LAPORAN DIVISI
NEONATOLOGI
NEONATOLOGI
Residen :
Pembimbing:
dr. Julniar, Sp.A (K)
dr. Herman Bermawi, Sp.A(K)
dr. Afifa Ramadanti, Sp.A(K)
dr. Indrayady, Sp.A(K)
dr. Atika Akbari, Sp.A
PENDAHULUAN
Laporan ini merupakan hasil kegiatan perawatan Divisi Neonatologi periode April-Juni 2020. Pada
periode ini bertugas orang residen, yaitu:
Junior dr. Naman Khalid dr. Desilasary dr. Andwi Putri Lika
Madya dr. Septian Tri Muhari dr. Riefky Kusdhany dr. Novalina br Kaban
1. Melakukan perawatan pasien neonatus yang diterima dari dalam dan luar RSMH
4. Membimbing mahasiswa.
2
Saat memulai tugas di Divisi Neonatologi kami menerima 17 pasien dari dokter sebelumnya, yaitu:
11. NCB SMK + Post duodenostomi a/I stenosis duodenum + sepsis + meningitis : 1 pasien
12. NKB SMK + BBLASR + Sepsis + ikterik neonatorum + RD ec HMD grade II : 1 pasien
Selama periode April-Juni 2020 Divisi Neonatologi menerima pasien sebanyak 204 pasien (selesai
perawatan sebanyak 192 pasien dan belum selesai perawatan sebanyak 12 pasien), yaitu :
Pada saat menyelesaikan tugas di Divisi Neonatologi kami menyisakan pasien belum selesai
perawatan sebanyak 12 pasien, terdiri dari :
3
1. NCB SMK + BP + lahir dari ibu rapid sars covid 19 reaktif : 2 Pasien
10. NCB SMK + T. Infeksi + low intake e.c feeding problem : 1 pasien
Selama Periode April-Juni 2020 telah selesai merawat sebanyak 192 pasien berasal dari:
4
Tabel 2. Jumlah Kelahiran Pasien Neonatus Lahir di RSMH Berdasarkan Usia Kehamilan
Periode April 2020 (N=45)
Asal
Usia Kehamilan (minggu) N
No OK IRD OK IBS VK IRD VK Kebidanan
1 < 28 0 0 0 0 0
2 28-31 0 0 0 0 0
3 32-34 3 2 0 1 0
4 35-36 5 4 0 1 0
TOTAL 45 34 1 5 5
Tabel 3. Jumlah Kelahiran Pasien Neonatus Lahir di RSMH Berdasarkan Berat Badan Lahir
Periode April-Juni 2020 (N=45)
Asal
N
No Berat Badan (gram) OK IRD OK IBS VK IRD VK Kebidanan
2 1000-1499 gram 1 1 0 0 0
3 1500-1999 gram 3 3 0 0 0
4 2000-2499 gram 11 10 0 0 1
5 >2500 gram 30 21 1 4 4
TOTAL 45 35 1 4 5
Tabel 4. Jumlah Kematian Pasien Neonatus Lahir di RSMH Berdasarkan Usia Kehamilan
Periode April-Juni 2020 (N=5)
Asal
Usia Kehamilan (minggu) N
No OK VK VK NICU
IRD IRD IRD Kebidanan
1 < 28 2 0 2 0 0 0
2 28-31 2 0 2 0 0 0
3 32-34 0 0 0 0 0 0
4 35-36 0 0 0 0 0 0
TOTAL 5 0 5 0 0 0
5
Tabel 5. Jumlah Kematian Pasien Neonatus di RSMH Berdasarkan Berat Badan Lahir Periode
April-Juni 2020 (N=7)
Asal
Berat Badan (gram) N
No OK VK VK NICU
IRD IRD IRD Kebidanan
2 1000-1499 gram 2 0 2 0 0 0
3 1500-1999 gram 1 0 1 0 0 0
4 2000-2499 gram 1 1 0 0 0 0
5 >2500 gram 2 1 1 0 0 0
TOTAL 7 2 5 0 0 0
Tabel 6. Distribusi Penyebab Kematian Pada Pasien Yang Dirawat Di Divisi Neonatologi RSMH
Periode April - Juni 2020 (N=7)
By Ny P
BBLR + RD ec BP √
1171448 √
By Ny DF
BBLASR + RD ec HMD √ √ 3 hari
1172047
By Ny UK
BBLSR + RD ec HMD √ √ 1 hari
1172208
By Ny AbA
BBLASR + RD ec HMD √ - - √ - - - v 3 hari
1172986
By Ny AA - - - √ - - - 3
1175367
- hari
BBLR + RD ec HMD grade 3 √
6
1175223
By Ny
Neonatal seizure e.c meningi
- - - - - √ -
WL √ - 4 hari
tis + Sepsis + Omfalitis + hi
dransefali
1176217
Tabel 7.Distribusi Penyakit Menurut Berat Badan Yang Dirawat Di Divisi Neonatologi RSMH
Periode April – Juni 2020
4 Asfiksia Perinatal - 1 - - 2 3
5 Apnoe prematurity - - 1 - - 1
7 Brokopneumonia - 1 3 13 35 52
9 Hiperbilirubinemia - 1 2 10 11 24
10 Sepsis - 1 5 5 18 29
11 Meningitis - 1 2 1 5 9
12 Sifilis kongenital - - - - 2 2
14 Ibu tb paru - - - - 1 1
16 Neonatal seizure - - 1 - 1 2
19 Down syndrome - - - - 1 1
20 Hidrocephalus - - - - 4 4
7
21 Hidrancepali - - - 1 1 2
22 Hirschprung Disease - - - - 3 3
23 Labiopalatoskizis - - - - 1 1
24 Omfalitis - - - - 2 2
25 Diare Akut - - 1 - - 1
26 Necrotising Enterocolitis - - 1 - - 1
28 Atresia Ani - - - - 1 1
29 Hernia diafragmatika - - - - 2 2
31 Omfalokel - - - - 1 1
32 Gastroskizis - - - - 3 3
33 Teratoma - - - - 1 1
35 Hemangioma infantile - - - - 1 1
36 Meningoencephalocele - - - - 1 1
39 Atresia Esofagus - - - - 1 1
Tabel 8. Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien yang Dirawat selama Di Divisi Neonatologi
RSMH Periode April-Juni 2020
1 BBLR 18 40 58
2 Bronkopneumonia 24 27 51
3 Tersangka Infeksi 20 25 45
4 HMD 12 23 35
8
5 Sepsis 14 15 29
6 Hiperbilirubinemia 8 16 24
7 BBLSR 6 12 18
9 Meningitis 3 6 9
Selama periode April-Juni 2020 Divisi Neonatologi menerima pasien sebanyak 204 pasien (selesai
perawatan sebanyak 192 pasien dan belum selesai perawatan sebanyak 12 pasien). Dirawat sebanyak
192 pasien, 123 pasien lahir di kebidanan, 69 lahir di luar, dengan hasil perawatan 170 pasien pulang
kontrol, 2 pasien pulang paksa, 1 pasien pindah rawat bangsal, 12 pasien pindah rawat di NICU, 12
pasien masih dirawat dan 7 pasien meninggal. Terdapat 71 pasien BBLR, 15 pasien BBLSR, dan 1
pasien BBLASR. Pasien dengan usia gestasi kehamilan ibu dilahirkan kurang dari 32 minggu
dilakukan pemeriksaan ROP sebanyak 20 pasien (Tabel 10).
