Anda di halaman 1dari 36

A.

Trap D

Gambar 63. Progress per hari pekerjaan tiang pancang (spun pile & mini pile) Trap D.

Pemancangan pertama kali pada trap D, yaitu dilakukan pada mini pile dengan kode MP 28.
Pada hari pertama pemancangan, (26 Agustus 2020), hanya ada 6 tiang pancang yang
tertanam (Gambar 63), sama dengan hari berikutnya (27 Agustus 2020). Pada 28 Juli 2020,
pemancangan masih dilakukan hanya untuk mini pile, dengan perolehan 9 unit, bertambah 3
unit dari hari sebelumnya. Pemancangan sisa mini pile ditutup pada 29 Agustus 2020 dengan
perolehan 7 unit. Jadi, selama 4 hari (26-29 Agustus 2020) hanya memperoleh progress
pemancangan sebanyak 28 unit mini pile, sehingga jika dirata-rata ada 7 unit per hari.
Selama 11 hari, terhitung dari 30 Agustus 2020 hingga 9 September 2020, pemancangan
kembali dihentikan (Gambar 63), namun alasannya bukan kerusakan alat, melainkan rapat
membahas langkah dan solusi ke depan terkait cara agar tiang pancang dapat masuk ke dalam
tanah tanpa adanya gangguan dari keterdapatan bongkah batuan, dengan kedalaman tercapai
yang > 5m. Hasil dari rapat yaitu disepakati adanya penggalian lereng secara tegak pada Trap
D yang tepat di lokasi spun pile, dilanjutkan dengan pre-boring (tidak semua titik), dan yang
terakhir yaitu pemancangan. Kedalaman galian tegak pada semua bagian trap, yaitu 5 m.
Proses penggalian tegak ini, dilaksanakan setelah kesepekatan hasil rapat diperoleh, sehingga
masih dalam rentang waktu 11 hari penghentian aktivitas pemancangan. Setelah lereng
selesai digali, dilanjutkan dengan adanya pekerjaan sebagai item baru, yaitu pre boring
dengan kedalaman bervariasi, tergantung kondisi di lapangan. Pekerjaan pre-boring
dilakukan di beberapa titik lokasi saja, tidak semua titik. Hanya 39 titik yang dilakukan pre-
boring. Pemancangan kembali dilakukan setelah pre-boring dinyatakan selesai (hanya khusus
lokasi pre-boring). Dengan demikian, perhitungan kedalaman tercapai, dihitung berdasarkan
kedalaman galian + kedalaman pre-boring + kedalaman dari pemancangan. Jika tidak ada
pre-boring, maka kedalaman tercapai dihitung berdasarkan kedalaman galian + kedalaman
dari pemancangan.
Pemancangan dilanjutkan lagi pada 10 September 2020 dengan perolehan 5 unit spun pile.
Trend menunjukkan kenaikan pada hari berikutnya, 11 September 2020 dengan perolehan 24
unit, naik sebanyak 19 unit dari hari sebelumnya. Progress mulai turun pada 12 September
2020 dengan perolehan 23 unit dan terus turun pada 13 September 2020 dengan perolehan 20
unit. Pada 14 September 2020, trend mulai naik kembali dengan perolehan 29 unit. Progress
pada hari berikutnya, 15 September 2020 menunjukkan jumlah yang sama dengan hari
sebelumnya, sebanyak 29 unit.
Ada suatu insiden pada 15 Oktober 2020, sehingga pemancangan dihentikan sementara
hingga 4 Oktober 2020. Pemancangan dimulai kembali pada 5 Oktober 2020, dengan
perolehan 4 unit yang dilakukan pre-boring terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perolehan
yang sedikit, dikarenakan waktu tunggu proses ganti suku cadang dan penyesuaian (adaptasi)
antara crew pancang dengan alat yang hampir 3 minggu tidak dioperasikan. Progress kembali
meningkat pada 6 Oktober 2020 dengan perolehan 10 unit dimana dilakukan pre-boring
terlebih dahulu sebelum pemancangan. Pada 7 Oktober 2020, progress menurun dikarenakan
ada waktu tunggu perbaikan alat bor (auger). Tercatat ada 6 unit yang juga terlebih dahulu
dilakukan pre-boring sebelum dipancang. Pemancangan ditutup pada 8 Oktober 2020 dengan
memperoleh 19 unit yang mana juga terlebih dahulu dilakukan pre-boring sebelum
dipancang.
Berdasarkan keputusan bersama antara pihak-pihak terkait melalui rapat sidang teknis, trap D
dinyatakan sebagai trap terakhir dilakukan pemancangan. Lereng-lereng di bawah Trap D,
dilandaikan dengan kemiringan 1:1.5 dengan proteksi shotcrete + wiremesh.

Gambar 64. Pembagian sayap kiri, tengah, dan sayap kanan pada pemancangan Trap D.

D.1. Spun Pile Sayap Kiri


Pada segmen sayap kiri trap D, ada 43 unit spun pile yang terpancang dengan perincian 10
titik non pre-boring dan 33 titik pre-boring. Sebagian besar titik dilakukan pre-boring
terlebih dahulu. Pre-boring dilakukan pada titik SP-1 berturut-turut hingga SP-26. Pre-
boring dilanjutkan lagi pada titik SP-30 dan SP-32, sehingga ada satu titik antara SP-31.
Mulai SP-36, pre-broing dilakukan dengan pola berselang 1 titik dengan titik non pre-boring
(Gambar 65). SP-36, berselang satu titik dengan non pre-boring, dilanjutkan SP-38, begitu
seterusnya hingga SP-46. Kedalaman pre-boring pun, juga berbeda-beda antar titik. Semua
start titik pre-boring dilakukan di dasar galian tegak 5m. Kedalaman pre-boring bervariasi,
antara 5-6m. Baik pada titik pancang yang non pre-boring maupun pada titik yang dilakukan
pre-boring sebelum pemancangan, masing-masing memiliki jumlah pukulan dan kedalaman
yang bervariasi, serta kondisi litologi sub-surface yang mungkin juga berbeda. Pembacaan
dan analisa data hasil pemancangan akan lebih informatif apabila divisualisasikan melalui
grafik.
D.1.1 Grafik Line With Marker
Pada Gambar 65, hubungan antara kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan)
untuk setiap pemancangan spun pile divisualisasikan dalam bentuk grafik line with markers.
Garis biru melambangkan total blows (jumlah pukulan), garis putus merah melambangkan
kedalaman tercapai, dan balok berwarna hijau melambangkan kedalaman pre-boring dari
dasar galian tegak (garis warna ungu).
Pada grafik Gambar 65, jumlah kedalaman tercapai pada titik-titik pancang non pre-boring
(Gambar 65), berkisar antara 8-9m, dengan nilai minimum 7.9m (SP-29) dan nilai maksimum
8.94m (SP-33 dan SP-35). Jumlah pukulan paling sedikit pada titik non pre-boring, dialami
pada SP-41 (499 pukulan), sedangkan jumlah pukulan paling banyak dialami pada SP-35
(599 pukulan). Kedalaman tercapai pre-boring pun, juga berbeda-beda sesuai dengan kondisi
di lapangan (Gambar 65). Tercatat kedalaman pre-boring paling dalam yaitu 6m, sedangkan
paling dangkal yaitu 5m. Jumlah kedalaman tercapai pemancangan pada titik-titik pre-boring
berada pada kisaran 11-12m, kecuali SP-16 (10.38m). Jumlah pukulan pada titik pre-boring
bervariasi. Pada rentang titik SP-1 sampai dengan SP-26 jumlah pukulan berada pada rentang
50-200, kecuali titik SP-1 (621 pukulan). Jumlah pukulan pada titik pre-boring SP-30 dan SP-
32 berturut-turut adalah 170 dan 142 pukulan. Pada rentang titik SP-36 sampai dengan SP-46
jumlah pukulan berada pada rentang 100-160.
Gambar 65. Hubungan kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan) pada spun pile sayap kiri Trap
D.

