak tepat (sampel dari urine bag)
• Pantau dan catat suhu saat demam dan ekstra
demam
• •
Demam pada pasien masih mungkin Paracetamol 500 mg tablet tiap T> 38.5 C
An.M.Rakha/Lk/13 Neglected fraktur os radius ulna post
98 Terkait demam tinggi pada pasien disebabkan karena diare akut • Ceftriaksone 1x 2 gram iv
th ORIF POD 1
• • Cek laboratorium ulang: darah rutin, hitung jenis,
Bedah CRP, urinalisa,feses rutin
ortopedi • Konsul ulang bila ada hasil
Bedah Tiara Berliana Infeksi Herpeviriday + Pasien di konsulkan karena untuk evaluasi • lebih mengarah ke moluscum • Setuju pindah ke ruang Isolasi Lantai 1.
Orthopedi Afisa/ Pr/ 4 th Trombositopenia + Hipoalbuminemia klinis pasien contangiosum • Tunda pemberian Acyclovir.
+ Efusi pleura kanan + Cerebral Palsy •
tipe spastik + Fraktur komplit distal
99
femur kanan + Fraktur epiphyseal plate
salter Harris tipe 1 + Defisiensi
Vitamin D + Hipokalsemia + Feeding
problem ec stomatitis + Varicella
Arta wijaya/Lk/ Fistula rectovesica post colostomy Pro Terkait demam dan hasil kultur feses • Demam pada pasien masih mungkin • Ceftriaksone dihentikan → digantikan ceftazidime
100
1thn 2 bulan/ PSARP Anoplasty menunjukkan resistensi ceftriaksone •
disebabkan karena prolonged diarea Ceftazidime 3x250 mg iv
• Pasien masih dalam keadaan demam (T 38.2 C)
tanpa antibiotik (dihentikan TS bedah sejak 9/7/22)
• Pasien disarankan untuk ditunda tindakan
Anestesi • Diaper rash • Melanjutkan ulang antibiotik cefotaksim dosis
Felysia Nurhalisa / •
Pasien rencana operasi tetapi terdapat demam Saat ini tidak ditemukan fokus infeksi 3x150 mg
101 Hirschprung disease pro colostomy
Pr / 1 bulan 16 hari pada pasien pada pasien • Metronidazole 2x45 mg iv → oral 3x50 mg (2 mL)
• • Cairan maintenance D5 1/4 NS 6 cc/jam
• Minum ASI on demand
• Paracetamol 3x60 mg per oral bila T>38.5
• Observasi demam 2-3 hari ini
Feeding problem + Post explore abses • Gentamisin dan ampi sulbactam stop
ai Abses retrofaring + parafaring dextra
• Amikasin 1x750mg dosis loading
Gendis Fathin sinitra + susp descending necrotizing
• Terdapat infeksi bakteri dari hasil • Selanjutnya amikasin 1x600mg untuk dosis
102 THT Hermawan/ Pr/9 mediastinitis (H9) + post aff WSD ai. Evaluasi terapi antibiotik sesuai hasil kultur
kultur sputum dan cairan pleura maintenance
tahun Respiratory distress ec. efusi pleura
masif + atelektasis paru kanan dd/ • Cefepime 3x1 1/2 gram
empiema (H8) + Anemia 8.6 • Metronidazol lanjut
40
PASIEN POLIKLINIK
Saat bertugas didivisi Infeksi dan Penyakit Tropis Periode Juli-Septmber 2022 kami menerima
sebanyak 30 pasien rawat jalan (terbanyak di bulan di Agustus 11 pasien, dan masing-masing 9
pasien di bulan juli dan September). Distribusi pasien rawat jalan dapat dilihat pada table 19.
Tabel 19. Tabel Pasien Poliklinik Periode Juli-September 2022 (N=30)
UMUR (TAHUN) PASIEN/
JENIS KELAMIN MRS
Periode No DIAGNOSIS 0-<1 1-<5 5-12 >12 ∑
L P L P L P L P B K +
1Selulitis regio ankle pedis sinistra - - - - - - - 1 - - - 1
2Selulitis regio dorsum pedis dextra - - - - 1 - - - - - - 1
3Varicella + mild pulmonal stenosis - - 1 - - - - - - - - 1
4Fascietis necrotizing perbaikan klinis - - - - - - 1 - - - - 1
5ALL HR Fase Maintenance+ Viral exanthema - - - - - - - 1 - - - 1
Juli 6ALL SR on kemoterapi + phlebitis - - 1 - - - - - - - - 1
2022 7Abses regio submandibula dd limfadenitis supuratif dd limfadenitits - - - 1 - - - - - - - 1
TB dd limfoma + infeksi bakterial sekunder
8 Parotitis + Epilepsi Pro MRI Kepala dengan Kontras + cerebral palsy - - 1 - - - - - - - - 1
spastik kuadriplegik + mikrosefali
9 Varicella + focal to bilateral tonic clonic seizure ec susp epilepsi - - - - - - - 1 - - - 1
simptomatik + autistic disorder pro MRI kepala
Post debridement Abses dan selulitis regio dorsum pedis dextra + - - - - 1 - - - - - - 1
10
NHL + Epilepsi + HT terkontrol
11 Tapeworm + susp stunting + gizi kurang - - 1 - - - - - - - 1
12 Karsinoma nasofaring + Varicella - - - - - 1 - - - - 1
13 MAR dengan fistula rectovaginalis post colonostomi pro PSARP - 1 - - - - - - - - 1
14 NKB SMK post frenotomi dengan bayi resiko tinggi 1 - - - - - - - - - 1
ekstrofi bladder + extrofi kloaka + epispadia komplex post colostomy - - 1 - - - - - - - - 1
Agustus + rekons bladder+ rekons pelvis + UDT bilateral perawtan luka,
2022 15
debridement eksisi dan biopsi jaringan + hernia closure k/p
Orchidopexy
16 SN dependent steroid + Fascitis necrotizing (perbaikan) - - - - - 1 - - - - 1
17 Thalasemia B mayor + AIHA anti HCV Reaktif - - - - - - 1 - - - 1
18 ALL HR Fase Induksi Pro BMP + Phelebitis + OMSK AS - - - - 1 - - - - - 1
Suspek infeksi TORCH kongenital + Mikroftalmia ODS + Dermatitis 1 - - - - - - - - - - 1
19
alergika
20 Anemia + trombositosis ec penyakit kronis + GDD ec lack of 1 - - - - - - - - - - 1
stimulation
21 Kecurigaan observasi febris ec Suspek Parotitis 1 - - - - - - - 1 - - 1
22 Demam Lama ec Susp ISK - 1 - - - - - - 1 - - 1
23 CRS Klinis + Infeksi CMV Asimtomatik - - - 1 - - - - 1 - - 1
24 NCB SMK +PDA Moderate +PFO+Susp CRS - - - 1 - - - - - 1 - 1
September 25 Spondilitis TB - - - - - - 1 - - 1 - 1
2022
26 Katarak Kongenital ODS suspek congenital rubella syndrom curiga - - - 1 - - - - - 1 - 1
down sindrome
27 Suspek Osteomielitis dengan Terduga TB - - - 1 - - - - 1 - - 1
28 GDD e.c susp. Hipotiroid kongenital dd/ sindrom down dd/ CMV 1 - - - - - - - - 1 - 1
infection + Tongue tie + bronkiolitis akut + laringomalasia tipe 1
derajat ringan
29 Infeksi CMV Kongenital 2 - - - - - - - - 2 - 2
Total 6 3 5 5 2 1 4 4 4 6 0 30
41
PENUTUP
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Bagian IKA, Koordinator Program Studi IKA, Ketua
KSM Kesehatan Anak, Koordinator Pelayanan dan Pengembangan Kesehatan Anak dan Supervisor Boks
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Anak, Prof. dr. Zakarsih Anwar, Sp.A(K), DR. dr. Yulia Iriani,
Sp.A(K), dan dr. Ariesti Karmila, Sp.A(K), Ph.D yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan
kepada kami untuk bekerja dan belajar di Sub. Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Anak.