Tabel 9. Distribusi Pasien Neonatus Periode April-Juni 2020 Bedasarkan Berat Badan dan
Hasil Rawat (N=192)
1. April 4 -
2. Mei 14 -
3. Juni 2 -
9
TOTAL 20 0
Tabel 11. Distribusi Pasien HMD Menurut Berat Badan, Asal dan Hasil Rawat (N= 35)
<1000 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1000-1499 15 5 2 1 0 4 2 0 0 1 0 0 0
1500-1999 15 5 2 0 0 3 3 0 0 1 0 1 0
2000-2499 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2500 3 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 35 12 5 1 0 8 5 0 0 2 0 2 0
SEPSIS NEONATORUM
Dirawat 29 pasien, 16 pasien lahir di luar dan 13 pasien lahir di kebidanan. Usia pasien saat mulai
dirawat berkisar 0-10 hari. Hasil perawatan pasien 23 pulang kontrol, 2 meninggal dunia, 2 masih
dirawat, 2 pindah NICU. Dengan lama perawatan 7-30 hari. Dari pasien yang dirawat didapatkan
penyakit lain dan penyulit, yaitu sebagai berikut:
BBLR : 10 Pasien
BBLSR :1 Pasien
BBLASR :0 pasien
10
IT ratio ≥0,2 : 12 pasien
Dari pasien yang lahir di kebidanan didapatkan faktor predisposisi infeksi dari ibu:
Tabel 12. Distribusi Pasien Sepsis Neonatorum Menurut Berat Badan dan Hasil Rawat (N=29)
<1000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1000-1499 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1500-1999 5 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0
2000-2499 5 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0
>2500 18 6 6 0 0 0 2 1 1 2 0
TOTAL 29 10 13 0 0 0 2 1 1 2 0
Tabel 13. Macam Antibiotika yang Diberikan pada Sepsis Neonatorum dan Hasil Rawat (N=29)
Hidup Meninggal
Macam Antibiotika Jumlah
K L K L
Meropenem 2 2 0 0 0
Ampicilin + Ceftazidime 24 12 10 0 2
Meropenem + Metronidazole 1 1 0 0 0
TOTAL 29 15 12 0 2
11
Kuman Jumlah Jenis Antiobiotik Yang Sensitif
Steril 22 -
daaaquinopristin/dalfopristinNitrofurantoin, Tygecycline
TOTAL 29 -
BRONKOPNEUMONIA
Telah dirawat 52 pasien, lahir di luar 25 pasien, lahir di kebidanan 27 pasien, dengan usia saat masuk
1-10 hari. Terdapat sejumlah 48 pasien pulang kontrol, 1 pasien meninggal, - pasien pindah rawat ke
NICU dan 3 masih dirawat
Tabel 15. Distribusi Pasien Bronkopneumonia Menurut Berat Badan dan Hasil Rawat (N=52)
<1000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1000-1499 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1500-1999 5 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0
2000-2499 13 10 3 0 0 0 0 0 0 0 0
12
>2500 33 24 5 1 0 1 0 0 0 2 0
TOTAL 52 38 10 1 0 1 0 0 0 2 0
Tabel 16. Macam Antibiotika yang Diberikan pada Bronkopneumonia dan Hasil Rawat (N=52)
Hidup Meninggal
Macam Antibiotika
Jumlah K L K L
Ampisilin + gentamisin 20 15 5 0 0
Ampisilin + ceftadizim 15 13 2 0 1
Meropenem 0 0 0 0 0
TOTAL 52 38 13 0 1
7 hari 23 15 35 0 1 0 2
7-28 hari 9 5 12 0 0 0 2
TOTAL 32 20 47 0 1 0 4
HIPERBILIRUBINEMIA
Dirawat sebanyak 24 pasien hiperbilirubin, diantaranya 6 pasien dari IRD, 4 pasien dari ok
IRD, 6 pasien dari VK kebidanan, 7 pasien dari NICU, dan 1 pasien dari poli. Hasil
perawatan 18 pasien pulang kontrol, 4 pasien masih dirawat, 1 pasien pulang paksa dan 1
pasien meninggal dunia. Pasien dirawat dengan masing masing memiliki penyakit
penyertaseperti sepsis, prematuritas, Brest feeding jaundice, Brest milk jaundice, dan atresia
duodenum.
Sepsis : 7 pasien
13
Brestfeeding jaundice : 7 pasien
Prematuritas : 9 pasien
MENINGITIS NEONATAL
Dirawat 9 pasien dengan meningitis, 6 pasien lahir di RSMH dan 3 pasien lahir di luar RSMH. Usia
pasien saat dirawat berkisar 0-14 hari. Hasil perawatan 1 pasien pulang kontrol , 1 pasien masih
dirawat dan tidak ada pasien yang meninggal dunia.