Pada titik-titik non pre-boring, perbedaan jumlah kedalaman tercapai dan jumlah pukulan
antar titik, tidak begitu signifikan. Titik-titik non pre-boring yang bersebalan hanya ada 2
kelompok (Tabel 107). Kelompok 1, yaitu titik SP-28 (jumlah kedalaman teracapai 8.60m
dengan jumlah pukulan 466) dan SP-29 (jumlah kedalaman teracapai 7.90m dengan jumlah
pukulan 581). Kelompok 2, yaitu titik SP-33 (jumlah kedalaman teracapai 8.94m dengan
jumlah pukulan 555) dan SP-35 (jumlah kedalaman teracapai 8.94m dengan jumlah pukulan
599). Pada kelompok 1, titik yang paling efektif dipancang yaitu SP-28, sedangkan pada
kelompok 2 yaitu SP-33.

Tabel 107. Perbedaan karakteristik pemancangan spun pile sayap kiri Trap D antar anggota Kelompok 1 dan
antar
anggota Kelompok 2.
Kode Spun Kedalaman Tercapai Jumlah Jumlah Pukulan/Meter
Kelompok
Pile (m) Pukulan
SP-28 8.60 466 ± 54
1
SP-29 7.90 581 ± 74
SP-33 8.94 555 ± 62
2
SP-35 8.94 599 ± 67

D.1.2 Grafik Scatter dan Hasil Uji Regresi Linear Sederhana


Hasil analisa statistika dapat diinterpretasi melalui grafik scatter yang dibuat menggunakan
MS. Excel maupun dengan SPSS (software statistika) secara tabulasi data. Hasil analisa,
tidak memasukkan titik-titik pre-boring. Pada pembahasan analisa data pemancangan,
software MS. Excel digunakan untuk visualisasi data dan sedikit interpretasi, sedangkan
software SPSS digunakan untuk menguji hipotesa melalui uji regresi linear sederhana
Persamaan regresi linear sederhana yang dihitung berdasarkan pada Gambar 49, yaitu y =
9.1667-0.0013x atau y = -0.0013x+9.1667, dengan a = 9.1667 dan b = -0.0013.
Gambar 66. Persamaan regresi linear dan koefisien determinasi antara total blows (x) dan kedalaman tercapai
(y)
pada spun pile sayap kiri Trap D.

Visualisasi uji regresi linear sederhana, ditampilkan dalam bentuk grafik scatter yang dalam
kasus ini, menjelaskan apakah total blows (jumlah pukulan) mempengaruhi kedalaman
tercapai atau tidak. Pada Gambar 66, yang berperan sebagai variabel bebas / predictor (x)
adalah total blows (jumlah pukulan) dan yang berperan sebagai variabel tak bebas / response
(y) adalah kedalaman tercapai. Sampel yang sangat sedikit, hanya 10 sampel, tidak akurat
dalam memprediksi hubungan antar 2 variabel.
Koefisien determinasi dapat ditentukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi atau
secara praktis dapat ditentukan dengan mudah melalui MS. Excel ketika membuat grafik
scatter. Pada Gambar 66, nilai koefisien determinasi = R2 = 0.0181 ≈ 0.018 = 1.8%. Jadi,
nilai 1.8% memiliki arti bahwa 1.8% variabel x atau variabel bebas (total blows) dapat
menjelaskan variabel y atau variabel tak bebas (kedalaman tercapai), sedangkan 98.2%
lagi dijelaskan oleh faktor lainnya.
Koefisien korelasi didapat dengan men-akar kuadratkan R2, sehingga R = √ 0.018 = 0.134 =
13.4%. Mengacu pada klasifikasi nilai koefisien korelasi R yang dikemukakan oleh Pearson
(Klasifikasi Koefisien Pearson), maka nilai 0.134 (13.4%) memiliki tingkat hubungan yang
sangat rendah (Tabel 6). Hubungan sangat rendah yang dimaksud yaitu hubungan antara
variabel x (total blows) dan variabel y (kedalaman tercapai). Jadi, variabel total blows
(jumlah pukulan), sangat rendah mempengaruhi variabel kedalaman tercapai atau
variabel kedalaman tercapai sangat dipengaruhi dipengaruhi oleh variabel total blows
(jumlah pukulan).
Jika makna dari nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi digabungkan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hanya 1.8% variabel total blows (jumlah pukulan) yang
mempengaruhi variabel kedalaman tercapai, sehingga variabel total blows sangat
rendah dalam mempengaruhi kedalaman tercapai. Nilai 1.8% dari 10 sampel berarti
tidak ada spun pile yang semakin bertambah jumlah pukulan, akan semakin
bertambah kedalaman tercapai. Jumlah sampel yang sangat sedikit, menjadikan
pembacaan hasil yang tidak representatif.
Hasil analisis data pemancangan menggunakan SPSS, seperti ditampilkan pada Tabel 108
sampai dengan Tabel 111. Masing-masing tabel memiliki penjelasan-penjelasan yang
fundamental.

Tabel 108. Variabel yang dimasukkan dan metode pada spun pile sayap kiri Trap D.
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Total Blows (Jumlah Pukulan) b
. Enter
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. All requested variables entered.

Tabel 108, menjelaskan variabel yang dimasukkan serta metode yang digunakan. Variabel
Total Blows (Jumlah Pukulan) sebagai variabel Independent dan Kedalaman Tercapai sebagai
variabel Dependent. Metode yang digunakan yaitu metode Enter.

Tabel 109. Nilai korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2) pada spun pile sayap kiri Trap D.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .134
a
.018 -.105 .43229
a. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 109, menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu sebesar 0.134. Setelah
nilai R diperoleh, maka koefisien determinasi (R2) dapat dihitung, yaitu 0.018 yang
mempunyai pengertian bahwa variabel bebas (total blows) mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat (kedalaman tercapai) sebesar 1.8% (nilai R2). Nilai ini sama dengan yang
ditunjukkan pada Gambar 66.

Tabel 110. Tingkat signifikansi (Sig.) pada spun pile sayap kiri Trap D.
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression .027 1 .027 .147 .711b
Residual 1.495 8 .187
Total 1.522 9
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 110, biasanya digunakan pada Uji Regresi Linear Berganda. Output penting yang perlu
dilihat yaitu nilai Fhitung = 0.147 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.711 > 0.05, sehingga
model regresi tidak dapat dipakai untuk memprediksi variabel Kedalaman Tercapai atau
dengan kata lain tidak ada pengaruh variabel Total Blows (x) terhadap variabel Kedalaman
Tercapai (y).