42
DIVISI INFEKSI
5
INFEKSI
DemamTifoid ......................................................................................... 18
Difteri ..................................................................................................... 23
Malaria ................................................................................................... 30
Morbili .................................................................................................... 38
Omfalitis ................................................................................................ 42
PERTUSIS .............................................................................................. 45
Sepsis .................................................................................................... 47
1
DIVISI INFEKSI
2
DIVISI INFEKSI
3
DIVISI INFEKSI
4
DIVISI INFEKSI
5
DIVISI INFEKSI
5.
Ig M Ig G Interpretasi Keterangan
+ - Infeksi primer -
+ + Infeksi sekunder -
- - Tidak terbukti adanya diulang pada fase
Infeksi konvalesens
- + Infeksi pada 2-3 bulan diulang pada fase
sebelumnya konvalesens
6
DIVISI INFEKSI
7
DIVISI INFEKSI
6. Formulir pelaporan kasus DBD ke dinas kesehatan untuk diberikan ke RT/RW tempat
tinggal pasien
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Tingkat evidens
IV
Tingkat rekomendasi
D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Dept IKA RSMH Palembang
Taksrian lama rawat
5-7 hari
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Hemodinamik stabil
3. Kembalinya nafsu makan
4. Perbaikan klinis
5. Produksi urin cukup (> 1ml/KgBB/jam)
6. Tidak ditemukan distress napas dari efusi pleura dan atau asites
7. Trombosit > 50.000 dengan kecenderugan meningkat.
8. Hematokrit stabil
9. Tidak ada bukti perdarahan baik internal maupun eksternal
10. Tidak muntah dan tidak ada nyeri perut
11. Dua hari pasca syok
12. Mulai timbul ruam penyembuhan
Kepusatakaan
1. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;
2011.p.1-67.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010
sept 1. Available from: http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html.
3. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment prevention and control. Edisi kedua.
WHO, Geneva, 1997.
4. WHO. Dengue for Diagnosis, treatment, prevention and control.2009:1-146
8
DIVISI INFEKSI
5. Holiday MA, Segar WE. Maintenance need for water in parenteral fluid therapy.
Pediatrics 1957;19:823
6. Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak
& Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata laksana Kasus DBD. Hadinegoro SR,
Satari HI, penyunting. Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
2005.
9
DIVISI INFEKSI
10
DIVISI INFEKSI
11
DIVISI INFEKSI
Demam Dengue
Kode ICD : A.91
Definisi
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut yang dapat disertai manifestasi perdarahan,
disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus
Anamnesis
1. Demam mendadak tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40°C serta dapat terjadi kejang demam.
2. Nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri retroorbital, nyeri tenggorok dengan faring
hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut
3. Lesu dan tidak mau makan
4. Ruam makulopapular
5. Manifestasi perdarahan
6. Konstipasi atau diare
7. Depresi umum
Pemeriksaan fisik
1. Demam: 39-40°C, umumnya berakhir 5-7 hari
2. Pada hari sakit ke 1-3 tampak flushing pada muka (muka kemerahan), leher, dan dada
3. Pada hari sakit ke 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubellaform
4. Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal, lengan atas,
dan tangan (Convalescent rash), berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada kulit
yg normal, dapat disertai rasa gatal
5. Manifestasi perdarahan
a. Perdarahan kulit: uji bendung positif dan/atau petekie
b. Mimisan hebat, menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran cerna (jarang
terjadi, dapat terjadi pada DD dengan trombositopenia berat)
6. Tidak terdapat bukti plasma leakage
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Diagnosis klinis Demam Dengue ditegakkan atas dasar:
Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus,bifasik disertai dengan 2 atau
lebih gejala berikut:
sakit kepala
nyeri retro orbital
12
DIVISI INFEKSI
arthralgia
myalgia
ruam
manifestasi perdarahan
lekopenia <4000/mm3
trombositopenia <150.000/mm3
tidak ditemukan bukti plasma leakage
ditambah minimal satu dari pernyataan berikut:
Bukti serologis infeksi dengue yang mendukung
Adanya kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di sekitar rumah
Diagnosis
Demam Dengue
Diferensial diagnosis
Infeksi Virus: Virus Chikungunya, dan penyakit infeksi virus lain seperti Campak,
Campak Jerman, dan virus lain yang menimbulkan ruam; Virus Eipstein
Barr,Enterovirus,Virus Influenza, virus Hepatitis A dan Hantavirus
Infeksi Bakteri: Meningokokus, Leptospirosis, Demam Tifoid, Meiloidosis, Penyakit
riketsia, Demam Skarlatina
Infeksi Parasit: Malaria
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit
dan trombosit) serta hitung jenis
2. Pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit berkala
3. Antigen NS1
4. IgG dan IgM Dengue
Ig M Ig G Interpretasi Keterangan
+ - Infeksi primer -
+ + Infeksi sekunder -
- - Tidak terbukti adanya infeksi diulang
- + Infeksi pada 2-3 bulan diulang
sebelumnya
5. SGOT dan SGPT
6. Gula darah sewaktu atas indikasi
7. USG Thoraco Abdominal
Terapi
13
DIVISI INFEKSI
1. Pengambilan keputusan untuk observasi rawat jalan atau terapi/ rawat inap (Skema 1)
2. Parasetamol
3. Cairan per oral dan atau intravena (Cairan rumatan atau cairan rehidrasi sesuai derajat
dehidrasi apabila kurang asupan atau perdarahan berat yang tidak lazim)
4. Antikonvulsan seperti fenobarbital dan diazepam bila kejang
Edukasi
1. Tirah baring
2. Pengobatan utama adalah cairan
3. Melaksanakan upaya pencegahan 3M +(Meguras, menutup, mengubur tempat
penampungan air, menaburkan bubuk abate, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk,
membersihkan lingkungan, fogging, mencegah gigitan nyamuk)
4. Identifikasi gejala serupa pada lingkungan rumah
5. Formulir pelaporan kasus DBD ke dinas kesehatan untuk diberikan ke RT/RW tempat
tinggal pasien
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Level evidens
IV
Tingkat rekomendasi
D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Dept IKA RSMH Palembang
Taksiran lama rawat
3-5 hari
Indikator Medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Hemodinamik stabil
3. Kembalinya nafsu makan
4. Perbaikan klinis
5. Produksi urin cukup
6. Trombosit > 50.000, Hematokrit stabil
7. Tidak ada bukti perdarahan baik internal maupun eksternal
8. Tidak muntah dan tidak ada nyeri perut
9. Kembalinya nafsu makan
10. Mulai timbul ruam penyembuhan
14
DIVISI INFEKSI
Kepustakaan
1. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;
2011.p.1-67.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010
sept 1. Available from: http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html.
3. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment prevention and control. Edisi kedua.
WHO, Geneva, 1997.
4. WHO. Dengue for Diagnosis, treatment, prevention and control. 2009:1-146
5. Holiday MA, Segar WE. Maintenance need for water in parenteral fluid therapy.
Pediatrics 1957;19:823
6. Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak
& Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata laksana Kasus DBD. Hadinegoro SR,
Satari HI, penyunting. Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
2005.
15
DIVISI INFEKSI
16
DIVISI INFEKSI
Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis
Demam Tifoid
17
DIVISI INFEKSI
KodeICD : A01.0
Definisi
Demam Tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan oleh infeksi
sistemik Salmonella typhi.
Anamnesis
1. Demam lebih dari 7 hari, timbul insidius, naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu
tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi, lisis pada
minggu ketiga (step-ladder temperature chart)
2. Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, nyeri kepala
3. Gangguan GIT: anoreksia, nyeri perut, kembung, diare atau konstipasi, muntah
4. Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
5. Hygienepersonal dan sanitasi kurang
Pemeriksaan fisik
Bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi, gejala yang dapat ditemuikan :
1. Rhagaden
2. Lidah tifoid
3. Rose Spot
4. Bradikardi relatif
5. Meteorismus
6. Hepatomegali
7. Kesadaran dapat menurun, dari apatis, delirium hingga koma
8. Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Klasifikasi diagnosis:
Demam Tifoid klinis
Panas lebih dari 7 hari, di dukung gejala klinik lain:
Gangguan GIT : typhoid tongue, rhagaden, anoreksia, konstipasi/ diare
Hepatomegali
Tidak ditemukan penyebab lain dari panas.
Demam Tifoid
Demam Tifoid klinis + Salmonella typhi (+) pada biakan darah, urine atau fees dan/atau
pemeriksaan serologis yang mendukung
18
DIVISI INFEKSI
Demam Tifoid + keadaan: lebih dari minggu kedua sakit, toksik, dehidrasi, delirium jelas,
hepatomegali dan/atau splenomegali, leukopenia <2000/ul, aneosinofilia, SGOT/ SGPT
meningkat
Ensefalopati Tifoid/Tifoid toksik
Demam Tifoid atau Demam Tifoid klinis disertai satu atau lebih gejala:
kejang
kesadaran menurun: soporous sampai koma
kesadaran berubah/ kontak psikik tidak ada
Diagnosis
Demam Tifoid
Diagnosis banding
1. Stadium dini: Influenza, Gastroenteritis, Bronkitis, infeksi Dengue, Bronkopneumonia
2. Tuberkulosis, infeksijamur sistemik, Malaria
3. Demam Tifoidberat: Sepsis, Leukemia, Limfoma
Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi perifer (tidak spesifik):
a. anemia (dapat terjadi akibat supresi sumusm tulang, defisiensi besi, atau perdarahan
usus)
b. leukopenia (jarang kurang dari 3000/µL)
c. limfositosis relatif
d. aneosinofilia
e. trombositopenia (terutama pada demam tifoid berat)
2. Pemeriksaan serologi:
a. antibodi anti-Salmonela O9, atau
b. kadar IgM dan IgG anti Salmonella
3. Pemeriksaan biakan empedu dari spesimen:
a. darah (minggu 1-2 perjalanan penyakit)
b. urine (minggu ke-2 dan selanjutnya)
c. sumsum tulang (sampai minggu ke 4)
4. Pemeriksaan radiologi:
a. Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
b. Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti perforasi usus
atau perdarahan saluran cerna
5. EKG bila mencurigai miokarditis
19
DIVISI INFEKSI
6. Biakan feses saat pulang untuk deteksi karier, kemudian diulangi lagi 1 minggu kemudian.
Apabila 2 kali berturut-turut dalam interval 1 minggu Salmonella (-), berarti penderita
sembuh dan tidak merupakan carrier.
