Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN BOKS

Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Anak


Peirode Juli-September 2022
Selasa, 22 November 2022
Pk 12.30 sd Selesai

LAPORAN BOKS
INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIS ANAK
PERIODE JULI-SEPTEMBER 2022

Residen :
dr. Krypton Rakehalu Karnadjaja
dr. Anggoro Adi Wibowo
dr. Erlangga Danu Saputro
dr. Riyantono Putra
dr. Isnalisa
dr. Lissaberti Amaliah
dr. Corry Shinta Madame
dr. Fatimatuzzahra
dr. Indah Sari
dr. Enggrajati M.H.S
dr. Ika Dian Puspitanza
dr. Marselya Ulfa

Supervisor:
Prof. dr. Zarkasih Anwar, Sp. A (K)
Dr. dr. Yulia Iriani, Sp.A (K)
dr. Ariesti Karmila, Sp.A (K), M. Kes, Ph. D

KSM KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
2022
LAPORAN INFEKSI dan PENYAKIT TROPIS

A. PENDAHULUAN

Laporan ini merupakan hasil kegiatan di boks Infeksi dan Penyakit Tropis Anak pada
periode Juli-Septmber 2022. Periode ini bertugas sebanyak 12 orang residen.

Tabel 1. Jadwal Residen Bertugas di Boks Infeksi dan Penyakit Tropis periode Juli-September
2022 (N=12)
Residen Juli 2022 Agustus 2022 September 2022

Junior - dr. Krypton Rakehalu Karnadjaja dr. Anggoro Adi Wibowo


dr. Erlangga Danu Saputro*
dr. Riyantono Putra dr. Isnalisa
dr. Lissaberti Amaliah
Madya dr. Corry Shinta Madame dr. Fatimatuzzahra*
dr. Fatimatuzzahra* dr. Fatimatuzzahra*
dr. Enggrajati M.H.S* dr.Indah Sari
dr. Indah Sari dr. Indah Sari dr. Enggrajati M. H. S*
Senior dr. Ika Dian Puspitanza dr. Ika Dian Puspitanza
dr. Marselya Ulfa*

*Residen Kerja Bakti

Selama bertugas di boks Infeksi kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :


1. Kegiatan di bangsal : Merawat pasien di bangsal, dalam menangani pasien, residen selalu
berkonsultasi dengan supervisor boks dan setiap kasus dibicarakan bersama.
2. Kegiatan journal/book reading.
3. Membimbing mahasiswa.
4. Kegiatan di poliklinik Infeksi dan Penyakit Tropis Anak: memberikan pelayanan
terhadap pasien yang memerlukan pelayanan khusus atau lanjutan. Dalam menjalankan
tugas, residen dibimbing dan berkonsultasi dengan supervisor (poliklinik Infeksi dan
Penyakit Tropis Anak dibuka setiap hari kerja).

2
Saat memulai tugas di boks Infeksi dan Penyakit Tropis kami menerima 7 pasien dari
dokter sebelumnya, dengan spektrum penyakit sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Sisa Pasien Periode Sebelumnya (N = 7 )
1. DBD gr I 1 Pasien
2 Abses regio femur sinistra + Anemia Defisiensi besi 1 Pasien
3 Abses Regio Gluteal + Ulcer Necroticans (fornier’s ulcer) + Demam 1 Pasien
Neutropenia + ALL HR Fase Induksi + Anemia + Trombositopenia.
4 Hepatitis Drug Induced dd/ Hepatitis Autoimun + Gagal Hati akut + 1 Pasien
Pemanjangan PT APTT + SJS dd/ SSSS + Hipoalbuminemia
Juli 5 Terkonfirmasi COVID 19 + Post op Laparatomy Eksplorasi a.i Ileus Obstruktif 1 Pasien
2022 Parsial e.c Adhesiolisis + Hiponatremia + Hipokalemia + Hipocalcemia
6 Hepatoblastoma + Thalasemia Beta + Hematemesis Melena + Peningkatan 1 Pasien
Fungsi Hati + Hipokalemia+ Hipoalbuminemia
7. Morbili + Discarded COVID - 19 19 +Pneumonia 1 Pasien
TOTAL 7 Pasien

Saat meninggalkan tugas di boks Infeksi dan Penyakit Tropis pada periode ini terdapat 2
pasien DPJP IPT dan 3 pasien rawat bersama yang belum selesai dirawat (tabel 3). Spektrum
penyakit pada pasien tersebut sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel Total Pasien yang belum selesai dirawat (N = 5)
1. Terkonfirmasi COVID-19 + Necrotizing Fasciitis + Ensefalopati Hipertensi ec 1 Pasien
Hipertensi Emergency + Post Debridement Abses Regio Brachii Sinistra +
Post Pemasangan NPWT + Viral Exanthem + ALL SR + Demam Netropenia
2 Terkonfirmasi COVID 19+ Post Burrhole ai. Subdural hematoma kronis di 1 Pasien
frontal kanan kiri dan di frontotemporoparietal kiri + Repair VP Shunt ec
September peningkatan TIK ec hidrosefalus ec SOL Supracella pro CTR + CSW
2022 3 Occult HBV + Ensefalopati Hepatikum ec Hepatitis Fulminant + Gagal Hati + 1 Pasien
Kolestasis + Trombositopenia + Pemanjangan Faal Hemostasis+ Hipertensi
Terkontrol ec SNA+ Diaper Rash
4 Abses Regio Submandibulla + Cervical Dextra Et Sinistra + Limfadenitis 1 Pasien
Supuratif DD/ Scrofuloderma + Secondary Bacterial Skin Infection + Hernia
Diafragmatika Kiri
5 Infeksi Aktif CMV + HIV Infection + TB Paru on OAT+ Pneumonia + Gizi 1 Pasien
Kurang
TOTAL 5 Pasien

3
Selama bertugas diboks Infeksi dan Penyakit Tropis periode Juli-September 2022, kami
telah selesai merawat sebanyak 60 pasien yaitu terdiri dari 32 pasien DPJP dan 28 pasien rawat
bersama (DPJP Hematoonkologi 11 pasien, DPJP ERIA 6 pasien, DPJP Respirologi 3 pasien,
DPJP Bedah Ortopedi 2 pasien, DPJP Gastroenterohepatologi 1 pasien, DPJP Bedah Anak 1
pasien, DPJP Nefrologi 1 pasien, DPJP THT-KL 1 pasien, dan DPJP NPM 1 pasien). Data
pasien tersebut dapat dilihat pada tabel 4, 5, dan 6 berikut ini.

Tabel 4. Tabel Pasien DPJP IPT yang telah selesai dirawat (N=32)

No Diagnosis Jumlah
1 DBD Gr I 1 Pasien
2 DBD Grade II 5 pasien
3 DBD Grade III 2 pasien
4 Demam Dengue 1 pasien
5 Demam Dengue + T. ISK 1 Pasien
6 Terkonfirmasi Pertusis 2 Pasien
7 Probable Tonsilitis Difteri 1 Pasien
Abses Regio Femur Sinistra + Pemanjangan Faal Hemostasis ec Defisiensi Vitamin K + 1 Pasien
8
Anemia ec Anemia Defisiensi Besi + Gizi Kurang Perawakan Sangat Pendek
9 Multiple Nekrotik Limphadenopathy Regio Femoral Sinistra 1 Pasien
10 Demam Lama ec TB Paru Klinis 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Post Op Laparatomy Eksplorasi ai. Ileus Obstruktif Parsial ec 1 Pasien
11
Adhesiolisis
Terkonfirmasi COVID-19 + Epilepsi Struktural Bangkitan Umum Tonik Klonik ec Aneurisma 1 Pasien
12
Arteri Carotis Sinistra Pro DSA+ Anomali Refraksi
13 Terkonfirmasi COVID-19 + SLE Flare Berat 1 Pasien
14 Terkonfirmasi COVID-19 + Infark Cerebral Regio Parietooksipital Dextra 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Paraparese Inferior ec Peningkatan TIK ec Kista Intrakranial +
15 Mikrosefali + Feeding Problem + Leakage Shunt Post Repair 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Meteorismus ec Konstipasi Kronis + PGK St.V ec Contracted
16 Kidney Bilateral + Anemia Penyakit Kronis + CP Spastik Quadriplegic dengan Regresi 1 Pasien
Motorik.
17 Terkonfirmasi COVID-19 + Hidrosephalus Obstruktif ec SOL Regio Pineal Post VP Shunt 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 +Post Burhole + EVD + Repair VP Shunt ec Peningkatan TIK ec
18 Hidrosephalus ec SOL Supracella Pro CTR 1 Pasien
Terkonfirmasi COVID-19 + Suspek HAEC Dengan Dehidrasi Ringan Sedang + Pneumonia + 1 Pasien
19
KDS + Anemia ec Defiensi Besi
Terkonfirmasi COVID-19 + Obs Seizure ec Organic Brain Syndrome + ALL HR Fase 1 Pasien
20
Konsolidasi
21 Discarded COVID -19 + Pneumonia 4 pasien
22 Discarded COVID -19 + Pneumonia + Thalasemia B Mayor 1 Pasien
Discarded COVID -19 + Pneumonia + Decomp Cordis ec PDA Moderate, PFO, Minimal 1 Pasien
23
Pericardial Efusi + Down Syndrome
TOTAL 32 pasien

4
Tabel 5. Pasien Rawat Bersama dengan Sub Divisi Lain (N = 28)
No Diagnosis Jumlah Divisi Utama
/ DPJP
1. Gastro
Acute Liver Failure Ec Drug Hypersensitivitas Syndrome + SJS dengan Secondary Bacterial Infection 1 Pasien
Enterohepatologi
2. Demam neutropenia + I SK + terkonfirmasi COVID 19 + Gizi buruk + Hepatoblastoma dengan anemia 1 Pasien
dan trombositopenia ec hematemesis dan hematoschezia + hiponatremi+ hipocalcemi + hipokalemi +
Diare akut tanpa dehidrasi + caries dentis
3. Demam Neutropenia + AML + + Anemia + Trombositopenia 1 Pasien
4. Demam Netropenia Edema dan Hematom Palpebra ODS Ec AML Relaps + Gum Bleeding + Gizi 1 Pasien
Kurang Perawakan Pendek
5. Demam Neutropenia + AML Relaps + Anemia + Trombositopenia + Hiperleukositosis + Edema 1 Pasien
Scrotum + Gizi Kurang Perawakan Normal
6. Demam netropenia ALL SR + + post debridement abses regio pedis sinistra 1 Pasien
7. Demam neutropenia + Post debridement ulkus dekubitus grade IV+ Neuroblastoma Stadium IV + Hemato
Anemia + trombositopenia + Hipokalemia + Hipocalsemia + Gizi Kurang Perawakan Pendek + Feeding 1 Pasien Onkologi
problem
8. Demam netropenia + Necrotizing Fasciitis + ensefalopati hipertensi ec hipertensi emergency + Post 1 Pasien
debridement abses regio brachii sinistra + Post pemasangan NPWT + Curiga viral exanthem + ALL SR
9. Demam neutropenia + ALL HR fase maintanance + pneumonia 1 Pasien
10. Demam Neutropneia + ALL HR fase konsolidasi + Kejang ec encefalopati ec kemoterapi dd ensefalitis
viral + Plebitis dorsum pedis sinistra + Ulcer regio labia oris + hipokalemia + hipokalsemia + peningaktan 1 pasien
fungsi hati + ISK
11. Demam Neutropenia (selesai)+ ALL HR fase konsolidasi + anemia + selulitis + tinea kapitis + 1 Pasien
peningkatan fungsi hepar
12. Demam Neutropenia + Terkonfirmasi COVID-19 + Obs seizure ec organic brain syndrome + ALL HR 1 Pasien
fase konsolidasi
13. Bone exposed regio shoulder bilateral ec osteomielitis + Terkonfirmasi COVID-19 + anemia gravis ec 1 Pasien
susp perdarahan dd penyakit kronis dd hemolitik + CP tipe spastik + hipoalbuminemia
14. Sepsis + Ensefalopati hepatikum ec hepatitis fulminant + gagal hati + kolestasis + trombositopenia + 1 Pasien
pemanjangan faal hemostasis + Hipertensi terkontrol ec SNA + diaper rash
15. Toxoplasmosis kongenital + penurunan kesadaran ec peningkatan TIK ec Hidrocephalus Komunikans 1 Pasien
16. Post explore abses ai. Abses retrofaring + parafaring dextra sinitra + susp descending necrotizing 1 Pasien
mediastinitis + Obs penurunan kesadaran ec ensefalopati uremik ec AKI failure + Hipokalemia + ERIA
hiponatremia
17. Penurunan kesadaran ec ensefalopati uremikum + AKI failure + hiponatremi + hipokalemi + syok 1 pasien
hipovolemi ec perdarahan + post eksisi abses retrofaring parafaring dextra + edema paru
18. Respiratory Distress ec Susp Edema Paru dd Pneumonia + Hipertensi Emergensi + Decomp Cordis
NYHA III-IV ec susp CKD related cardiomyopathy + CKD stage V on HD ec Sindrome Nefrotik +
1 pasien
COVID-19 + Diare akut tanpa dehidrasi + Gastritis Akut + Short Stature + Hipokalsemia + Asidosis
Metabolik
19. Morbili + Discarded Covid- 19 -19 + Pneumonia 1 Pasien
20. Ulkus + Distress Napas Ringan ec Pneumonia Bakterialis + Anemia 1 pasien Respirologi
21. Discarded Covid-19 + Distres napas ec Pneumonia + Bisitopenia ec susp leukemia akut 1 pasien
22. Infeksi Herpeviriday + Trombositopenia + Hipoalbuminemia + Efusi pleura kanan + Cerebral Palsy
tipe spastik + Fraktur komplit distal femur kanan + Fraktur epiphyseal plate salter Harris tipe 1 + 1 pasien
Defisiensi Vitamin D + Hipokalsemia + Feeding problem ec stomatitis + Varicella Bedah Ortopedi
23. Obs. Febris + Post operasi ORIF a.i neglected fraktur os radius ulna 1 Pasien
24. Abses regio submandibulla + cervical dextra et sinistra + limfadenitis supuratif + secondary bacterial 1 Pasien
skin infection + susp. hernia diafragmatika kiri Bedah Anak
25. Infeksi CMV+ Hipertensi emergensi + Nefritis lupus + SLE +NPSLE + CKD stg V on HD + 1 Pasien
Trombositopenia Nefrologi
26. NCB SMK+ post repair vulnus laceratum regio ala nasi dekstra ec bitten by rat 1 Pasien Perinatologi
27. Otitis media akut bilateral dengan komplikasi abses subperiosteal aurikula sinistra + Pneumonia 1 Pasien THT-KL
28. Gizi Buruk perawakan normal + Neglected frakture dislocation VC 4-5 anterior cord syndrome frankle 1 pasien NPM
TOTAL 28 Pasien

5
Tabel 6. Distribusi penyakit berdasarkan jenis kelamin, umur dan hasil perawatan (N=60)
UMUR(TAHUN)
N DIAGNOSIS JENIS KELAMIN HASIL RAWAT
o 0-<1 1-<5 5-12 >12
L P L P L P L P PK PP PR M
1. DBD gr I - - - - - 1 - - 1 - - -
2. DBD gr II + Gizi Kurang Perawakan Normal 1 - 1 - 1 2 - - 5 - - -
3. DBD grade III - - - 1 1 - - - 2 - - -
4. Demam Dengue - - 1 - - - - - 1 - - -
5. Demam Dengue + ISK - - - 1 - - - - 1 - - -
6. Terkonfirmasi COVID-19+ Post Op Laparatomy Eksplorasi ai Ileus Obstruktif - - - 1 - 1 -
- - - - -
Parsial ec Adhesiolisis
7. Terkonfirmasi COVID-19 + Epilepsi struktural bangkitan umum tonik klonik - - - 1 1 -
- - - - - -
ec aneurisma arteri carotis sinistra pro DSA+ Anomali refraksi
8. Terkonfirmasi COVID 19 + Decomp cordis ec PDA moderate + PFO + - - - - - - - 1 - - -
1
Minimal pericardial efusi + Down Syndrome
9. Terkonfirmasi COVID-19 + Paraparese Inferior ec Peningkatan TIK ec Kista - - - - - 1 - - - - 1 -
Intrakranial + Mikrosefali + Feeding Problem + Leakage Shunt Post Repair
10. Terkonfirmasi COVID-19 Terkonfirmasi + Suspek HAEC dengan dehidrasi - - - - - - - - - -
1
ringan sedang + pneumonia + KDS + Anemia ec susp defiensi fe 1
11. Terkonfirmasi COVID-19 + Obs seizure ec organic brain syndrome + ALL - - - - 1 - - 1 - - -
-
HR fase konsolidasi
12. Terkonfirmasi COVID 19 + Gizi buruk + Demam Neutropenia + - - - - 1 - - - - - - 1
Hepatoblastoma Dengan Anemia Dan Trombositopenia ec Hematemesis dan
Hematoschezia + Hiponatremi + Hipocalcemi + Hipokalemi + Diare Akut
Tanpa Dehidrasi + Caries Dentis +ISK
13. Terkonfirmasi COVID -19 + Hidrosephalus Obstruktif ec SOL Regio Pineal - - - - - - 1 - 1 - - -
Post VP Shunt
14. Terkonfirmasi COVID -19 + Meteorismus ec Konstipasi Kronis +PGK St. V - - - - - 1 - - - 1 -
ec Contracted Kidney Bilateral + Anemia Penyakit Kronis + CP Tipe Spastik
Quadriplegic dengan Regresi Motorik.
15. Terkonfirmasi COVID-19 + Bone exposed regio shoulder bilateral ec - - - - 1 - - - - - - 1
osteomielitis + Anemia Gravis ec perdarahan dan penyakit kronis + CP tipe
spastik + hipoalbuminemia
16. Terkonfirmasi COVID-19 + SLE Flare Berat - - - - 1 - - - 1 - - -
17. Terkonfirmasi COVID-19 + Infark Cerebral Regio Parietooksipital Dextra - - - - - 1 - - - - 1 -
18. Terkonfirmasi COVID -19 + Post Burhole + EVD + Repair VP Shunt ec - - - - 1 - - - 1 - - -
Peningkatan TIK ec Hidrosephalus ec SOL Supracella Pro CTR
19. Terkonfirmasi COVID-19 + Respiratory Distress ec Susp Edema Paru dd - - - - - - - 1 1 - - -
Pneumonia + Hipertensi Emergensi + Decomp Cordis NYHA III-IV ec susp
CKD related cardiomyopathy + CKD stage V on HD ec Sindrome Nefrotik +
Diare akut tanpa dehidrasi + Gastritis Akut + Short Stature + Hipokalsemia +
Asidosis Metabolik
20. Discarded COVID-19+ Pneumonia + Thalasemia B mayor - - - - 1 - - - 1 - - -
21. Discarded COVID-19+ Morbili + Pneumonia - - - - 1 - - - 1 - - -
22. Discarded COVID-19+ Pneumonia - - - 2 - 2 - - - - 4 -
23. Discarded COVID-19+ Distres napas ec Pneumonia + Bisitopenia ec susp - - - - - - - 1 1 - - -
Leukemia Akut
24. Demam Neutropenia + AML + anemia + trombositopenia - - - - - - - 1 1 - - -
25. Demam netropenia + Edema dan hematom palpebra ODS ec AML relaps + - - - - - 1 - - 1 - - -
gum bleeding + gizi kurang perawakan pendek
26. Demam neutropenia + AML Relaps + Anemia + Trombositopenia + - - - - 1 - - - 1 - - -
Hiperleukositosis + Edema Scrotum + Gizi Kurang Perawakan normal
27. Demam neutropenia + ALL SR + post debridement abses regio pedis sinistra - - - - 1 - - - 1 - - -

6
28. Demam neutropenia + Post debridement ulkus dekubitus grade IV + - - 1 - - 1 -
Neuroblastoma Stadium IV + Anemia + trombositopenia + Hipokalemia+ - - - - -
hipocalsemia + Gizi Kurang Perawakan Pendek + Feeding problem
29. Demam neutropenia + Necrotizing Fasciitis + ensefalopati hipertensi ec - - - - 1 -
hipertensi emergency + Post debridement abses regio brachii sinistra + Post - - 1 - - -
pemasangan NPWT + Curiga viral exanthem + ALL SR
30. Demam neutropenia + ALL HR fase maintanance + Pneumonia - - - - - 1 - - 1 - - -
31. Demam neutropneia + ALL HR fase konsolidasi + Kejang ec encefalopati ec - - - - - 1 - - 1 - - -
kemoterapi dd ensefalitis viral + Plebitis dorsum pedis sinistra + Ulcer regio
labia oris + hipokalemia + hipokalsemia + peningaktan fungsi hati + ISK
32. Demam Neutropenia + ALL HR fase konsolidasi + Anemia + Selulitis + Tinea - - - 1 -
- - - 1 - -
kapitis + Peningkatan fungsi hepar
33. Acute liver failure ec drug hypersensitivitas syndrome + SJS dengan - - 1 - - - 1 2 - - -
-
secondary bacterial infection
34. Abses Regio Femur Sinistra + Pemanjangan faal hemostasis ec defisiensi Vit K - - 1 - - - - 1 - - -
-
+ anemia ec defisiensi besi + Gizi kurang perawakan sangat pendek
35. NCB SMK+ Post repair vulnus laceratum regio ala nasi dekstra ec bitten by rat 1 - - - - - - - 1 - - -
36. Post operasi ORIF ai neglected fraktur os radius ulna - - - - - - 1 - 1 - - -
37. Probable tonsilitis difteri - - - - 1 - - - 1 - - -
38. Sepsis + Ensefalopati hepatikum ec hepatitis fulminant + gagal hati + - 1 - - - - - 1 - - -
kolestasis + trombositopenia + pemanjangan faal hemostasis + Hipertensi -
terkontrol ec SNA + diaper rash
39. Otitis media akut bilateral dengan komplikasi abses subperiosteal aurikula - - - 1 - -
- - 1 - - -
sinistra + Pneumonia
40. Toxoplasmosis kongenital + penurunan kesadaran ec peningkatan TIK ec 1 - - - - - - - - - 1
-
Hidrocephalus Komunikans
41. Infeksi CMV + Hipertensi emergensi + Nefritis lupus + SLE + NPSLE + CKD - - - - - - 1 1 - - -
-
stg V on HD + Trombositopenia
42. Post explore abses ai. Abses retrofaring + parafaring dextra sinitra + susp - - - - 1 - - 1 - - -
descending necrotizing mediastinitis + Obs penurunan kesadaran ec -
ensefalopati uremik ec AKI failure + Hipokalemia + hiponatremia
43. Multiple Nekrotik Limphadenopathy Regio Femoral Sinistra - - - - 1 - - - 1 - - -
44. Penurunan kesadaran ec ensefalopati uremikum + AKI failure + hiponatremi + - - - - - 1 - - - - - 1
hipokalemi + syok hipovolemi ec perdarahan + Post eksisi abses retrofaring
parafaring dextra + edema paru
45. Gizi Buruk perawakan normal + Neglected frakture dislocation VC 4-5 - - - - - - 1 - 1 - - -
anterior cord syndrome frankle
46. Infeksi Herpeviriday + Trombositopenia + Hipoalbuminemia + Efusi pleura - - - 1 - - - - 1 - - -
kanan + Cerebral Palsy tipe spastik + Fraktur komplit distal femur kanan +
Fraktur epiphyseal plate salter Harris tipe 1 + Defisiensi Vitamin D +
Hipokalsemia + Feeding problem ec stomatitis + Varicella
47. Ulkus +Distress Napas Ringan ec Pneumonia + Anemia - - - - - 1 - - 1 - - -
48. Terkonfirmasi Pertusis + pneumonia - 1 - - - - - - 1 - - -
49. Terkonfirmasi Pertusis + Distress napas sedang ec pneumonia + Sepsis - 1 - - - - - - - - - 1
50. Demam Lama ec TB Paru Klinis - - - - - - - 1 1 - - -
Total 4 3 3 8 14 16 5 7 47 0 8 5
Keterangan:
L = Laki-laki PK = Pulang Kontrol PR = Pindah Rawat
P = Perempuan PP = Pulang Paksa M = Meninggal

Hasil rawat dari pasien tersebut adalah sebagai berikut :


Pulang Kontrol : 47 pasien Pindah Rawat : 8 pasien
Pulang Paksa : 0 pasien Meninggal : 5 pasien

7
Periode Juli-September 2022 didapatkan hasil pasien demam dengue maupun demam
berdarah dengue (DBD) sebanyak 10 pasien dengan jenis kelamin laki-laki 7 pasien dan
perempuan 3 pasien. Tabel 7 dan 8 berikut menggambarkan distribusi pasien demam dengue
dan demam berdarah dengue.