Tabel 111. Constant (a) dan koefisien regresi (b) sebagai konstanta dalam persamaan regresi pada spun pile sa-
yap kiri Trap D.
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 9.167 1.928 4.754 .001
Total Blows (Jumlah -.001 .003 -.134 -.384 .711
Pukulan)
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai

Pada Tabel 111, nilai Constant (a) sebesar 9.167 dan nilai Total Blows (b / koefisien regresi)
sebesar -0.001, sehingga persamaan regresi dapat ditulis:
y = a+bx
y = 9.167-0.001x
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan:
 Konstanta sebesar 9.167, mempunyai arti bahwa nilai konsisten variabel Kedalaman
Tercapai adalah sebesar 9.167.
 Koefisien regresi x sebesar -0.001 mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1% nilai
Total Blows, maka nilai Kedalaman Tercapai berkurang sebesar 0.001. Koefisien tersebut
bernilai negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa arah pengaruh variabel x terhadap y
adalah negatif.
Pengambilan Keputusan dalam Uji Regresi Linear Sederhana (berdasarkan Tabel 111):
 Berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0.711 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Total Blows (x) tidak berpengaruh terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).
 Berdasarkan nilai t, diketahui bahwa nilai thitung -0.384 > -(ttabel 2.228) atau thitung -0.384 <
(ttabel 2.228) atau -(ttabel 2.228) < thitung -0.384 < (ttabel 2.228) (Tabel 112), sehingga dapat
disimpulkan bahwa H1 ditolak yang mempunya arti H0 diterima, yaitu variabel Total
Blows (x) tidak berpengaruh signifikan/nyata terhadap variabel Kedalaman Tercapai
(y).
Cara mencari ttabel :
ttabel = (α /2 ; df)
= (α /2 ; n-k-1)
= (0.05/2 ; 10-1-1)
= (0.025 ; 8)  Dilihat pada distribusi nilai ttabel (Tabel 112)
= 2.22814
= 2.228
Keterangan
α = taraf signifikansi, (dipakai 0.05)
n = jumlah sampel, (10 sampel)
k = jumlah variabel independen, (1 variabel)

Tabel 112. Penentuan nilai ttabel pada spun pile sayap kiri Trap D.

Kurva uji regresi linear sederhana sebagai hasil visualisasi pengambilan keputusan,
ditunjukkan pada Gambar 67. Pada perhitungan thitung -0.384 > -(ttabel 2.228) atau thitung -0.384
< (ttabel 2.228) atau -(ttabel 2.228) < thitung -0.384 < (ttabel 2.228), mempunyai arti bahwa tidak
ada pengaruh yang signifikan/nyata antara nilai variabel x (total blows) dengan variabel y
(kedalaman tercapai), seperti yang ditunjukkan pada bagian dalam kurva.
Gambar 67. Kurva uji regresi linear sederhana pada spun pile sayap kiri Trap D, thitung berada di area tidak ber-
pengaruh (penerimaan H0).

Jadi, hasil uji regresi linear sederhana dengan jumlah sampel yang sedikit, kurang atau
bahkan tidak representatif untuk memprediksi hubungan antara jumlah pukulan dengan
kedalaman tercapai.

D.2. Spun Pile Tengah


Pada segmen tengah trap C, ada 84 unit spun pile yang terpancang dengan perincian 82 titik
non pre-boring dan 2 titik pre-boring. Beberapa titik yang harus dilakukan pre-boring
terlebih dahulu, yaitu SP-48 dan SP-50. Kedalaman pre-boring pada kedua titik, tidak
menunjukkan perbedaan yang besar, titik SP-48 sedalam 5.16m, sedangkan titik SP-50
sedalam 5.30m. Baik pada titik pancang yang non pre-boring maupun pada titik yang
dilakukan pre-boring sebelum pemancangan, masing-masing memiliki jumlah pukulan dan
kedalaman yang bervariasi, serta kondisi litologi sub-surface yang mungkin juga berbeda.
Pembacaan dan analisa data hasil pemancangan akan lebih informatif apabila divisualisasikan
melalui grafik.

D.2.1 Grafik Line With Marker


Pada Gambar 68, hubungan antara kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan)
untuk setiap pemancangan spun pile divisualisasikan dalam bentuk grafik line with markers.
Garis biru melambangkan total blows (jumlah pukulan), sedangkan garis putus merah
melambangkan kedalaman tercapai. Balok berwarna hijau melambangkan kedalaman pre-
boring dari dasar galian tegak (garis warna ungu).
Pada grafik Gambar 68, kedalaman tercapai pada titik-titik pancang non pre boring, berkisar
antara 8-9m, hanya sedikit titik yang di luar range tersebut, namun menunjukkan perbedaan
jumlah pukulan yang signifikan. Titik non pre-boring dengan jumlah kedalaman tercapai
minimum yaitu SP-52 (7.28m), sedangkan titik dengan jumlah kedalaman tercapai
maksimum yaitu SP-115 (9.07m). Jumlah pukulan paling sedikit pada titik non pre-boring
didapatkan oleh SP-110 (308), sedangkan jumlah pukulan paling banyak didapatkan oleh SP-
59 (648). Jumlah kedalaman tercapai dan jumlah pukulan pada titik pre-boring tidak
menunjukkan perbedaan yang besar (Tabel 113). Pada titik SP-48 jumlah kedalam tercapai
yaitu 11.26m dengan jumlah pukulan 149, sedangkan pada titik SP-50 jumlah kedalaman
tercapai yaitu 10.94m dengan jumlah pukulan 132.

Tabel 113. Perbedaan karakteristik pemancangan spun pile bagian tengah Trap D antar titik pre-boring.
Kode Spun Kedalaman Pre- Kedalaman Tercapai Jumlah Jumlah
Pile Boring (m) (m) Pukulan Pukulan/Meter
SP-48 5.16 11.26 149 ± 13
SP-50 5.30 10.94 132 ± 12

Gambar 68. Hubungan kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan) spun pile bagian tengah
Trap D.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa meskipun antar titik-titik pancang non pre-boring memiliki
jumlah kedalaman tercapai dalam kisaran yang hampir sama, ternyata memiliki jumlah
pukulan yang jauh berbeda. Jumlah pukulan yang berbeda, ternyata tidak menunjukkan
perbedaan jumlah kedalaman tercapai yang signifikan.

D.2.2 Grafik Scatter dan Hasil Uji Regresi Linear Sederhana


Hasil analisa statistika dapat diinterpretasi melalui grafik scatter yang dibuat menggunakan
MS. Excel maupun dengan SPSS (software statistika) secara tabulasi data. Titik-titik sampel
yang dianalisa, tidak memasukkan titik-titik pre-boring. Pada pembahasan analisa data
pemancangan, software MS. Excel digunakan untuk visualisasi data dan sedikit interpretasi,
sedangkan software SPSS digunakan untuk menguji hipotesa melalui uji regresi linear
sederhana Persamaan regresi linear sederhana yang dihitung berdasarkan pada Gambar 69,
yaitu y = 8.1921+0.0002x atau y = 0.0002x+8.1921, dengan a = 8.1921 dan b = 0.0002.

Gambar 69. Persamaan regresi linear dan koefisien determinasi antara total blows (x) dan kedalaman tercapai
(y) pada spun pile sayap kiri Trap D.