Tabel 18. Distribusi Pasien Meningitis Menurut Berat Badan dan Hasil Rawat (N=9)
Tabel 19. Macam Antibiotika yang Diberikan pada Pasien Neonatus dengan Meningitis dan
Hasil Rawat (N=9)
Hidup Meninggal
Macam Antibiotika
Jumlah K L K L
Ampisilin + ceftazidime 5 4 1 0 0
Ampisilin + Gentamisin 2 1 1 0 0
Meropenem 2 1 0 1 0
TOTAL 9 6 2 1 0
14
ASFIKSIA PERINATAL
Dirawat sebanyak 3 pasien dengan asfiksia perinatal, tidak ada pasien berasal dari luar dan 3 pasien
Cara persalinan
Vakum : - pasien
Spontan : 1 pasien
SC : 2 pasien
Eklampsi : - pasien
Tabel 20. Distribusi Pasien Asfiksia Perinatal Menurut Berat Badan Dan Hasil Rawat Periode
April - Juni 2020 (N=3)
1000-1499 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
1500-1999 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
2000-2499 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
>2500 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3
ASFIKSIA PERINATAL
PENYAKIT LAIN JUMLAH
PK PP M
15
K L K L K L
BBLR 1 1 0 0 0 0 0
BBLSR 3 1 2 0 0 0 0
BBLASR 0 0 0 0 0 0 0
HMD 2 2 0 0 0 0 0
Sepsis 0 0 0 0 0 0 0
Hidrancefali 1 0 0 0 0 0 1
Pneumonia 3 2 0 0 0 0 1
HIE 1 0 0 0 0 0 1
Hidrops Fetalis 1 0 0 0 1 0 0
Meconium Aspirasi 1 1 0 0 0 0 0
Tersangka Infeksi 1 1 0 0 0 0 0
Dirawat 14 pasien dengan TTN, yaitu - dengan berat badan lahir 1500-1999 gram, 4 dengan berat
badan lahir 2000-2499 gran dan 10 pasien dengan berat badan lahir >2500 gram. yang 8 berasal
dari kebidanan dan 6 pasien dari luar . Hasil perawatan semua pasien pulang kontrol.
Tabel 22. Distribusi Pasien TTN Menurut Berat Badan dan Hasil Rawat (N=14)
1500-1999 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2000-2499 4 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0
≥2499 10 6 4 6 4 0 0 0 0 0 0
TOTAL 14 8 6 8 6 0 0 0 0 0 0
16
TERSANGKA INFEKSI
Dirawat 45 pasien dengan tersangka infeksi, diantaranya 20 pasien diantaranya berasal dari luar, 25
pasien dari kebidanan. 41 pasien pulang kontrol, 1 pasien pindah NICU, 3 pasien meninggal dunia,
dan - pulang paksa. Selama perawatan dalam perjalanan penyakitnya, tersangka infeksi ada yang
menjadi sepsis 21 pasien, 1 pasien sepsis disertai meningitis.
Dari 45 pasien tersangka infeksi dengan faktor risiko ibu pada waktu persalinan sebagai berikut:
Ketuban pecah dini >12 jam : 39 pasien, 21 dimana pasien terbukti sepsis, 1 pasien dengan sepsis
+ meningitis dan 23 pasien tidak terbukti sepsis
Ketuban kental, hijau, bau busuk: 11 pasien dimana 5 pasien terbukti sepsis dan - pasien
mengalami sepsis disertai meningitis, dan 4 pasien tidak terbukti sepsis
Tabel 23. Distribusi Hasil Perawatan Tersangka Infeksi pada Pasien (N = 45)
Sepsis neonatorum 6 19 25 9 13 0 0 0 2 1 0
Sepsis + meningitis 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 21 24 45 24 18 0 0 0 2 1 0
17
1. NCB SMK + UMBILICAL CORD HERNIA STRANGULATA
By. Ny. Yuliani binti Mansoleh / LK / 13 hari / BB 3500 gr / PB 50 cm / LK 34 cm
Anamnesis
Keluhan utama : tampak keluar usus dari pusar
Keluhan tambahan : rembesan darah dari pusar dan malas menyusu
Riwayat perjalanan penyakit :
Sejak lahir tampak keluar usus dari pusar pasien kira-kira 3 cm, usus ditutupi
oleh selaput. Usus yang tertutup selaput tersebut tampak memanjang saat pasien
menangis. Muntah tidak ada. Pasien belum BAB. Pasien lahir ditolong oleh bidan dan
pasien kemudian dirujuk ke RSMH. Saat di RSMH, pasien dikonsulkan ke divisi
bedah anak dan didiagnosis sebagai hernia umbilical cord, kemudian dilakukan repair.
Setelah 3 hari paska operasi, luka operasi tampak baik, tidak ada nanah dan darah,
pasien kemudian diperbolehkan pulang. Selama di rumah pasien menetek langsung
dengan ibunya dan tidak ada kesulitan saat menyusu. Selama di rumah ibu
mengatakan mengganti kasa pada luka operasi setiap hari.
18
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, tampak rembesan darah dari bekas
operasi pasien di bagian pusar dan tampak keluar usus berwarna kehitaman sepanjang
± 5 cm, nanah tidak ada. Pasien tampak gelisah dan rewel. Pasien malas menyusu dan
tampak lemas. Demam tidak ada. Kejang tidak ada. BAB 2-3 kali per hari, konsistensi
lunak dan BAK 3-4 kali perhari berwarna kuning jernih. Karena rembesan darah
tampak semakin banyak, pasien dibawa ke Poli Anak RSMH dan disarankan rawat
inap.
Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, dari ibu G2P1A0. Ibu
rutin kontrol ke bidan setiap bulan. Saat lahir pasien langsung menangis dan sejak
lahir sudah tampak benjolan di pusar pasien. Pasien langsung dirujuk ke RSMH untuk
penanganan lebih lanjut.
Pemeriksaan penunjang :
Hb 14,7 g/dl, Eritrosit 3.27x106/mm3, Leukosit 11.740/mm3, Hematokrit 40%,
Trombosit 614.000/µL, RDW-CV 16.10%, LED 8 mm/jam, IT Ratio 0,06, CRP <5,
Alb 3.6 gr/dl, GDS 72 mg/dl, Na 143 mEq/L, K 3.6 mEq/L, Ca 9.0 mg/dl, Cl 110
mmol/L, PT 15.9 (14.7) detik, APTT 35.4 (29.1) detik, INR 1.18. Kesan : dalam batas
normal.