Tabel 7. Distribusi Pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Kriteria
WHO 2011 (N = 10)
UMUR (tahun) LAMA RAWAT
(Hari)
DIAGNOSIS <1 1 - <5 5 – <10 10 - <14 14 - <18 TOTAL
L P L P L P L P L P <2 2-4 >4
Demam Dengue - - 1 - 1 - - - - - - 2 - 2
DBD I - - - - - 1 - - - - - 1 - 1
DBD II 1 - - - - - 1 1 1 1 - 3 2 5
DBD III - - - - 1 - 1 - - - - 1 1 2
DBD IV - - - - - - - - - - - - - -
Total 1 - 1 0 2 1 2 1 1 1 0 7 3 10

Tabel 8. Distribusi Pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Kriteria
WHO 2009 (N = 10)
UMUR (tahun) LAMA RAWAT
(Hari)
DIAGNOSIS <1 1 - <5 5 – <10 10 - <14 14 - <18 TOTAL
L P L P L P L P L P <2 2-4 >4
Dengue Tanpa 1 - 1 - 1 1 1 - 1 1 - 5 2 7
Warning Sign
Dengue Dengan - - - - 1 - - 1 - - - 2 - 2
Warning Sign*
Severe Dengue - - - - - - 1 - - - - - 1 1
Total 1 0 1 0 2 1 2 1 1 1 0 7 3 10
*Keluhan Warning Sign pada 2 kasus ini adalah adanya nyeri perut dan muntah

8
Tabel 9. Distribusi Hasil Laboratorium dan Serologis Pasien Demam Dengue dan DBD (N = 10)
NO. Identititas Diagnosis Hasil Laboratorium Hasil Serologis
HT HT PLT PLT (Demam hari
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah keberapa
diperiksa)
1. Nad/Pr/ DBD Grade I 42 36 136.000 18.000 NS-1 Ag: Reaktif
4 tahun dengan warning (22/7/22, hari ke-3)
sign
2. MA/Lk/ DBD Grade II 41 35 115.000 58.000 NS-1 Ag: Reaktif
11 bulan (21/7/22,hari ke-4)
3. MA/Lk/ DBD Grade II 42 33 185.000 28.000 NS-1 Ag: Reaktif
8 tahun 7 bulan (8/7/22, hari ke dua )
4. MA/Lk/ DBD Grade II 48 32 97.000 8.000 - NS-1 Ag: tidak
15 tahun diperiksa
- IgG : Positif
- IgM: negative
- (2/7/22, hari ke-5)
5. MA /Lk / DBD Gr II 35 33 81.000 71.000 NS-1 Ag: Reaktif
4 tahun IgG : negatif
IgM: negatif
(25/8/22, hari ke-5)
6. FBU / Pr / DBD Gr III 50 44 88.000 66.000 NS-1 Ag: Reaktif
3 tahun (12/8/22, hari ke-2)
7. MRS / Lk / Dengue Dengan 55 40 82.000 40.000 NS-1 Ag: Non
12 tahun Warning Sign Reaktif
(Epistaksis) IgG : positif
IgM: negative
(10/8/22, hari ke-9)
8. AA / Pr / Dengue Dengan 28 21 111.000 19.000 NS-1 Ag: Non
12 tahun Warning Sign reaktif
(hematemesis + IgG : positif
epistaksis) IgM: negative
(1/8/22, hari ke-6)
9. LH/Lk/ DBD Gr III + 49 25 16.000 69.000 NS-1 Ag: Reaktif
10 tahun Hemofilia tipe C (8/9/22, hari ke-tiga)

10. AZ/Pr/ DBD Grade 2 45 37 105.000 10.000 NS-1 Ag: tidak


10 tahun diperiksa
IgG : Positif
IgM: negative
(13/9/22, hari ke-6)
TOTAL 10 Pasien

9
CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)
Terdapat 13 pasien Congenital Rubella Syndrome pada Periode Juli-September 2022. Distribusi pasien CRS
dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini
Tabel 10. Distribusi Pasien CRS Periode Juli-September 2022 (N=13)
No Identitas Asal Konsul Penemuan klinis Laboratorium Diagnosis

1. By. Ny. Yt Kriteria A: IgM Rubella 0,23 dan IgG Rubella 19,50 Anemia of prematurity + infeksi
Gangguan Pendengaran (-) IgM Toxoplasma 0,23 dan IgG Toxoplasma 4,30 TORCH + PFO
Hemato PJB: Ada PFO IgM CMV 0.78 dan IgG CMV 103,90 (reaktif)
Onkologi
Kriteria B:
Ikterik 24 jam post lahir
2. By. Ny. Yul Kriteria A → PJB (+) IgM Rubella 0,11 dan IgG Rubella 17.2 (reaktif) NCB KMK + BBLR + Pneumonia +
Ada Gangguan Pendengaran IgM Toxoplasma 0,14 dan IgG Toxoplasma 0,10 Sepsis + Decomp cordis e.c VSD PMO
IgM CMV 0,23 dan IgG CMV 91.0 (reaktif) besar + PDA moderate to Large +
Kriteria B: Mikrosefali Conjuctivitis ODS
3 By. Ny. DPR/ IgM Rubella 0,07 dan IgG Rubella 51,50 NKB SMK + BBLR + RD ec HMD +
Kriteria A → PJB (+)
MR IgM Toxoplasma 0,13 dan IgG Toxoplasma 11,0 PPHN + Sepsis
0001280611 IgM CMV 0,13 dan IgG CMV 137,50
Kriteria B:
Ikterik 24 jam post partum
Echo: PFO+mild TR + moderate TR
4 By. Ny. GF/ Kriteria A → PJB (+) NCB SMK + Sepsis + post Laparotomi
MR NICU Echo: TR+ small ASD secundum + + jejunostomy ai atresia jejunum +
0001279445 Kriteria B: PDA perforasi jejunum POD 19 + post
Ikterik 24 jam post partum Colostomi double barrel POD 4
5 Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. VH/ NKB SMK + BBLR + NEC grade 1 +
Echo: pulmonal regurgitasi moderate + TR
MR sepsis + Hiperbilirubinemia DD
Kriteria B: moderate + PFO
0001280867 Kolestasis intrahepatik
Ikterik 24 jam post partum
6 IgM Rubella 0,08 dan IgG Rubella 0,10
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. RW/ IgM Toxoplasma 0,09 dan IgG Toxoplasma 0,20 NCB BMK + distress napas ec susp
MR IgM CMV 0,807 dan IgG CMV 154, 40 CHD + bacterial Infection +
Kriteria B:
0001282103 Hipoglikemia
Ikterik 24 jam post partum
Echo: PDA Moderate + PFO
7 IgM Rubella 0,06 dan IgG Rubella 8,20
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. RMK/ IgM Toxoplasma 0,08 dan IgG Toxoplasma 1,90 BPD + PVL + Mikrosefali + Growti
MR PICU IgM CMV 0,89 dan IgG CMV 39,20 Faltering + gizi kurang perawakan
Kriteria B:
0001280624 pendek
Ikterik 24 jam post partum
Hasil Echo: mild PR + moderate TR
8 IgM Rubella 0,11 dan IgG Rubella 4,50
Kriteria A → PJB (+) IgM Toxoplasma 0,06 dan IgG Toxoplasma 0,10
By. Ny. LG/
IgM CMV 0,05 dan IgG CMV 88,30
MR NCB SMK + TGA + BP
Kriteria B:
0001281924
Ikterik 24 jam post partum Echo: DORV + malposisi great arteri + VSD
PMO + MR berat + TR moderate + PDA besar
9 IgM Rubella 0,06 dan IgG Rubella 32.7
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. IgM Toxoplasma 0,22 dan IgG Toxoplasma 0,20
NCB SMK + makrosefali ec
MS/MR IgM CMV 0,05 dan IgG CMV 110,40
Neonatus Kriteria B: holoprosensefali semilobar
0001285334
Ikterik 24 jam post partum
Echo: Mild PDA + PFO
10 IgM Rubella 0,07 dan IgG Rubella 104,30
Kriteria A → PJB (+)
By. Ny. YY/ IgM Toxoplasma 0,12 dan IgG Toxoplasma 99.6
NKB BMK + makrosefali ec susp
MR IgM CMV 0,53 dan IgG CMV 136,30
Kriteria B: hidrosefalus + ventrikulomegali
0001285697
Ikterik 24 jam post partum
Echo: Normal heart
11 By. Ny. Kriteria A→ PJB (+) Toxo IgM 0,05 IgG 0,1 NCB SMK + Omphalocelle + PDA
Jul/Lk/7 hari Rubella IgM 0,06 IgG 14,7 Moderate + PFO
Kriteria B CMV IgM 0,1 IgG 551
12 IPA/pr/ GEH Kriteria A→ Hearing Toxo IgM 0,2 IgG 0,05 Kolestasis Intrahepatik+ Susp CRS
1,5 bulan impairment (+) Rubella IgM 0,07 IgG 23,1
CMV IgM 0,42 IgG 28
Kriteria B
13 AF/Lk/6 bulan NPM Kriteria A → (-) Toxo IgM 0,05 IgG 2,3 Gizi Buruk + Hydrocephalus +
Rubella IgM 0,21 IgG 232,2 Pneumonia + Atresia ani on colostomy
Kriteria B → Hidrosefalus CMV IgM 0,9 IgG 174 Susp CRS

10
Periode Juli-September 2022 selama bertugas di boks Infeksi dan Penyakit Tropis terdapat 10
kasus terbanyak daftar pasien rawat jalan dan rawat inap. Distribusi penyakit terbanyak saat rawat jalan
merata sebanyak 2 pasien dan rawat inap terbanyak pasien dengan covid-19 terkonfirmasi sebanyak 11 pasien dan pasien DBD
sebanyak 10 pasien. Distribusi lengkap pasien terbanyak rawat inap dan rawat jalan periode Juli-September 2022 di boks
Infeksi dan Penyakit Tropis dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.

Rawat Jalan
ISK Selulitis
Hepatitis C 6% 12%
6% Selulitis

Spondilitis TB Varicella
6% Phlebitis
Varicella
Abses regio 12% Parotitis
submandibula
6% Fascietis necrotizing
Viral exanthema
Abses regio submandibula
Viral exanthema Phlebitis
13% 13% Spondilitis TB
Hepatitis C
ISK
Fascietis necrotizing Parotitis
13% 13%

Diagram 1. Pasien terbanyak Saat Rawat Jalan

Tonsilitis difteri
2% Hepatitis Rawat Inap
Morbili 2%
Abses regio femur Rat bite
2% 2%
2% Covid-19 terkonfirmasi
24%

Pertusis
7%

Demam neutropenia
17%
DBD
22%

Bronkopneumonia
20%

Covid-19 terkonfirmasi DBD Bronkopneumonia Demam neutropenia


Pertusis Abses regio femur Rat bite Morbili
Tonsilitis difteri Hepatitis

Diagram 2. Pasien terbanyak Saat Rawat Inap

11
Tabel 11. Penyakit Terbanyak Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
Dignosis Medis Jumlah Kasus

No Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap

1 Selulitis Covid -19 terkonfirmasi 2 11


2 Varicella DBD 2 10
3 Phlebitis Bronkopneumonia 2 9
4 Parotitis Demam neutropenia 2 8
5 Fascietis necrotizing Pertusis 2 3
6 Viral exanthema Abses regio femur 2 1
7 Abses regio submandibula Rat bite 1 1
8 Spondilitis TB Morbili 1 1
9 Hepatitis C Tonsilitis difteri 1 1
10 ISK Hepatitis 1 1
JUMLAH 16 46

Tabel 12 dapat diliihat jenis tindakan dan jumlah tindakan yang telah dilakukan selama
bulan Juli-September 2022 didivisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Tindakan terbanyak adalah
penatagunaan antimikroba total 63 tindakan (juli 16, agustus 23, dan 24 september 2022)
Tabel 12. Jenis Tindakan Rawat Inap dan Rawat Jalan (N=106)
NO Bulan (2022)
Jenis Tindakan
Juli Agustus September
1 Penatagunaan Antimikroba 16 23 24
2 Pungsi lumbal - - -
3 Aspirasi abses - - -
4 Pengambilan spesimen kerokan dasar lesi - - -
5 Pemberian ADS 1 - -
6 Skin Test pemberian ADS 1 - -
7 Swab Nasopharingeal (Pertusis) - 2 3
8 Swab Oropharingeal (Difteri) 2 - -
9 EKG Pasien Difteri 1 - -
10 Pengambilan spesimen apus darah tipis dan - - -
tebal malaria
11 Resusitasi pada pasien syok - - 1
12 Pembacaan Hasil Radiologi 9 13 11

Total 28 39 39

12
PEMERIKSAAN KULTUR
Periode Juli-September 2022 dilakukan kultur darah 17 pasien, kultur urin 15 pasien, kultur sputum 1 pasien, kultur Pus 1 pasien,
kultur LCS 7 pasien, kultur swab tenggorokkan 1 pasien (kuman Cryptococcus laurenti (Tidak Ada Guide Line CLSI Pada Mikro)), tidak
ada pasien yang dilakukan kultur cairan sendi dan kultur Swab CVC. Distribusi hasil kultur dapat dilihat pada tabel 13 sd 17.
Distribusi hasil kultur darah dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 13. Distribusi Kultur Darah Periode Juli-September 2022 (N=17)

Trimetrohoprim/ Sulfamethoxazole

Quinupristin/ Dalfopristin
Piperacillin/ Tazobactam

Ampicillin/ Sulbactam
Benzylpenicillin
Nitrofurantoin

Nitrofurantoin
Ciprofloxacin

Erythromicin

Streptomycin
Moxifloxacin
Levofloxacin
Clindamycin
Tetracycline

Vancomycin

Meropenem
Ceftazidime

Ceftriaxone
Gentamicin

Tigecycline

Aztreonam

Ertapenem
Rifampicin

Cefazoline
Ampicilin
Amikasin

Cefepime
Linezolid

Oxacillin
E. coli - - - - R - - - - - - - S - S S S S S R - S R S R R - - -
Staphylococcus Hominis ssp Hominis - R R R S R S S R - R S S R S - - - - - - - - S - - - - -
Staphylococcus Aureus S S S S S S S R S S R S S R S - - - - - - - - - - - - - S
STERIL - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
STERIL - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Staphylococcus Hominis ssp hominis S - - - S - S S - S R S S R - - - - - - - - - - - - - - S
Staphlococcus saprophyticus R S R R S S R S S S R S S R R - - - - - - - - S - - - - S
Staphlococcus aureus S S S S S S S S S S S S S R S - - - - - - - - S - - - - S
Staphylococus capitis S R R R R R S R R R R R S R R - - - - - - - - R - - - - S
Steril - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Staphylococcus epidermidis S S S S S S S S S S S S S R R - - - - - - - - - - - - -
Serratia marcescens - S - - I - - - - - - - I - S S S S S S S S R R R R R -
Acinetobacter lwoffii - R - - R - - - - - - - S - R R R - R R - R - - R I R -
Klebsiella pneumonia ssp pneumoniae - - - - S - - - - - - - S - S S S R S R S S R S R S R +
Escherichia coli - - - - S - - - - S - - S - S S I R S S S S R - R S R +
Klebsiella pneumonia ssp pneumoniae - S - - S - - - - - - - S - S S S S S S S S R I S S S -
e. coli - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

13
Tabel 14. Distribusi Kultur Urin Periode Juli-September 2022 (N=15)

Trimetrohoprim/ Sulfamethoxazole

Quinupristin/ Dalfopristin
Piperacillin/ Tazobactam

Ampicillin/ Sulbactam
Benzylpenicillin
Nitrofurantoin

Nitrofurantoin
Ciprofloxacin

Erythromicin

Streptomycin
Moxifloxacin
Clindamycin

Levofloxacin

Vancomycin
Tetracycline

Ceftazidime

Meropenem

Ceftriaxone
Gentamicin

Tigecycline
Rifampicin

Aztreonam

Ertapenem

Cefazoline
Ampicilin
Amikasin

Cefepime
Linezolid

Oxacillin
Steril - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Morganella morganii ssp - S - - S - - - - - - - R - S S S S S R S S R R R R R - -
morganii
Pantoea spp (Tidak Ada - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Guide Line CLSI Pada
Mikro)
Enterococcus faecalis R - R R R R S S - - - - S R - - - - - - - - S S - - - R R
E. coli R S S S R S S S R S R R - -
Escherichia coli R R S S S S S R S R S S R R R R - -
Escherichia coli R R S S R S S R S S S S R R S R - -
Candida tropicalis S S S S S S
Klebsiella pneumoniae ssp R R I S S S R R R S S R R R R
pneumoniae
Steril - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Escherichia coli R R S S S S S R S R S S R R R R - -
Escherichia coli R R S S R S S R S S S S R R S R - -
Candida tropicalis S S S S S S - -
Klebsiella pneumoniae ssp R R I S S S R R R S S R R R R - -
pneumoniae

Tabel 15. Distribusi Kultur Sputum Periode Juli-September 2022 (N=1)


INDIKASI Diagnosis Jenis Kuman Sensitive Resisten Intermediate Rawat Jumlah
Piperacilin/Tazobactam,
NKB SMK + BBLSR + HMD gr Ampicilin (AMP), Trimetrophim/Sulfamethosazole,
Enterobacter Tygecicline, Amikacin,
Sepsis II + Sepsis + Hiperbilirubinemia + Nitofurantoin, Ceftriaxon, Ampicilin/Sulbactam, Gentamicin NICU 1
cloacae complex Ertapenem, Meropenem,
Hiponatremia Aztreonam, Cefazolin, Ceftazidime
Ciprofloxacin.

14
Tabel 16. Distribusi Kultur Pus Periode Juli-September 2022 (N=2)
Indikasi Diagnosis Jenis Kuman Sensitive Resisten Intermediate Rawat Jumlah
Sindroma nefrotik relaps+ Fascietis necrotizing Amphotericin B, Fluconazole, 1
Fascietis necrotizing parsial respon Candida Parapsilosis Flucytosine, Caspofungin, Micafungin, - - Selincah 2
Voriconazole
Sindroma nefrotik relaps+ Fascietis necrotizing Gentamicin,Nitrofurantoin, Tigecycline, Aztreonam, Ceftazidime, 1
Klebsiella pneumonia
parsial respon Trimetrohoprim, Amikasin, Piperacilin, Ampicilin, Ceftriaxone, Ogan
ssp pneumoniae
Fascietis necrotizing Cefepime, Meropenem, Ampicilin Cefazoline
Ket: dilakukan pemeriksaan kultur pus pada 1 pasien, namun dilakukan 2 kali pemeriksaan

Tabel 17. Distribusi Kultur LCS Periode Juli-September 2022 (N=7)

Trimetrohoprim/ Sulfamethoxazole

Quinupristin/ Dalfopristin
Piperacillin/ Tazobactam

Ampicillin/ Sulbactam
Benzylpenicillin
Nitrofurantoin

Nitrofurantoin
Ciprofloxacin

Erythromicin

Streptomycin
Moxifloxacin
Clindamycin

Levofloxacin

Vancomycin
Tetracycline

Ceftazidime

Meropenem

Ceftriaxone
Gentamicin

Tigecycline
Rifampicin

Aztreonam

Ertapenem

Cefazoline
Ampicilin
Amikasin

Cefepime
Linezolid

Oxacillin

ESBL
Klebsiella S S R R S S S S S - R S S R S - - - - - - - - S - - - - - -
pneumonia ssp
pneumoniae
STERIL - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Acinetobacter S S S S S S S S S I S
baumannii
Enterobacter R R I S R S S R R R S S R R R
cloacae complex
Candida glabrata S S S S S I
Chryseobacterium S R S S R R R R R R R R
gleum

15
URAIAN HASIL PERAWATAN

1. MA/Lk/TL 05-07-2014/Usia 8 th/BB 21 kg TB 130 cm/ MRS 07-07-2022/KRS 11-07-2022


Demam berdarah dengue grade II + Gizi Kurang Perawakan Normal
ANAMNESIS (Allo dan Autoanamnesis)
Keluhan utama : demam
Keluhan tambahan : muntah campur darah

Riwayat perjanan penyakit:


Sejak 4 hari MSRS pasien mengeluh demam, demam terasa tinggi namun suhu tidak diukur
dan suhu dirasa turun diberi parasetamol. Pasien mengeluh sakit kepala dan terasa pegal di seluruh
tubuh, tidak ada batuk dan pilek. Pasien mengeluh mual namun muntah tidak ada. Keluhan BAK
tidak ada, namun terdapat BAB cair, frekuensi 3x sehari, tidak ada darah dan lendir, bintik-bintik
merah di kulit (-), mimisan (-), perdarahan spontan lainya disangkal. Pasien lalu dibawa berobat
ke dokter umum dan mendapat paracetamol, amoksisilin, domperidone dan antasida keluhan dirasa
berkurang.
Sejak 2 hari SMRS pasien masih mengalami demam, suhu tidak diukur namun demam masih
dirasakan tinggi dan turun dengan pemberian parasetamol, suhu tubuh dirasa tidak pernah
mencapai suhu normal. Tidak ada keluhan batuk dan pilek. Badan terasa pegal. Keluhan mual
masih ada, tidak ada nyeri perut, terdapat muntah frekuensi 1x berisi makanan yang dimakan
disertai bercak berwarna kemerahan, . bintik-bintik merah di kulit tidak ada, perdarahan spontan
lainya disangkal, namun hidung pasien berdarah saat dikorek. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Nafsu makan dan minum dirasa mulai berkurang. Pasien tampak makin lemas dan sulit diberi
makan dan minum, pasien kemudian dibawa orangtua berobat ke RSMH.