Tatalaksana
1. Antipiretikbilasuhutubuh>38,5°C
2. Antibiotik (berturut-turutsesuailinipengobatan)
Linipertama:
Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg/hari, oral atau IV, dibagidalam 4
dosisselama 10 – 14 hari, kontraindikasipadaleukosit<2000/µl, dosismaksimal
2g/hariatau
Amoksisilin 150-200 mg/kg/hari, oral atau IV selama 14 hariatau
Kotrimoksazol TMP 4 mg/kg/kali, selama 10 hari
Linikedua/ multidrug resistenS.typhi
Seftriakson 80 mg/kg/hari IVselama 5-7hari
Cefixime 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 2 kali sehari per oralselama 10 hari
Bila pemberian salah satu anti mikroba lini pertama, dinilai tidak efektif, dapat diganti
dengan anti mikroba yang lain atau dipilih anti mikroba lini kedua
KarierS. typhi (S. typhitetapadadalamurinataufesesselamalebihdari 6-12 bulan):
Ampisillin 100 mg/kg/hari, 4x hariatau
Trimetoprim-sulfametoksazol 4-20 mg/kg/hariselama 6-12 minggu
Lakukanpemeriksaan USG
kandungempeduuntukmenentukanadaatautidaknyakolelitiasisataudisfungsikandunge
mpedu
3. Kortikosteroid diberikan pada demam tifoid berat dengan perubahan status mental
(Ensefalopati Tifoid) atau syok yaitu dexametason 3mg/kg/kali (1x) IV, dilanjutkan
1mg/kg/kali, setiap 6 jam sampai dengan 48 jam (penggunaan lebih dari 48 jam akan
meningkatkan angka relaps)
4. Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus
Edukasi
1. Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
2. Indikasi rawat:
Demam Tifoid klinis bila ada hiperpireksia, dehidrasi atau KU lemah.
Semua Ensepalopati Tifoid
Semua demam Tifoid dengan komplikasi
20
DIVISI INFEKSI
3. Imunisasi
Vaksin polisakarida (capsular Vi polysacharide) usia 2 tahun atau lebih (IM), diulang
tiap 3 tahun
Vaksin tifoid oral (Ty21-a), diberikan pada usia 6 tahun dengan interval selang sehari
(1,3,5), ulangan setiap 3-5 tahun. Belum beredar di Indonesia, terutama
direkomendasikan untuk turis yang bepergian ke daerah endemik.
4. Tirah baring
5. Isolasi memadai
6. Kebutuhan cairan dan kalori dipenuhi. Diet lunak, mudah dicerna, diet dapat disesuaikan
jika sudah tidak demam.
7. Higiene perorangan dan lingkungan karena penularan melalui fekal oral
Prognosis
Dengan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat:
Ad vitam: bonam
Ad sanationam: ad bonam
Ad functional: ad bonam
Tingkat evidens
IV
Tingkat rekomendasi
D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit TropisDepartemen IKA RSMH
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Nafsu makan membaik
3. Perbaikan klinis
4. Tidak dijumpai komplikasi
Taksiran lama perawatan
7-10 hari
Kepustakaan
1. American Academy of Pediatrics. Salmonella infections. Dalam: Pickering LK, Baker CJ,
Long SS, McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 report of the committee in infectious
diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL. American Academy of Pediatrics; 2006,
h.579-84.
2. Cleary TG. Salmonella species. Dalam: Dalam : Long SS, Pickering LK, Prober CG,
penyunting. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases. Edisi ke- 2.
Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003. h. 830-5.
21
DIVISI INFEKSI
3. Cleary TG. Salmonella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004, h. 912-9.
4. Pickering LK dan Cleary TG. Infections of the gastrointestinal tract. Dalam: Anne AG,
Peter JH, Samuel LK, penyunting. Krugman’s infectious diseases of children. Edisi ke-11.
Philadelphia; 2004, h. 212-3
5. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious disease,
5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.
6. Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.
Difteri
22
DIVISI INFEKSI
KodeICD : A.36
Definisi
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit
dan/atau mukosa
Anamnesis
1. Riwayat kontak dengan karier, baik melalui droplet, bahan muntahan atau debu
2. Bervariasi mulai dari gejala ringan yang menyerupai common cold dengan gejala demam
tidak terlalu tinggi, pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan
3. Anoreksia, malaise, demam ringan, dan nyeri menelan
4. Suara serak, sesak nafas, lesu, pucat, lemah, dan suara mengorok
Pemeriksaan fisik
1. Difteri nasal anterior:
Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian mukopurulen
menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas
Terdapat pseudomembran putih pada daerah septum nasi
2. Difteri faring atau tonsil
Timbul pseudomembrane yang melekat, berwarna putih kelabu dapat menutup tonsil
dan dinding faring, sukar diangkat meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah
ke laring dan trakea, yang berdarah saat dilepaskan
Limfadenitis servikal dan submandibular, dapat timbul bullneck bila limfadenitis
terjadi bersama dengan edema jaringan lunak leher yang luas.
Bila terjadi perluasan dari difteria faring maka gejala yang tampak merupakan
campuran gejala obstruksi dan toksemia
Dapat terjadi gagal napas
Dapat terjadi paralisis palatum molle, baik uni- maupun bilateral, disertai kesulitan
menelan dan regurgitasi
3. Pada difteria laring, napas dapat berbunyi, stridor progresif, suara parau dan batuk kering.
Membran dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas, koma dan kematian
4. Gejala obstruksi saluran nafas bagian atas sesuai derajat obstruksi sebagai berikut:
a. Derajat I: Anaktenang, dispneuringan, stridorinspiratoar, retraksisuprasternal
b. Derajat II: Anakgelisah, dispneuhebat, stridormasihhebat, retraksi suprasternal
danepigastrium, sianosisbelumtampak
c. Derajat III: Anaksangatgelisah, dispneumakinhebat, stridormakinhebat, retraksi
suprasternal danepigastriumserta interkostal, sianosis
d. Derajat IV: Letargi, kesadaranmenurun, pernafasanmelemah, sianosis
23
DIVISI INFEKSI
24
DIVISI INFEKSI
25
DIVISI INFEKSI
a. Hari I: Separuh dosis ADS diberikan secara intravena dengan pengenceran 20 kali
dengan NaCl 0,9%atau dekstrose 5%, atau dilarutkan dalam 200 ml NaCl 0,9% atau
dekstrosa 5%, diberikan dalam 4-8 jam (tidak melebihi 1 ml/jam).Bila uji kulit positif
lakukan desensitasidengan cara sebagai berikut (ADS diberikan secara bertahap, sambil
melihat tanda-tanda alergi/ anafilaktik):
26
DIVISI INFEKSI
4. Kortikosteroid diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran napas bagian atas (dengan
atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis.