Diagnosis awal : NCB SMK + Umbilical Cord Hernia Strangulata + Klinis Sepsis
Tatalaksana :
19
Pasien mendapatkan terapi IVFD D10 1/5 NS 27 cc/jam, Ceftazidime 3 x 175
mg intravena. Pasien dirawat bersama dengan Bedah Anak dengan hernia umbilical
cord strangulata, direncanakan laparotomi eksplorasi cito. Saat operasi ditemukan
adanya fistula di ductus omfalomesentrikus yang menyebabkan adanya rembesan
darah pada hernia. Evaluasi post operasi dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
didapatkan Hb 13,7 g/dl, Eritrosit 3.200.000/mm3, Leukosit 22.500/mm3, Hematokrit
39%, Trombosit 627.000/µL, RDW-CV 16.10%, LED 8 mm/jam, IT Ratio 0,28, CRP
<6, diffcount 0/0/59/27/14. Kesan : tidak sepsis. Pasien masih dipuasakan sampai
bising usus kembali normal dan diberikan IVFD D10 1/5 NS kecepatan 18.9 cc/jam,
Aminosteril 6% kecepatan 7.2 cc/jam (3 gram/kgbb/hari), dan melanjutkan pemberian
antibiotik Ceftazidime 3 x 175 mg intravena. hasil kultur darah steril. Hari kedua post
operasi pasien mulai diberi minum 8 x 5 cc dan dinaikkan bertahap. Hari ke 4 post
operasi pasien diberikan ASI on demand, tampak luka operasi baik, tidak ada darah
ataupun nanah, BAB 2-3 kali per hari. Pada hari ke 5 post operasi pasien
diperbolehkan pulang dan disarankan kontrol ke poli anak terpadu dan poli bedah
anak untuk evaluasi dan perawatan luka post operasi.
Diagnosis Akhir :
NCB SMK + Umbilical Cord Hernia Strangulata post Laparotomy Explorasi
Pemeriksaan Penunjang :
Hb 16,3 g/dl, Eritrosit 3.350.000/mm3, Leukosit 23.250/mm3, Hematokrit
45%,Trombosit 271.000/µL, diffcount 1/2/71/16/10, LED 2 mm/jam, IT Ratio 0,14,
CRP 11, PT 17 (13.6) detik, APTT 40.5 (28.5) detik, INR 2.12, Natrium 142 mEq/L,
Kalium 5.7 mEq/L, Clorida 113 mmol/L, Calsium 8.6 mg/dl, Ureum 32 mg/dl,
Creatinin 0.37 mg/dl, Albumin 3.5 g/dl.
Diagnosis awal :
NCB SMK + Extropia Epispadia Complex + Hernia Inguinalis Kongenital Bilateral +
Klinis Sepsis
Tatalaksana :
Pasien mendapatkan terapi Ampicilin 3 x 75 mg dan Gentamicin 2 x 7.5 mg,
ASI on demand. Pasien dikonsulkan ke Bedah Anak, didapatkan kesan hernia
inguinalis bilateral pro herniotomi + pro repair bladder. Pasien juga dikonsulkan ke
bedah Orthopedi, didapatkan kesan extropia epispadia kompleks pro pelvic ring
21
closure. Pasien di echocardiografi untuk skrining kelainan kongenital lainnya dan
didapatkan hasil normal heart. Pada perawatan hari ke 3 pasien tampak malas
menyusu dengan ibunya dan pasien tampak kuning, dilakukan pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil BT 15.90, BI 0.70, BD 15.20, kemudian dilakukan
fototerapi. Pada hari perawatan ke 7 dilakukan operasi pada pasien dan pemasangan
gips pada area panggul yang direncanakan akan dipertahankan selama 3 minggu
untuk merapatkan kembali panggul. Paska operasi herniotomi, repair bladder dan
pelvic ring closure, dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 14.7
g/dl, Eritrosit 3.320.000/mm3, Leukosit 26.420/mm3, Hematokrit 39%, Trombosit
524.000/µL, LED 5 mm/jam, IT Ratio 0,21, CRP 11, Natrium 140 mEq/L, Kalium 5.8
mEq/L, Calsium 9 mg/dl, Albumin 3.5 g/dl dengan kesan sepsis. Dilakukan kultur
darah pada pasien dengan hasil kultur steril. Pada pasien tidak dilakukan lumbal
pungsi karena dengan kondisi panggul pasien yang terpasang gips tidak
memungkinkan untuk dilakukan lumbal pungsi. Dilakukan USG transfontanella dan
didapatkan kesan tidak meningitis. Pemberian Ampicilin dilanjutkan sedangkan
pemberian Gentamicin dihentikan dan diganti dengan pemberian Ceftazidime 3 x 150
mg. Pasien mulai diberi minum dengan ASI 8 x 5 cc via NGT dan dinaikkan bertahap.
Pasien diberi IVFD Dekstrose 10 1/5NS kecepatan 23 cc/jam.
Pada hari ke 7 paska operasi, tampak luka operasi pada dinding perut bawah
pasien terbuka sehingga buli-buli pasien terlihat dengan kesan adanya wound dehision
mengancam burst abdomen. Luka operasi terbuka dan basah akibat adanya genangan
air kencing pasien yang bercampur dengan feses pasien yang tertumpuk di dalam gips
pasien yang sulit dibersihkan karena sempitnya area panggul pasien yang tertutup
gips, dan dikhawatirkan menjadi sumber infeksi pada pasien dan memperburuk
kondisi pasien. Demam ada. Sehingga pada hari ke 10 paska operasi, Bedah
Orthopedi memutuskan untuk membuka gips pada panggul pasien. Bedah Anak
menyarankan untuk menunda repair defek pada luka operasi yang terbuka dibagian
perut pasien sampai usia pasien 2 bulan sekaligus untuk operasi elektif bersama
Bedah Orthopedi untuk repair pelvis pasien. Pasien disarankan untuk perawatan luka
operasi rutin bekerja sama dengan tim perawatan luka pada dinding perut yang
terbuka. Pada hari ke 14 kondisi pasien dinilai cukup baik, pasien mau menyusu
dengan menetek langsung dengan ibunya, tidak ada darah dan nanah pada luka
operasinya, dan hasil laboratorium terakhir tidak sepsis, sehingga pasien
22
diperbolehkan pulang dengan saran perawatan luka rutin dan kontrol rutin ke poli
anak terpadu, poli bedah anak, dan poli bedah orthopedi untuk evaluasi luka paska
operasi dan perencanaan untuk tindakan operasi berikutnya.