Visualisasi uji regresi linear sederhana, ditampilkan dalam bentuk grafik scatter yang dalam
kasus ini, menjelaskan apakah total blows (jumlah pukulan) mempengaruhi kedalaman
tercapai atau tidak. Pada Gambar 69, yang berperan sebagai variabel bebas / predictor (x)
adalah total blows (jumlah pukulan) dan yang berperan sebagai variabel tak bebas / response
(y) adalah kedalaman tercapai. Hubungan antar variabel cenderung menunjukkan non-linear
dan lemah. Non-linear artinya populasi data cenderung mengumpul dan tidak membentuk
garis lurus. Lemah, artinya variabel x mempunyai hubungan yang rendah dengan variabel y.
Koefisien determinasi dapat ditentukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi atau
secara praktis dapat ditentukan dengan mudah melalui MS. Excel ketika membuat grafik
scatter. Pada Gambar 69, nilai koefisien determinasi = R2 = 0.0025 = 2.5%. Jadi, nilai 0.25%
memiliki arti bahwa 0.25% variabel x atau variabel bebas (total blows) dapat
menjelaskan variabel y atau variabel tak bebas (kedalaman tercapai), sedangkan
99.75% lagi dijelaskan oleh faktor lainnya.
Koefisien korelasi didapat dengan men-akar kuadratkan R 2, sehingga R = √ 0.0025 = 0.05 =
5%. Mengacu pada klasifikasi nilai koefisien korelasi R yang dikemukakan oleh Pearson
(Klasifikasi Koefisien Pearson), maka nilai 0.05 (5%) memiliki tingkat hubungan yang
sangat rendah (Tabel 4). Hubungan sangat rendah yang dimaksud yaitu hubungan antara
variabel x (total blows) dan variabel y (kedalaman tercapai). Jadi, variabel total blows
(jumlah pukulan), sangat rendah dalam mempengaruhi variabel kedalaman tercapai
atau variabel kedalaman tercapai, sangat rendah dipengaruhi oleh variabel total blows
(jumlah pukulan).
Jika makna dari nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi digabungkan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hanya 0.25% variabel total blows (jumlah pukulan) yang
mempengaruhi variabel kedalaman tercapai, sehingga variabel total blows sangat
rendah dalam mempengaruhi kedalaman tercapai. Nilai 0.25% dari 84 sampel (sudah
dikurangi dengan sampel titik pre-boring), berarti ada tidak ada sampel yang jika semakin
bertambah jumlah pukulan, maka akan semakin bertambah kedalaman tercapai. Tidak
ada sampel yang menunjukkan korelasi antara variabel x dan variabel y, dikarenakan dalam
rentang jumlah pukulan 300-650, tidak ada perubahan jumlah kedalaman tercapai yang
signifikan.
Hasil analisis data pemancangan menggunakan SPSS, seperti ditampilkan pada Tabel 80
sampai dengan Tabel 83. Masing-masing tabel memiliki penjelasan-penjelasan yang
fundamental.

Tabel 114. Variabel yang dimasukkan dan metode pada spun pile bagian tengah Trap D.
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Total Blows (Jumlah Pukulan) b
. Enter
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. All requested variables entered.

Tabel 114, menjelaskan variabel yang dimasukkan serta metode yang digunakan. Variabel
Total Blows (Jumlah Pukulan) sebagai variabel Independent dan Kedalaman Tercapai sebagai
variabel Dependent. Metode yang digunakan yaitu metode Enter.

Tabel 115. Nilai korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2) pada spun pile bagian tengah Trap D.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .050a .002 -.010 .36014
a. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 115, menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu sebesar 0.50. Setelah nilai
R diperoleh, maka koefisien determinasi (R2) dapat dihitung, yaitu 0.002 yang mempunyai
pengertian bahwa variabel bebas (total blows) mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat
(kedalaman tercapai) sebesar 0.2% (nilai R2). Nilai ini hampir mendekati dengan nilai yang
ditunjukkan pada Gambar 69.

Tabel 116. Tingkat signifikansi (Sig.) pada spun pile bagian tengah Trap D.
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression .026 1 .026 .202 .654b
Residual 10.635 82 .130
Total 10.661 83
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 116, biasanya digunakan pada Uji Regresi Linear Berganda. Output penting yang perlu
dilihat yaitu nilai Fhitung = 0.202 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.654 > 0.05, sehingga
model regresi tidak dapat dipakai untuk memprediksi variabel Kedalaman Tercapai atau
dengan kata lain tidak ada pengaruh variabel Total Blows (x) terhadap variabel Kedalaman
Tercapai (y).

Tabel 117. Constant (a) dan koefisien regresi (b) sebagai konstanta dalam persamaan regresi pada spun pile
bagian
tengah Trap D.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 8.192 .275 29.751 .000
Total Blows (Jumlah .000 .001 .050 .449 .654
Pukulan)
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai

Pada Tabel 117, nilai Constant (a) sebesar 8.192 dan nilai Total Blows (b / koefisien regresi)
sebesar 0.000, sehingga persamaan regresi dapat ditulis:
y = a+bx
y = 8.192+0.000x
y = tidak dapat ditentukan karena konstanta variabel (x) sangat kecil sekali (
0).
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan:
 Konstanta sebesar 8.192, mempunyai arti bahwa nilai konsisten variabel Kedalaman
Tercapai adalah sebesar 8.192.
 Koefisien regresi x sebesar 0.000 mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1% nilai
Total Blows, maka hampir tidak ada penambahan nilai Kedalaman Tercapai.
Pengambilan Keputusan dalam Uji Regresi Linear Sederhana (berdasarkan Tabel 117):
 Berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0.654 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Total Blows (x) tidak berpengaruh terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).
 Berdasarkan nilai t, diketahui bahwa nilai thitung 0.449 < ttabel 1.989 (Tabel 118), sehingga
dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang mempunya arti H0 diterima, yaitu variabel
Total Blows (x) tidak berpengaruh signifikan/nyata terhadap variabel Kedalaman
Tercapai (y).
Cara mencari ttabel :
ttabel = (α /2 ; df)
= (α /2 ; n-k-1)
= (0.05/2 ; 84-1-1)
= (0.025 ; 82)  Dilihat pada distribusi nilai ttabel (Tabel 118)
= 1.98932
= 1.989
Keterangan
α = taraf signifikansi, (dipakai 0.05)
n = jumlah sampel, (84 sampel)
k = jumlah variabel independen, (1 variabel)

Tabel 118. Penentuan nilai ttabel pada spun pile bagian tengah Trap C.

Kurva uji regresi linear sederhana sebagai hasil visualisasi pengambilan keputusan,
ditunjukkan pada Gambar 70. Pada perhitungan thitung 0.449 < ttabel 1.989, mempunyai arti
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan/nyata antara nilai variabel x (total blows)
dengan variabel y (kedalaman tercapai), seperti yang ditunjukkan pada bagian dalam kurva.

Gambar 70. Kurva uji regresi linear sederhana pada spun pile bagian tengah Trap D, thitung berada di area tidak
berpengaruh (penerimaan H0).

Jadi, berapapun nilai jumlah pukulan (variabel x) yang diberikan, sangat rendah sekali
pengaruhnya terhadap penambahan nilai kedalaman tercapai (variabel y) atau sama sekali
tidak ada pengaruhnya.