5. Setiap penemuan kasus difteri (tersangka/terbukti) harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan
dalam waktu 1 x 24 jam
6. Vaksinasi difteri diberikan saat masa penyembuhan penyakit
7. Pengobatan kontak (bekerja sama dengan petugas surveilans Dinas Kesehatan)
Kontak erat, atau kontak serumah:
a. Surveilans
b. Vaksinasi difteri (sesuai usia)
c. Biakan apusan hidung dan tenggorok untuk C. diphtheriae
d. Pemberian antibiotik:
Benzathine Penicillin G Intramuskular (dosis tunggal) dengan dosis
600.000 IU untuk usia <6 tahun dan
1.200.000 IU untuk usia 6 tahun atau lebih; atau
Eritromisin oral selama 7 hari dengan dosis
40 mg/kg BB/hari untuk anak
1 g/hari untuk dewasa
Algoritma tatalaksana:
Edukasi
27
DIVISI INFEKSI
1. Tirah baring
2. Prognosis pasien
3. Imunisasi DPT
4. Imunisasi catch up:
Prognosis
Ad vitam: dubia ad malam
Prognosis tergantung pada:
• Usia
• Lanjutnya penyakit
• Lokasi
• Patogenisitas bakteri
• Cepat lambatnya pemberian toxin
Hari pertama 0,3% (mortalitas)
Hari kedua 4%
Hari ketiga 12%
> hari ketiga 25%
Adsanationam: bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Tingkat evidens
IV
Tingkat rekomendasi
28
DIVISI INFEKSI
D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis IKA RSMH
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Nafsu makan membaik
3. Perbaikan klinis
4. Tidak dijumpai komplikasi
Taksiran lama perawatan
2-3 minggu
Kepustakaan
1. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbookofpediatricinfectiousdiseases.
5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2009.
2. Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and practiceofpediatricinfectiousdiseases.
2nd ed. Philadelphia: Churchill & Livingstone; 2003.
3. Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL. Krugman’sinfectiousdiseaseofchildren. 11th ed.
Philadelphia: Mosby; 2004.
4. Pomerans AJ, Busey SL, Sabnis S. Pediatric decision makingstrategies. WB Saunders:
Philadelphia; 2002.
5. Red book, reportofcommittee on infectiousdisease, 24th ed. Americanacademyofpediatrics
2009
6. Top FH, Wehrle PF. Diphtheria. Communicable and infectious disease. St Louis: Mosby;
1976. h. 223-38.
29
DIVISI INFEKSI
Malaria
Kode ICD : B50-54
Definisi
Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih
spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepato-
splenomegali yang hidup dan berkembang dalam eritrosit manusaia dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina.
Anamnesis
1. Pasien berasal dari daerah endemis malaria, atau riwayat bepergian ke daerah endemis
malaria dalam 1-4 minggu sebelumnya. Ada riwayat sakit malaria, pernah minum obat
malaria, dan riwayat mendapat transfusi.
2. Demam, lemah, nausea, muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri punggung, nyeri daerah
perut, pucat, mialgia, atralgia, dan diare.
3. Pada malaria tanpa komplikasi hanya ditemukan gejala malaria tanpa tanda berat dan bukti
(klinis atau laboratorium) disfungsi organ vital
4. Pada malaria berat didapat keluhan tambahan gangguan kesadaran, demam tinggi, ikterik,
pucat, perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna, nafas cepat atau sesak nafas, warna urine
seperti teh tua atau kehitaman (black water fever), produksi urine sedikit, kejang dan sangat
lemah (prostration).
5. Malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas beberapa serangan demam
dengan interval tertentu (paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum demam
pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah.
6. Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin (cold stage), stadium demam (hotstage), dan
stadium berkeringat (sweating stage).Paroksisme jarang dijumpai pada anak, stadium
dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang. Periode paroksisme berhubungan dengan
ruptur skizon:
P. vivax dan P. ovale: demam tiap 48 jam
P. malariae: demam tiap 72 jam
P. falciparum: demam tidak khas dapat terus menerus
7. Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran (lebih dari satu jenis -- Plasmodium atau
infeksi berulang dari satu jenis Plasmodium), demam terus menerus (tanpa interval),
8. Pada pejamu yang imun gejala klinisnya minimal.
30
DIVISI INFEKSI
Pemeriksaan fisik
1. Demam
2. Pucat pada konjungtiva palpebra atau telapak tangan
3. Splenomegali
4. Hepatomegali
5. Ikterik
6. Pada malaria berat dapat ditemukan tanda klinis lain :
a. Temperatur > 41C
b. Nadi filiformis
c. TD sistolik < 50 mmHg
d. Pucat
e. Takipneu
f. GCS < 11
g. Manifestasi perdarahan
h. Tanda dehidrasi
i. Ikterik
j. Terdengar ronchi
k. Oliguria hingga anuria
l. Kelainan neurologis berupa gejala rangsang meningeal dan atau refleks patologis
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Malaria tanpa komplikasi: infeksi simtomatik dengan parasitemia malaria tanpa tanda berat
dan bukti (klinis atau laboratorium) disfungsi organ vital
Malaria berat: infeksi simtomatik dengan parasitemia malaria dengan tanda berat dan bukti
(klinis atau laboratorium) disfungsi organ vital
Diagnosis
Malaria
Diagnosis banding
1. Demam tifoid
2. Meningitis
3. Apendisitis
4. Gastroenteritis
5. Hepatitis
31
DIVISI INFEKSI
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan apus darah tepi (baku emas):
Tebal: ada tidaknya Plasmodium
Tipis: identifikasi spesies Plasmodium/tingkat parasitemia (hitung parasit)
dikerjakaan saat penegakan diagnosis dan diulang pada hari ke 3, 7 , 14 dan 28 setelah
pengobatan
2. Rapid diagnostic test (RDT) malaria
3. Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan komplikasi yang terjadi:
a. Darah perifer lengkap
b. Urinalisis
c. SGOT, SGPT, bilirubin total/direk/indirek
d. Alkali fosfatase, albumin
e. Ureum, kreatinin
f. AGD dan elektrolit
g. Gula darah sewaktu
h. EKG
i. Foto toraks
j. Analisis cairan serbrospinalis
k. Biakan darah
4. Temuan laboratorium malaria berat:
hipoglikemia (guladarah< 40 mg/dl)
asidosismetabolik
anemia normositik berat (Hb< 5 g/dl, Ht< 15%)
haemoglobinuria
hyperparasitaemia (> 2%/100 000/μlp ada daerah transmisi rendah atau >5% atau
250.000/ulpada daerah transmisi tinggi)
hiperlaktatemia
gangguan ginjal
Tatalaksana
1. Antipiretik apabila demam > 38.5oC
2. Suportif (atas indikasi)
Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian oral
atau parenteral
Pelihara keadaan nutrisi
32
DIVISI INFEKSI
Transfusi darah pack red cell 10 ml/kg atau whole blood 20 ml/kg apabila anemia
dengan Hb <7,1g/dl
Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah yang sesuai
Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP.
Dialisis peritoneal dilakukan pada gagal ginjal
Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan oksigen
Apabila terjadi gagal nafas perlu pemasangan ventilator mekanik
Pertahankan kadar gula darah normal.