Diagnosis Akhir :
NCB SMK + extropia epispadia kompleks post pelvic ring closure + hernia inguinalis
bilateral post herniotomi + wound dehision + sepsis (selesai) + hiperbilirubinemia
(selesai)
23
sianosis (-), dispneu (-). Kepala : napas cuping hidung (-), conjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), sianosis (-) ubun ubun besar cekung (-) wajah dismorfik (-).
Toraks: simetris, retraksi (-) kelainan vertebrae (-). Jantung : Bunyi Jantung I-II
normal, murmur (-), gallop (-). Paru : vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing
(-/-). Abdomen : tampak usus berwarna kemerahan keluar dari umbilicus tanpa
selaput, tidak berbau, tidak ada pus, hepar dan lien tak teraba, turgor baik, kulit tidak
kering. Extremitas : akral hangat, CRT < 3”. Anus: ada
Pemeriksaan penunjang :
9/4/20:
Hb 17.7 g/dl, Eritrosit 4.92x106/mm3, Leukosit 29820/mm3, Hematokrit 52%,
Trombosit 419.000/µL, LED 2 mm/jam, IT Ratio 0,19, CRP 5, PT 79.2 (13.2) detik,
APTT 91.2 (30.4) detik, INR 6.30.
Kesan: Tidak sepsis dan pemanjangan PT APTT
Diagnosis awal : NCB SMK + Gastroschizis
Tatalaksana :
Pasien dikonsulkan ke bedah anak kemudian dilakukan operasi pemasangan
bogota bag pada tanggal 9/4/20, post operasi pasien dirawat di ruang perawatan
neonatus. Luka tidak bernanah, tampak basah, BAB dan flatus belum ada. Hasil lab
post operasi didapatkan Hb 21.0 g/dl, Eritrosit 5.90juta/mm 3, Leukosit 13860/mm3,
Hematokrit 57%, Trombosit 419.000/µL, LED 2 mm/jam, CRP 89, IT rasio 0.2
diffcount 0/0/64/23/13, kesan tidak sepsis. Protrombin time memanjang 3x (42.5) dan
APTT memanjang 2x (63.7) albumin 2.2 mg/dl Natrium 125 meq/L, kesan
hiponatremia. Pasien kemudian diberikan koreksi natrium dengan cairan D10% + Ca
gluconas 40 cc + NS 3% 32 ml kec 7cc/jam (kecepatan maintenance). Terapi lain
diberikan ampisilin 3x70 mg, ceftazidime 3x140 mg IV, metronidazol 2x20, albumin
2,5% 1x 12 ml dan vitamin K 1x1 mg. Pasien masih dipuasakan sampai bising usus
kembali normal.
Pada tanggal 15/4/20 dilakukan repair defek gastrocizis. Post operasi bayi
dirawat di ruang perawatan neonatus. Post operasi bayi tampak sedikit kembung, luka
24
tidak bernanah, tampak basah jaringan merah, BAB dan flatus belum ada dan
terpasang drain. Hasil lab post op didapatkan Hb 17.6 g/dl, Eritrosit 4.87 juta/mm 3,
Leukosit 10560/mm3, Hematokrit 45%, Trombosit 303.000/µL, LED 2 mm/jam, CRP
94, IT rasio 0.24 diffcount 0/3/65/23/9 Alb 1.9 mg/dl Na 121 meq/L K 5.1 meq/L Ca
9 mg/dl, kesan tidak sepsis, peningkatan CRP, hipoalbuminemia dan hiponatremia .
Pasien diberikan albumin 10 cc tiap 24 jam selama 3 hari, koreksi natrium dan
pemberian antibiotk dilanjutkan. Pasien masih dipuasakan sampai bising usus kembali
normal.
Hari perawatan ke 12 hiponatremia teratasi, didapatkan hasil natrium 131
meq/L. Cairan diganti menggunakan cairan maintance IVFD D10%1/5NS + ca
gluconas 40 cc kecepatan 14 cc/jam dan amino steril 6% + KCl 4 mEq kecepatan 6
cc/jam.
Pada hari perawatan ke 15 bayi tampak kuning. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan bilirubin total 28.8 mg/dl, bilirubin direk 14 mg/dl, bilirubin
indirek 14 mg/dl. Pasien kemudian dikonsulkan ke divisi GEH, dari hasil USG,
didapatkan pelebaran duktus koledokus, dengan kesan kolestasis intrahepatic ec
suspek sepsis, pasien mendapatkan terapi tambahan urdafalk 3x3 mg. Hari perawatan
ke 21 dilakukan evaluasi lab didapatkan Hb 15.6 g/dl, Leukosit 4080/mm3, hematokrit
44%, Trombosit 3.000/µL, LED 15 mm/jam, CRP 205, diffcount 0/0/32/50/18 IT
rasio 0.09 Ca 8.1 meq/L Na 141 meq/L K 3.2 meq/L. Kesan sepsis dengan
trombositopenia. Pasien kemudian direncanakan tranfusi TC 3x40 cc dan antibiotik
diganti menjadi amikasin 3x30mg.
Pada hari perawatan ke 24, anak memulai diet dengan pregestimil 8x10 cc
selanjutnya diet dinaikkan bertahap sampai dengan ASI on demand pada hari
perawatan ke 41. Pada hari perawatan ke 44 dilakukan pemeriksaan lab evaluasi
dengan hasil Hb 10.7 g/dl, Leukosit 13000/mm 3, Hematokrit 32%, Trombosit
178.000/µL, LED 15 mm/jam, CRP 22, diffcount 0/3/55/32/7 IT rasio 0.26 Bilirubin
total 0.8 Bilirubin direk 0.6 AST 29 ALT 23. Pada hari perawatan ke 46 anak tampak
aktif, berat badan 2800 gram, anak menyusu baik, tidak kuning, tidak ada kelainan
pada pemeriksaan fisik lainnya. Luka operasi tampak baik, tidak basah dan tidak ada
pus. Pasien kemudian pulang kontrol.