D.3. Sayap Kanan


Pada segmen sayap kanan trap D, ada 40 unit spun pile yang terpancang dengan perincian 36
titik non pre-boring dan 4 titik pre-boring. Beberapa titik yang harus dilakukan pre-boring
terlebih dahulu, yaitu SP-140, SP-141, SP-142 dan SP-176. Kedalaman pre-boring pada ke-
empat titik berturu-turu, yaitu 5m (SP-140), 6m (SP-141), 5m (SP-142), dan 5m (SP-176).
Baik pada titik pancang yang non pre-boring maupun pada titik yang dilakukan pre-boring
sebelum pemancangan, masing-masing memiliki jumlah pukulan dan kedalaman yang
bervariasi, serta kondisi litologi sub-surface yang mungkin juga berbeda. Pembacaan dan
analisa data hasil pemancangan akan lebih informatif apabila divisualisasikan melalui grafik.
D.3.1 Grafik Line With Marker
Pada Gambar 71, hubungan antara kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan)
untuk setiap pemancangan spun pile divisualisasikan dalam bentuk grafik line with markers.
Garis biru melambangkan total blows (jumlah pukulan), sedangkan garis putus merah
melambangkan kedalaman tercapai. Balok berwarna hijau melambangkan kedalaman pre-
boring dari dasar galian tegak (garis warna ungu).
Pada grafik Gambar 71, kedalaman tercapai pada titik-titik pancang non pre-boring, berkisar
antara 8-9m, hanya sedikit titik yang di luar range tersebut dan ada 1 titik yang menunjukkan
anomali (SP-171). Titik anomali merupakan titik tiang pancang yang retak ketika awal
dilakukan pemancangan. Titik non pre-boring dengan jumlah kedalaman tercapai minimum
yaitu SP-171 (retak saat awal pemancangan), sedangkan titik dengan jumlah kedalaman
tercapai maksimum yaitu SP-145 (9.20m). Jumlah pukulan paling sedikit pada titik non pre-
boring didapatkan oleh SP-134 (164), sedangkan jumlah pukulan paling banyak didapatkan
oleh SP-155 (724). Jumlah kedalaman tercapai dan jumlah pukulan pada titik-titik pre-boring
seperti ditunjukkan pada Tabel 119. Pada keempat titik pre-boring, rentang kedalaman
tercapai berada pada kisaran 10.00-11.50m dengan rentang jumlah pukulan 90-140. Titik
pre-boring yang paling efektif yaitu SP-141 karena jumlah pukulan yang bekerja sangat
minim dengan jumlah nilai kedalaman tercapai yang paling dalam di antara yang lain.

Gambar 71. Hubungan kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan) pada spun pile sayap kanan
Trap D.

Tabel 119. Perbedaan karakteristik pemancangan spun pile sayap kanan Trap D antar titik pre-boring.
Kode Spun Kedalaman Pre- Kedalaman Jumlah Jumlah Pukulan/Meter
Pile Boring (m) Tercapai (m) Pukulan
SP-140 5.00 10.72 119 ± 11
SP-141 6.00 11.42 98 ±9
SP-142 5.00 10.22 132 ± 13
SP-176 5.00 11.41 119 ± 10

D.3.2 Grafik Scatter dan Hasil Uji Regresi Linear Sederhana


Hasil analisa statistika dapat diinterpretasi melalui grafik scatter yang dibuat menggunakan
MS. Excel maupun dengan SPSS (software statistika) secara tabulasi data. Titik-titik sampel
yang dianalisa, tidak memasukkan titik-titik pre-boring. Pada pembahasan analisa data
pemancangan, software MS. Excel digunakan untuk visualisasi data dan sedikit interpretasi,
sedangkan software SPSS digunakan untuk menguji hipotesa melalui uji regresi linear
sederhana Persamaan regresi linear sederhana yang dihitung berdasarkan pada Gambar 72,
yaitu y = 5.6692+0.0057x atau y = 0.0057x+5.6692, dengan a = 5.6692 dan b = 0.0057.

Gambar 72. Persamaan regresi linear dan koefisien determinasi antara total blows (x) dan kedalaman tercapai
(y)
pada spun pile sayap kanan Trap D.

Visualisasi uji regresi linear sederhana, ditampilkan dalam bentuk grafik scatter yang dalam
kasus ini, menjelaskan apakah total blows (jumlah pukulan) mempengaruhi kedalaman
tercapai atau tidak. Pada Gambar 72, yang berperan sebagai variabel bebas / predictor (x)
adalah total blows (jumlah pukulan) dan yang berperan sebagai variabel tak bebas / response
(y) adalah kedalaman tercapai. Hubungan antar variabel cenderung menunjukkan linear,
positif, dan kuat. Linear artinya populasi data membentuk garis lurus. Positif, artinya jika
nilai variabel x bertambah secara positif, maka nilai variabel y juga bertambah secara positif.
Kuat, artinya variabel x mempunyai hubungan yang erat dengan variabel y. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu adanya outliers (data yang menyimpang dari kumpulan
populasi pada umumnya). Ada dua (2) outlliers, yaitu SP-134 dan SP-171. Titik SP-171
merupakan titik yang retak saat awal pemancangan dilakukan. Kedua titik outliers menjadi
point of interest untuk diselidiki dan dianalisa lebih lanjut secara terpisah.
Koefisien determinasi dapat ditentukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi atau
secara praktis dapat ditentukan dengan mudah melalui MS. Excel ketika membuat grafik
scatter. Pada Gambar 55, nilai koefisien determinasi = R2 = 0.27 = 27%. Jadi, nilai 27%
memiliki arti bahwa 27% variabel x atau variabel bebas (total blows) dapat menjelaskan
variabel y atau variabel tak bebas (kedalaman tercapai), sedangkan 73% lagi
dijelaskan oleh faktor lainnya.
Koefisien korelasi didapat dengan men-akar kuadratkan R2, sehingga R = √ 0.27 = 0.52 =
52%. Mengacu pada klasifikasi nilai koefisien korelasi R yang dikemukakan oleh Pearson
(Klasifikasi Koefisien Pearson), maka nilai 0.35 (35%) memiliki tingkat hubungan yang
cukup kuat (Tabel 4). Hubungan cukup kuat yang dimaksud yaitu hubungan antara variabel
x (total blows) dan variabel y (kedalaman tercapai). Jadi, variabel total blows (jumlah
pukulan), cukup kuat dalam mempengaruhi variabel kedalaman tercapai atau variabel
kedalaman tercapai, cukup kuat dipengaruhi oleh variabel total blows (jumlah
pukulan).
Jika makna dari nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi digabungkan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hanya 27% variabel total blows (jumlah pukulan) yang
mempengaruhi variabel kedalaman tercapai, sehingga variabel total blows cukup kuat
dalam mempengaruhi kedalaman tercapai. Nilai 27% dari 36 sampel (sudah dikurangi
dengan sampel titik pre-boring), berarti ada sekitar 10 sampel yang jika semakin
bertambah jumlah pukulan, maka akan semakin bertambah kedalaman tercapai.
Hasil analisis data pemancangan menggunakan SPSS, seperti ditampilkan pada Tabel 120
sampai dengan Tabel 123. Masing-masing tabel memiliki penjelasan-penjelasan yang
fundamental.

Tabel 120. Variabel yang dimasukkan dan metode pada spun pile sayap kanan Trap D.
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Total Blows (Jumlah Pukulan) b
. Enter
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. All requested variables entered.

Tabel 120, menjelaskan variabel yang dimasukkan serta metode yang digunakan. Variabel
Total Blows (Jumlah Pukulan) sebagai variabel Independent dan Kedalaman Tercapai sebagai
variabel Dependent. Metode yang digunakan yaitu metode Enter.

Tabel 121. Nilai korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2) pada sayap kanan Trap D.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .516a .267 .245 1.30986
a. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 121, menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu sebesar 0.516. Setelah
nilai R diperoleh, maka koefisien determinasi (R2) dapat dihitung, yaitu 0.267 yang
mempunyai pengertian bahwa variabel bebas (total blows) mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat (kedalaman tercapai) sebesar 26.7% (nilai R2). Nilai koefisien determinasi ini
sama dengan yang ditunjukkan pada Gambar 72.