3. Medikamentosa
Plasmodium falciparum dan Vivax
Lini Pertama: Artemisinin-based combination therapy (ACT)
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin
untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25
mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan malaria falsiparum
dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin
33
DIVISI INFEKSI
34
DIVISI INFEKSI
Catatan
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan
dapat menimbulkan kematian.
2) Pada penderita dengan gagal ginjal, dosis rumatan kina diturunkan 1/3 - 1/2 nya.
3) Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kg.
4) Dosis kina maksimum : 2.000 mg/hari.
5) Hipoglikemia dapat terjadi pada pemberian kina parenteral oleh karena itu dianjurkan
pemberiannya dalam Dextrose 5%
Edukasi
1. Pemakaian kelambu saat tidur
2. Penggunaan losion anti nyamuk
3. Minum obat malaria pencegahan apabila bepergian kedaerah endemis malaria
Prognosis
Malaria
Ad vitam : dubia ad bonam
35
DIVISI INFEKSI
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama rawat
7-10 hari
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Respon klinis dan parasitologis memadai
3. Tidak ada parasitemia
4. Tidak ditemukan komplikasi
Kepustakaan
1. American Academy of Pediatrics. Malaria. Dalam: Pickering LK, Baker CJ, Long SS,
McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 Report of the committee in infectious
diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL. American Academy of Pediatrics; 2006,
h. 435-41.
2. Daily JP. Malaria. Dalam: Anne AG, Peter JH, Samuel LK, penyunting. Krugman’s
infectious diseases of children. Edisi ke-11. Philadelphia; 2004. h. 337-48.
3. Krause, Peter J. Malaria (Plasmodium). Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB, penyunting Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia; 2004. h.
1139-43.
4. Wilson CM. Plasmodium species (Malaria). Dalam: Long SS, Pickering LK, Prober
CG, penyunting. Principles and practice of pediatric infectious diseases. Edisi ke- 2.
Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003, h.1295-1301
5. World Health Organization. Severe falciparum malaria. Trans R Soc Trop Med Hyg.
2000.
6. Depkes RI. Pedoman Tatalaksana Malaria. Dirjen PP & PL Depkes RI. 2012.
7. Depkes R. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malara di Indonesia: Gebrak Malaria
Ditjen PP 7 PL. Depkes RI. 2008.
8. WHO. Guidelines for the Treatment of Malaria. 2nd edition. 2010.
9. Harijanto, P. Eliminasi Malaria pada Era Desentrallisasi. Dalam : Jendele Data dan
Informasi Kesehatan : Epidemiologi Malaria di Indonesia. Triwulan I. 2011.
36
DIVISI INFEKSI
Morbili
Kode ICD : B05
Definisi
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4
hari setelah munculnya ruam, ditandai oleh panas tinggi diikuti dengan keluarnya ruam yang
kemudian menghitam pada akhir perjalanan penyakit.
Anamnesis
1. Demam tinggi terus menerus 38,5oC atau lebih
2. Disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti diare
3. Timbul ruam kulit pada hari ke 4-5 demam, didahului oleh suhu yang meningkat lebih
tinggi dari semula.
4. Dapat mengalami kejang
5. Saat ruam timbul, anak masih demam, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga
anak mengalami sesak napas atau dehidrasi
6. Tanda penyembuhan: Adanya kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi)
Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:
1. Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan
batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik
yang timbul 24 jam sebelum muncul ruam dan menghilang pada hari ketiga timbulanya
ruam.
2. Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6
hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar
ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas. Saat timbul ruam anak masih demam
37
DIVISI INFEKSI
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan serologis jika diperlukan (IgM campak)
Diagnosis kerja
Campak (ICD 10: B05)
Diagnosis banding
1. Rubela
2. Demam skarlatina
3. Eksantema subitum
4. Infeksi stafilokokus
5. Ruam akibat obat-obatan
Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi: jumlah leukosit normal/turun atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri
2. Apabila ada komplikasi ensefalopati dilakukan:
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
b. Kadar elektrolit darah
c. Analisis gas darah
3. Feses lengkap apabila ada komplikasi enteritis
4. Apabila ada komplikasi bronkopneumonia dilakukan:
a. Pemeriksaan foto rontgen dada
b. Analisis gas darah
Terapi
1. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi,
antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi diberikan bila terjadi
kejang, dan vitamin A.
2. Indikasi rawat inap: hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya
komplikasi.
3. Pasien dirawat di ruang isolasi, tirah baring.
38
DIVISI INFEKSI
4. Vitamin A diberikan sekali sehari selama 2 hari dengan dosis 50.000 IU pada usia < 6
bulan, pada usia 6 bulan-1 tahun 100.000 IU oral pada usia 6 bulan-1 tahun dan, 200.000
IU oral pada usia > 1 tahun.
5. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai, jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada-tidaknya komplikasi.
6. Pengobatan komplikasi yang sesuai
7. Imunisasi campak dapat diberikan untuk pencegahan anak yang kontak dengan kasus
campak, apabila vaksin campak diberikan 72 jam setelah kontak campak.
8. Immunoglobulin dapat diberikan untuk mencegah timbulnya campak pada individu yang
terpapar dalam 6 hari, terutama diindikasikan pada kasus immunocompromised. Dosis
yang direkomendasikan 0,25 mg/kg IM, untuk pasien imunokompromais dosis yang
diberikan 0,5 mg/kg IM (dosis maksimum 15 mL). Immunoglobulin diberikan pada
kelompok risiko tinggi terjadinya komplikasi yaitu bayi < 1 tahun, wanita hamil, dan anak
yang immunocompromised
Edukasi
1. Rawat di bangsal isolasi
2. Tirah baring
3. Menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin.
4. Melaksanakan cuci tangan 6 langkah
5. Penyakit Campak merupakan penyakit yang swasirna.
6. Menjelaskan risiko terjadinya komplikasi pada pasien dengan gizi buruk dan anak
berumur lebih kecil: diare dengan dehidrasi, otitis media, croup, bronkopneumonia,
ensefalitis akut, SSPE
7. Imunisasi campak diberikan pada umur 9 bulan, diulang saat masuk sekolah SD (program
BIAS), atau imunisasi MMR pada umur 12-15 bulan diulang saat umur 5-6 tahun.