Diagnosis Akhir :
25
NCB SMK + gastroschizis post bogota bag + Post repair defek gastroschizis + sepsis
+ kolestasis intrahepatik ec sepsis
27
Bayi perempuan lahir dari ibu G2P1A0 hamil 37 minggu lahir secara spontan
ditolong bidan, lahir langsung menangis, A/S 8/9. Ketuban kental, hijau dan berbau
tidak ada. Riwayat KPD 16 jam, riwayat ibu demam ada pada usia kehamilan 12
minggu, riwayat kencing manis tidak ada, riwayat darah tinggi tidak ada. Bayi lahir
dengan berat badan 2200 gr, panjang badan 48 cm. Pasien tampak kembung, BAB (-),
flatus (-). BAyi lalu dirujuk ke RSMH. Hasil BNO didaapatkan gambaran atresia
jejunum lalu dilakukan operasi laparotomi eksplorasi, didapatkan hasil atresia jejunum
tipe 4. Post op anak dirawat di NICU selama 2 hari lalu dipindahkan ke ruang
neonatus setelah perbaikan klinis.
Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan, cukupbulan, dari ibu G2P1A0.
Pemeriksaan Fisis : Aktivitas : sedang, refleks hisap : sedang, tangis : sedang, HR :
124 x/m, RR : 40 x/m, Temp: 36,6 C, anemia (-), sianosis (-), dispneu (-). Kepala :
napas cuping hidung (-), conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-).
Toraks: simetris, retraksi (-). Jantung : Bunyi Jantung I-II normal, murmur (-), gallop
(-). Paru : vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-), wheezing (-/-). Abdomen : cembung,
tegang, bising usus (-) tidak teraba massa, nyeri tekan (+). Extremitas : akral hangat,
CRT < 3”. Anus (+) Mekoneum (-).
Pemeriksaan penunjang :
11/5/20
Hb 16.2 g/dl, Eritrosit 4.63jtx106/mm3, Leukosit 4900/mm3, Hematokrit 47%,
Trombosit 249.000/µL, LED 2 mm/jam, SGOT 27 mg/dl, SGPT 6 mg/dl, albumin 3.1
mg/dl, Ca 7.6 mEq/L, Na 125 mEq/L, K 3,0, Cl 81, CRP 24, IT rasio 0.03, GDS 462.
Kesan: tidak sepsis + hipokalsemia.
Diagnosis awal : NKB SMK + BBLASR + Atresia Jejunum pro jejunostomi + klinis
sepsis
Tatalaksana :
Pasien dilakukan jejunostomi pada tanggal 11/5/20. Post operasi pasien
dirawat di NICU. Saat awal perawatan terpasang ventilator dengan modus PSIMV
PIP 17 PEEP 5 FiO2 45%. Terapi awal IVFD D10 1/5 NS kecepatan 6,5 cc/jam,
aminofusin 5% 5 cc per jam, injeksi ampisilin 3x55 mg, ceftazidime 3x110 mg dan
metronidazol 2x16 mg. Pasien dipuasakan sampai bising usus normal dan ada feses.
Pasien memulai diet ASI 8x3 ml sejak hari perawatan ke 2 dinaikkan secara bertahap.
28
Pada hari perawatan ke 4 setting ventilator diturunkan menjadi PSIMV PIP 15
PEEP 5 FiO2 40%. Pada hari perawatan ke 3 pasien dipasangkan CPAP dengan Fio2
21%PEEP 6, keesokan harinya pasien sudah bernafas dengan O2 Spontan. Pasien
dipindahkan ke ruang neonateus setelah hari rawat ke 5.
Selama perawatan pasien di ruang neonatus keadaan pasien membaik. Pada
hari ke 10 dilakukan evaluasi laboratorium dengan hasil Hb 16.6 g/dl, Leukosit
27060/mm3, Trombosit 255.000/µL, LED 9 mm/jam, DC 0/0/52/32/5 IT rasio 0.06,
CRP 8. Hari perawatan ke 12, pasien bernapas baik, berat badan 1855 gram,
antibiotik telah diberikan 13 hari dan anak telah menyusu dengan baik. Pasien
kemudian pulang kontrol setelah keluarga bisa merawat jejunostomi dan sudah ASI
on demand.
Diagnosis Akhir :
NKB-SMK + BBLR + post op laparotomy eksplorasi atas indikasi atresia jejunum
tipe IV + jejunustomy
Diagnosis awal :
NCB-SMK + RD DOWNE SCORE 3 EC SUSP. TTN dd/BP + KLINIS SEPSIS +
NEONATAL SEIZURE EC MENINGITIS dd/ IMBALANCE ELEKTROLIT
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium : Hb 12.6 g/dL Leukosit 8.710 g/dL Trombosit 85.000 mg/dL LED 21
mm/jam, I/T rasio 0.13 CRP 20 BSS 83 mg/dL Calsium 6.3 meq/L Natrium 146
meq/L, Kalium 3.3 meq/L Cl 117 mmol/L Albumin 3.4 g/dL. Analisa LCS Warna
kemerahan, agak keruh, tidak berbau, berat jenis 1.010, jumlah leukosit 94 sel/ul,
PMN 62/ul, MN 38/ul, nonne negative, pandy positif, protein 171.3 mg/dL, LDH 442,
Glukosa 29.0 mg/dL, clorida 114 mEq/L.
Kesan: Trombositopenia, hipocalsemia, sepsis dan meningitis.