Tabel 122. Tingkat signifikansi (Sig.) pada spun pile sayap kanan Trap D.
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 21.217 1 21.217 12.366 .001b
Residual 58.335 34 1.716
Total 79.552 35
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 122, biasanya digunakan pada Uji Regresi Linear Berganda. Output penting yang perlu
dilihat yaitu nilai Fhitung = 12.366 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001 < 0.05, sehingga
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel Kedalaman Tercapai atau dengan
kata lain ada pengaruh variabel Total Blows (x) terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).

Tabel 123. Constant (a) dan koefisien regresi (b) sebagai konstanta dalam persamaan regresi pada spun pile
sayap
kanan Trap D.
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.669 .795 7.130 .000
Total Blows (Jumlah .006 .002 .516 3.517 .001
Pukulan)
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai

Pada Tabel 123, nilai Constant (a) sebesar 5.669 dan nilai Total Blows (b / koefisien regresi)
sebesar 0.006, sehingga persamaan regresi dapat ditulis:
y = a+bx
y = 5.669+0.006x
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan:
 Konstanta sebesar 5.669, mempunyai arti bahwa nilai konsisten variabel Kedalaman
Tercapai adalah sebesar 5.669.
 Koefisien regresi x sebesar 0.001 mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1% nilai
Total Blows, maka nilai Kedalaman Tercapai bertambah sebesar 0.001. Koefisien tersebut
bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa arah pengaruh variabel x terhadap y
adalah positif.
Pengambilan Keputusan dalam Uji Regresi Linear Sederhana (berdasarkan Tabel 123):
 Berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0.001 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Total Blows (x) berpengaruh terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).
 Berdasarkan nilai t, diketahui bahwa nilai thitung 3.517 > ttabel 2.032 (Tabel 124), sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang mempunya arti H1 diterima, yaitu variabel
Total Blows (x) berpengaruh signifikan/nyata terhadap variabel Kedalaman Tercapai
(y).
Cara mencari ttabel :
ttabel = (α /2 ; df)
= (α /2 ; n-k-1)
= (0.05/2 ; 36-1-1)
= (0.025 ; 34)  Dilihat pada distribusi nilai ttabel (Tabel 124)
= 2.0322
= 2.032
Keterangan
α = taraf signifikansi, (dipakai 0.05)
n = jumlah sampel, (36 sampel)
k = jumlah variabel independen, (1 variabel)

Tabel 124. Penentuan nilai ttabel pada spun pile sayap kanan Trap D.

Kurva uji regresi linear sederhana sebagai hasil visualisasi pengambilan keputusan,
ditunjukkan pada Gambar 73. Pada perhitungan thitung 3.517 > ttabel 2.032, mempunyai arti
bahwa semakin bertambah positif nilai variabel x (total blows), akan meningkatkan variabel y
(kedalaman tercapai), seperti yang ditunjukkan pada bagian kanan luar kurva.
Gambar 73. Kurva uji regresi linear sederhana pada spun pile sayap kanan Trap D, thitung berada di area
berpengaruh
(penerimaan H1).

D.4. Spun Pile Gabungan: Sayap Kiri – Tengah - Sayap Kanan


Pada segmen gabungan trap D, ada 169 unit spun pile terpancang dengan rincian 130 unit
non pre-boring dan 39 unit pre-broing. Masing-masing memiliki jumlah pukulan dan
kedalaman yang bervariasi, serta kondisi litologi sub-surface yang mungkin juga berbeda.
Pembacaan dan analisa data hasil pemancangan akan lebih informatif apabila divisualisasikan
melalui grafik.
D.4.1 Grafik Line With Marker
Pada Gambar 74, hubungan antara kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan)
untuk setiap pemancangan spun pile divisualisasikan dalam bentuk grafik line with markers.
Grafik pada Gambar 74, merupakan grafik gabungan sayap kiri-bagian tengah-sayap kanan.
Garis biru melambangkan total blows (jumlah pukulan), garis putus merah melambangkan
kedalaman tercapai, balok berwarna hijau melambangkan kedalaman pre-boring, dan garis
ungu melambangkan dasar galian tegak.

Gambar 74. Hubungan kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan) pada spun pile gabungan
(sayap kiri-bagian tengah-sayap kanan) Trap D.

Penjelasan analisa grafik juga merupakan penjelasan gabungan antara sayap kiri-tengah-
sayap kanan. Titik-titik pemancangan yang didahului pre-boring, didominasi oleh sayap kiri,
disusul sayap kanan, dan paling sedikit pada bagian tengah. Semua titik pre-boring dilakukan
pada dasar galian tegak 5m. Kedalaman pre-boring yang paling rendah yaitu 5m, sedangkan
yang paling tinggi yaitu 6m. Jumlah pukulan paling sedikit pada titik pre-boring, ditunjukkan
oleh SP-18 (70 pukulan), sedangkan paling banyak ditunjukkan oleh SP-1 (621 pukulan).
Komparasi antara titik pre-boring pada masing-masing segmen Trap D, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 125.

Tabel 125. Komparasi karakteristik titik pre-boring antar bagian segmen pada Trap D.
Kedalaman Jumlah Kedalaman Jumlah Jumlah
Bagian Trap
Pre-Boring (m) Tercapai (m) Pukulan Pukulan/Meter
Sayap Kiri 5.00-6.00 10.38-12.34 70-621 7-50
Bagian Tengah 5.16-5.50 10.94-11.26 132-149 12-13
Sayap Kanan 5.00-6.00 10.22-11.42 98-132 10-12

Fluktuasi nilai kedalaman tercapai pada spun pile non pre-boring, cenderung menunjukkan
fluktuasi yang kecil dengan kisaran nilai 7-9m. Nilai minimum kedalaman tercapai, dialami
oleh SP-171 yang retak ketika awal pemancangan, sedangkan nilai maksimum dialami oleh
SP-145 yang terpancang sedalam 9.20m. Jika SP-171 tidak dianggap, maka nilai minimum
dialami oleh SP-144 dengan kedalaman tercapai 7.02m.
Fluktuasi jumlah pukulan pada spun pile non pre-boring cenderung memiliki simpangan
yang besar. Nilai minimum jumlah pukulan didapatkan oleh SP-134 dengan besaran 164,
sedangkan nilai maksimum didapatkan oleh SP-155 dengan besaran 724.
Jadi, titik pre-boring cenderung efektif untuk menambah jumlah kedalaman tercapai dengan
jumlah pukulan sekecil mungkin.

D.4.2 Grafik Scatter dan Hasil Uji Regresi Linear Sederhana


Hasil analisa statistika dapat diinterpretasi melalui grafik scatter yang dibuat menggunakan
MS. Excel maupun dengan SPSS (software statistika) secara tabulasi data. Titik-titik sampel
yang dianalisa, tidak memasukkan titik-titik pre-boring. Pada pembahasan analisa data
pemancangan, software MS. Excel digunakan untuk visualisasi data dan sedikit interpretasi,
sedangkan software SPSS digunakan untuk menguji hipotesa melalui uji regresi linear
sederhana Persamaan regresi linear sederhana yang dihitung berdasarkan pada Gambar 75,
yaitu y = 6.7534+0.0031x atau y = 0.0031x+6.7534, dengan a = 6.7534 dan b = 0.0031.
Gambar 75. Persamaan regresi linear dan koefisien determinasi antara total blows (x) dan kedalaman tercapai
(y)
pada spun pile gabungan (sayap kiri-bagian tengah-sayap kanan) Trap D.