Riwayat penyakit dalam keluarga:


Kakak penderita post rawat inap d RSMH dengan DBD grade I. (KRS 20 juni 2022)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 100/60 mmHg, N: 98x/mnt teraba kuat di a radialis, isi
dan tegangan cukup, RR: 22x/mnt regular, T: 38.3 0C, SpO2 99% room air

16
Status Gizi:
BB 21 kg
TB 130 cm
BB/U : P 25-50
TB/U : P 50-75
BB/TB : 21/27x100% = 77.78%
Kesan : Gizi Kurang Perawakan Normal
HA : 8 tahun 4 bulan
BBI : 27 kg
RDA : 70x27 = 1890 kkal/hari

Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi tidak ada, dan wheezing tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral hangat, CRT <3”, rumple leed test (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Labor 08-07-2022
Hb 13.9 mg/dL Leu 2,79/mm3 Ht 42 % PLT 185000 MCV 75.1 fL MCH 25pg MCHC 33g/dL DC
0/0/69/24/7 Alb 3.2 g/dL U Dengue IgM Negatif, Dengue IgG Positif, Dengue Ns 1Ag Reaktif

DIAGNOSIS AWAL
TDBD Grade II + Gizi Kurang Perawakan Normal

TATALAKSANA AWAL
IVFD RL 63cc/jam
Paracetamol Sirup 250 mg (10 ml) PO, jika demam T>38.5 0C

17
FOLLOW UP
Perawatan hari kedua, hari sakit keempat, pasien masih terdapat demam. Pasien diberikan
cairan 63 ml/jam, dari pantauan hemodinamik didapatkan sensorium: kompos mentis, TD 100/60
mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 38.3 Nadi 98 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis,
isi dan tegangan cukup), akral dingin. Profil balans diuresis +186.7 ml dan diuresis 1.5
ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 43% PLT 85.000 dengan delta Ht
2.3%. Cairan diberikan D5% ¼ NS kec 63 ml/kgbb (2 ml/kgbb). Pasien masih dipantau
hemodinamik dan balans diuresis tiap 6 jam dan evaluasi laboratorium tiap 12 jam.
Perawatan hari ke-3, keluhan demam tidak ada tetapi terdapat mimisan 1x dan mimisan
berhenti sendiri. Pemantauan hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis,
TD 100/60 mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 36.2 Nadi 90 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hangat. Profil balans diuresis +280 ml dan diuresis 1.2
ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 42% PLT 28.000 (sebelumnya Ht
50%, PLT 30.000 dengan delta Ht 19.04%. Pemberian cairan diteruskan dengan kec 63 ml/jam
(3ml/kgbb). Pasien masih dipantau hemodinamik dan balans diuresis tiap 6 jam dan evaluasi
laboratorium tiap 12 jam.
Perawatan hari ke-4, tidak ada keluhan demam, mimisan tidak ada, anak mulai mau makan
dan minum dan pemantauan hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis,
TD 100/60 mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 36.7 Nadi 96 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hangat. Profil balans diuresis +213 ml dan diuresis 2,3
ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 37% PLT 25.000 dengan delta Ht
35%. Cairan dipertahankan 63 ml/jam (3 ml/kgbb). Pasien masih dipantau hemodinamik dan
balans diuresis tiap 6 jam dan evaluasi laboratorium tiap 12 jam.
Perawatan hari ke-5, tidak terdapat keluhan demam, anak mau makan dan minum,
pemantauan hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis, TD 100/60
mmHg laju pernapasan 22 x/menit T 36.5 Nadi 90 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis,
isi dan tegangan cukup), akral hangat. Profil balans diuresis +235 ml dan diuresis 2.8 ml/kgbb/jam.
Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 36% PLT 66.000. Pasien kemudian dipulangkan

DIAGNOSIS KELUAR
DBD Grade II + Gizi Kurang Perawakan Normal

18
2. KDP/Pr/TL 26-06-2020/Usia 2 th 1 bulan/MR 1271734/RI 22018663/Palembang/MRS 14-
07-2022/KRS 18-07-2022
DEMAM DENGUE + ISK
ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi, terus menerus, peak 40C, turun setelah diberi
paracetamol, namun segera naik lagi. Mimisan, bintik2 merah, perdarahan spontan disangkal.
Batuk dan pilek disangkal. Keluar cairan dari telinga (-)
1 hari SMRS pasien muntah 1x isi makanan yang dimakan.Demam masih ada, perdarahan
spontan(-). Pasien masih aktif, makan dan minum masih mau. Orangtua belum membawa pasien
berobat. Sejak 12 jam SMRS muncul bintik-bintik merah di perut dan punggung, mimisan (-),
BAB hitam (-), Demam masih ada, pasien hanya menghabiskan 2 sendok makan nasi dan air
mineral 100 ml. BAK terakhir 6 jam yll. Saat mengganti diaper, orangtua merasakan tidak seberat
biasanya. Anak tampak rewel dan lemas. Dingin pada tungkai disangkal, kejang disangkal. Karena
khawatir orangtua segera membawa pasien ke IRD RSMH.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 90/60 mmHg, N: 104x/mnt teraba kuat di a radialis, isi
dan tegangan cukup, RR: 28x/mnt regular, T: 36.9 0C, SpO2 99% room air, BSS 116 mg/dl

Status Gizi:
BB 13 kg TB 88 cm
BB/U : 0 < Z < +2 SD
TB/U : 0 < Z < +2 SD
BB/TB : 0 < Z < +1 SD
Kesan : Gizi baik Perawakan Normal,
LK 46 cm (-2 < Z< 0 SD → normosefali)
HA : 2 tahun
BBI : 12.5 kg
RDA : 100x12.5 = 1250 kkal/hari

19
Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi tidak ada, dan wheezing tidak ada
Abdomen : cembung, lemas, bising usus normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral hangat, CRT <2”, rumple leed test (+), ptekie (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
14/7/22 pukul 21.00
Hb 12,1 mg/dL Erit 4,52/mm3 Leu 5.910/mm3 Ht 37% PLT 192.000/mm3 NS 1 Reaktif

DIAGNOSIS AWAL
TDBD grade II dd/ demam dengue

TERAPI AWAL
IVFD RL 40 ml/jam (3 ml/kgbb/jam)
Paracetamol 6 ml, Temp >= 38.5 0C
Balance dan diuresis/6 jam
Follow up Klinis dan tanda-tanda vital
Evaluasi Ht, plt setelah 6 jam

FOLLOW UP
Perawatan hari pertama pasien diberikan cairan RL 40 ml/jam, pada pemantauan
hemodinamik didapatkan kondisi stabil, sensorium: kompos mentis, TD 90/60 mmHg laju
pernapasan 20 x/menit, T 38.70C, Nadi 108 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis, isi dan
tegangan cukup). Profil balans diuresis -11 ml dan diuresis 4,3 ml/kgbb/jam.
Perawatan hari ke-2, pasien masih demam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht
35% PLT 183.000 sebelumnya Ht 37% PLT 192.000. Pasien lalu diberikan cairan RL 30 ml/jam
dan masih dipantau hemodinamik dan balans diuresis tiap 6 jam, evaluasi laboratorium tiap 12
jam.

20
Perawatan hari ke-3, demam turun. Pada pemantauan hemodinamik, didapatkan kondisi
stabil, sensorium: kompos mentis, TD 100/60 mmHg laju pernapasan 20 x/menit T 37.7 Nadi 108
x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis, isi dan tegangan cukup). Profil balans diuresis +32
ml dan diuresis 1.87 ml/kgBB/jam. Pada evaluasi laboratorium pukul 05.00 didapatkan hasil Ht
38 %, PLT 129.000, sedangkan pada pukul 17.00 didapatkan hasil Ht 37% dan PLT 116.000.
Perawatan hari ke-4 pasien direncanakan pulang, namun pada pukul 12.00, pasien demam
kembali, dengan suhu 39oC. Pasien lalu dilakukan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin. Dari hasil
urinalisa, didapatkan leukosit urin 5-7, leukosit esterase +2, epitel ++, dan bakteri +. Pasien lalu
diberikan Amoxicilin syr 3x 6 ml. Pada perawatan hari ke-5, pasien tidak ada demam, pasien lalu
pulang rawat jalan.

DIAGNOSIS AKHIR
Demam Dengue + ISK

3. RDW/LK/TL 20-02-2016/Usia 6 tahun 5 bulan/MR 1280200/RI 22019891/Palembang/MRS


26-07-2022/KRS 8-08-2022
TONSILITIS DIFTERI + GIZI KURANG PERAWAKAN NORMAL
ANAMNESIS (Alloanamnesis: Ibu kandung)
Keluhan utama : Mengorok semakin kuat sejak 5 hari SMRS
Keluhan tambahan : Demam naik turun
Riwayat perjalanan penyakit:
Sejak 2 minggu SMRS, pasien mengorok, mengorok saat tidur ini tidak pernah terjadi
sebelum dua minggu terakhir. Pasien mengorok tidak diawali oleh gejala demam, Sesak, sakit
ternggorokan, batuk ataupun pilek. Awalnya ibu tidak begitu khawatir sehingga tidak dibawa
berobat ke dokter, namun keluhan tidak membaik. Setelah satu minggu mengorok, pasien
mengorok semakin kuat, kemudian diikuti ada demam sejak 5 hari SMRS , demam naik turun,
demam turun jika diberikan paracetamol sirup kemudian 4 jam setelah minum obat suhu tubuh
anak naik lagi. Ibu tidak pernah mengukur suhu tubuh anak. Sejak 3 hari SMRS anak tampak
sesak, tidur dengan mulut terbuka dan mengorok semakin kuat. Ada nyeri tenggorokan,
kemudian anak sulit makan dan minum karena tenggorokan terasa penuh, batuk (-), pilek (-),
kejang (-). Pasien kemudian dibawa ke RS Siti Khadijah dan didiagnosis dengan kecurigaan
tonsilitis difteri. Pasien kemudia dirujuk ke RSMH untuk tatalaksana lebih lanjut.
21
Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat keluhan yang sama seperti pasien tidak ada
Riwayat Imunisasi: Imunisasi dasar dan booster lengkap sesuai PPI
Riwayat Perkembangan: Dalam batas normal
Riwayat Makan: Nasi 3 x 1 porsi dan Susu UHT 2x1

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 100/60 mmHg (P95), N: 114x/mnt teraba kuat di a
radialis, isi dan tegangan cukup, RR: 28x/mnt regular, T: 37.5 0C, SpO2 99% room air

Status Gizi:
BB 19 kg TB 122cm
BB/U : 19/24 (P50-25)
TB/U : 199/122 (P50-75)
BB/TB : 19/23 x 100% = 82%
Kesan: Gizi Kurang Perawakan Normal
HA : 7 tahun
BBI : 23 kg
RDA : 70x23 = 1610 kkal/hari

Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Tonsil : Pseudomembran (+)
Leher : Bullneck (-)
Thorak : Simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi tidak ada, dan wheezing tidak ada
Abdomen : cembung, lemas, bising usus normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral dingin dan lembab, CRT 3”, sianosis (-)

DIAGNOSIS MASUK
Probable Tonsilitis Difteri + Gizi Kurang Perawakan Normal

22
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (26-07-2022)
Hb 11.6 mg/dL, Eritrosit 4.9 x106/µL, Leukosit 12.540 x 103/mm3, Hematokrit 36%, Trombosit
202 x 103/uL, MCV 70.4 fL, MCH 24 pg, MCHC 34 g/dL, DC 0/1/41/48/10, CRP 46.5 mg/L
26-07-2022 → Kultur darah: Kuman staphylococcus citreus
27-07-2022 → EKG: Kesan: sinus rhytm
04-08-2022 → Swab Difteri: negative

Terapi Awal:
D5% ½ NS 30tpm dan Paracetamol Sirup 7 ml PO, jika demam T>38.5 0C
FOLLOW UP:

Pasien dirawat di kamar isolasi, pasien direncanakan untuk pemberian ADS 100.000 ui
dengan cara pemberian: skintest terlebih dahulu, bila hasil negative maka dapat diberikan NaCl
0,9% 100 ml + 1 vial ADS (10.000 U) dalam 1 jam. Kalau tdk ada reaksi alergi lanjutkan
pemberian NaCl 0,9% 100 ml + 3 vial ADS dalam 1,5 jam iv IVFD RL 170cc/jam.
Perawatan hari ke-10, pasien diberikan Penisilin Prokain 1.000.000/24jam IM yang
diberikan selama 14 hari. Pada hari perawatan ke 11 dan 12, pasien diperiksa swab tenggorokan.
Pada hari perawatan ke 16, didapatkan hasil swab difteri negative, pasien dan keluarga kemudian
di edukasi mengenai perawatan dirumah dan waktu kontrol.

DIAGNOSIS KELUAR
Tonsilitis Difteri + Gizi Kurang Perawakan Normal

4..AA/Pr/TL 02-07-2022/Usia 2 bulan/MRS 02-09-2022/Konsul 08-09-2022/KRS 19-09-2022


PERTUSIS + PNEUMONIA + GIZI KURANG PERAWAKAN NORMAL

ANAMNESIS (Alloanamnesis dari Ayah dan Ibu pasien)


Keluhan Utama : Sesak Napas
Keluhan Tambahan : Demam dan Batuk
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
Sejak 2 minggu SMRS, orangtua mengatakan pasien batuk, pilek (+), demam (+),makan dan
minum masih seperti biasa. Pasien hanya diberi obat penurun panas (paracetamol). Satu minggu

23
SMRS, batuk semakin sering, batuk sekali serangan panjang, sampai keluar air mata, dan keluar air
liur terkadang muntah. Pasien dibawa ke Puskesmas terdekat diberi penurun panas dengan racikan
obat batuk (ibu tidak tau isinya). Tiga hari SMRS, pasien terlihat sesak setelah batuk yang panjang
dan semakin berat sejak 1 hari SMRS. Makan dan minum dirasakan ibu pasien berkurang. Pasien
dibawa ke IGD RSMH.
Riwayat Kelahiran:
Pasien anak ke 3 dari 3 bersaudara. Pasien lahir secara normal ditolong bidan, berat badan lahir
pasien 2500 gr. Sejak lahir hingga sebelum MRS pasien minum ASI langsung ke ibu.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:
Ayah, ibu dan Kakak-kakak pasien juga batuk pilek sama seperti pasien
Ayah pasien perokok aktif
Riwayat Imunisasi:
Kakak-kakak pasien mendapatkan Imunisasi dasar dan booster lengkap sesuai PPI
Pasien mendapatkan imunisasi 1x (ibu pasien tidak tahu namanya)
Pengakuan ibu pasien mendapatkan imunisasi lengkap sampai dengan 9 bulan saat kecil
Pengakuan Ayah pasien tidak medapatkan imunisasi sama sekali.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Tampak Sakit Berat, Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 85/40 mmHg, N: 134x/mnt
teraba kuat di a radialis, isi dan tegangan cukup, RR: 28 x/mnt regular, T: 36.9 0C, SpO2 94%
room air → rencana dengan HFNC 6 lpm dan FiO2 50%

Status Gizi:
BB 3.6 kg TB 54.5 cm
BB/U : Z < -3 SD
TB/U : 2 < Z < 0 SD
BB/TB : -3 < Z < -2 SD
Kesan : Gizi kurang Perawakan Normal
HA : 2 tahun
BBI : 11.5 kg
RDA : 100x11.5 = 1150 kkal/hari
24
Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, Retraksi (+) epigastrium
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi (+/+), dan wheezing tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, Nyeri tekan (-)
Extremitas : Akral hangat, CRT <2”

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 02-09-2022
Hb 11.3 mg/dL, Erit 3.79 / 𝑚𝑚3 , leuko 77.74/ 𝑚𝑚3 , Ht 35%, Trombo 400 103 /µ𝐿, MCV 91.8
fL, MCH 30 pg, MCHC 33 g/dL, RDWCV 16.20 PCT 0.47 LED 21 mm/jam, DiffCount
0/1/62/20/13, PT 15.50(14.4) INR 1.01 APTT 32.9(34.9) D-Dimer 0.27 SGOT 56 U/L, SGPT 15
U/L, Alb 3.8g/dL, Ur 54 mg/dL, Cr 0.54 mg/dL, Ca 8.4 (8.9) mg/dL, Mg 2.50, GDS 47, Na 140
mEq/L, K 5.1 mEq/L, Cl 100.

Gambaran Darah Tepi 03-09-2022


Eritrosit : Normositik, normokrom, anisositosis
Leukosit : jumlah meningkat, left shift, mielosit 4%, metamielosit 3% 0/2/22/35/14/6
Trombosit : Jumlah cukup, morfologi dalam batas normal
Kesan : anemia normositik normokrom , anisositosis dg leukositosis berat dan left shift
curiga anemia penyakit kronik dg infeksi berat
Saran : Procalcitonin, Monitor Darah Tepi

RONTGEN THORAKS (2/9/2022)


Kesan: Pneumonia

25
DIAGNOSIS MASUK
Distress Napas Berat ec Bronkopneumonia

TERAPI AWAL
MRS PICU MUSI
HFNC flow 6 lpm FiO2 50%
SGM 8x30 cc/ NGT
Paracetamol 3 x 35 mg iv
Ampicillin 3 x250 mg iv
Gentamicin 2 x9 mg iv

FOLLOW UP
Awal perawatan sd perawatan hari ke-3 pasien dirawat di PICU MUSI dan selanjutnya
perawatan di PICU central. Pasien mendapatkan tunjangan oksigen dengan HFNC. Pasien juga
mendapatkan ampicillin 3x250 mg dan gentamicin 2x9 mg iv selama 7 hari. Perawatan hari ke-5
dilakukan evaluasi laaboratorium dengan hasil Hb 10.5 Leu 53.34 Ht 33 PLT 455, LED 2 CRP
17.7, Procalcitonin 0.15, DC 0/1/59/27/9 (Kesan: Leukositosis, trombositosis, peningkatan marker
infeksi, limfositosis, monositosis).
Perawatan hari ke-7 pasien dikonsulkan kedivsi IPT untuk kecurigaan pertusis. Hasil
konsultasi kesan klinis dan laboratorium mengarah ke pertusis stadium paroksismal. Saran :
Periksa PCR Pertusis dan ditambahkan azithromycin 10 mg/kgbb/24 jam (35 mg) selama 5 hari.
Perawatan hari ke 8-11,secara klinis sesak napas berkurang, batuk yang panjang masih ada,
demam tidak ada. Antibiotik diganti menjadi cefotaxime 3x175 mg iv, dan dilakukan weaning
oksigen dari HFNC ke nasal canul 2lpm. Pada hari perawatan ke-11 dilakukan evaluasi
laboratorium didapatkan hasil Hb 9.7, Erit 3.29, leuko 28.58, Ht 30, Trombo 636, MCV 91.2,
MCH 30, MCHC 32, LED 7, DiffCount 0/1/54/32/13, SGOT 30, SGPT 20, Alb 3.1, Ur 11, Cr
0.34, Ca 8.9 (9.6), Na 140, K 5.3, Cl 100, hsCRP 14.7 (kesan: anemia+ trombositosis+leukositosis
ada penurunan dibanding sebelumnya, limfositosis dan monositosis). Pasien direncanakan pindah
bangsal isolasi dengan tunjangan oksigen 2lpm.
Perawatan hari ke-13 hasil PCR Pertusis menyatakan positif Bordetella Pertusis . Minum
pasien dinaikan SGM 8x50 cc per NGT.

26
Perawatan hari ke-17 batuk masih ada dengan frekuensi kurang lebih 7-10x sehari. Pasien
dicoba weaning oksigen dan minum mulai dicoba selang seling antara per NGT dan peroral. Hari
perawatan ke 18 dan 19 pasien belajar full minum per oral dan sudah tidak menggunakan oksigen
lagi dan pasien diperbolehkan pulang pada perawatan hari ke 20.

DIAGNOSIS KELUAR:
Terkonfirmasi Pertusis+ Pneumonia + Gizi Kurang Perawakan Normal

5. LH/Lk/TL 18-09-2022/Usia 10 Tahun /MRS 08-09-2022/ KRS 14-09-2022


DBD Grade III + Hemofilia C
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lemas
Keluhan Tambahan : Demam dan Muntah Darah
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Sejak 6 hari SMRS, pasien mengeluh demam, demam dirasakan tinggi, demam tidak diukur,
batuk ada, pilek tidak ada. Tiga hari SMRS, pasien mengeluh demam masih ada, suhu tidak diukur,
gusi berdarah, mimisan tidak ada, pasien lalu dibawa berobat ke RSUD Baturaja di assessment
dengan Febris + Trombositopenia + hemofilia C. Pasien dirawat selama 2 hari dan mendapatkan
terapi ampisilin, gentamisin, ondansetron, dan parasetamol. Oleh karena pasien ada Riwayat
Hemofili C dan ada perdarahn gusi pasien rencana akan dirujuk, namun keluarga meminta rujuk
lepas karena keluarga tidak mau menunggu lama. Saat diperjalanan, lima jam SMRS pasien
muntah disertai darah sebanyak 5x, anak tampak lemas, pasien lalu dibawa ke IGD RSMH.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien telah terdiagnosis Hemofilia C sejak tahun 2016. Pasien akan ditransfusi FFP jika ada
perdarahan, terakhir menerima FFP bulan Juli-September 2022 oleh karena perdarahan gusi.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal
Tidak ada yang terkena penyakit DBD di lingkungan rumah maupun tetangga

Riwayat Imunisasi:
Imunisasi dasar dan booster lengkap sesuai PPI

27
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Tampak Sakit Berat, Sensorium compos mentis (GCS 15), TD: 100/60 mmHg, N: 124x/mnt teraba
kuat di a radialis, isi dan tegangan cukup, RR: 28 x/mnt regular, T: 38.9 0C, SpO2 98% room air

Status Gizi:
BB 35 kg TB: 147 cm
BB/U : P > 50
TB/U : P > 50
BB/TB : 35/39 x100 = 89.74 %
Kesan :Gizi Baik Perawakan Normal
HA : 11 tahun 7 bulan
BBI : 39 kg
RDA : 47x39= 1833 kkal/hari

Keadaan spesifik:
Kepala : NCH (-), conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thorak : Simetris, Retraksi (+) epigastrium
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+ normal, ronkhi (+/+), dan wheezing tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, Bu (+) normal, Nyeri tekan epigastrium (+)
Extremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2’

PEMERIKSAAN PENUNJANG
08-09-2022 (Pk 05.00)
Hb 15.6 mg/dL, Erit 6.20/𝑚𝑚3 , Ht 45%, Leuko 2.01/𝑚𝑚3 , PLT 31/µL, MCV 72,6 fL MCH 25
pg MCHC 35 g/dL, DC 0/0/51/42/7, LED 2 mm/jam, , SGOT 630 U/L, SGPT 258 U/L, BT 0,5
BD 0,4, Alb 3.9 g/dL, Ur 43 mg/dL, Cr 0.88 mg/dL, Na 129 mEq/L, K 4.5 mEq/L, Ca 7,8 (7,9)
mg/dL CRP 0,4. NS-1 Ag Reaktif.

DIAGNOSIS MASUK
Syok Hipovolemik ec DBD Grade III + Hemofilia C

28
TERAPI AWAL
Oksigen 2lpm
IVFD RL 10 cc/kgbb selama 1-2 jam ( 350 cc/jam)
Paracetamol 350 mg po, jika demam T>38,5
Balans Diuresis per 6 jam
Pantau Vital Sign per jam

FOLLOW UP:
Hari rawat pertama saat di IGD, pasien diberikan cairan RL 350 cc/jam (10 cc/kgbb) selama
1-2 jam, kemudian dilakukan pemantauan hemodinamik didapatkan sensorium: kompos mentis,
TD 110/60 mmHg laju pernapasan 21 x/menit T 36.4 Nadi 82 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hangat. Pasien mendapatkan transfusi FFP 2x150 cc. Profil
balans diuresis 2,4 ml/kgbb/jam. Pada evaluasi laboratorium didapatkan hasil Ht 49% PLT 28.000
sebelumnya Ht 45% PLT 31.000. Cairan diturunkan 245 ml/kgbb (7 ml/kgbb). Pasien masih
dilakukan pemantauan hemodinammik dan balance diuresis per 6 jam dan evaluasi laboratorium
per 12 jam. Sesaat dipindahkan ke HDU pasien dilakukan pemantau hemodinamik stabil dengan
diuresis 3,8 cc/kgbb/jam, cairan diturunkan menjadi 175 cc/jam (5 cc/kgbb).
Perawatan hari ke-2 , pasien tidak ada demam, muntah darah tidak ada, pasien mengeluh
nyeri ulu hati dan nyeri perut bawah, makan dan minum pasien sudah mulai sedikit-sedikit. Pasien
belum BAB. Pemeriksaan Fisik didapatkan sensorium: kompos mentis, TD 110/60 mmHg laju
pernapasan 20 x/menit T 36.4 Nadi 80 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri radialis, isi dan tegangan
cukup), akral hangat. Evaluasi laboratorium Ht 42% Trombosit 17.000 sebelumnya Ht 49% PLT
28.000. Diuuresis 3,2 cc/kgbb/jam. IVFD RL diturunkan menjadi 140 cc/kgbb (4cc/kgbb). Pasien
direncanakan cek urinalisa, feses darah samar, dan USG abdomen. Pasien masih dilakukan
pemantauan hemodinammik dan balance diuresis per 6 jam dan evaluasi laboratoriu m per 12 jam.
Ditambahkan lacutolosa 2x10 ml. Dari hasil urinalisa diapatkan kesan tidak ISK dan tidak ada
darah dalam baik makroskopis maupun mikroskopis. Darah hasil pemeriksaan feses darah samar
(-). Hasil USG didaptkan efusi pleura dextra dan ascites minimal.
Perawatan hari ke-3, pasien secara hemodinamik stabil dan diuresis 3,9 cc/kgbb/jam denga
evaluasi laboratorium HT 36% dan tombosit 21.000, IVFD diturunkan menjadi 100 cc/kgbb (3
cc/kgBB/jam). Pasien direncanakan pindah ke bangsal selincah lantai 3.