Tatalaksana:
Terapi awal memakai O2 nasal 1-2 lpm, IVFD D10 500 cc + Ca Gluconas 40cc
kecepatan 6 cc/jam, Aminofusin 5% kec 4 ml/jam. Ampicillin 3 x 140 mg intravena,
30
ceftazidime 3 x 140 mg intravena dosis meningitis, fenitoin loading 55mg + Nacl
0.9% 50cc selanjutnya fenitoin maintenance 2 x 8 mg intravena, Ca gluconas 5% 2ml
+ D5% 10 ml tiap 8 jam habis 30 menit untuk koreksi hipocalsemia, rontgen thorax,
direncanakan lumbal pungsi, cek DR, elektrolit, CRP, LED, GDS. ASI per NGT di
mulai 10 ml/kgbb naik bertahap. Setelah ada hasil laboratorium dan hasil lumbal
pungsi meningitis, pasien didiagnosis dengan Sepsis, meningitis dan hipocalsemia,
dan direncanakan untuk USG TF untuk evaluasi meningitis di hari ke 7 perawatan,
antibiotik dilanjutkan sampai 21 hari.
Pada perawatan hari 3 pasien sudah tidak sesak napas, dan sudah tidak kejang, pasien
kemudian di cek lab evaluasi elektrolitnya dan didapatkan hasil elektrolit normal,
pasien sudah bisa minum per oral, ogt dilepas kemudian pasien sudah bisa minum
8x20 ml dan tidak ada muntah, fenitoin mulai di tappering off dan di stop hari ke5
perawatan. Perawatan hari ke 7 pasien dilakukan pemeriksaan USG TF dan
didapatkan kesan PPIV grade IV, kemudian ditambahkan terapi inj Vit K 0.3 mg/kgbb
selama 3 hari dan pasien direncanakan dilakukan pemeriksaan laboratorium evaluasi
rutin dan ditambah faal hemostasis dan CT Scan kepala, dari hasil laboratorium
didapatkan hasil trombositopenia, sepsis perbaikan, elektrolit normal dan faal
hemostasis normal, dari hasil CT scan kepala didapatkan hasil perdarahan
intraventrikuler grade IV dan meningitis. Pada perawatan hari ke 14 pasien di lakukan
cek laboratorium evaluasi dan didapatkan hasil tidak sepsis. Perawatan hari ke 21
pasien direncanakan evaluasi meningitis dan perdarahan intraventrikulernya, dan
direncanakan USG TF didapatkan hasil PPIV grade IV dan meningitis perbaikan dan
didapatkan pelebaran ventrikel, kesan Hidrosefalus, selama perawatan lingkar kepala
pasien tidak terjadi penambahan tetap 32 cm. Pada perawatan hari ke-22 pasien
dipulangkan dan direncanakan kontrol ke poli anak terpadu, poli TKPS untuk bayi
resiko tinggi dan rencana konsul ke bagian bedah saraf untuk dievaluasi
hidrocephalusnya, ibu di edukasi untuk mengukur lingkar kepala bayi rutin setiap
hari.
Diagnosis akhir:
NCB-SMK + TTN + NEONATAL SEIZURE EC MENINGITIS + PPIV GRADE
IV + HIDROCEPHALUS + TROMBOSITOPENIA + HIPOCALSEMIA +
SEPSIS
31
7. NCB SMK + METEORISMUS EC HIRSCHPRUNG DISEASE
By.Ny. Marulita/LK/BB 3400 gr/ PB 52 cm.
Anamnesis
Keluhan utama : Perut kembung
Keluhan tambahan : Anak belum BAB
Riwayat perjalanan penyakit
Bayi laki-laki lahir di bidan dari ibu G1P0A0 hamil cukup bulan secara spontan
pervaginam. Riwayat ibu demam selama kehamilan tidak ada. Riwayat ibu darah
tinggi dan kencing manis tidak ada. Riwayat ketuban pecah dini tidak ada. Riwayat
ketuban hijau kental bau tidak ada. Bayi lahir langsung menangis. APGAR score tidak
diketahui, BBL 3400 gram, PBL 52 cm, anus ada.
Pada saat usia bayi 2 hari, pasien belum BAB sejak lahir, mekonium (-). Ibu baru
menyadari perut bayi menjadi kembung, bayi menyusunya menjadi berkurang dan
bayi rewel, bayi ada muntah 1x berisi susu yang diminum, demam tidak ada, kentut
tidak ada. Bayi kemudian dibawa ke RS Siti Khadijah Palembang, dilakukan
pemerikasaan rectal toucher, dan diagnosis sebagai suspek Hirschprung Diseasae.
Bayi kemudian dirujuk ke RSMH untuk perawatan lebih lanjut.
Pemeriksaan fisis:
aktivitas sedang, reflek hisap ada, tangis sedang, HR: 142x/mnt, RR 45x/mnt, T
36,8C. Kepala tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sclera ikterik dan
tidak terdapat nafas cuping hidung. Thoraks simetris, tidak terdapat retraksi. Cor
bunyi jantung I-II normal, tidak terdapat murmur maupun gallop. Pulmo suara nafas
vesikuler normal, tidak terdapat ronkhi maupun wheezing. Abdomen cembung, lemas,
hepar dan lien sulit dinilai bising usus normal. Anus ada, Ekstremitas akral hangat
CRT< 3”.
Diagnosa Awal:
NCB SMK + METEORISMUS ECHIRSCHPRUNG DISEASE + KLINIS SEPSIS
Pemeriksaan penunjang :
Hb18,8 g/dl eritrosit 4.090.000/mm3 leukosit 7.110/mm3 Ht 51% trombosit 51.000/µL
LED 2 mm/jam , IT Ratio 0,15 CRP 5
Kesan: tidak sepsis
32
Tatalaksana
Pasien diberikan IVFD D10 1/5 NS dengan kecepatan 9 cc per jam, Aminofusin 5%
kecepatan 5 cc per jam, Ampicillin 3x90 mg, Ceftazidime 3x170 mg iv, dan
metronidazole 2x25 mg iv. Pasien dilakukan pemeriksaan BNO teknik hirschprung
dan didapatkan kesan ileus obstruktif letak rendah. Pasien kemudian dilakukan
pemeriksaan colon in loop dan didapatkan kesan Hirschprung disease. Pasien
kemudian dilakukan rectal washout dan didapatkan feses keluar dari rectum, pasien
mengalami perbaikan setelah dilakukan rectal washout 2x sehari, setelah ibunya bisa
rectal washout mandiri. Pasien kemudian disarakan pulang dari Bedah anak dan
disarankan kontrol ke poli Bedah Anak untuk direncanakan operasi Transanal Pull
Through (TAPT). Pasien menyelesaikan antibiotik hingga 7 hari dan diperbolehkan
pulang dengan rectal washout berkala.