Visualisasi uji regresi linear sederhana, ditampilkan dalam bentuk grafik scatter yang dalam
kasus ini, menjelaskan apakah total blows (jumlah pukulan) mempengaruhi kedalaman
tercapai atau tidak. Pada Gambar 75, yang berperan sebagai variabel bebas / predictor (x)
adalah total blows (jumlah pukulan) dan yang berperan sebagai variabel tak bebas / response
(y) adalah kedalaman tercapai. Hubungan antar variabel cenderung menunjukkan linear,
positif, dan lemah. Linear artinya populasi data cenderung membentuk garis lurus. Positif,
artinya jika nilai variabel x bertambah secara positif, maka nilai variabel y juga bertambah
secara positif. Lemah, artinya variabel x mempunyai hubungan yang lemah dengan variabel
y, karena pertambahan nilai variabel x hanya sedikit menambah nilai variabel y. Ada
beberapapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu adanya outliers (data yang menyimpang dari
kumpulan populasi pada umumnya) dan data yang menyebar. Ada dua (2) outlliers, yaitu SP-
134 dan SP-171. Titik SP-171 merupakan titik yang retak saat awal pemancangan dilakukan.
Kedua titik outliers menjadi point of interest untuk diselidiki dan dianalisa lebih lanjut secara
terpisah.
Koefisien determinasi dapat ditentukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi atau
secara praktis dapat ditentukan dengan mudah melalui MS. Excel ketika membuat grafik
scatter. Pada Gambar 58, nilai koefisien determinasi = R2 = 0.129 = 12.9%. Jadi, nilai 12.9%
memiliki arti bahwa 12.9% variabel x atau variabel bebas (total blows) dapat
menjelaskan variabel y atau variabel tak bebas (kedalaman tercapai), sedangkan 87.1%
lagi dijelaskan oleh faktor lainnya.
Koefisien korelasi didapat dengan meng-akar kuadratkan R2, sehingga R = √ 0.129 = 0.36 =
36%. Mengacu pada klasifikasi nilai koefisien korelasi R yang dikemukakan oleh Pearson
(Klasifikasi Koefisien Pearson), maka nilai 0.46 (46%) memiliki tingkat hubungan yang
rendah (Tabel 4). Hubungan rendah yang dimaksud yaitu hubungan antara variabel x (total
blows) dan variabel y (kedalaman tercapai). Jadi, variabel total blows (jumlah pukulan),
rendah dalam mempengaruhi variabel kedalaman tercapai atau variabel kedalaman
tercapai, rendah dipengaruhi oleh variabel total blows (jumlah pukulan).
Jika makna dari nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi digabungkan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hanya 12.9% variabel total blows (jumlah pukulan) yang
mempengaruhi variabel kedalaman tercapai, sehingga variabel total blows rendah
dalam mempengaruhi kedalaman tercapai. Nilai 12.9% dari 130 sampel (sudah dikurangi
dengan sampel titik pre-boring), berarti ada sekitar 17 spun pile yang semakin bertambah
jumlah pukulan, akan semakin bertambah kedalaman tercapai, sangat sedikit sekali.
Jadi, jika digabungkan dalam jumlah data yang besar, yaitu 130 spun pile, maka semakin
bertambah hubungan yang menyatakan bahwa jumlah pukulan akan mempengaruhi
kedalaman tercapai.
Hasil analisis data pemancangan menggunakan SPSS, seperti ditampilkan pada Tabel 95
sampai dengan Tabel 98. Masing-masing tabel memiliki penjelasan-penjelasan yang
fundamental.

Tabel 126. Variabel yang dimasukkan dan metode pada spun pile gabungan (sayap kiri-bagian tengah-sayap
kanan) Trap D.
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Total Blows (Jumlah Pukulan) b
. Enter
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. All requested variables entered.

Tabel 126, menjelaskan variabel yang dimasukkan serta metode yang digunakan. Variabel
Total Blows (Jumlah Pukulan) sebagai variabel Independent dan Kedalaman Tercapai sebagai
variabel Dependent. Metode yang digunakan yaitu metode Enter.

Tabel 127. Nilai korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2) pada spun pile gabungan (sayap kiri-bagian tengah
sayap kanan) Trap D.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .359 a
.129 .122 .79086
a. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 127, menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu sebesar 0.359. Setelah
nilai R diperoleh, maka koefisien determinasi (R2) dapat dihitung, yaitu 0.129 yang
mempunyai pengertian bahwa variabel bebas (total blows) mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat (kedalaman tercapai) sebesar 12.9% (nilai R2). Nilai ini sama dengan yang
ditunjukkan pada Gambar 75.

Tabel 128. Tingkat signifikansi (Sig.) pada spun pile gabungan (sayap kiri-bagian tengah-sayap kanan) Trap D.
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.818 1 11.818 18.895 .000b
Residual 80.060 128 .625
Total 91.878 129
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 128, biasanya digunakan pada Uji Regresi Linear Berganda. Output penting yang perlu
dilihat yaitu nilai Fhitung = 18.895 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, sehingga
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel Kedalaman Tercapai atau dengan
kata lain ada pengaruh variabel Total Blows (x) terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).

Tabel 129. Constant (a) dan koefisien regresi (b) sebagai konstanta dalam persamaan regresi pada spun pile ga-
bungan (sayap kiri-bagian tengah-sayap kanan) Trap D.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6.753 .370 18.23 .000
0
Total Blows (Jumlah .003 .001 .359 4.347 .000
Pukulan)
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai

Pada Tabel 129, nilai Constant (a) sebesar 6.753 dan nilai Total Blows (b / koefisien regresi)
sebesar 0.003, sehingga persamaan regresi dapat ditulis:
y = a+bx
y = 6.753+0.003x
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan:
 Konstanta sebesar 6.753, mempunyai arti bahwa nilai konsisten variabel Kedalaman
Tercapai adalah sebesar 6.753.
 Koefisien regresi x sebesar 0.003 mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1% nilai
Total Blows, maka nilai Kedalaman Tercapai bertambah sebesar 0.003. Koefisien tersebut
bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa arah pengaruh variabel x terhadap y
adalah positif.
Pengambilan Keputusan dalam Uji Regresi Linear Sederhana (berdasarkan Tabel 129):
 Berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Total Blows (x) berpengaruh terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).
 Berdasarkan nilai t, diketahui bahwa nilai thitung 4.347 > ttabel 1.979 (Tabel 130), sehingga
dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang mempunya arti H0 ditolak, yaitu variabel
Total Blows (x) berpengaruh terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).
Cara mencari ttabel :
ttabel = (α /2 ; df)
= (α /2 ; n-k-1)
= (0.05/2 ; 130-1-1)
= (0.025 ; 128)  Dilihat pada distribusi nilai ttabel (Tabel 130)
= 1.9787
= 1.979
Keterangan
α = taraf signifikansi, (dipakai 0.05)
n = jumlah sampel, (130 sampel)
k = jumlah variabel independen, (1 variabel)

Tabel 130. Penentuan nilai ttabel pada spun pile gabungan


(sayap kiri-bagian tengah-sayap kanan) Trap D.
Kurva uji regresi linear sederhana sebagai hasil visualisasi pengambilan keputusan,
ditunjukkan pada Gambar 76. Pada perhitungan thitung 4.347 > ttabel 1.979, mempunyai arti
bahwa semakin bertambah positif nilai variabel x (total blows), akan meningkatkan variabel y
(kedalaman tercapai), seperti yang ditunjukkan pada bagian kanan luar kurva.