29
Perawatan hari ke-4 pasien tidak ada keluhan demam, muntah tidak ada, nyeri ulu hati masih
ada. Makan dan minum sudah mau namun sedikit. Hasil pemeriksaan hemodinamik stabil, diuresis
3,1 cc/kgbb/jam, evaluai laboratorium trombosit 69.000 Ht 25%. IVFD RL diturunkan menjadi
35cc/jam (1cc/kgbb/jam). Pasien masih dilakukan pemantauan hemodinammik dan balance
diuresis per 6 jam, namun tidak diperlukan evaluasi labratorium.
Perawatan hari ke-5 pasien ada muntah, warna muntah kuning, banyaknya kurang lebih 20
cc, pasien mengeluh nyeri ulu hati. Pemeriksaan Fisik didapatkan sensorium: kompos mentis, TD
110/60 mmHg laju pernapasan 20 x/menit T 36.4 Nadi 80 x/mnt (regular, teraba kuat di. Arteri
radialis, isi dan tegangan cukup), akral hanga. Diuresis 2,7 cc/kgbb/jam. Pasien ditambahkan
omeprazole 2x20 mg iv. Dan direncankanan konsul ke divisi GEH.
Perawatan hari ke-6, pasien masih muntah kurang lebih 5x sejak semalam, isi cairan bewarna
kekuningan, batuk dan demam disangkal. Secara hemodinamik pasien stabil dan diuresis
1,8cc/kgbb/jam. Pasien ditambahkan terapi domperdidon sirup 3x5 ml, dilakukan cek DPL dan
konsul ke divisi GEH. Dari hasil laboratorium didaptkan hb 10,9 eri 4,33 leuko 6,09 ht 32%
trombosit 285.000 Na 141 Ca 8,7 K 4,9. Hasil USG dari divis GEH terdapat efusi pleura minimal
dan ascites minimal dengan appendiks sulit tervisualisasi. Saran dari GEH melanjutkan terapi.
Perawatan hari ke-7, pasien tidak ada keluhan, hemodinamik stabil. Pasien sudah mau makan
dan minum. Tidak ada manifestasi perdarahan pada pasien. Pemeriksaan Fisik didapatkan normal
dan stabil. Pasien diperbolehkan pulang.

DIAGNOSIS KELUAR:
DBD Grade III +Dyspepsia Syndrome + Hemofilia C

30
Selama periode Juli -September 2022 Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis sudah menerima sebanyak 102 konsul dari departemen dan divisi
lain. Divisi yang terbanyak melakukan konsul adalah Divisi Perinatologi (Neo & NICU) sebanyak 30 pasien, dan Hematoonkologi dengan 20
pasien. Divisi Hematoonkologi mengonsulkan pasien untuk evaluasi diagnostik dan etiologi dari demam neutropenia. Sedangkan divisi
Perinatologi mengonsulkan untuk penyesuaian antibiotik.
Tabel 18 . Konsul dari Subdivisi Lain Periode Juli-September 2022

No Subdivisi Identitas Diagnosis Permasalahan Kesan Saran


Pasien dikonsulkan untuk pertimbangan
By. Ny. Wulansari NKB SMK + asymmetrical IUGR + • pemberian Amikasin 1x10 mg iv. Saran stop
1 penggantian antibiotik, saat ini meropenem•hari Late Onset Sepsis
/Pr/22 hari BBLASR metronidazole. Melanjutkan meropenem.
ke-11 dan metronidazole hari ke-8.
NKB SMK + BBLSR + HMD gr I + • NKB SMK + BBLSR + HMD gr I +
By.Ny.Rodiana • Melanjutkan terapi antibiotik Meropenem 3x80 mg
2 Alkalosis respiratorik + susp NEC + Tatalaksana antibiotik terkait hasil kultur darah Alkalosis respiratorik + susp NEC +
G1/Lk/12 hari (terapi definitif)
Hiponatremia Hiponatremia
By.Ny.Rodiana NKB SMK + BBLSR + HMD gr II + • NKB SMK + BBLSR + HMD gr II • + Melanjutkan antibiotik Cefotaxime dan amikacin
3 Tatalaksana antibiotik terkait hasil kultur darah
G2/Lk/12 hari PFO PFO (terapi definitif).
NKB SMK + BBLSR + HMD gr II + NKB SMK + BBLSR + HMD gr II +
By.Ny.Rodiana • Kultur sekret ETT
4 Sepsis + Hiperbilirubinemia + Tatalaksana antibiotik terkait hasil kultur darah Sepsis + Hiperbilirubinemia +
G3/Lk/12 hari
Hiponatremia Hiponatremia • Meneruskan antibiotik meropenem
NKB KMK + BBLSR + RD DS 5 ec • NKB KMK + BBLSR + RD DS 5 ec
By.Ny.Baina binti HMD gr III + Closed PDA + HMD gr III + Closed PDA + • Ro thorax ulang
5 Zen G II/Lk/25 Hiponatremia + hipokalemia + Tatalaksana antibiotik terkait hasil kultur darah Hiponatremia + hipokalemia + • Meropenem naik dosis menjadi 3x50 mg
hari Pemanjangan faal hemostatis + Pemanjangan faal hemostatis + • menunggu hasil kultur sekret ETT
NICU Anemia + Trombositpenia Anemia + Trombositpenia
• CRS klinis (Pasien memenuhi 2 • Pasien masuk surveilans CRS
kriteria A (OAE refer/refer,VSD PMO• Kultur darah ulang
NCB KMK + BBLR + Pneumonia + large dan PDA moderate to large) •+ 1 Klinis pasien yang belum perbaikan,kemungkinan
By.Ny.Yulitamina/ Sepsis + Decomp cordis e.c VSD PMO kriteria B (mikrosefali)) dikarenakan decompensatio cordis pada pasien yang
6 Terkait surveilans CRS dan evaluasi antibiotik
Pr/25 hari besar + PDA moderate to Large + • IgG CMV yang tinggi pada pasien belum teratasi, sehingga antibiotik saat ini
Conjuctivitis ODS masih mungkin dikarenakan transfer diteruskan terlebih dahulu sambil melihat respon
maternal ibu klinis dan menunggu hasil kultur darah ulang
• • Pemeriksaan darah CMV dapat diulang 1 bulan lagi
• hasil kultur sputum 20/7/22 yg sensitif
terhadap meropenam tygecyclin dan
Pasien ini dikonsulkan terkait pemakaian
by. Baina binti Zen NKB SMK + BBLSR + HMD gr III + amikasin. • Stop Meropenem
7 antibiotik, Sebelumnya mendapatkan terapi
G2/pr/37hari closed PDA + BPD • •
Setelah dilakukan evaluasi lab terdapat Tygeciclin masih dilanjutkan
meropenam hari ke 32 dan tygecyclin hari ke 25
perbaikkan secara laboratorium dan
secara klinis
By. Ny. Sulyana NCB SMK + post repair Ruptur
• Kemungkinan pasien sesak karena• Kultur ETT
Binti meningocele +klinis
8 Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ini peoses infeksi COVID 19 yang belum • Remdesivir 5mg/kgbb/24jam (loading) selanjutnya
Mahudin/Lk/14 sepsis+hidrocefalus +tounge tie
dapat disingkirkan. dosis maintenance 2,5mg/kgbb/24jam
hari +Terkonfirmasi COVID 19

31
NCB SMK + post op laparatomy +
• NCB SMK + post op laparatomy +
By. Ny. Ganta jejunostomy ai atresia dan perforasi • Tambahkan amikasin 3x150 mg
9 Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ini jejunostomy ai atresia dan perforasi
Febiola/Pr/ 18 hari jejunum POD 13 + sepsis • Jika terpasang ventilator lakukan kultur sekret ETT
jejunum POD 13 + sepsis
NKB SMK + BBLR + sepsis + RD DS
By. Ny. Anadia
4 ec HMD + hiperbilirubinemia + Evaluasi penyebab demam dan penggunaan• Kemungkinan demam disebabkam• Ganti nystatin drop dengan fluconazol 1x 7.2 mg
10 binti Hafis/Lk/10
trombositopenia + anemia antibiotik infeksi jamur intravena
hari

• NCB SMK + post repair meningocele • Meropenem stop


By. Ny. Sulyana NCB SMK +post repair meningocele
+ hidrocefalus+ sepsis+ discharge • Gentamicin 3x6.25 mg
11 Mahudin/Lk/20 +hidrocefalus+sepsis+discharge Evaluasi dan tatalaksana hasil kultur sputum
COVID 19 + dengan infeksi bakteri • Fluconazole 1 x 15 mg
hari COVID 19
dari sputum • Ciprofloxacin injeksi 2x25mg
NKB KMK + BBLSR + RD DS 5 ec
By. Ny. Baina HMD gr III + Closed PDA + • Setelah transfusi PRC stop antibiotik
• Dari klinis dan pemeriksaan fisik
12 Binti Zen GII/Lk/1 Hiponatremia + hipokalemia + Evaluasi dan tatalaksana pada pasien ini • minimalkan akses intravena untuk menghindari
menunjukkan perbaikan
bulan 15 hari Pemanjangan faal hemostatis + infeksi sekunder
Anemia + Trombositpenia
By. Ny. Desi NKB SMK + BBLR + Respiratory • Naikkan dosis meropenem menjadi 3x50mg

Evaluasi dan terapi antibiotik berdasarkan hasil Didapatkan infeksi dari hasil kultur
13 Permatasari/Pr/13 distress DS 7 ec susp HMD + asfiksia • Tambahkan tigeciclin dosis loading 3.2 mg/24 jam
kultur sputum dan darah pada pasien ini darah dan sputum
hari neonatorum • Dan Tigeciclin dosis maintenace 1.9mg/24 jam
NICU By. Ny. Rodiana NKB SMK + BBLSR + HMD gr II + • Meropenem masih perlu dilanjutkan dan evaluasi
14 •
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini Pasien perbaikan klinis
sirun G2/Lk/1 bln sepsis + PFO kembali
By. Ny. Sulyana NCB SMK +post repair meningocele
binti +Ventrikulitis + sepsis+ discharge • Lanjut Ciprofloxacin 2x25 mg minimal hingga 3
15 Evaluasi lama pemberian antibiotik • Ventrikulitis
Mahudin/Lk/28 COVID 19 +Anemia + minggu
hari Trombositopenia +Hipoalbuminemia
NKB SMK + BBLSR + pneumonia +
By. Ny. Arniza /Pr/ Evaluasi dan tatalaksana hasil kultur pada • Stop ampicillin dan cefotaxime
16 perdarahan paru + hipoglikemik • Terbukti infeksi dari kultur darah
12 hari
neonatal + kolestasis
pasien ini • Berikan meropenem 3x60 mg
• kemungkinan sepsis belum dapat • Lumbal pungsi
NCB SMK + BBLR + IUGR +
By. Ny. Heppy disingkirkan • Cek lab evaluasi dan tambahkan pemeriksaan
Respiratory distress ec susp CHD Evaluasi dan tatalaksana tanda infeksi pada
17 Gustiani/Perempua
asianotik + Parese nervus 7 + Ikterik pasien ini • masih dapat disebabkan oleh infeksi proalcitonin
n/28 hari intrakranial karena terdapat kejang• Menunggu hasil kultur darah dan kultur sputum
neonatorum
pada pasien • Evaluasi hasil expertise rontgen thorax
• Hasil kultur darah menunjukkan
By.Ny • Meropenem lanjut
18 NCB SMK dengan pneumonia Evaluasi hasil kultur pada pasien ini adanya infeksi Achinetobacter
RA.Rizki/Pr/8 hari • Tambahkan Amikasin
baumanii
NKB SMK + gemeli + BBLR + TTN +
By. Ny. Dewi A
19 Pneumonia Hiperbilirubinemia Evaluasi pemberian antibiotik • Pasien dengan perbaikan klinis • Ceftazidime stop
G1/Lk/ 11 hari
By. Ny. Nur NCB SMK + pneumonia + PDA besar • Pasien baru akan perbaikan secara• Lanjutkan antibiotik tigecyclin dan amikasin selama
20 Evaluasi terapi ada pasien ini
Halima/Lk/36 hari + trombositopenia + NEC klinis 21 hari
By. Ny. Anadia
21 Sepsis + Meningitis •
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini •
Pasien mulai perbaikan secara klinis Fluconazole jadikan dosis 7 mg/72 jam
Hafis/Lk/34 hari

32
• Pada luka gigitan tikus tidak diperlukan pemberian
antìrabies
NCB SMK+ post repair vulnus • NCB SMK+ post repair vulnus • Pada kasus bayi kecil dapat diberikan antibiotik
By.ny Rahmawaty Pasien dikonsulkan untuk pertimbangan
22 laceratum regio ala nasi dekstra ec laceratum regio ala nasi dekstra ec profilaksis golongan penicilin (Ampicilin dapat
/Pr/8hari pemberian antirabies.
vulnus morsum (tikus) bitten by rat diteruskan), bila klinis membaik dapat di switch oral
(co-amoxiclav)→ Co-amoxiclav dapat diberikan 2x
2.2 ml (52.5 mg atau 15 mg/kgBB/kali)
• Kultur darah ulang
• Kultur swab luka
Terkait demam dan saran pemakaian antibiotik
NKB SMK + Post ileostomu ai • Periksa DR,CRP,Ureum,creatinin
By.ny.zika dikarenakan pasien sudah memakai antibiotik• NKB SMK + Post ileostomu ai
23 mekonium ileus POD 7 + Sepsis • Antibiotik meropenem dilanjutkan
novelia/Lk/9hari meropenem selama 5 hari mekonium ileus POD 7 + Sepsis
• Menambahkan amikasin 3x22 mg
• Menambahkan flukonazole profilaksis 1x10 mg
(diberikan 2x seminggu)
By. Ny. Lioni NCB SMK dengan DORV+VSD • Kemungkinan infeksi intrakranial •dan Lumbal pungsi
Evaluasi pemberian terapi antibiotik pada
24 Gunawan/Pr/16 PMO+Hiperbilirubinemia+hiperkalemi •
fokal infeksi dari tempat lain belum Lanjut meropenem, belum ditambahkan amikasin
pasien ini
hari a+IgG CMV reaktif dapat disingkirkan • Cek ulang TORCH 4 minggu lagi
By. Ny. Ria NCB SMK dengan PDA • kemungkinan CMV penularan
25 Evaluasi dan tatalaksana pada pasien ini • cek ulang TORCH 4 minggu lagi
Wulan/Pr/6 hari moderate+PFO+IcG CMV reaktif transplasenta belum dapat disingkirkan
NCB SMK + BP + DORV dengan
By. Ny. Lioni
malposisi great arteri + VSD PMO + • Kemungkinan hasil kultur • Evaluasi ulang dari divisi kardio terkait hasil echo
26 Gunawan/Pr/ 21 Evaluasi hasil kultur pada pasien ini
MR berat + TR moderate + PDA besar terkontaminasi pada pasien ini
hari
+ Neonatal seizure + Hiperkalemia +
Neonatus By. Ny. Yunia Bin NCB SMK + NEC + Hipokalemia + • Kultur darah menunjukkan adanya• Rencana pemberian amikasin namun melihat fungsi
27 Suparmin/lk/13 Pemanjangan PT APTT+ Evaluasi pemilihan antibiotik pada pasien ini infeksi ginjal terlebih dahulu
hari trombositopenia + Hipoalbuminemia • Curiga infeksi TORCH • Cek torch dan telusur CRS
NCB SMK + makrosefali ec.
Murnita Binti • terdapat 2 kriteria mayor sehingga
28 holoprosensefali semilobar + tiny PDA Evaluasi kecurigaan mengarah ke CRS • Cek PCR kuantitatif
Slamet / Lk / 6 hari menunjang untuk CRS klinis
+ PFO + susp. CRS
NKB BMK + Makrosefali ec. susp.
By. Ny. Yuli Yanti • cek serologi ibu
29 hidrosefalus + Ventrikulomegali + Evaluasi kecurigaan CRS pada pasien ini • Suspect CRS
/ Lk / 4 hari • cek ulang 4 minggu lagi
Susp. CRS
• Berikan Micafungin dengan pertimbangan adanya
By. Ny. Liana/ Lk/ NKB SMK BBLSR HMD Grade Evaluasi kondisi klinis dan perburukan hasil
30 • Curiga Infeksi Jamur sistemik peningkatan SGOT dan SGPT pada pasien ini
33hari 1+Susp NEC laboratorium
• Kultur darah ulang
• Kultur darah ulang
NCB SMK + post repair meningocele
• Cek Procalcitonin
By. Ny. Sulyana/ + VENTRIKULITIS + sepsis + •
Evaluasi klinis dan laboratorium yan mengalami Episode Infeksi baru yang dapat
31 • Konsul ulang jika ada hasil procalcitonin
Pr/34 hari discharge COVID 19 + perburukkan disebabkan oleh bakteri atau virus
Trombositopenia • Untuk sementara lanjutkan antibiotik yang telah
diberikan
• Meropenem dilanjutkan
NCB SMK + Mild HIE + Sepsis +
By. Ny Sisi/PR/10 Evaluasi hasil kultur dan klinis yang belum • Tambahkan Amikasin 1x30mg
32 Trombositopenia + Pneumonia + • LOS ec Acinetobakter baumanii
hari
Asidosis metabolik + IVH grade II
perbaikkan • Evaluasi klinis selama 3 hari, Jika belum perbaikkan
konsul ulang

By. Ny. Dian NKB SMK + BBLR + Respiratory • •


Pasien mengalami perbaikkan klinis Meropenem lanjutkan hingga hari ke 21
33 Evaluasi pemakaian antibiotik pada pasien ini
Permata/pr/28 hari distress ec HMD + PPHN + Sepsis dengan trombositosis • Amikasin lanjutkan hingga hari ke 14

33
Pasien dikonsulkan dari divisi hematoonkologi
Neuroblastoma Stadium IV + Demam
karena demam neutropenia, pasien telah • Demam neutropenia hari ke-8 • Rawat bersama
Adrian Pradipta neutropenia + Ulkus Decubitus grade I-
34 •
diberikan ceftazidime hari ke-8, Amikasin hari Demam masih mungkin disebabkan • Menunggu hasil kultur darah tgl 3/7/22 → steril.
/Lk/6 tahun II regio peri-anal + Gizi Kurang
ke-6, dan fluconazole hari ke-2. Pasien masih oleh infeksi pada ulkus decubitus • Melanjutkan ceftazidime, amikasin dan fluconazole.
Perawakan Pendek + Feeding problem
demam, dengan peak 39
Pasien dikonsulkan dari divisi Hematoonkologi
ALL HR fase Induksi + Demam
M. Afzalurahman karena demam neutropenia, telah mendapatkan • melanjutkan ceftazidime.
35 neutropenia hari ke-4 + Anemia + • Demam neutropenia hari ke-4
/Lk/7 th ceftazidime hr ke-4, rencana pemberian • menunggu hasil kultur darah → kultur darah steril
Trombositopenia
amikasin, namun amikasin sedang kosong stok
Pasien dikonsulkan dari divisi Hematoonkologi
• Ro thorax ulang
karena demam neutropenia, saat ini telah
Siti Munawarroh AML + Demam Netropenia hr ke -7+ • Melanjutkan Ceftazidime dan fluconazole
36 mendapatkan terapi Ceftazidime 3x2 gr hari• ke- Demam neutropenia hari ke-7
/Pr/14 th trombositopenia
7, Amikasin 1x800 mg hari ke-4, Flukonazole • Stop amikasin, ganti dengan gentamicin 1x200 mg
1x600 mg hari ke-2 iv
M. Yazid/Lk/ 15 ALL HR + susp Selulitis regio manus Pasien dikonsulkan dari divisi Hematoonkologi
37 • Selulitis regio manus dextra • Penambahan clindamicin 4x300 mg po
tahun dextra karena kecurigaan Selulitis di tangan kanan.
• Masih mungkin dicurigai infeksi CMV
• konsul THT untuk OAE
kongenital (masih mungkin infeksi
• USG transfontanella
By. Ny. Yeti/Pr/ 1 Anemia of prematurity + susp. Pasien di konsulkan dari divisi Hematoonkologi maternal dari ibu)
38
bulan TORCH infection untuk penelusuran ke arah infeksi TORCH • • cek IgM dan IgG CMV ibu di lab yg sama dan
Pasien memenuhi 1 kriteria A (PJB) +
dengan metode yg sama.
1 kriteria B (riwayat ikterik 24 jam
post lahir) • Pantau BB, TB, LK dan tumbuh kembang tiap bulan
Hemato
Onkologi Muhammad AML relaps +demam neutropenia hari •
Menaikkan dosis ceftazidim 3 x 1.2 gr (200
Alkhalifi Ahsan / ke 4 + anemia + trombositopenia + • Demam neutropenia hari ke-4 mg/kg/hari)
39 Tatalaksana demam dan penyesuaian antibiotik
Lk / 5 tahun 7 hiperleukositosis + edema scrotum + • susp epididmyo-orchithis •
penambahan clindamycin 4x100 mg po
bulan gizi kurang perawakan normal •
Kultur urine dan USG scrotum
Edema dan hematom palpebra ODS ec •
melanjutkan ceftazidime (sesuai hasil kultur)
Pasien dikonsulkan dari divisi hematoonkologi
Nyayu Afiqa AML relaps + demam netropenia hari • Demam Neutropenia hari ke-3 dengan •
penambahan amikasin 1x 375 mg ( hari ke-1, 25
40 karena demam neutropenia dan dari hasil kultur
Najla/Pr/ 6 tahun ke-3 + gum bleeding + gizi kurang fokus infeksi ISK mg/kgBB)
urin ditemukan ESBL positif
perawakan pendek + ISK •
amikasin 1x 270 mg (hari ke-2 dst, 18 mg/kgBB)

stop ceftazidim, ganti dengan cefepime 3 x 1,25 gr
(50 mg/kgbb/kali)
Egha Muhammad ALL SR + Demam netropenia + Abses • Demam neutropenia hari ke-13
41 Tatalaksana demam dan penyesuaian antibiotik • stop amikacin dan melanjutkan clindamicin
Zacky/Lk/7 thn regio brachii sinistra • Abses regio brachii sinistra
• Ro brachii sinistra
• saran konsul DV / bedah plastik
• Ceftazidim dan amikasin diteruskan (ceftazidim
Razqa abqary/Lk/5 • ALL SR+ demam neutropenia hari ke- dikasih dengan extended infusion (dalam 4 jam).
42 ALL SR+demam neutropenia hari ke-7 Pertimbangan penambahan fluconazole
tahun 7 (klinis belum perbaikan) • Setuju penambahan fluconazole 1 x 200 mg
• Kultur darah ulang
• Pasien saat ini bebas demam hari ke-4
• Klinis stabil dan perbaikan
ALL HR + demam neutropenia hari • Teruskan terapi saat ini
Terkait demam neutropenia dan hasil kultur• Hasil laboratorium evaluasi stqa
ke-5 bebas demam hari ke-4+ Anemia+ • Kultur darah ulang 2 tempat
43 Rendi S/Lk/9thn MRSA dan VRSA • Hasil kultur darah 1 tempat MRSA dan
trombositopenia • Cek Procalcitonin
VRSA