Diagnosa akhir
NCB SMK + METEORISMUS EC HIRSCHPRUNG DISEASE
33
langsung menangis. APGAR score menit pertama 3, menit kelima 5, menit sepuluh 8,
BBL 3400 gram, PBL 50 cm, LK 36 cm.
Setelah dilakukan resusitasi, bayi masih sesak kemudian diberikan O2 nasal 1-2 lpm
saturasi perbaikan menjadi 96%, didapatkan lengan kanan tidak aktif seperti tangan
kiri. Kemudian pasien dikirim ke ruangan neonatus untuk perawatan lebih lanjut.
Riwayat selama kehamilan pasien rutin kontrol ke bidan dan di USG satu kali dan
dikatakan kepala tidak turun ke bawah. Selama kehamilan ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan tidak pernah minum jamu-jamuan.
Pemeriksaan fisis:
aktivitas sedang, reflek hisap ada, tangis sedang, HR: 142x/mnt, RR 45x/mnt, T
36,8C. Kepala tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sclera ikterik dan
tidak terdapat nafas cuping hidung. Thoraks simetris, tidak terdapat retraksi. Cor
bunyi jantung I-II normal, tidak terdapat murmur maupun gallop. Pulmo suara nafas
vesikuler normal, tidak terdapat ronkhi maupun wheezing. Abdomen datar, lemas,
hepar dan lien sulit dinilai bising usus normal. Anus ada, Ekstremitas akral hangat
CRT< 3”. Regio brachialis sinistra : adduksi dan endorotasi, refleks menggenggam +
Diagnosa awal:
NCB SMK + RD DS 3 ec Susp TTN dd/BP + susp. ERB’S paralisis dd/Klumpke
paralisis
Pemeriksaan penunjang :
Hb 10.5 g/dl eritrosit 2.780.000/mm3 leukosit 14.760/mm3 Ht 36% trombosit
106.000/µL LED 2 mm/jam , IT Ratio 0,03, CRP 6
Kesan: tidak sepsis
Tatalaksana
Pasien diberikan IVFD D10% + Ca gluconas 40 ml dengan kecepatan 8 cc per jam,
Ampicillin 3x85 mg, Gentamicin 2x8 mg iv, dan transfusi PRC 1x40 ml, ASI 10
ml/kgbb per OGT dan fiksasi lengan kiri sesuai posisi anatomis, rencana konsul
kebagian rehab medik. Pada perawatan hari kedua pasien sudah tidak sesak, antibiotik
dilanjutkan sampai tiga hari, hasil ro thorak tidak terdapat kelainan, pasien sudah
mulai bisa minum per oral ASI 8x20 ml, pada hari ketiga perawatan pasien tampak
kuning khremer II kemudian dilakukan fototerapi klinis, anak sudah mulai ada refleks
34
menggenggam. Pada perawatan hari keempat keluarga pasien meminta untuk pulang,
kemudian pasien dipulangkan dengan diedukasi bayi harus dijemur disinar matahari,
untuk erb’s paralisisnya bayi harus kontrol ke rehab medik untuk fisioterapi agar
pemulihannya bisa lebih baik.
Diagnosa akhir
NCB SMK + TTN + ERB’S PARALISIS + IKTERIK NEONATORUM
35
KEGIATAN DI POLIKLINIK TERPADU IBU DAN ANAK
Merupakan gabungan poliklinik anak dan kebidanan yang dilaksanakan setiap hari berupa
poliklinik nifas dan laktasi serta melayani pasien yang pulang kontrol setelah dirawat di bagian
kebidanan atau IKA.Memberikan bimbingan kepada ibu-ibu yang mempunyai problem laktasi
Selama periode April-Juni 2020 terdapat 25 kunjungan pasien yang kontrol, terdiri dari :
1. Kunjungan pasien baru sebanyak 20 pasien dan pasien lama sebanyak 5 pasien
2. Keadaan pasien sehat sebanyak 24 pasien dan pasien sakit sebanyak 1 pasien
Tabel 24. Distribusi Penyakit yang Kontrol ke Poliklinik Terpadu Ibu dan Anak (N=25)
B L B L B L B L B L B L B L
Sehat 0 0 0 0 0 0 11 2 7 4 18 2 4 0 24
Ikterik 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1
Jumlah 0 0 0 0 0 0 11 3 7 4 19 2 4 - 25
Pasien yang datang ke poliklinik terpadu diberi ASI maupun PASI. Pasien yang kontrol ke
poliklinik terpadu, berasal dari rawat gabung kebidanan RSMH Palembang sebanyak 20 orang, 19
pasien berasal dari pasien yang selesai dirawat di Bagian Neonatus IKA RSMH serta 5 pasien berasal
dari luar (lahir di bidan).Ibu bayi yang kontrol membawa bayinya semuanya masih memberikan ASI
eksklusif, dan problem laktasi terbanyak adalah pada ibu bekerja. Pada ibu-ibu ini diberikan
penyuluhan untuk tetap memberikan ASI saat dirumah dan saat bekerja diberikan ASI yang
dikeluarkan malam sebelumnya
36
Tabel 25. Distribusi Problem Laktasi pada Ibu yang Membawa Bayinya Kontrol ke Poliklinik
Terpadu Ibu dan Anak (N=25)
2. Ibu bekerja 6
3 Ibu sakit 3
TOTAL 30
Terima kasih kami sampaikan kepada Ketua KSM Anak, Kepala Bagian IKA, Ketua Program Studi
IKA, Koordinator Pelayanan dan Pengenbangan KSM kesehatan Anak dan Supervisor
DivisiNeonatologi, dr. Hj. Julniar M Tasli, SpA (K), Dr. H. Herman Bermawi, SpA (K), Dr. H.
Indrayady,SpA (K), Dr. H. Afifa Ramadanti, SpA (K), dan dr. Atika Akbari, SpA yang telah memberi
kesempatan dan bimbingan kepada kami untuk bekerja dan belajar di Divisi Neonatologi.
37