8. Pada anak yang pernah menderita campak, imunisasi tidak perlu diberikan
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Tingkat evidens
III
Tingkat rekomendasi
C
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama rawat
39
DIVISI INFEKSI
3-5 hari
Indikator Medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Perbaikan klinis (tanpa sesak maupun diare)
3. Nafsu makan baik
4. Ruam kulit mulai menjadi kehitaman dan mengelupas.
Kepustakaan
1. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious disease,
5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.
2. Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008. American Academy of Pediatrics. Measles.
Dalam: Pickering LK, Baker CJ, Long SS, McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006
Report of the committee in infectious diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL.
American Academy of Pediatrics; 2006, h. 441-52
3. Samuel LK. Measles (Rubeola). Dalam: Anne AG, Peter JH, Samuel LK, penyunting.
Krugman’s infectious diseases of children. Edisi ke-11. Philadelphia; 2004. h. 353-68
4. Maldonado YA. Rubeola virus (measles and subacute sclerosing panencephalitis). Dalam:
Long SS, Pickering LK, Prober CG, penyunting. Principles and practice of pediatric
infectious diseases. Edisi ke- 2. Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003, h.1148-55
5. Maldonado YA. Measles. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004, h. 1026-32.
6. American Academy of Pediatrics. Measles. Dalam: Pickering LK, Baker CJ, Long SS,
McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 Report of the committee in infectious
diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL. American Academy of Pediatrics; 2006, h.
441-52
40
DIVISI INFEKSI
Omfalitis
Kode ICD : P 38.9
Definisi
Infeksi pada tali pusat yang umumnya terjadi pada periode neonatal. Umumnya disebabkan
oleh bakteri gram (+) dan/atau (-), namun dapat juga disebakan oleh bakteri anaerob.
Anamnesis
Gejala muncul dalam dua minggu pertama kehidupan
Kemerahan di sekitar tali pusat disertai keluar cairan berupa nanah yang berbau busuk
Demam atau hipotermi
Kuning
Malas minum
Iritabel
Pemeriksaan fisik
Pada tali pusat dan daerah sekitarnya ditemukan tanda inflamasi berupa kemerahan,
bengkak, dan nyeri.
Discharge berupa pus yang berbau busuk
Dapat disertai gejala sistemik berupa peningkatan suhu > 38C, instabilitas temperatur
tubuh, jaundice,takikardi, pemanjangan CRT, takipneu, dan perut kembung.
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
Omfalitis
Diagnosis banding
Granuloma umbilical
Tetanus neonatorum
41
DIVISI INFEKSI
Selulitis
Sepsis
Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap
CRP
Pewarnaan gram, kultur dan resistensi dari apusan pus
Kultur darah
Tatalaksana
Terapi lokal:
Bersihkan umbilikus dengan alkohol 70% dan betadine.
Terapi sistemik:
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis dan
- Gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis
Bila dicurigai disebabkan oleh kuman anaerob dapat diberikan metronidazol
Antibiotik kemudian dapat disesuaikan dengan hasil kultur dan resistensi dan/atau
perbaikan klins
Durasi pemberian antibiotik:
- Omfalitis tanpa komplikasi 7 hari
- Bila dijumpai komplikasi lain dapat diberikan selama 10-14 hari
Edukasi
- Perawatan pada tali pusar setelah melahirkan dengan menggunakan betadine, alkohol,
klorhideksin, bacitrasin atau silver sulfadiazine.
- Tidak menambahkan pemberian bahan topikal lain tali pusat selain yang disarankan tenaga
medis.
Prognosis
Dengan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat :
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad functional : ad bonam
Tingkat evidens
III
Tingkat rekomendasi
C
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama perawatan
42
DIVISI INFEKSI
7-14 hari
Kepustakaan
1. Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.
2. Mullay LC, et al. Development of clinical sign based on algortihms for community based
assesment of omphalitis. F99.
3. Tolzis P. Staphylococcus epiderdimis and oterh coagulase-negative staphylococci. Dalam
: Long SS, Pickering LK, Prober CG, editor. Principles adn practice of pediatric disease.
Edisi ke-4. Philadelphia, PA : Elsevier Science. 2012. h 689-95.
4. Shah SS. Omphalitis. Dalam : The 5 minute pediatric consult. Schwartz W, editor. Edisi
ke-3. Philladelphia, PA : Lippincot Williams and Wilkins. 2003. H 582-3.
Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016
Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis
43
DIVISI INFEKSI
PERTUSIS
ICD-10 : A37.9
Pengertian (Definisi)
Penyakit saluran napas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis
Anamnesis
Penyakit berlangsung selama 6-12 minggu, terdiri dari 3 stadium :
1. Stadium kataral : pilek, lakrimasi, batuk ringan, suhu tubuh biasanya normal, keparahan
batuk meningkat setelah 1-2 minggu
2. Stadium paroksismal : batuk paroxismal, batuk panjang diakhiri dengan suara whoop saat
inspirasi. , sianosis, lakrimasi
3. Stadium konvalescen
Pemeriksaan Fisik
1. Batuk-batuk panjang
2. Tidak ada inspirasi diantaranya dan di akhiri dengan Whoop saat inspirasi.
Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis
3. Pemeriksaan penunjang (darah rutin, kultur sputum, swab tenggorokan)
Diagnosis
Pertusis
Diagnosis Banding
1. Trankeobronkitis
2. Bronkiolitis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis dengan limfositosis absolut
44
DIVISI INFEKSI
2. Kultur sputum
3. Swab tenggorokan
Terapi
1. Antibiotika eritromisin 30-50 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis diberikan selama 2 minggu.
2. Antitusif misalnya kodein 1 mg/tahun, 3 kali sehari dapat diberikan bila terjadi gejala batuk
yang hebat tanda adanya komplikasi baru.
3. Obat-obatan simptomatik diberikan sampai gejala-gejala spasmodik menghilang.
Edukasi
Prognosis
Ad vitam : dubia ad
Ad sanationam : dubia ad
Ad fungsionam : dubia ad
Tingkat evidens
Tingkat Rekomendasi
Penelaah Kritis
Indikator Medis
Target
Kepustakaan
Wood N, Mc Intyre P. Pertussis: Review of Epidemiology, Diagnosis, Management, and
Prevention. Paediatric Respiratory Review 2008; 9: 201–212
45
DIVISI INFEKSI
Sepsis
Kode ICD : A41.9
Definisi
Sepsis: sindrom klinis hasil dari respon inflamasi sistemik (Systemic inflammatory response
syndrome/SIRS) terhadap infeksi (dugaan klinis/terbukti)
SIRS: respon klinis terhadap proses infeksi atau non-infeksi yang ditandai dengan minimal 2
keadaan berikut (salah satunya harus temperatur atau jumlah lekosit yang abnormal):
suhu core 38,5oC atau <36oC
takikardi atau bradikardi
takipneu
leukositosis, leukopenia atau hitung jenis bergeser ke kiri (netrofil imatur > 10%)
Infeksi: Adanya dugaan infeksi pathogen atau terbukti (berdasarkan hasil biakan positif,
pewarnaan jaringan, atau uji PCR) ATAU sindrom klinis yang sangat dicurigai berhubungan
dengan infeksi. Bukti infeksi meliputi temuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan, atau
laboratorium (misal: ditemukannya sel darah putih pada cairan tubuh yang seharusnya steril,
perforasi viscus, gambaran radiografi sesuai pneumonia, ruam petekie atau purpura, atau
purpura fulminans).