• Saat ini hasil kultur darah pasien masih
mungkin disebabkan kontaminan

34
• Demam pada pasien masih mungkin • Akses infus diganti
disebabkan karena kondisi phlebitis • di Paracetamol 250 mg p.o.bila suhu 38.5
Ariza Melia/ Pr/11 Terkait demam dan ruam pada pasien. tangan pasien • Kultur darah
44 Medulloblastoma dan anemia
tahun • Ruam pada pasien masih mungkin• Edukasi pasien
disebabkan karena iritant keringat • Kurva suhu per 6 jam dan ekstra demam
pasien Dd/ viral exanthem • Rawat ruang isolasi
• Antibodi HCV yang positif pada pasien• Cek PCR RNA Hepatitis C
belum bisa menentukan apakah sedang • Cek NS1, AFP dan CRP
Anemia gravis ec Thalasemia beta
Sania Alfina/Pr/15 Terkait kemungkinan infeksi hepatitis C pada terjadi infeksi hepatitis C akut atau• Urinalisa
45 mayor + AIHA + Trombositopenia +
tahun
TISK
pasien kronis • USG abdomen
• Demam pada pasien masih bisa • Observasi demam dan kurva suhu tiap 6 jam +
disebabkan viral infection ekstra demam
• Rawat bersama
ALL HR fase maintanance + demam
Fadhila Kabsya Evaluasi penyebab demam dan penggunaan• Demam netropeni hari ke 6 dengan• Cek procalcitonin dan Kultur darah
46 neutropenia hari ke 6 belum bebas
Munira/Pr/5 tahun
demam H1 + susp pneumonia
antibiotik ALL HR • Amikasin loading 380 mg/24 jam iv
• Amikasin maintenance 285 mg/24 jam
Terkonfirmasi COVID 19+ demam
• Rawat ruang isolasi COVID 19 di Ogan
Egha Muhammad neutropenia + Necrotizing facieties + • confirmed COVID -19 dengan
47
Zacky/Lk/ 7 tahun HT terkontrol + ALL SR fase induksi +
Evaluasi hasil swab COVID-19 pada pasien ini • Tatalaksana melanjutkan terapi dari dpjp
komorbid ALL + necrotizing Fasciitis
selulitis antebrachii sin post NPWT sebelumnya

Razka Abary ALL SR fase konsolidasi + • •


Dari gejala klinis, saat ini pasien ini tidak ada tatalaksana khusus
Hemato Ghaisan/Lk/5 Evaluasi dan tatalaksana gejala infeksi pada
48 peningkatan fungsi hati + susp viral tidak menunjukkan ke klinis yang • Terapi anibitotik dapat dilanjutkan
Onkologi tahun pasien ini
exanthem. + ISK + suspek orchitis dapat mengarah ke viral exanthem• Apabila ruam bertambah konsul ulang ke divisi IPT
Razka Abqary ALL SR fase konsolidasi + • Demam dengan ruam dapat disebabkan
• Cetirizin 0.25 mg/kgbb/hari
49 Ghaisan/Lk/5 peningkatan fungsi hati + susp viral Evaluasi dan tatalaksana demam pada pasien ini oleh viral exanthem dd reaksi alergi
tahun exanthem + ISK + Suspek Orchitis • Rawat ruang isolasi
dengan ISK
Aprillia Putri / Pr / ALL HR fase konsolidasi + Demam Evaluasi pemberian antibiotic • Demam Neutropeni episode baru hari• Tambahan Gentamisin 2x180mg hari I
9 tahun Neutropneia H-4+ Kejang ec ke 4 • Dilanjutkan 2x120mg hari kedua dst
encefalopati ec kemoterapi dd
50 ensefalitis viral + Plebitis dorsum pedis
sinistra + Ulcer regio labia oris +
hipokalemia + hipokalsemia +
peningaktan fungsi hati + ISK
Malik bin Imam / AML Pro Kemoterapi + Anemia + Pasien dikonsulkan terkait dengan demam • Jumlah koloni diatas 10.000 masih• Pemberian antibiotik Amikasin 1x 300mg
51 Lk / 4th Peningkatan Fungsi Hati + Demam neutropenia hari ke 3 dan hasil kultur urin •
mungkin disebabkan oleh kontaminasi Cek kultur urine ulang dengan metode yang tepat
Neutropenia + Cerumen Prop ADS menunjukkan resisten terhadap Ceftazidime•
Kanala Adelle AML Relaps ke-3 + Demam Evaluasi demam lama dan kecurigaan infeksi • Demam Neutropeni episode baru hari • Cek DPL, CRP, Procalcitonin,kultur darah ulang,
Shafira/Pr/8tahun Neutropenia hari ke 10 + ke 2. urinalisa dan kultur urine dengan metode
52
trombositopeni • pengambilan sample yang benar.
• Konsul ulang jika ada hasil lab
Anggun Distress Napas Ringan-Sedang ec Evaluasi pemberian antibiotic • Demam neutropenia hari ke 3 dengan • kultur darah pemeriksaan jamur
Ulandari/pr/16 Anemia Pneumonia ec susp fungal infection • cek procalcitonin
tahun Gravis+Trombositopenia+Leukopenia susp. pulmonal histoplasmosis • cek IgM leptospirosis
53 ec susp Anemia Aplastik +Demam dd/aspergilosis • cek IgG dan IgM CMVdan cek HIV
Neutropenia ec pneumonia. • Dd/ MAS ec dd/ fungal infection, • Kultur jamur dari BAL (Bronchoalveolar Lavage)

bacterial infection, leptosprosis, cmv Fluconazole 1x400 mg iv.

35
Farel Anggara NPSLE + nefritis lupus + TB paru • •
Demam masih mungkin disebabkan stop ampicillin dan stop ceftriaxone
54 Pasien dikonsulkan untuk tatalaksana antibiotik
/Lk/14 th klinis karena proses autoimun (SLE) • saran penambahan ampicillin/sulbactam 4x800 mg

Pasien dikonsulkan dari divisi respirologi terkait • Explore TB


Desi Maharani Distress napas ec pneumonia + ALL hasil kultur darah ditemukan staphylococcus • Hasil kultur darah masih mungkin • Bandingkan expertise ronsen dengan ronsen
55
/Pr/13 th HR fase maintenance hemoliticus dan pertimbangan terkait antibiotik disebabkan karena kontaminan sebelumnya
saat ini. • Melanjutkan terapi meropenem dan flukonazole.
distress napas ringan ec pneumonia +
Azriel Alfarezi/Lk/
56 tb paru fase intensif + laringomalasia+ Evaluasi infeksi pada pasien ini • Suspect CRS • Cek ulang IgG Rubella 1 bulan lagi
7 bulan
gizi kurang perwakan pendek
Sipa Aurah/Pr/13 •
Pneumonia dd/TB paru + Bisitopeni ec evaluasi klinis dan penyesuaian antibiotik pada •
Ulkus regio cruris dextra perbaikan+ Teruskan Antibiotik
57 tahun susp SLE + multiple ulcus regio cruris pasien pneumonia dd/TB Paru • Menunggu hasil kultur darah
dextra.
Siti Distres napas ec Pneumonia + Pasien dikonsulkan karena hasil kultur urin• urin terbukti terdapat e.coli melalui•
Pemberian antibiotik Cefepime Dan amikacin
Kumairah/Pr/13 Bisitopenia ec susp leukemia akut + ESBL+ dan pertimbangan antibiotik kultur urin •
Pemberhentian antibiotik ceftazidime dan ampisilin
58 tahun 11 bulan Covid 19 tidak terkonfirmasi •
48-72 jam pasca penggantian AB lakukan
pengulangan prokalsitonin. Kalau terpasang
ventilator lakukan pemeriksaan kultur sekret ETT
Muhammad Respiratory distress ec pneumonia, •
Tatalaksana demam dan penyesuaian antibiotik •
Demam Neutropeni episode baru hari Cek DPL, CRP, Procalcitonin,kultur darah ulang,
Rafasyah/Lk/10 PDA moderate+PFO, Down syndrome, ke 2. urinalisa dan kultur urine dengan metode
59 bulan UDT Dextra. • pengambilan sample yang benar.
Respirologi • Konsul ulang jika ada hasil lab CRP dan
Pricalcitonin.
Afnan Fadhillah Demam Lama ec Terduga TB Paru + Tatalaksana demam dan penyesuaian antibiotik • Demam Lama ec Terduga TB Paru• + kultur darah
Khalif /2 tahun 7 Pneumonia + T.ISK Pneumonia + T.ISK • urinalisa
60 bulan • kultur urine
• Melanjutkan antibiotik (ampicillin dan gentamicin)
• Explore TB
Amira sahaja/pr/3 Pneumonia+ Pertusis Fase konvalesen+ Evaluasi pemberian antibiotic • •
Pneumonia+ Probable Pertusis masih PCR Pertusis masih dapat dilakukan namun karena
bulan susp hipotiroid kongenital+ failure t9 belum dapat disingkirkan pasien telah selesai mendapatkan azitromisin,
61 thrive+ terduga TB Paru • sensitifitas dapat berkurang.
• • Cek serologis Pertusis jika memungkinkan
By.Ny.Mayeni/Lak NCB SMK+ Pneumonia •
Pasien dikonuslkan terkait kecurigaan septik Sepsis • Meneruskan Antibiotik (Meropenem 3x130 mg dan
i-Laki/27 hari arthritis Amikasin 3x 35 mg)
• Konsul ulang ketika ada hasil kultur darah
62


Dika post trakeostomi ec edema laring+ •
Pasien Dikonsulkan untuk evaluasi antibiotik Post trakeostomi ec edema laring. • Menunggu hasil kultur darah
Riansyah/Lk/3tahu Gagal napas ec pneumonia dd/ TB sudah 14 hari • Gagal Napas ec pneumonia belun • Melanjutkan antibiotik.
n 8 bulan Paru+ Atelektasis Paru Dextra + perbaikan dd/TB Paru • Cefepime diberikan dengan extended infusion (4
63 Epilepsi+ Gizi Buruk +ASD* • Epilepsi. jam)
• Gizi Buruk • Konsul ulang stlh hasil kultur keluar
• ASD • Stabilisasi trakeostomi

36
•Melakukan Lumbal Pungsi ulang disertai
pemeriksaan pewarnaan gram (cito), BTA,TCM TB
Kejang dengan demam ec suspek • Kejang dengan demam ec suspek dan kultur LCS
meningitis TB+TB Terkait riwayat pemakaian lama ampisilin •
meningitis TB+TB paru+ Pneumonia+ Sementara menunggu hasil, pemberian antibiotik
Azriel alfarizi/Lk/6
64 paru+Pneumonia+Laringomalasia+Giz ceftriaksone dan pertimbangan penggantian Laringomalasia+Gizi kurang ampicilin dapat diteruskan dan pemberian antibiotik
bulan
i kurang perawakan pendek antibiotik perawakan pendek ceftriaksone dihentikan dan diganti dengan cefepime
• • Cefepime diberikan dengan dosis 3x250 mg iv
• Konsul ulang bila ada hasil

Sepsis (perbaikan) + status eileptikus
ec epilepsi refrakter + CP tipe spastik +
Aisha Kirannia •
Evaluasi demam dan pemberian antibiotik pada Saat ini tidak ditemukan tanda dan• Penggunaan antibiotik sesuai indikasi awal
65 pneumonia + disfonia ec susp
Qalesya/Pr/ 2 tahun pasien ini klinis sepsis pemberian antibiotik, sesuai DPJP terkait
ensefalitis autoimun + trombositopenia
+ kolestasis + hipoalbumin
post repair shunt ai mal function shunt • Pasien dengan post repair shunt ai mal
+ craniotomi ai germ cell tumor + post fungsi shunt dengan kemungkinan
M Ridho Aji/Lk/12
66 op VP shunt + papieledema ODS gr 1 Evaluasi dan tatalaksana infeksi pada pasien ini infeksi intrakranial • Gentamisin 2x150 mg
tahun
+ ulkus regio perianal + infeksi luka • Hasil kultur terdapat Staohylococcus
operasi aureus
• Lanjutkan Antibiotik ampicilin cefotaxim hingga
Ehsan Rafisqy • Kemungkinan hasil kultur kontaminan
meningitis partial treatment dd hari ke 14
67 Malik/Lk/1 bulan •
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini Pasien perbaikkan secara klinis dan
ensefalitis virus • evaluasi klinis
20 hari laboratorium

Neuro
M. Adib Husni/Lk/ Ventrikulitis post EVD+ gizi buruk Tatalaksana demam dan kecurigaan selulitis• Ventrikulitis post EVD+ gizi buruk• Kultur darah
Pediatri
2 tahun perawakan pendek perawakan pendek • Meneruskan Meropenem iv
68 • Amikacin intra EVD stop ganti Ciprofloxacin 1
mg/kgbb/24 jam intra EVD.

By. Ny. Anadia NKB SMK +BBLR+ Sepsis+ •
Evaluasi pansitopenia dan kecurigaan sepsis pansitopeni masih dapat disebabkan
Binti Hafis/Lk/41 Meningitis+ IVH Gr I Bilateral+ Susp oleh infeksi viral kongenital dd/
• Cek Serologi TORCH
69 hari Hernia Inguinalis Sinistra +BPD+ kelainan hematologi
pansitopenia • Konsul Hematoonkologi

By. Ny. Sulyana/ NCB SMK+post repair meningocele+ Kecurigaan infeksi • Infeksi bakterialis • Fluconazole stop
pr/47 hari ventrikulitis+ sepsis+ discharges • kultur darah ulang
70 COVID 19+ pneumonia. • Lakukan LP,kultur LCS.
• Konsul ulang jika hasil kultur LCS keluar.
Chello Penurunan kesadaran ec Peningkatan •
Evaluasi klinis dengan kecurigaan osteomielitis •
Neglected closed frakture femur dextra Rontgen Femur dextra ulang→ tidak ada mengarah
Frendeska/Lk/15 TIK ec IVH+SAH+SDH+EDH+ dengan kemungkinan osteomielitis ke osteomioelitis
71
tahun Edema Cerebri, keratitis exposure belum dapat disingkirkan. • Konsul /Lapor ke Bedah Orthopedi
ODS+ closed fraktur femur dextra on • Kultur darah ulang.
traksi hari ke 3.

By. Ny. chna/ •


NCB SMK+post repair meningocele+ Penyesuaian AB pasien dengan demam 4 hari Infeksi bakterialis • Fluconazole stop
pr/47 hari ventrikulitis+ sepsis+ discharges belum bebas demam • kultur darah ulang
72 COVID 19+ pneumonia. • Lakukan LP,kultur LCS.
• Konsul ulang jika hasil kultur LCS keluar.

37
Penurunan kesadaran ec status
Jessica/Pr/14 tahun Pasien dikonsulkan dari divisi ERIA terkait• Kemungkinan tetanus pada pasien•ini Inj. Human Tetanus Immunoglobulin (Tetagam)
73 epileptikus dd/ tetanus dd/ ensefalitis
9 bulan pertimbangan pemberian antitetanus belum dapat disingkirkan 6.000 IU, I.M pada beberapa tempat, dosis tunggal
virus dd/meningitis + OMA dd/OMSK
• Atasi terlebih dahulu penyebab sepsis pada pasien
• Vancomycin loading dose 40 mg dilarutkan dalam
D5% 8 mL Dilanjutkan 2x20 mg (dilarutkan dalam
Respiratory distress ec
Pertimbangan penggantian antibiotik ke • Sepsis+respiratory distress ec D5% 4 mL)
pneumonia+laringomalacia+higroma
Aksa fatih/Lk/3 •
vancomycin dan gentamicin karena hasil kultur pneumonia+laringomalacia+higroma Cefepime 1x200 mg iv
74 coli+hiponatremia+sepsis+ AKI failure
bulan ditemukan Methicilin resistant coagulase coli+AKI failure dengan anuria • Pemberian IVIG selama 3 hari dengan dosis:
dengan anuria
negative staphylococcus • Hari 1: 1 gr/kgbb: 4 gram
Hari 2: 0.5 gr/kgbb: 2 gram
• Hari 3: 0.5 gr/kgbb: 2 gram

By. Ny. Resmita BPD+ PVL + mikrosefali + growth • Konsul THT
75 Binti M. faltering + Gizi Kurang perawakan Evaluasi penelusuran CRS pada pasien ini • Susp CRS • Konsul Mata
Kopli/Lk/3 bulan pendek • Telusur ibu
COVID-19 terkonfirmasi + anemia
Al Gibran gravis ec susp perdarahan dd penyakit
• •
Bone exposes regio shoulder bilateral Lanjutkan antibiotik ampicillin dan gentamisin
76 Pradipta/Lk/ 6 kronis dd hemolitik + bone exposed Evaluasi pemberian antibiotik
ec osteomielitis • Rawat bersama
tahun 10 bulan regio shoulder bilateral ec osteomielitis
+ CP tipe spastik + hipoalbuminemia
• Pertimbangkan untuk dilakukan intubasi
Ridho pneumonia + post labioplasti ai Evaluasi penggunaan antibiotik karena • Rontgen thorax ulang
77 ERIA • Pneumonia dengan perburukan klinis
Ahmad/LK/4 bulan labiognatopalato schizis perburukan klinis pada pasien ini • Cek karker infeksi CRP, prokalsitonin
• Menunggu hasil kultur darah
penurunan kesadaran ec susp
M Rizky April meningitis TB dd/ meningitis • Pastikan hasil LCS
evaluasi dan tatalaksana terkait penggantian• Kemungkinan hasil LCS karena
78 Yansah/Lk/13 bakterialis+ hipokalemia (perbaikan) + • Tunda penambahan antibiotik
antibiotik sesuai hasil kultur LCS pada pasien kontamina
tahun hiponatremia (perbaikan)+ luka bakar • CT scan kepala ulang
superficial BSA 2%
pneumonia + Status epileptikus ec • Ampicillin stop
•Syok sepsis dengan demem netropeni
Fathan Latief suspek metastase intrakranial dd/ evaluasi pertimbangan pemberian antibiotik • ceftazidime stop
79 dengan hasil kultur sputum
Anahdi/Lk/2 tahun infeksi intrakranial Limfoma burkitt + pada pasien terkait hasil kultur sputum pasien • tambahkan Ampicillin Sulbactam 3x750 mg
acinetobacter baumanii
Hipokalemia (perbaikan) • amikasin drip pelan selama 4 jam
• lakukan LP
• Stop ampicilin dan ceftriaxone
Dika evaluasi dan tatalakasana khusus di bidang TS
Gagal napas ec pneumonia dd/ TB paru • hasil kultur menunjukkan adanya • Berikan fluconazol 1x24mg
80 Riansyah/Lk/3 untuk penggantian antibiotik pada pasien sesuai
+ Epilepsi + Gizi buruk + ASD bakteri acinetobakter baumanii • Berikan AMikasin 1x150mg (loading) selanjutnya
tahun hasil kultur
Amikasin 108mg/24 jam (maintenance)

GENDIS FATHIN Post explore abses ai. Abses retrofaring Pasien dikonsulkan dari Hematoonkologi • Sepsis • Meneruskan Antibiotik (Meropenem 3x130 mg dan
HERMAWAN/ Pr/ + parafaring dextra sinitra + susp karena curiga infeksi Amikasin 3x 35 mg)
9 tahun 4 bulan descending necrotizing mediastinitis + • Konsul ulang ketika ada hasil kultur darah
81 Obs penurunan kesadaran ec
ensefalopati uremik ec AKI failure +
Hipokalemia + hyponatremia

38
• Ditemukannya dua bakteri pada kultur
Gizi buruk perawakan pendek+
Yoli Ermaini/Pr/16 Terkait pemakaian amikasin sudah 10 hari dan urine masih dapat disebabkan karena
Feeding problem+ CP tipe spastik + • Stop pemberian antibiotik amikasin
82 tahun kultur urin STERIL kontaminan
T.ISK •
• Amikasin hari ke 10 dengan hasil
pemeriksaan kultur urin steril (25/6/22)
• Terapi antibiotik masih dilanjutkan
Khadijah
Gizi Buruk Perawakan Pendek + •
Evaluasi dan tatalaksana penggunaan antibiotik kemungkinan pasien masih terdapat • Berikan Susu dengan volume yang berbeda 70-100-
83 Humaira/Pr/3
Growth faltering + ISK pada pasien ini proses infeksi karena masih muntah 70 dengan total 3x100 dan 5x70
bulan
• Konsul TKPS untuk relaktasi
By. Ny. Leony Anemia berulang + Sepsis + Diare
• Saat ini tidak ada tanda dan gejala • Cek GDT untuk telusur penyebab anemia
84 Ariesthania/Pr/1 persisten dehidrasi Ringan Sedang+ Evaluasi sepsis pada pasien ini
sepsis pada pasien ini • Tidak ada terapi tambahan dari divisi IPT
NPM bulan 19 hari hipocalcemia
Gizi buruk perawakan sangat pendek +
post pyloromyotomi per laparoscopy ai
As-Syam Al Pasien dikonsulkan dari divisi NPM untuk • Mikrosefali masih mungkin disebabkan• Evaluasi perbandimgan LK saat lahir dan LK saat
85 hipertrofi stenosis pilorus + hipotiroid
Fahri/Lk/3bln penelusuran ke arah infeksi TORCH karena gagal tumbuh ini → LK lahir 32 cm, LK saat ini 33 cm.
kongenital + tongue tie gr III +
mikrosefali susp infeksi CMV
• Hasil Kultur Staphylococcus • Konsul Divisi Hemato
Gizi buruk perawakan sangat pendek +
Belva Riani/pr/4 epidermidis kemungkinan kontaminan • Cek ulang kultur darah
86 Susp spondilitis DD/ malignacy + Evaluasi demam dan tatalaksana pada pasien ini
tahun 2 bulan • Curiga Infeksi bakteri skeunder dari• Amoxciilin stop
anemia + miliaria pustulosa
kulit + Demam Netropeni • Berikan Cefotaxim 3x590 mg
Dimas Gizi Buruk perawakan normal + •
- evaluasi klinis dan penyesuaian antibiotik pada Demam pada pasien masih mungkin • Teruskan Antibiotik
87 Ardiansya/Lk/14 Neglected fr dislocation VC 4-5 pasien •
disebabkan proses inflamasi pada ulkus Menunggu hasil kultur darah
tahun anterior cord syndrome frankle A dekubitus
M. Reyhan/Lk/15th Sindroma nefrotik relaps+ Fascietis • Pemberian flukonazole 1x400 mg per-oral
88 •
Terkait hasil kultur swab luka ditemukan jamur. Fascietis necrotizing perbaikan klinis
necrotizing parsial respon • Kontrol ulang di Poli IPT
• Rawat bersama
Nadia K HT emergensi + Nefritis lupus + SLE+
• Valganciclovir 2x900mg selama 7 hari, selanjutnya
89 Panjaitan/Pr/15 NPSLE+CKD stg V on HD +suspek Evaluasi dan tatalaksana sangkaan infeksi CMV • Infeksi CMV yang baru didapatkan
1x900 mg (1-2 minggu sesuai klinis)
tahun Infeksi CMV + Trombositopenia
Nefrologi • Evaluasi lab untuk trombositopenia setiap 3 hari/kali
M.Mumtazz/Lk/1 Edema anasarca ec SN inisial putus • Stop Amoxicillin
90 •
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini ISK dengan infeksi E coli
Tahun 10 Bulan obat + Riwayat ibu dengan HIV + ISK Berikan Meropenem 3x600 mg iv
AKI failure on HD ec nefrotoksik +
Reno Iswandi/Lk/ HT + Riwayat syok kardiogenik ec •
Evaluasi dan tatalaksana hasil kultur Pus pada Terdapat bukti infeksi pada hasil kultur Stop ampicillin dan cefotaxime
91
17 tahun cardiomiopati dilatasi + pneumonia + pasien ini dari Pus CDL • Berikan Ampicillin Sulbactam 1x 3 gram
tinea cruris + infected CDL post repair
M Alfarizi Evaluasi pemberian antibiotic dan rawat Sepsis • Cek GDT
Mufatar/Lk/4 tahun Ensefalopati hepatikum ec hepatitis Bersama • Meneruskan antibiotic
92 6 bulan fulminant + gagal hati + hipertensi • Kultur darah sedang menunggu hasil. (Konsul ulang
terkontrol ec SNA + ISK + diaper rash jika ada hasil kultur darah)
Innayah Putri Kolestasis Intrahepatik+ Susp CRS Kecurigaan CRS • CRS Klinis • Cek ulang Seroligis TORCH 4 minggu dari 1 cek
GEH Alina/pr/1,5 bulan Reaktifitas Serologis Rubella, CMV dan di laboratorium yang sama
93 masih mungkin akibat transfer
antibody maternal.
meteroismus ec konstipasi kornis +
• Cek GDT, Retikulosit
M Zachri/ Lk/ PGK St V ec contracted kideny Demam masih dapat disebabkan oleh
94
10 tahun bilateral + Anemspastikia ec penyakit
Evaluasi pemberian antibiotik pada pasien ini
proses infeksi • cek kultur urin dengan proses pengambilan yang
benar
kronis + CP tipe spastik
39
By.Ny.Nur •
NCB SMK+ Pneumonia+ PDA Besar+ Konsul ulang ke IPT dengan hasil kultur darah Pneumonia perbaikan • Melanjutkan antibiotik
95 Halimah/Lk/42 TR Ringan+ Sepsis • Fluconazole 1x12 mg sd 21 hari
hari • Ampicilin sulbactam 4x45 mg sd 14 hari
Kardiologi By. Ny. Winda NCB SMK + Klinis Sepsis+ DORV+ Evaluasi klinis dan kecurigaan CRS • CRS Klinis • Cek Ulang TORCH 4 minggu lagi di laboratorium
Eka/Laki-Laki/ 6 VSD+ PDA + PFO+ Malposisi Great Reaktifitas serologis Toxo, yang sama.
96
hari Artery + Ikterus Neonatorum+ Susp CMV,Rubella masih mungkin karena
CRS transfer antibodi maternal
Dwi •
Nefritis lupus + SLE + Suspk NPSLE+ Pasien dikonsulkan karena hasil kultur urine Secara Klinis dan laboratorium
Novitasari/pr/10 ISK ditemui Kuman Klebsiella Pneumoniae ESBL •
(marker infeksi) terdapat perbaikan. Lanjutkan antibiotik
97 Al-Im tahun +. • Urinalisa dan kultur urine diambil • Urinalisa dan kultur urine ulang dengan metoda
dengan metoda pengambilan yang pengambilan sample dengan benar.
tidak tepat (sampel dari urine bag)
• Pantau dan catat suhu saat demam dan ekstra
demam
• •
Demam pada pasien masih mungkin Paracetamol 500 mg tablet tiap T> 38.5 C
An.M.Rakha/Lk/13 Neglected fraktur os radius ulna post
98 Terkait demam tinggi pada pasien disebabkan karena diare akut • Ceftriaksone 1x 2 gram iv
th ORIF POD 1
• • Cek laboratorium ulang: darah rutin, hitung jenis,
Bedah CRP, urinalisa,feses rutin
ortopedi • Konsul ulang bila ada hasil
Bedah Tiara Berliana Infeksi Herpeviriday + Pasien di konsulkan karena untuk evaluasi • lebih mengarah ke moluscum • Setuju pindah ke ruang Isolasi Lantai 1.
Orthopedi Afisa/ Pr/ 4 th Trombositopenia + Hipoalbuminemia klinis pasien contangiosum • Tunda pemberian Acyclovir.
+ Efusi pleura kanan + Cerebral Palsy •
tipe spastik + Fraktur komplit distal
99
femur kanan + Fraktur epiphyseal plate
salter Harris tipe 1 + Defisiensi
Vitamin D + Hipokalsemia + Feeding
problem ec stomatitis + Varicella
Arta wijaya/Lk/ Fistula rectovesica post colostomy Pro Terkait demam dan hasil kultur feses • Demam pada pasien masih mungkin • Ceftriaksone dihentikan → digantikan ceftazidime
100
1thn 2 bulan/ PSARP Anoplasty menunjukkan resistensi ceftriaksone •
disebabkan karena prolonged diarea Ceftazidime 3x250 mg iv
• Pasien masih dalam keadaan demam (T 38.2 C)
tanpa antibiotik (dihentikan TS bedah sejak 9/7/22)
• Pasien disarankan untuk ditunda tindakan
Anestesi • Diaper rash • Melanjutkan ulang antibiotik cefotaksim dosis
Felysia Nurhalisa / •
Pasien rencana operasi tetapi terdapat demam Saat ini tidak ditemukan fokus infeksi 3x150 mg
101 Hirschprung disease pro colostomy
Pr / 1 bulan 16 hari pada pasien pada pasien • Metronidazole 2x45 mg iv → oral 3x50 mg (2 mL)
• • Cairan maintenance D5 1/4 NS 6 cc/jam
• Minum ASI on demand
• Paracetamol 3x60 mg per oral bila T>38.5
• Observasi demam 2-3 hari ini
Feeding problem + Post explore abses • Gentamisin dan ampi sulbactam stop
ai Abses retrofaring + parafaring dextra
• Amikasin 1x750mg dosis loading
Gendis Fathin sinitra + susp descending necrotizing
• Terdapat infeksi bakteri dari hasil • Selanjutnya amikasin 1x600mg untuk dosis
102 THT Hermawan/ Pr/9 mediastinitis (H9) + post aff WSD ai. Evaluasi terapi antibiotik sesuai hasil kultur
kultur sputum dan cairan pleura maintenance
tahun Respiratory distress ec. efusi pleura
masif + atelektasis paru kanan dd/ • Cefepime 3x1 1/2 gram
empiema (H8) + Anemia 8.6 • Metronidazol lanjut

40
PASIEN POLIKLINIK

Saat bertugas didivisi Infeksi dan Penyakit Tropis Periode Juli-Septmber 2022 kami menerima
sebanyak 30 pasien rawat jalan (terbanyak di bulan di Agustus 11 pasien, dan masing-masing 9
pasien di bulan juli dan September). Distribusi pasien rawat jalan dapat dilihat pada table 19.
Tabel 19. Tabel Pasien Poliklinik Periode Juli-September 2022 (N=30)
UMUR (TAHUN) PASIEN/
JENIS KELAMIN MRS
Periode No DIAGNOSIS 0-<1 1-<5 5-12 >12 ∑
L P L P L P L P B K +
1Selulitis regio ankle pedis sinistra - - - - - - - 1 - - - 1
2Selulitis regio dorsum pedis dextra - - - - 1 - - - - - - 1
3Varicella + mild pulmonal stenosis - - 1 - - - - - - - - 1
4Fascietis necrotizing perbaikan klinis - - - - - - 1 - - - - 1
5ALL HR Fase Maintenance+ Viral exanthema - - - - - - - 1 - - - 1
Juli 6ALL SR on kemoterapi + phlebitis - - 1 - - - - - - - - 1
2022 7Abses regio submandibula dd limfadenitis supuratif dd limfadenitits - - - 1 - - - - - - - 1
TB dd limfoma + infeksi bakterial sekunder
8 Parotitis + Epilepsi Pro MRI Kepala dengan Kontras + cerebral palsy - - 1 - - - - - - - - 1
spastik kuadriplegik + mikrosefali
9 Varicella + focal to bilateral tonic clonic seizure ec susp epilepsi - - - - - - - 1 - - - 1
simptomatik + autistic disorder pro MRI kepala
Post debridement Abses dan selulitis regio dorsum pedis dextra + - - - - 1 - - - - - - 1
10
NHL + Epilepsi + HT terkontrol
11 Tapeworm + susp stunting + gizi kurang - - 1 - - - - - - - 1
12 Karsinoma nasofaring + Varicella - - - - - 1 - - - - 1
13 MAR dengan fistula rectovaginalis post colonostomi pro PSARP - 1 - - - - - - - - 1
14 NKB SMK post frenotomi dengan bayi resiko tinggi 1 - - - - - - - - - 1
ekstrofi bladder + extrofi kloaka + epispadia komplex post colostomy - - 1 - - - - - - - - 1
Agustus + rekons bladder+ rekons pelvis + UDT bilateral perawtan luka,
2022 15
debridement eksisi dan biopsi jaringan + hernia closure k/p
Orchidopexy
16 SN dependent steroid + Fascitis necrotizing (perbaikan) - - - - - 1 - - - - 1
17 Thalasemia B mayor + AIHA anti HCV Reaktif - - - - - - 1 - - - 1
18 ALL HR Fase Induksi Pro BMP + Phelebitis + OMSK AS - - - - 1 - - - - - 1
Suspek infeksi TORCH kongenital + Mikroftalmia ODS + Dermatitis 1 - - - - - - - - - - 1
19
alergika
20 Anemia + trombositosis ec penyakit kronis + GDD ec lack of 1 - - - - - - - - - - 1
stimulation
21 Kecurigaan observasi febris ec Suspek Parotitis 1 - - - - - - - 1 - - 1
22 Demam Lama ec Susp ISK - 1 - - - - - - 1 - - 1
23 CRS Klinis + Infeksi CMV Asimtomatik - - - 1 - - - - 1 - - 1
24 NCB SMK +PDA Moderate +PFO+Susp CRS - - - 1 - - - - - 1 - 1
September 25 Spondilitis TB - - - - - - 1 - - 1 - 1
2022
26 Katarak Kongenital ODS suspek congenital rubella syndrom curiga - - - 1 - - - - - 1 - 1
down sindrome
27 Suspek Osteomielitis dengan Terduga TB - - - 1 - - - - 1 - - 1
28 GDD e.c susp. Hipotiroid kongenital dd/ sindrom down dd/ CMV 1 - - - - - - - - 1 - 1
infection + Tongue tie + bronkiolitis akut + laringomalasia tipe 1
derajat ringan
29 Infeksi CMV Kongenital 2 - - - - - - - - 2 - 2
Total 6 3 5 5 2 1 4 4 4 6 0 30

41
PENUTUP

Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Bagian IKA, Koordinator Program Studi IKA, Ketua
KSM Kesehatan Anak, Koordinator Pelayanan dan Pengembangan Kesehatan Anak dan Supervisor Boks
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Anak, Prof. dr. Zakarsih Anwar, Sp.A(K), DR. dr. Yulia Iriani,
Sp.A(K), dan dr. Ariesti Karmila, Sp.A(K), Ph.D yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan
kepada kami untuk bekerja dan belajar di Sub. Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Anak.

42
DIVISI INFEKSI

5
INFEKSI

Demam Berdarah Dengue .................................................................... 3

Demam Dengue ..................................................................................... 12

DemamTifoid ......................................................................................... 18

Difteri ..................................................................................................... 23

Malaria ................................................................................................... 30

Morbili .................................................................................................... 38

Omfalitis ................................................................................................ 42

PERTUSIS .............................................................................................. 45

Sepsis .................................................................................................... 47

1
DIVISI INFEKSI

2
DIVISI INFEKSI

Demam Berdarah Dengue


Kode ICD : A.91, R.57,1
Definisi
Infeksi dengue disertai dengan adanya bukti plasma leakage bertendensi menimbulkan
renjatan dan kematian
Anamnesis
1. Demam atau riwayat demam mendadak tinggi, terus menerus, 2-7 hari, dapat mencapai
40°C serta terjadi kejang demam.
2. Manifestasi perdarahan
3. Muntah
4. Nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di
bawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut.
5. Bila syok: lemah, gelisah, produksi urine sedikit, kaki tangan dingin
6. Terdapat kasus DBD di lingkungan
Pemeriksaan fisik
1. Suhu tubuh dapat meningkat, normal atau hipotermi
2. Dijumpai facial flush
3. Manifestasi perdarahan
a. Uji bendung positif (≥10 petekie/inch2 atau 2.5 cm2) merupakan manifestasi
perdarahan yang paling banyak pada fase demam awal.
b. Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur vena (easy bruising).
c. Petekie
d. Perdarahan mukosa: epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna
e. Hematuria (jarang)
f. Menorrhagia (pada remaja dan dewasa)
4. Ruam makulopapular/rubellaform pada fase demam
5. Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae kanan
6. Splenomegali (jarang)
7. Terdapat hemostasis yang tidak normal,
8. Terdapat perembesan plasma (khususnya pada rongga pleura/efusi pleura dan rongga
peritoneal/ascites)
9. Dapat disertai dengan hipovolemia, dan syok
10. Warning Signs: muntah persisten, nyeri perut, menolak asupan per oral, letargi atau gelisah,
hipotensi postural, oliguria
11. Gejala kegagalan sirkulasi terjadi pada saat suhu turun antara hari ke 3-7 demam berupa:
kulit dingin dan lembab, sianosis sirkumoral, nadi lemah dan cepat. Pasien tampak letargi
atau gelisah kemudian jatuh dalam keadaan syok.

3
DIVISI INFEKSI

12. Tanda-tanda syok:


a. Nadi cepat dan lemah
b. Tekanan nadi sempit, diastolik cenderung naik atau hipotensi
c. Capillary refill time> 3 detik
d. Akral dingin
e. Gelisah
f. Pada profound shock (DBD grade IV), nadi tidak teraba dan TD tidak terukur
g. Oliguria hingga anuria
13. Pada prolonged shock dapat terjadi:
a. asidosis metabolik
b. gagal mutliorgan
c. perdarahan masif
d. gagal hati dan renal
e. ensefalopati
f. perdarahan intrakranial
14. Fase konvalesen
a. sinus bradikardi
b. aritmia
c. timbul ruam konvalesen
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Tersangka DBD: bila definisi kasus DBD belum terpenuhi
Definisi kasus DBD:
1. Demam,
2. Manifestasi perdarahan,
3. Disertai trombositopenia ≤100.000/µL,
4. Bukti plasma leakage berupa peningkatan hematokrit ≥20%, dapat disertai dengan
efusi pleura atau asites, hipoproteinemia, hipoalbuminemia

4
DIVISI INFEKSI

Berdasarkan tingkat keparahan DBD (harus memenuhi definisi kasus DBD):


DBD Derajat Tanda & Gejala Klinis Laboratorium

DBD I Deman dengan manifestasi - Trombositopenia


perdarahan tidak spontan (uji ≤100.000/mm3
bendung + atau easy bruishing) dan - Penngkatan Ht ≥ 20%
bukti kebocoran plasma
DBD II Sama dengan derajat I ditambah - Trombositopenia
perdarahan spontan ≤ 100.000/mm3
- Penngkatan Ht ≥ 20%
DBD III* Sama dengan derajat I atau II - Trombositopenia
ditambah kegagalan sirkulasi (nadi ≤100.000/mm3
lemah, tekanan nadi sempit ≤ 20 - Penngkatan Ht ≥ 20%
mmHg, hipotensi, letar i)
DBD IV* Sama dengan derajat III - Trombositopenia
ditambah syok profunda dengan ≤100.000/mm3
nadi tidak eraba dan tekanan - Penngkatan Ht ≥ 20%
darah tidak terukur
* DSS
Diagnosis
Demam Berdarah Dengue
Diagnosis banding
1. Demam dengue
2. Infeksi virus lainnya seperti campak, rubella, demam chikunguya
3. Leptospira, malaria dan demam tifoid
4. ITP, leukemia, anemia aplastik
5. Sepsis atau meningitis bila mengalami demam disertai syok
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit) serta hitung jenis saat
awal
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit, Leukosit secara berkala
3. Antigen NS1
4. IgG dan IgM Dengue

5
DIVISI INFEKSI

5.
Ig M Ig G Interpretasi Keterangan
+ - Infeksi primer -
+ + Infeksi sekunder -
- - Tidak terbukti adanya diulang pada fase
Infeksi konvalesens
- + Infeksi pada 2-3 bulan diulang pada fase
sebelumnya konvalesens

6. SGOT dan SGPT


7. Gula darah sewaktu atas indikasi
8. Foto rontgen dada dalam posisi AP atauright lateral decubitus
9. USG Thoracoabdominal
10. AGD dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida) atas indikasi
11. CT/BT dan PT/aPTT atas indikasi
12. LP atas indikasi
13. CT-Scan atau MRI atas indikasi
Tatalaksana
1. Parasetamol (bila T > 38.5C)
2. Cairan per oral dan atau intravena (cairan rumatan, cairan rehidrasi sesuai derajat dehidrasi, atau
cairan resusitasi).
Cairan dapat berupa kristaloid dan/atau koloid.
- Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis. (saat terjadi Plasma leakage)
- Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan tidak ada respon
pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.
- Volume cairan rumatan + dehidrasi 5%-7% harus diberikan untuk menjaga volume dan cairan
intravaskular yang adekuat.
- Kecepatan cairan intravena harus disesuaikan secara berkala berdasarkankeadaan klinis +
laboratorium.
- Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan untuk menghitung
volume cairan.

6
DIVISI INFEKSI

Tabel 1. Kecepatan cairan intravena


Keterangan* Kecepatan cairan
(ml/kg/jam)
Setengah rumatan 1.5
Rumatan (R) 3
Rumatan + 5% defisit 5
Rumatan+ 7% defisit 7
Rumatan+ 10% defisit 10
*Catatan: sesuai untuk berat badan ≤ 20 kg
Sumber: World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011 dengan modifikasi.

3. Indikasi pemberian cairan intravena:


a. Asupan cairan oral tidak adekuat atau muntah
b. Saat Ht terus naik 10-20% (bersamaan dengan penurunan trombosit) walaupun telah
direhidrasi oral
c. Ancaman syok atau syok
4. Pemantauan KU, kesadaran, tanda vital dan diuresis secara berkala
5. Antagonis H2 dan penghambat pompa proton atas indikasi
6. Transfusi PRC, TC, FFP/ Cryo atau dapat Whole Blood atas indikasi
7. Vitamin K1 iv pada perdarahan masif
8. Antikonvulsan seperti fenitoin, fenobarbital dan diazepam jika terdapat kejang
9. Terapi oksigen atas indikasi
10. Kortikosteroid diberikan pada Ensefalopati Dengue
11. Antibiotik diberikan untuk Ensefalopati Dengue atau dugaan infeksi bakteri sekunder
12. Inotropik dan vasopressor kadang-kadang diperlukan pada Dengue Shock Syndrome
13. Hemodialisis atau plasmafaresis pada kasus perburukan klinis dapat dipertimbangkan
14. Pemberian diuretik pada kasus-kasus dengan overload cairan

Skema sesuai derajat keparahan terlampir


Edukasi
1. Tirah baring
2. Pengobatan utama adalah cairan
3. Monitor tanda kegawatan
4. Melaksanakan upaya pencegahan 3M plus (menguras, menutup dan mengubur)
5. Identifikasi gejala serupa pada lingkungan rumah

7
DIVISI INFEKSI

6. Formulir pelaporan kasus DBD ke dinas kesehatan untuk diberikan ke RT/RW tempat
tinggal pasien
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Tingkat evidens
IV
Tingkat rekomendasi
D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Dept IKA RSMH Palembang
Taksrian lama rawat
5-7 hari
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Hemodinamik stabil
3. Kembalinya nafsu makan
4. Perbaikan klinis
5. Produksi urin cukup (> 1ml/KgBB/jam)
6. Tidak ditemukan distress napas dari efusi pleura dan atau asites
7. Trombosit > 50.000 dengan kecenderugan meningkat.
8. Hematokrit stabil
9. Tidak ada bukti perdarahan baik internal maupun eksternal
10. Tidak muntah dan tidak ada nyeri perut
11. Dua hari pasca syok
12. Mulai timbul ruam penyembuhan
Kepusatakaan
1. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;
2011.p.1-67.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010
sept 1. Available from: http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html.
3. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment prevention and control. Edisi kedua.
WHO, Geneva, 1997.
4. WHO. Dengue for Diagnosis, treatment, prevention and control.2009:1-146

8
DIVISI INFEKSI

5. Holiday MA, Segar WE. Maintenance need for water in parenteral fluid therapy.
Pediatrics 1957;19:823
6. Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak
& Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata laksana Kasus DBD. Hadinegoro SR,
Satari HI, penyunting. Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
2005.

Skema 1. Tatalaksana Tersangka DBD derajat I & II (tanpa syok)

Skema 2. Tatalaksana DBD Derajat I dan II

9
DIVISI INFEKSI

Skema 3. Tatalaksana DBD Derajat III

Skema 4. Tatalaksana DBD Derajat IV

10
DIVISI INFEKSI

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016


Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

11
DIVISI INFEKSI

Demam Dengue
Kode ICD : A.91
Definisi
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut yang dapat disertai manifestasi perdarahan,
disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus
Anamnesis
1. Demam mendadak tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40°C serta dapat terjadi kejang demam.
2. Nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri retroorbital, nyeri tenggorok dengan faring
hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut
3. Lesu dan tidak mau makan
4. Ruam makulopapular
5. Manifestasi perdarahan
6. Konstipasi atau diare
7. Depresi umum
Pemeriksaan fisik
1. Demam: 39-40°C, umumnya berakhir 5-7 hari
2. Pada hari sakit ke 1-3 tampak flushing pada muka (muka kemerahan), leher, dan dada
3. Pada hari sakit ke 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubellaform
4. Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal, lengan atas,
dan tangan (Convalescent rash), berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada kulit
yg normal, dapat disertai rasa gatal
5. Manifestasi perdarahan
a. Perdarahan kulit: uji bendung positif dan/atau petekie
b. Mimisan hebat, menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran cerna (jarang
terjadi, dapat terjadi pada DD dengan trombositopenia berat)
6. Tidak terdapat bukti plasma leakage
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Diagnosis klinis Demam Dengue ditegakkan atas dasar:
Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus,bifasik disertai dengan 2 atau
lebih gejala berikut:
 sakit kepala
 nyeri retro orbital

12
DIVISI INFEKSI

 arthralgia
 myalgia
 ruam
 manifestasi perdarahan
 lekopenia <4000/mm3
 trombositopenia <150.000/mm3
 tidak ditemukan bukti plasma leakage
ditambah minimal satu dari pernyataan berikut:
 Bukti serologis infeksi dengue yang mendukung
 Adanya kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di sekitar rumah
Diagnosis
Demam Dengue
Diferensial diagnosis
 Infeksi Virus: Virus Chikungunya, dan penyakit infeksi virus lain seperti Campak,
Campak Jerman, dan virus lain yang menimbulkan ruam; Virus Eipstein
Barr,Enterovirus,Virus Influenza, virus Hepatitis A dan Hantavirus
 Infeksi Bakteri: Meningokokus, Leptospirosis, Demam Tifoid, Meiloidosis, Penyakit
riketsia, Demam Skarlatina
 Infeksi Parasit: Malaria
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit
dan trombosit) serta hitung jenis
2. Pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit berkala
3. Antigen NS1
4. IgG dan IgM Dengue
Ig M Ig G Interpretasi Keterangan
+ - Infeksi primer -
+ + Infeksi sekunder -
- - Tidak terbukti adanya infeksi diulang
- + Infeksi pada 2-3 bulan diulang
sebelumnya
5. SGOT dan SGPT
6. Gula darah sewaktu atas indikasi
7. USG Thoraco Abdominal

Terapi

13
DIVISI INFEKSI

1. Pengambilan keputusan untuk observasi rawat jalan atau terapi/ rawat inap (Skema 1)
2. Parasetamol
3. Cairan per oral dan atau intravena (Cairan rumatan atau cairan rehidrasi sesuai derajat
dehidrasi apabila kurang asupan atau perdarahan berat yang tidak lazim)
4. Antikonvulsan seperti fenobarbital dan diazepam bila kejang
Edukasi
1. Tirah baring
2. Pengobatan utama adalah cairan
3. Melaksanakan upaya pencegahan 3M +(Meguras, menutup, mengubur tempat
penampungan air, menaburkan bubuk abate, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk,
membersihkan lingkungan, fogging, mencegah gigitan nyamuk)
4. Identifikasi gejala serupa pada lingkungan rumah
5. Formulir pelaporan kasus DBD ke dinas kesehatan untuk diberikan ke RT/RW tempat
tinggal pasien
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Level evidens
IV
Tingkat rekomendasi
D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Dept IKA RSMH Palembang
Taksiran lama rawat
3-5 hari
Indikator Medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Hemodinamik stabil
3. Kembalinya nafsu makan
4. Perbaikan klinis
5. Produksi urin cukup
6. Trombosit > 50.000, Hematokrit stabil
7. Tidak ada bukti perdarahan baik internal maupun eksternal
8. Tidak muntah dan tidak ada nyeri perut
9. Kembalinya nafsu makan
10. Mulai timbul ruam penyembuhan

14
DIVISI INFEKSI

Kepustakaan
1. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;
2011.p.1-67.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010
sept 1. Available from: http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html.
3. Dengue Hemorrhagic Fever. Diagnosis, treatment prevention and control. Edisi kedua.
WHO, Geneva, 1997.
4. WHO. Dengue for Diagnosis, treatment, prevention and control. 2009:1-146
5. Holiday MA, Segar WE. Maintenance need for water in parenteral fluid therapy.
Pediatrics 1957;19:823
6. Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak
& Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata laksana Kasus DBD. Hadinegoro SR,
Satari HI, penyunting. Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
2005.