Sepsis berat: sepsis + disfungsi organ akut (minimal 1 organ: kardiovaskular atau sindrom
distress pernapasan akut) atau minimal 2 disfungsi organ lainnya.
Syok septik: sepsis + syok yang refrakter terhadap resusitasi cairan atau disfungsi
kardiovaskular
Anamnesis
1. Adanya faktor risiko untuk sepsis, infeksi primer atau dapat ditemukan fokus infeksi yang
mendasari timbulnya sepsis.
46
DIVISI INFEKSI
2. Adanya tanda awal sepsis yang dapat berupa demam, hiperventilasi, takikardia, vasodilatasi
yang disusul dengan hipotensi
3. Gelisah dan agitasi
4. Letargifg
5. Muntah
6. BAK sedikit
7. Riwayat luka bakar luas
8. Diketahui immunokompromais atau immunosupresi
9. Riwayat tindakan pembedahan/ prosedur invasif/ rawat inap
10. Menggunakan IVCD, VP shunt, invasive airway
11. Riwayat pemberian antibiotik atau antivirus
Pemeriksaan fisik
1. Penurunan kesadaran, letargi, agitasi
2. Hipotermia atau hipertermia
3. Takikardia atau bradikardi
4. Hiperventilasi
5. Gangguan perfusi atau hipotensi
6. Dehidrasi
7. Perut kembung
8. Timbulnya petekia dan purpura
9. Ditemukan selulitis atau inflamasi sendi
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Diagnosis kerja
Sepsis
Diagnosis banding
1. Intoksikasi
2. Sindrom Kawasaki
3. Leptospirosis
4. Tuberkulosis
5. Malaria
6. Kriptokokosis
7. Penyakit Lyme
8. Rocky Mountain Spotted Fever
47
DIVISI INFEKSI
9. Keganasan
Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Leukosit, hitung jenis leukosit, dengan apus darah
tepi, LED
2. SGOT, SGPT, Bilirubin Total, Direk dan Indirek
3. Gula Darah Sewaktu
4. Ureum dan Creatinin
5. CRP
6. Procalcitonin
7. Elektrolit: Na, K, Ca, Cl
8. PT, aPTT, d-dimer, fibrinogen
9. Analisa gas darah
10. Urinalisis
11. Biakan darah berulang
12. Biakan urin
13. Biakan sputum/ LCS/ apusan/ feses
14. Biakan jamur pada darah dan urin
15. Pemeriksaan radiologis
16. Laktat
Terapi
1. Antibiotik empirik sesuai pola kuman atau dapat diberikan:
a. Sefotaksim 100-150mg/kgBB/hari iv dalam 3 dosis atau Ampicillin (150-200
mg/kg/hari iv dalam 3 dosis) + Gentamisin (5-7 mg/kg/hari dalam 2 dosis atau dosis
tunggal)
b. Antibiotik spektrum luas sesuai pola kuman rumah sakit jika kuman berasal dari
health care associated infections (HAISs)
c. Metronidazol atau klindamisin dapat diberikan bersama obat di atas bila didapatkan
kecurigaan bakteri anaerob.
d. Setelah ada hasil biakan dan uji resistensi, antibiotik diberikan secara definitif.
2. Memperbaiki perfusi jaringan melalui resusitasi cairan, koreksi asam-basa.
3. Mempertahankan fungsi respirasi secara efisien, antara lain dengan pemberian oksigen
dan mengusahakan agar jalan napas tetap terbuka
4. Terapi Oksigen
5. Renal support untuk mencegah gagal ginjal akut
6. Terapi cairan intravena termasuk TPN
7. Glucose control: pertahankan kadar gula darah >70 mg/dl
8. Anti jamur sistemik atas indikasi
48
DIVISI INFEKSI
9. Antipiretik: parasetamol
10. Transfusi PRC/ TC/ FFP/ Cryo
11. Terapi inhalasi
12. Obat anti kejang: diazepam, fenobarbital, fenitoin
13. Antagonis H2 atau penghambat pompa proton
14. Source control: drain dan debridement sumber infeks bila memungkinkan
Edukasi
1. Tirah baring
2. Imunisasi
3. Perbaiki nutrisi
4. Perbaiki higiene pribadi dan lingkungan
5. Edukasi prognosis kepada pasien dan keluarganya
Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam: dubia
Tingkat evidens
III
Tingkat rekomendasi
C
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama rawat
10-15 hari
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Perbaikan klinis
3. Hemodinamik stabil
4. Tidak terjadi komplikasi
Kepustakaan
49
DIVISI INFEKSI
1. Sepsis dan Syok Sepsis. Dalam: Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI.
Penyunting. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI. 2008. h358-63
2. Feigin RD. Bacteremia and Septicemia. Dalam: Behreman RE, Vaughn VC and Nelson
WE. Penyunting) Nelson textbook of pediatrics, edisi ke 13. Philadelphia: WB Saunders.
Co, 1987: 568
3. Moffet HL. Sepsis and bacteremia. Moffet pediatric infectious disease, edisi ke-3
Philadelphia: JB Lippincott, 1989. H 292-9
4. Jaffari NS, McCracken Jr MD. Sepsis and septic shock: a review for clinicians. Pediat
Infect Dis Journ, 1992; 11: 739-49
5. Goldstein B, Giroir B, Rnadoplph A; International Consensus Conference on Pediatric
Sepsis. International pediatric sepsis consensus conference : definition for sepsis and
organ dysfunction in pediatrics. Pediatr Crit Care Med. 2005. Jan;6(1):2-8
6. Dellinger RP, et al. Surviving Sepsis Campaign : International Guidelines for
Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Critical Care Medicine, 2013.
Feb;41(2):580-637
50
DIVISI INFEKSI
51