Skema 1. Skrining pasien tersangka infeksi dengue

15
DIVISI INFEKSI

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016

16
DIVISI INFEKSI

Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

Demam Tifoid

17
DIVISI INFEKSI

KodeICD : A01.0
Definisi
Demam Tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan oleh infeksi
sistemik Salmonella typhi.
Anamnesis
1. Demam lebih dari 7 hari, timbul insidius, naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu
tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi, lisis pada
minggu ketiga (step-ladder temperature chart)
2. Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, nyeri kepala
3. Gangguan GIT: anoreksia, nyeri perut, kembung, diare atau konstipasi, muntah
4. Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
5. Hygienepersonal dan sanitasi kurang
Pemeriksaan fisik
Bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi, gejala yang dapat ditemuikan :
1. Rhagaden
2. Lidah tifoid
3. Rose Spot
4. Bradikardi relatif
5. Meteorismus
6. Hepatomegali
7. Kesadaran dapat menurun, dari apatis, delirium hingga koma
8. Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Klasifikasi diagnosis:
 Demam Tifoid klinis
Panas lebih dari 7 hari, di dukung gejala klinik lain:
 Gangguan GIT : typhoid tongue, rhagaden, anoreksia, konstipasi/ diare
 Hepatomegali
 Tidak ditemukan penyebab lain dari panas.
 Demam Tifoid
Demam Tifoid klinis + Salmonella typhi (+) pada biakan darah, urine atau fees dan/atau
pemeriksaan serologis yang mendukung

 Demam Tifoid berat

18
DIVISI INFEKSI

Demam Tifoid + keadaan: lebih dari minggu kedua sakit, toksik, dehidrasi, delirium jelas,
hepatomegali dan/atau splenomegali, leukopenia <2000/ul, aneosinofilia, SGOT/ SGPT
meningkat
 Ensefalopati Tifoid/Tifoid toksik
Demam Tifoid atau Demam Tifoid klinis disertai satu atau lebih gejala:
 kejang
 kesadaran menurun: soporous sampai koma
 kesadaran berubah/ kontak psikik tidak ada
Diagnosis
Demam Tifoid
Diagnosis banding
1. Stadium dini: Influenza, Gastroenteritis, Bronkitis, infeksi Dengue, Bronkopneumonia
2. Tuberkulosis, infeksijamur sistemik, Malaria
3. Demam Tifoidberat: Sepsis, Leukemia, Limfoma
Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi perifer (tidak spesifik):
a. anemia (dapat terjadi akibat supresi sumusm tulang, defisiensi besi, atau perdarahan
usus)
b. leukopenia (jarang kurang dari 3000/µL)
c. limfositosis relatif
d. aneosinofilia
e. trombositopenia (terutama pada demam tifoid berat)
2. Pemeriksaan serologi:
a. antibodi anti-Salmonela O9, atau
b. kadar IgM dan IgG anti Salmonella
3. Pemeriksaan biakan empedu dari spesimen:
a. darah (minggu 1-2 perjalanan penyakit)
b. urine (minggu ke-2 dan selanjutnya)
c. sumsum tulang (sampai minggu ke 4)
4. Pemeriksaan radiologi:
a. Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
b. Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti perforasi usus
atau perdarahan saluran cerna
5. EKG bila mencurigai miokarditis

19
DIVISI INFEKSI

6. Biakan feses saat pulang untuk deteksi karier, kemudian diulangi lagi 1 minggu kemudian.
Apabila 2 kali berturut-turut dalam interval 1 minggu Salmonella (-), berarti penderita
sembuh dan tidak merupakan carrier.
Tatalaksana
1. Antipiretikbilasuhutubuh>38,5°C
2. Antibiotik (berturut-turutsesuailinipengobatan)
Linipertama:
 Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg/hari, oral atau IV, dibagidalam 4
dosisselama 10 – 14 hari, kontraindikasipadaleukosit<2000/µl, dosismaksimal
2g/hariatau
 Amoksisilin 150-200 mg/kg/hari, oral atau IV selama 14 hariatau
 Kotrimoksazol TMP 4 mg/kg/kali, selama 10 hari
Linikedua/ multidrug resistenS.typhi
 Seftriakson 80 mg/kg/hari IVselama 5-7hari
 Cefixime 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 2 kali sehari per oralselama 10 hari
Bila pemberian salah satu anti mikroba lini pertama, dinilai tidak efektif, dapat diganti
dengan anti mikroba yang lain atau dipilih anti mikroba lini kedua
KarierS. typhi (S. typhitetapadadalamurinataufesesselamalebihdari 6-12 bulan):
 Ampisillin 100 mg/kg/hari, 4x hariatau
 Trimetoprim-sulfametoksazol 4-20 mg/kg/hariselama 6-12 minggu
 Lakukanpemeriksaan USG
kandungempeduuntukmenentukanadaatautidaknyakolelitiasisataudisfungsikandunge
mpedu
3. Kortikosteroid diberikan pada demam tifoid berat dengan perubahan status mental
(Ensefalopati Tifoid) atau syok yaitu dexametason 3mg/kg/kali (1x) IV, dilanjutkan
1mg/kg/kali, setiap 6 jam sampai dengan 48 jam (penggunaan lebih dari 48 jam akan
meningkatkan angka relaps)
4. Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus
Edukasi
1. Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
2. Indikasi rawat:
 Demam Tifoid klinis bila ada hiperpireksia, dehidrasi atau KU lemah.
 Semua Ensepalopati Tifoid
 Semua demam Tifoid dengan komplikasi

20
DIVISI INFEKSI

3. Imunisasi
 Vaksin polisakarida (capsular Vi polysacharide) usia 2 tahun atau lebih (IM), diulang
tiap 3 tahun
 Vaksin tifoid oral (Ty21-a), diberikan pada usia 6 tahun dengan interval selang sehari
(1,3,5), ulangan setiap 3-5 tahun. Belum beredar di Indonesia, terutama
direkomendasikan untuk turis yang bepergian ke daerah endemik.
4. Tirah baring
5. Isolasi memadai
6. Kebutuhan cairan dan kalori dipenuhi. Diet lunak, mudah dicerna, diet dapat disesuaikan
jika sudah tidak demam.
7. Higiene perorangan dan lingkungan karena penularan melalui fekal oral
Prognosis
Dengan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat:
Ad vitam: bonam
Ad sanationam: ad bonam
Ad functional: ad bonam
Tingkat evidens
IV
Tingkat rekomendasi
D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit TropisDepartemen IKA RSMH
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Nafsu makan membaik
3. Perbaikan klinis
4. Tidak dijumpai komplikasi
Taksiran lama perawatan
7-10 hari
Kepustakaan
1. American Academy of Pediatrics. Salmonella infections. Dalam: Pickering LK, Baker CJ,
Long SS, McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 report of the committee in infectious
diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL. American Academy of Pediatrics; 2006,
h.579-84.
2. Cleary TG. Salmonella species. Dalam: Dalam : Long SS, Pickering LK, Prober CG,
penyunting. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases. Edisi ke- 2.
Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003. h. 830-5.

21
DIVISI INFEKSI

3. Cleary TG. Salmonella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004, h. 912-9.
4. Pickering LK dan Cleary TG. Infections of the gastrointestinal tract. Dalam: Anne AG,
Peter JH, Samuel LK, penyunting. Krugman’s infectious diseases of children. Edisi ke-11.
Philadelphia; 2004, h. 212-3
5. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious disease,
5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.
6. Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016


Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

Difteri

22
DIVISI INFEKSI

KodeICD : A.36
Definisi
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit
dan/atau mukosa
Anamnesis
1. Riwayat kontak dengan karier, baik melalui droplet, bahan muntahan atau debu
2. Bervariasi mulai dari gejala ringan yang menyerupai common cold dengan gejala demam
tidak terlalu tinggi, pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan
3. Anoreksia, malaise, demam ringan, dan nyeri menelan
4. Suara serak, sesak nafas, lesu, pucat, lemah, dan suara mengorok
Pemeriksaan fisik
1. Difteri nasal anterior:
 Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian mukopurulen
menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas
 Terdapat pseudomembran putih pada daerah septum nasi
2. Difteri faring atau tonsil
 Timbul pseudomembrane yang melekat, berwarna putih kelabu dapat menutup tonsil
dan dinding faring, sukar diangkat meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah
ke laring dan trakea, yang berdarah saat dilepaskan
 Limfadenitis servikal dan submandibular, dapat timbul bullneck bila limfadenitis
terjadi bersama dengan edema jaringan lunak leher yang luas.
 Bila terjadi perluasan dari difteria faring maka gejala yang tampak merupakan
campuran gejala obstruksi dan toksemia
 Dapat terjadi gagal napas
 Dapat terjadi paralisis palatum molle, baik uni- maupun bilateral, disertai kesulitan
menelan dan regurgitasi
3. Pada difteria laring, napas dapat berbunyi, stridor progresif, suara parau dan batuk kering.
Membran dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas, koma dan kematian
4. Gejala obstruksi saluran nafas bagian atas sesuai derajat obstruksi sebagai berikut:
a. Derajat I: Anaktenang, dispneuringan, stridorinspiratoar, retraksisuprasternal
b. Derajat II: Anakgelisah, dispneuhebat, stridormasihhebat, retraksi suprasternal
danepigastrium, sianosisbelumtampak
c. Derajat III: Anaksangatgelisah, dispneumakinhebat, stridormakinhebat, retraksi
suprasternal danepigastriumserta interkostal, sianosis
d. Derajat IV: Letargi, kesadaranmenurun, pernafasanmelemah, sianosis

23
DIVISI INFEKSI

5. Difteria dapat juga mengenai kulit, vulvovaginal, konjungtiva dan telinga.


Kriteria Diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
3. Laboratorium: Isolasi C.diphtheria dari spesimen
Diagnosis berdasarkan CDC / WHO 2003 :
1. Tersangka: kriteria klinis (+), laboratorium (-), dan tidak ditemukan kasus sama yang
terbukti secara laboratorium di sekitartempattinggal penderita
2. Terbukti: kriteria klinis (+), laboratorium (+), atau ditemukannya kasus yang sama yang
terbukti secara laboratorium di sekitar tempat tinggal penderita
Kriteria klinis: adanya infeksi saluran nafas atas, demam dan terdapat
pseudomembran yang melekat erat pada tonsil, faring dan atau mukosa hidung.
Diagnosis
Difteria
Diagnosis banding
1. Difteria hidung: rhinorrhea(commoncold, sinusitis, adenoiditis), benda asing, lues
kongenital (snuffles)
2. Difteria tonsil-faring: tonsilitis membranosa akutolehStreptococcus mononukleosis
infeksiosa, tonsilitis membranosa non-bakterial, tonsilitis herpetika primer,Epstein-Barr
Viruses, moniliasis, bloodyscrasia, pasca tonsilektomi, vincent angina, candidiasis
3. Difteria laring: laringitis/infectious croups yang lain (spasmodic croup), angioneurotic
edema, bendaasing
4. Difteria kulit: impetigo dan infeksi kulit oleh Streptococcus atau Staphylococcus
Pemeriksaan penunujang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap: hemoglobin, hematokrit, trombosit, lekosit dan hitung
jenis.
2. Pewarnaan gram dan pewarnaan khusus untuk C. Diphtheriae(Neisser/Albert) dari
sediaan apus pseudomembran
3. Diagnosis pasti dari isolasi C. diphtheriae dengan pembiakan pada media Loeffler.
4. Foto rontgen toraks (atas indikasi)
5. Foto soft tissue leher (atas indikasi)
6. AGD dan elektrolit (atas indikasi)
7. EKG pada waktu penderita dirawat, dan diulang minimal 3 kali per minggu

24
DIVISI INFEKSI

8. Skin testsebelum pemberian ADS


9. Urine lengkap
10. Ureum dan kreatinin (atas indikasi)
Tatalaksana
Umum
1. Atasi obstruksi jalan nafas segera dengan konsultasi dengan ahli THT untuk melakukan
tindakan trakeostomi. Trakeostomi dilakukan bila terdapat gangguan pernapasan yang
progresif, atau obstruksi saluran napas derajat II atau lebih
2. Pasien dirawat di ruang isolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan apusan tenggorok
negatif 2 kali berturut-turut (2 – 3 minggu)
3. Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2 – 3 minggu
4. Cairan parenteral diberikan untuk mempertahankan hemodinamika tetap baik
5. Pemenuhan kebutuhan kalori, protein, cairan dan elektrolit yang adekuat sesuai klinis
menurut berat badan dan umur, bila tidak dapat oral dapat diberikan parenteral.
6. Dapat diinhalasi dengan nebulizer dengan NaCL 0.9% agar jalan napas tetap bebas serta
untuk menjaga kelembaban udara pada pasien dengan difteria laring
Spesifik
1. Segera diberikan Anti Difteria Serum (ADS) secara intravena (jika difteri dicurigai
(tersangka difteri), ADS harus segera diberikan tanpa menunggu hasil laboratorium),
didahului dengan uji kulitdengan cara menyuntikan 0,1 ml ADS yang telah diencerkan
dengan NaCl 0,9% 1:100. Uji kulit dibaca dalam 20 menit dan dinyatakan positif bila
timbul bentol berukuran 10 mm atau lebih.
Dosis ADS yang diberikan tergantung lokasi dan waktu ADS diberikan:
Tabel. Dosis dan cara pemberian ADS sesuai tipe difteri
TipeDifteria Dosis ADS (IU) Cara pemberian
Difteriahidung 20.000 IM
Difteria tonsil 40.000 IM atau IV
Difteria faring 40.000 IM atau IV
Difterialaring 40.000 IM atau IV
Kombinasilokasi di atas 80.000 IV
Difteria + penyulit, bullneck 80.000-100.000 IV
Terlambatberobat (>72 jam), 80.000-100.000 IV
lokasidimanasaja

25
DIVISI INFEKSI

Sumber Krugman, 1992 (dengan modifikasi)

a. Hari I: Separuh dosis ADS diberikan secara intravena dengan pengenceran 20 kali
dengan NaCl 0,9%atau dekstrose 5%, atau dilarutkan dalam 200 ml NaCl 0,9% atau
dekstrosa 5%, diberikan dalam 4-8 jam (tidak melebihi 1 ml/jam).Bila uji kulit positif
lakukan desensitasidengan cara sebagai berikut (ADS diberikan secara bertahap, sambil
melihat tanda-tanda alergi/ anafilaktik):

Tabel. Desensitisasi ADS: Jalur intravena


Nomor dosis, Pengenceran serum Jumlah
diberikan tiap dalam NaCl 0,9% injeksi
interval 15 menit (ml)
1 1:1.000 0,1
2 1:1.000 0,3
3 1:1.000 0,6
4 1:100 0,1
5 1:100 0,3
6 1:100 0,6
7 1:10 0,1
8 1:10 0,3
9 1:10 0,6
10 Tanpa pengenceran 0,1
11 Tanpa pengenceran 0,3
12 Tanpa pengenceran 0,6
13 Tanpa pengenceran 1,0

b. Hari II: SeparuhdosisADS diberikansecaraintramuskular


2. Antibiotik:
Penisilin prokain 50.000-100.000 U/kg/hari selama 14 hari
Apabila hipersensitif terhadap penisilin diberikan eritromisin 40-50 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi (4x sehari) selama 14 hari
3. Eliminasi difteri harus dibuktikan dengan dua kali beruturut-turut hasil biakan negatif
setelah 24 jam antibiotik dihentikan.

26
DIVISI INFEKSI

4. Kortikosteroid diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran napas bagian atas (dengan
atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis.
5. Setiap penemuan kasus difteri (tersangka/terbukti) harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan
dalam waktu 1 x 24 jam
6. Vaksinasi difteri diberikan saat masa penyembuhan penyakit
7. Pengobatan kontak (bekerja sama dengan petugas surveilans Dinas Kesehatan)
Kontak erat, atau kontak serumah:
a. Surveilans
b. Vaksinasi difteri (sesuai usia)
c. Biakan apusan hidung dan tenggorok untuk C. diphtheriae
d. Pemberian antibiotik:
Benzathine Penicillin G Intramuskular (dosis tunggal) dengan dosis
 600.000 IU untuk usia <6 tahun dan
 1.200.000 IU untuk usia 6 tahun atau lebih; atau
Eritromisin oral selama 7 hari dengan dosis
 40 mg/kg BB/hari untuk anak
 1 g/hari untuk dewasa

Algoritma tatalaksana:

Edukasi

27
DIVISI INFEKSI

1. Tirah baring
2. Prognosis pasien
3. Imunisasi DPT
4. Imunisasi catch up:

Tabel. Jadwal imunisasi DPT


Usia minimal Interval minimum pemberian
Usia dosis pertama Dosis 1-2 Dosis 2-3 Dosis Dosis 4-
3-4 5
4 bln – 6 thn 6 minggu 4 minggu 4 minggu 6 bulan 6 bulan
(DTaP)
7 thn – 18 7 tahun 4 minggu * 4 minggu 6 bulan 6 bulan
thn(DTaP) 6 bulan**
Keterangan:
* Apabila dosis pertama diberikan saat usia < 12 bulan
**Apabila dosis kedua diberikan saat usia ≥ 12 bulan
Booster (Td) diberikan setiap 10 tahun (Td adalah vaksin dewasa dengan jumlah antigen sepersepuluh jumlah antigen
pada anak)

5. Cari sumber penularan dan karier

Prognosis
Ad vitam: dubia ad malam
Prognosis tergantung pada:
• Usia
• Lanjutnya penyakit
• Lokasi
• Patogenisitas bakteri
• Cepat lambatnya pemberian toxin
Hari pertama 0,3% (mortalitas)
Hari kedua 4%
Hari ketiga 12%
> hari ketiga 25%
Adsanationam: bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Tingkat evidens
IV
Tingkat rekomendasi

28
DIVISI INFEKSI

D
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis IKA RSMH
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Nafsu makan membaik
3. Perbaikan klinis
4. Tidak dijumpai komplikasi
Taksiran lama perawatan
2-3 minggu
Kepustakaan
1. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbookofpediatricinfectiousdiseases.
5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2009.
2. Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and practiceofpediatricinfectiousdiseases.
2nd ed. Philadelphia: Churchill & Livingstone; 2003.
3. Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL. Krugman’sinfectiousdiseaseofchildren. 11th ed.
Philadelphia: Mosby; 2004.
4. Pomerans AJ, Busey SL, Sabnis S. Pediatric decision makingstrategies. WB Saunders:
Philadelphia; 2002.
5. Red book, reportofcommittee on infectiousdisease, 24th ed. Americanacademyofpediatrics
2009
6. Top FH, Wehrle PF. Diphtheria. Communicable and infectious disease. St Louis: Mosby;
1976. h. 223-38.

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016


Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

29
DIVISI INFEKSI

Malaria
Kode ICD : B50-54
Definisi
Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh satu atau lebih
spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepato-
splenomegali yang hidup dan berkembang dalam eritrosit manusaia dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina.
Anamnesis
1. Pasien berasal dari daerah endemis malaria, atau riwayat bepergian ke daerah endemis
malaria dalam 1-4 minggu sebelumnya. Ada riwayat sakit malaria, pernah minum obat
malaria, dan riwayat mendapat transfusi.
2. Demam, lemah, nausea, muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri punggung, nyeri daerah
perut, pucat, mialgia, atralgia, dan diare.
3. Pada malaria tanpa komplikasi hanya ditemukan gejala malaria tanpa tanda berat dan bukti
(klinis atau laboratorium) disfungsi organ vital
4. Pada malaria berat didapat keluhan tambahan gangguan kesadaran, demam tinggi, ikterik,
pucat, perdarahan hidung, gusi, atau saluran cerna, nafas cepat atau sesak nafas, warna urine
seperti teh tua atau kehitaman (black water fever), produksi urine sedikit, kejang dan sangat
lemah (prostration).
5. Malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas beberapa serangan demam
dengan interval tertentu (paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum demam
pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah.
6. Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin (cold stage), stadium demam (hotstage), dan
stadium berkeringat (sweating stage).Paroksisme jarang dijumpai pada anak, stadium
dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang. Periode paroksisme berhubungan dengan
ruptur skizon:
 P. vivax dan P. ovale: demam tiap 48 jam
 P. malariae: demam tiap 72 jam
 P. falciparum: demam tidak khas dapat terus menerus
7. Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran (lebih dari satu jenis -- Plasmodium atau
infeksi berulang dari satu jenis Plasmodium), demam terus menerus (tanpa interval),
8. Pada pejamu yang imun gejala klinisnya minimal.

30
DIVISI INFEKSI

Pemeriksaan fisik
1. Demam
2. Pucat pada konjungtiva palpebra atau telapak tangan
3. Splenomegali
4. Hepatomegali
5. Ikterik
6. Pada malaria berat dapat ditemukan tanda klinis lain :
a. Temperatur > 41C
b. Nadi filiformis
c. TD sistolik < 50 mmHg
d. Pucat
e. Takipneu
f. GCS < 11
g. Manifestasi perdarahan
h. Tanda dehidrasi
i. Ikterik
j. Terdengar ronchi
k. Oliguria hingga anuria
l. Kelainan neurologis berupa gejala rangsang meningeal dan atau refleks patologis
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Malaria tanpa komplikasi: infeksi simtomatik dengan parasitemia malaria tanpa tanda berat
dan bukti (klinis atau laboratorium) disfungsi organ vital
Malaria berat: infeksi simtomatik dengan parasitemia malaria dengan tanda berat dan bukti
(klinis atau laboratorium) disfungsi organ vital
Diagnosis
Malaria
Diagnosis banding
1. Demam tifoid
2. Meningitis
3. Apendisitis
4. Gastroenteritis
5. Hepatitis

31
DIVISI INFEKSI

6. Influenza dan infeksi virus lainnya

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan apus darah tepi (baku emas):
 Tebal: ada tidaknya Plasmodium
 Tipis: identifikasi spesies Plasmodium/tingkat parasitemia (hitung parasit)
dikerjakaan saat penegakan diagnosis dan diulang pada hari ke 3, 7 , 14 dan 28 setelah
pengobatan
2. Rapid diagnostic test (RDT) malaria
3. Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan komplikasi yang terjadi:
a. Darah perifer lengkap
b. Urinalisis
c. SGOT, SGPT, bilirubin total/direk/indirek
d. Alkali fosfatase, albumin
e. Ureum, kreatinin
f. AGD dan elektrolit
g. Gula darah sewaktu
h. EKG
i. Foto toraks
j. Analisis cairan serbrospinalis
k. Biakan darah
4. Temuan laboratorium malaria berat:
 hipoglikemia (guladarah< 40 mg/dl)
 asidosismetabolik
 anemia normositik berat (Hb< 5 g/dl, Ht< 15%)
 haemoglobinuria
 hyperparasitaemia (> 2%/100 000/μlp ada daerah transmisi rendah atau >5% atau
250.000/ulpada daerah transmisi tinggi)
 hiperlaktatemia
 gangguan ginjal
Tatalaksana
1. Antipiretik apabila demam > 38.5oC
2. Suportif (atas indikasi)
 Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian oral
atau parenteral
 Pelihara keadaan nutrisi

32
DIVISI INFEKSI

 Transfusi darah pack red cell 10 ml/kg atau whole blood 20 ml/kg apabila anemia
dengan Hb <7,1g/dl
 Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah yang sesuai
 Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
 Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik, bila perlu pasang CVP.
 Dialisis peritoneal dilakukan pada gagal ginjal
 Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan oksigen
 Apabila terjadi gagal nafas perlu pemasangan ventilator mekanik
 Pertahankan kadar gula darah normal.
3. Medikamentosa
Plasmodium falciparum dan Vivax
Lini Pertama: Artemisinin-based combination therapy (ACT)
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin
untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25
mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan malaria falsiparum
dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:

Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin

33
DIVISI INFEKSI

Pengobatan malaria ovale


Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan Primakuin
selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.

Pengobatan malaria malariae


Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama
dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin

Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale


Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan
dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Penganganan malaria berat :

Pilihan utama: Artesunat intravena


Pengobatan malaria di tingkat RS dianjurkan untuk menggunakan artesunate intravena.
Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik
dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%. Larutan artesunat
dibuat dengan mencampur 60 mg serbuk kering artesunik dan 0,6 ml natrium bikarbonat
5%, diencerkan dengan Dextrose 5% sebanyak 3 - 5 cc dan diberikan secara bolus
perlahan-lahan.
Artesunat (AS) diberikan dengan dosis 2,4 mg/kg per-iv sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24.
Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kg per-iv setiap 24 jam sampai penderita mampu minum

34
DIVISI INFEKSI

obat. Pengobatan dilanjutkan dengan regimen dihydroartemisinin-piperakuin ( ACT


lainnya)+ primakuin.

Kemasan dan cara pemberian artemeter


Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan
minyak. Artemeter diberikan dengan dosis 1,6mg/kg intramuskular dan diulang setelah 12
jam. Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kg intramuskular satu kali sehari sampai
penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, pengobatan
dilanjutkan dengan regimen dihydroartemisinin-piperakuin ( ACT lainnya)+ primakuin.

Obat alternatif: Kina dihidroklorida parenteral


Kemasan dan cara pemberian kina parenteral
Kina per-infus masih merupakan obat alternatif untuk malaria berat pada daerah yang
tidak tersedia derivat artemisinin parenteral. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina
dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg/2 ml.
Dosis kina HCl 25 % (per-infus): dosis 10 mg/kg (bila umur < 2 bulan: 6 - 8 mg/kg )
diencerkan dengan dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 ml/kg diberikan
selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat, selanjutnya
diberikan kina peroral sampai 7 hari.

Catatan
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung dan
dapat menimbulkan kematian.
2) Pada penderita dengan gagal ginjal, dosis rumatan kina diturunkan 1/3 - 1/2 nya.
3) Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kg.
4) Dosis kina maksimum : 2.000 mg/hari.
5) Hipoglikemia dapat terjadi pada pemberian kina parenteral oleh karena itu dianjurkan
pemberiannya dalam Dextrose 5%

Edukasi
1. Pemakaian kelambu saat tidur
2. Penggunaan losion anti nyamuk
3. Minum obat malaria pencegahan apabila bepergian kedaerah endemis malaria
Prognosis
Malaria
Ad vitam : dubia ad bonam

35
DIVISI INFEKSI

Ad sanationam : dubia ad bonam


Ad fungsionam : dubia ada bonam
Malaria Berat
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ada bonam
Level evidens
IV
Tingkat rekomendasi
C

Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama rawat
7-10 hari
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Respon klinis dan parasitologis memadai
3. Tidak ada parasitemia
4. Tidak ditemukan komplikasi
Kepustakaan
1. American Academy of Pediatrics. Malaria. Dalam: Pickering LK, Baker CJ, Long SS,
McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 Report of the committee in infectious
diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL. American Academy of Pediatrics; 2006,
h. 435-41.
2. Daily JP. Malaria. Dalam: Anne AG, Peter JH, Samuel LK, penyunting. Krugman’s
infectious diseases of children. Edisi ke-11. Philadelphia; 2004. h. 337-48.
3. Krause, Peter J. Malaria (Plasmodium). Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB, penyunting Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia; 2004. h.
1139-43.
4. Wilson CM. Plasmodium species (Malaria). Dalam: Long SS, Pickering LK, Prober
CG, penyunting. Principles and practice of pediatric infectious diseases. Edisi ke- 2.
Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003, h.1295-1301
5. World Health Organization. Severe falciparum malaria. Trans R Soc Trop Med Hyg.
2000.
6. Depkes RI. Pedoman Tatalaksana Malaria. Dirjen PP & PL Depkes RI. 2012.
7. Depkes R. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malara di Indonesia: Gebrak Malaria
Ditjen PP 7 PL. Depkes RI. 2008.
8. WHO. Guidelines for the Treatment of Malaria. 2nd edition. 2010.
9. Harijanto, P. Eliminasi Malaria pada Era Desentrallisasi. Dalam : Jendele Data dan
Informasi Kesehatan : Epidemiologi Malaria di Indonesia. Triwulan I. 2011.

36
DIVISI INFEKSI

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016


Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

Morbili
Kode ICD : B05
Definisi
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4
hari setelah munculnya ruam, ditandai oleh panas tinggi diikuti dengan keluarnya ruam yang
kemudian menghitam pada akhir perjalanan penyakit.
Anamnesis
1. Demam tinggi terus menerus 38,5oC atau lebih
2. Disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti diare
3. Timbul ruam kulit pada hari ke 4-5 demam, didahului oleh suhu yang meningkat lebih
tinggi dari semula.
4. Dapat mengalami kejang
5. Saat ruam timbul, anak masih demam, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga
anak mengalami sesak napas atau dehidrasi
6. Tanda penyembuhan: Adanya kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi)
Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:
1. Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan
batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik
yang timbul 24 jam sebelum muncul ruam dan menghilang pada hari ketiga timbulanya
ruam.
2. Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan selama 5-6
hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar
ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas. Saat timbul ruam anak masih demam

37
DIVISI INFEKSI

3. Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang


sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu.

Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan serologis jika diperlukan (IgM campak)
Diagnosis kerja
Campak (ICD 10: B05)
Diagnosis banding
1. Rubela
2. Demam skarlatina
3. Eksantema subitum
4. Infeksi stafilokokus
5. Ruam akibat obat-obatan
Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi: jumlah leukosit normal/turun atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri
2. Apabila ada komplikasi ensefalopati dilakukan:
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
b. Kadar elektrolit darah
c. Analisis gas darah
3. Feses lengkap apabila ada komplikasi enteritis
4. Apabila ada komplikasi bronkopneumonia dilakukan:
a. Pemeriksaan foto rontgen dada
b. Analisis gas darah
Terapi
1. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi,
antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi diberikan bila terjadi
kejang, dan vitamin A.
2. Indikasi rawat inap: hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya
komplikasi.
3. Pasien dirawat di ruang isolasi, tirah baring.

38
DIVISI INFEKSI

4. Vitamin A diberikan sekali sehari selama 2 hari dengan dosis 50.000 IU pada usia < 6
bulan, pada usia 6 bulan-1 tahun 100.000 IU oral pada usia 6 bulan-1 tahun dan, 200.000
IU oral pada usia > 1 tahun.
5. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai, jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada-tidaknya komplikasi.
6. Pengobatan komplikasi yang sesuai
7. Imunisasi campak dapat diberikan untuk pencegahan anak yang kontak dengan kasus
campak, apabila vaksin campak diberikan 72 jam setelah kontak campak.
8. Immunoglobulin dapat diberikan untuk mencegah timbulnya campak pada individu yang
terpapar dalam 6 hari, terutama diindikasikan pada kasus immunocompromised. Dosis
yang direkomendasikan 0,25 mg/kg IM, untuk pasien imunokompromais dosis yang
diberikan 0,5 mg/kg IM (dosis maksimum 15 mL). Immunoglobulin diberikan pada
kelompok risiko tinggi terjadinya komplikasi yaitu bayi < 1 tahun, wanita hamil, dan anak
yang immunocompromised
Edukasi
1. Rawat di bangsal isolasi
2. Tirah baring
3. Menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin.
4. Melaksanakan cuci tangan 6 langkah
5. Penyakit Campak merupakan penyakit yang swasirna.
6. Menjelaskan risiko terjadinya komplikasi pada pasien dengan gizi buruk dan anak
berumur lebih kecil: diare dengan dehidrasi, otitis media, croup, bronkopneumonia,
ensefalitis akut, SSPE
7. Imunisasi campak diberikan pada umur 9 bulan, diulang saat masuk sekolah SD (program
BIAS), atau imunisasi MMR pada umur 12-15 bulan diulang saat umur 5-6 tahun.
8. Pada anak yang pernah menderita campak, imunisasi tidak perlu diberikan
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Tingkat evidens
III
Tingkat rekomendasi
C
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama rawat

39
DIVISI INFEKSI

3-5 hari
Indikator Medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Perbaikan klinis (tanpa sesak maupun diare)
3. Nafsu makan baik
4. Ruam kulit mulai menjadi kehitaman dan mengelupas.
Kepustakaan
1. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious disease,
5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.
2. Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008. American Academy of Pediatrics. Measles.
Dalam: Pickering LK, Baker CJ, Long SS, McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006
Report of the committee in infectious diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL.
American Academy of Pediatrics; 2006, h. 441-52
3. Samuel LK. Measles (Rubeola). Dalam: Anne AG, Peter JH, Samuel LK, penyunting.
Krugman’s infectious diseases of children. Edisi ke-11. Philadelphia; 2004. h. 353-68
4. Maldonado YA. Rubeola virus (measles and subacute sclerosing panencephalitis). Dalam:
Long SS, Pickering LK, Prober CG, penyunting. Principles and practice of pediatric
infectious diseases. Edisi ke- 2. Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003, h.1148-55
5. Maldonado YA. Measles. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004, h. 1026-32.
6. American Academy of Pediatrics. Measles. Dalam: Pickering LK, Baker CJ, Long SS,
McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 Report of the committee in infectious
diseases. Edisi ke-27. Elk Grove Village, IL. American Academy of Pediatrics; 2006, h.
441-52

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016


Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

40
DIVISI INFEKSI

Omfalitis
Kode ICD : P 38.9
Definisi
Infeksi pada tali pusat yang umumnya terjadi pada periode neonatal. Umumnya disebabkan
oleh bakteri gram (+) dan/atau (-), namun dapat juga disebakan oleh bakteri anaerob.
Anamnesis
 Gejala muncul dalam dua minggu pertama kehidupan
 Kemerahan di sekitar tali pusat disertai keluar cairan berupa nanah yang berbau busuk
 Demam atau hipotermi
 Kuning
 Malas minum
 Iritabel
Pemeriksaan fisik
 Pada tali pusat dan daerah sekitarnya ditemukan tanda inflamasi berupa kemerahan,
bengkak, dan nyeri.
 Discharge berupa pus yang berbau busuk
 Dapat disertai gejala sistemik berupa peningkatan suhu > 38C, instabilitas temperatur
tubuh, jaundice,takikardi, pemanjangan CRT, takipneu, dan perut kembung.
Kriteria diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
Omfalitis
Diagnosis banding
 Granuloma umbilical
 Tetanus neonatorum

41
DIVISI INFEKSI

 Selulitis
 Sepsis
Pemeriksaan penunjang
 Darah perifer lengkap
 CRP
 Pewarnaan gram, kultur dan resistensi dari apusan pus
 Kultur darah
Tatalaksana
 Terapi lokal:
Bersihkan umbilikus dengan alkohol 70% dan betadine.
 Terapi sistemik:
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis dan
- Gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis
Bila dicurigai disebabkan oleh kuman anaerob dapat diberikan metronidazol
Antibiotik kemudian dapat disesuaikan dengan hasil kultur dan resistensi dan/atau
perbaikan klins
Durasi pemberian antibiotik:
- Omfalitis tanpa komplikasi 7 hari
- Bila dijumpai komplikasi lain dapat diberikan selama 10-14 hari
Edukasi
- Perawatan pada tali pusar setelah melahirkan dengan menggunakan betadine, alkohol,
klorhideksin, bacitrasin atau silver sulfadiazine.
- Tidak menambahkan pemberian bahan topikal lain tali pusat selain yang disarankan tenaga
medis.
Prognosis
Dengan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat :
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad functional : ad bonam
Tingkat evidens
III
Tingkat rekomendasi
C
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama perawatan

42
DIVISI INFEKSI

7-14 hari
Kepustakaan
1. Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.
2. Mullay LC, et al. Development of clinical sign based on algortihms for community based
assesment of omphalitis. F99.
3. Tolzis P. Staphylococcus epiderdimis and oterh coagulase-negative staphylococci. Dalam
: Long SS, Pickering LK, Prober CG, editor. Principles adn practice of pediatric disease.
Edisi ke-4. Philadelphia, PA : Elsevier Science. 2012. h 689-95.
4. Shah SS. Omphalitis. Dalam : The 5 minute pediatric consult. Schwartz W, editor. Edisi
ke-3. Philladelphia, PA : Lippincot Williams and Wilkins. 2003. H 582-3.
Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016
Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

43
DIVISI INFEKSI

PERTUSIS
ICD-10 : A37.9
Pengertian (Definisi)
Penyakit saluran napas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis
Anamnesis
Penyakit berlangsung selama 6-12 minggu, terdiri dari 3 stadium :
1. Stadium kataral : pilek, lakrimasi, batuk ringan, suhu tubuh biasanya normal, keparahan
batuk meningkat setelah 1-2 minggu
2. Stadium paroksismal : batuk paroxismal, batuk panjang diakhiri dengan suara whoop saat
inspirasi. , sianosis, lakrimasi
3. Stadium konvalescen
Pemeriksaan Fisik
1. Batuk-batuk panjang
2. Tidak ada inspirasi diantaranya dan di akhiri dengan Whoop saat inspirasi.
Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis
3. Pemeriksaan penunjang (darah rutin, kultur sputum, swab tenggorokan)
Diagnosis
Pertusis
Diagnosis Banding
1. Trankeobronkitis
2. Bronkiolitis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis dengan limfositosis absolut

44
DIVISI INFEKSI

2. Kultur sputum
3. Swab tenggorokan
Terapi
1. Antibiotika eritromisin 30-50 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis diberikan selama 2 minggu.
2. Antitusif misalnya kodein 1 mg/tahun, 3 kali sehari dapat diberikan bila terjadi gejala batuk
yang hebat tanda adanya komplikasi baru.
3. Obat-obatan simptomatik diberikan sampai gejala-gejala spasmodik menghilang.

Edukasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad
Ad sanationam : dubia ad
Ad fungsionam : dubia ad
Tingkat evidens

Tingkat Rekomendasi

Penelaah Kritis

Indikator Medis

Target

Kepustakaan
Wood N, Mc Intyre P. Pertussis: Review of Epidemiology, Diagnosis, Management, and
Prevention. Paediatric Respiratory Review 2008; 9: 201–212

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016


Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit
Tropis

45
DIVISI INFEKSI

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

Sepsis
Kode ICD : A41.9
Definisi
Sepsis: sindrom klinis hasil dari respon inflamasi sistemik (Systemic inflammatory response
syndrome/SIRS) terhadap infeksi (dugaan klinis/terbukti)
SIRS: respon klinis terhadap proses infeksi atau non-infeksi yang ditandai dengan minimal 2
keadaan berikut (salah satunya harus temperatur atau jumlah lekosit yang abnormal):
 suhu core 38,5oC atau <36oC
 takikardi atau bradikardi
 takipneu
 leukositosis, leukopenia atau hitung jenis bergeser ke kiri (netrofil imatur > 10%)
Infeksi: Adanya dugaan infeksi pathogen atau terbukti (berdasarkan hasil biakan positif,
pewarnaan jaringan, atau uji PCR) ATAU sindrom klinis yang sangat dicurigai berhubungan
dengan infeksi. Bukti infeksi meliputi temuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan, atau
laboratorium (misal: ditemukannya sel darah putih pada cairan tubuh yang seharusnya steril,
perforasi viscus, gambaran radiografi sesuai pneumonia, ruam petekie atau purpura, atau
purpura fulminans).
Sepsis berat: sepsis + disfungsi organ akut (minimal 1 organ: kardiovaskular atau sindrom
distress pernapasan akut) atau minimal 2 disfungsi organ lainnya.
Syok septik: sepsis + syok yang refrakter terhadap resusitasi cairan atau disfungsi
kardiovaskular
Anamnesis
1. Adanya faktor risiko untuk sepsis, infeksi primer atau dapat ditemukan fokus infeksi yang
mendasari timbulnya sepsis.

46
DIVISI INFEKSI

2. Adanya tanda awal sepsis yang dapat berupa demam, hiperventilasi, takikardia, vasodilatasi
yang disusul dengan hipotensi
3. Gelisah dan agitasi
4. Letargifg
5. Muntah
6. BAK sedikit
7. Riwayat luka bakar luas
8. Diketahui immunokompromais atau immunosupresi
9. Riwayat tindakan pembedahan/ prosedur invasif/ rawat inap
10. Menggunakan IVCD, VP shunt, invasive airway
11. Riwayat pemberian antibiotik atau antivirus

Pemeriksaan fisik
1. Penurunan kesadaran, letargi, agitasi
2. Hipotermia atau hipertermia
3. Takikardia atau bradikardi
4. Hiperventilasi
5. Gangguan perfusi atau hipotensi
6. Dehidrasi
7. Perut kembung
8. Timbulnya petekia dan purpura
9. Ditemukan selulitis atau inflamasi sendi
Kriteria diagnosis
1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Diagnosis kerja
Sepsis
Diagnosis banding
1. Intoksikasi
2. Sindrom Kawasaki
3. Leptospirosis
4. Tuberkulosis
5. Malaria
6. Kriptokokosis
7. Penyakit Lyme
8. Rocky Mountain Spotted Fever

47
DIVISI INFEKSI

9. Keganasan
Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Leukosit, hitung jenis leukosit, dengan apus darah
tepi, LED
2. SGOT, SGPT, Bilirubin Total, Direk dan Indirek
3. Gula Darah Sewaktu
4. Ureum dan Creatinin
5. CRP
6. Procalcitonin
7. Elektrolit: Na, K, Ca, Cl
8. PT, aPTT, d-dimer, fibrinogen
9. Analisa gas darah
10. Urinalisis
11. Biakan darah berulang
12. Biakan urin
13. Biakan sputum/ LCS/ apusan/ feses
14. Biakan jamur pada darah dan urin
15. Pemeriksaan radiologis
16. Laktat
Terapi
1. Antibiotik empirik sesuai pola kuman atau dapat diberikan:
a. Sefotaksim 100-150mg/kgBB/hari iv dalam 3 dosis atau Ampicillin (150-200
mg/kg/hari iv dalam 3 dosis) + Gentamisin (5-7 mg/kg/hari dalam 2 dosis atau dosis
tunggal)
b. Antibiotik spektrum luas sesuai pola kuman rumah sakit jika kuman berasal dari
health care associated infections (HAISs)
c. Metronidazol atau klindamisin dapat diberikan bersama obat di atas bila didapatkan
kecurigaan bakteri anaerob.
d. Setelah ada hasil biakan dan uji resistensi, antibiotik diberikan secara definitif.
2. Memperbaiki perfusi jaringan melalui resusitasi cairan, koreksi asam-basa.
3. Mempertahankan fungsi respirasi secara efisien, antara lain dengan pemberian oksigen
dan mengusahakan agar jalan napas tetap terbuka
4. Terapi Oksigen
5. Renal support untuk mencegah gagal ginjal akut
6. Terapi cairan intravena termasuk TPN
7. Glucose control: pertahankan kadar gula darah >70 mg/dl
8. Anti jamur sistemik atas indikasi

48
DIVISI INFEKSI

9. Antipiretik: parasetamol
10. Transfusi PRC/ TC/ FFP/ Cryo
11. Terapi inhalasi
12. Obat anti kejang: diazepam, fenobarbital, fenitoin
13. Antagonis H2 atau penghambat pompa proton
14. Source control: drain dan debridement sumber infeks bila memungkinkan

Edukasi
1. Tirah baring
2. Imunisasi
3. Perbaiki nutrisi
4. Perbaiki higiene pribadi dan lingkungan
5. Edukasi prognosis kepada pasien dan keluarganya
Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam: dubia
Tingkat evidens
III
Tingkat rekomendasi
C
Penelaah kritis
Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen IKA RSMH
Taksiran lama rawat
10-15 hari
Indikator medis
1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
2. Perbaikan klinis
3. Hemodinamik stabil
4. Tidak terjadi komplikasi

Kepustakaan

49
DIVISI INFEKSI

1. Sepsis dan Syok Sepsis. Dalam: Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI.
Penyunting. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI. 2008. h358-63
2. Feigin RD. Bacteremia and Septicemia. Dalam: Behreman RE, Vaughn VC and Nelson
WE. Penyunting) Nelson textbook of pediatrics, edisi ke 13. Philadelphia: WB Saunders.
Co, 1987: 568
3. Moffet HL. Sepsis and bacteremia. Moffet pediatric infectious disease, edisi ke-3
Philadelphia: JB Lippincott, 1989. H 292-9
4. Jaffari NS, McCracken Jr MD. Sepsis and septic shock: a review for clinicians. Pediat
Infect Dis Journ, 1992; 11: 739-49
5. Goldstein B, Giroir B, Rnadoplph A; International Consensus Conference on Pediatric
Sepsis. International pediatric sepsis consensus conference : definition for sepsis and
organ dysfunction in pediatrics. Pediatr Crit Care Med. 2005. Jan;6(1):2-8
6. Dellinger RP, et al. Surviving Sepsis Campaign : International Guidelines for
Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Critical Care Medicine, 2013.
Feb;41(2):580-637

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016


Ka. Departemen Kesehatan Anak RSMH Ka. Divisi Infeksi & Penyakit Tropis

Dr. Hj. Yusmala , SpA(K) DR. Dr. Yulia Iriani, SpA(K)


NIP 19541128 198303 2 002 NIP 19710715 1999 03 2008

50
DIVISI INFEKSI

51

Anda mungkin juga menyukai