Gambar 76. Kurva uji regresi linear sederhana pada spun pile gabungan (sayap kiri-bagian tengah-sayap kanan)
Trap D, thitung berada di area berpengauh (penerimaan H1).

Jadi, jika uji regresi linear dilakukan pada gabungan data masing-masing segmen Trap, maka
ada penambahan jumlah sampel yang menunjukkan hubungan jumlah pukulan terhadap
jumlah kedalaman tercapai.

D.5. Mini Pile


Pada segmen tengah trap C, ada 28 unit mini pile terpancang. Masing-masing memiliki
jumlah pukulan dan kedalaman yang bervariasi, serta kondisi litologi sub-surface yang
mungkin juga berbeda. Pembacaan dan analisa data hasil pemancangan akan lebih informatif
apabila divisualisasikan melalui grafik.
D.5.1 Grafik Line With Marker
Pada Gambar 77, hubungan antara kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan)
untuk setiap pemancangan mini pile divisualisasikan dalam bentuk grafik line with markers.
Garis biru melambangkan total blows (jumlah pukulan), sedangkan garis putus merah
melambangkan kedalaman tercapai.
Pada grafik, kedalaman tercapai cukup bervariasi (fluktuatif) dengan nilai minimum berada di
kedalaman 3.55m dan nilai maksimum berada di kedalaman 5.82m. Jumlah pukulan juga
menunjukkan fluktuasi dengan nilai minimum 307 dan nilai maksimum 997. Fokus
pembahasan analisa, terletak pada titik-titik tiang pancang yang saling berdekatan, tetapi
memiliki karakteristik pemancangan yang berbeda.

Gambar 77. Hubungan kedalaman tercapai dengan total blows (jumlah pukulan) pada mini pile Trap D.

Analisa pertama, yaitu pada titik-titik mini pile yang berdekatan, ternyata memiliki
kedalaman serta jumlah pukulan yang berbeda (Gambar 77). Salah satu contoh, yaitu MP-16,
MP-17, dan MP-18 (Tabel 131). Anomali kedalaman tercapai terdapat pada titik MP-17,
karena menunjukkan pemancangan yang terdalam di antara titik-titik yang berdekatan, yaitu
8.81m dengan jumlah pukulan 601. Pada titik MP-16, nilai kedalaman tercapai berada pada
4.54m dengan jumlah pukulan 554, sedangkan pada titik MP-18, nilai kedalaman tercapai
berada pada 4.30m dengan jumlah pukulan 509. Di antara ketiga titik tersebut, titik MP-18
merupakan titik yang paling efektif, karena membutuhkan jumlah pukulan yang seminim
mungkin untuk memperoleh kedalaman tercapai semaksimal mungkin. Apabila di rata-rata,
MP-18 membutuhkan sekitar 118 pukulan per meter kedalaman.
Tabel 131. Karakteristik pemancangan pada mini pile Trap D antara MP-16, MP-17, dan MP-18.
Kode Mini Pile Kedalaman Tercapai (m) Jumlah Pukulan Jumlah Pukulan/Meter
MP-16 4.54 554 ± 122
MP-17 5.15 997 ± 194
MP-18 4.30 509 ± 118

Analisa kedua, pada titik-titik mini pile berdekatan yang memiliki kedalaman yang relatif
sama, tetapi memiliki jumlah pukulan yang berbeda (Gambar 60). MP-19, MP-20, dan MP-
21 merupakan tiga titik yang memiliki kedalaman tercapai yang relatif sama, yaitu berada di
kisaran 4.20m (Tabel 132). Jumlah pukulan ketiga titik berturut-turut adalah 482, 445, dan
512. Di antara MP-19, MP-20, dan MP-21, titik yang paling tidak efektif yaitu MP-21 karena
membutuhkan ± 120 pukulan untuk memasukkan 1m mini pile ke dalam bawah permukaan.
Titik yang paling efektif yaitu MP-20, karena membutuhkan ± 106 pukulan untuk
memasukkan 1m mini pile ke dalam bawah permukaan. Dengan demikian, dapat
diinterpretasikan bahwa jumlah pukulan yang berbeda, tetapi masih dalam jarak titik yang
berdekatan, mengindikasikan adanya perbedaan kondisi bawah permukaan (sub-surface)
yang heterogen (beda kekuatan litologi, tetapi masih satu jenis litologi atau memang benar-
benar berbeda litologi).

Tabel 132. Perbedaan karakteristik pemancangan pada MP-19, MP-20, dan MP-21 pada mini pile trap D.
Kode Mini Pile Kedalaman Tercapai (m) Jumlah Pukulan Jumlah Pukulan/Meter
MP-19 4.27 ≈ 4.20 482 ± 113
MP-20 4.21 ≈ 4.20 445 ± 106
MP-21 4.27 ≈ 4.20 512 ± 120

Ada 1 hal yang perlu dicermati, bahwa jarak antar mini pile (MP) lumayan jauh, sekitar 3.3m.
Gap data antar titik tidak terhindarkan, sehingga menjadikan korelasi data antar titik kurang
representatif untuk menjelaskan kondisi aktual bawah permukaan. Namun, apabila melihat
pada kondisi pemancangan spun pile, maka kondisi pemancangan mini pile juga
menunjukkan heterogenitas bawah permukaan.

D.5.2 Grafik Scatter dan Hasil Uji Regresi Linear Sederhana


Hasil analisa statistika dapat diinterpretasi melalui grafik scatter yang dibuat menggunakan
MS. Excel maupun dengan SPSS (software statistika) secara tabulasi data. Pada pembahasan
analisa data pemancangan, software MS. Excel digunakan untuk visualisasi data dan sedikit
interpretasi, sedangkan software SPSS digunakan untuk menguji hipotesa melalui uji regresi
linear sederhana Persamaan regresi linear sederhana yang dihitung berdasarkan pada Gambar
61, yaitu y = 3.5462+0.0019x atau y = 0.0019x+3.5462, dengan a = 3.5462 dan b = 0.0019.
Gambar 78. Persamaan regresi linear dan koefisien determinasi antara total blows (x) dan kedalaman tercapai
(y) pada mini pile Trap D.

Visualisasi uji regresi linear sederhana, ditampilkan dalam bentuk grafik scatter yang dalam
kasus ini, menjelaskan apakah total blows (jumlah pukulan) mempengaruhi kedalaman
tercapai atau tidak. Pada Gambar 78, yang berperan sebagai variabel bebas / predictor (x)
adalah total blows (jumlah pukulan) dan yang berperan sebagai variabel tak bebas / response
(y) adalah kedalaman tercapai. Hubungan antar variabel cenderung menunjukkan linear,
positif, dan kuat. Linear artinya populasi data membentuk garis lurus, meskipun ada beberapa
titik data yang menunjukkan kurva. Positif, artinya jika nilai variabel x bertambah secara
positif, maka nilai variabel y juga bertambah secara positif. Kuat, artinya variabel x
mempunyai hubungan yang erat dengan variabel y. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu adanya outliers (data yang menyimpang dari kumpulan populasi pada
umumnya). Ada dua (2) outliers, yaitu MP-17 dan MP-25. Adanya 2 outliers merupakan
point of interest untuk diselidiki dan dianalisa lebih lanjut secara terpisah.
Koefisien determinasi dapat ditentukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi atau
secara praktis dapat ditentukan dengan mudah melalui MS. Excel ketika membuat grafik
scatter. Pada Gambar 78, nilai koefisien determinasi = R2 = 0.31 = 31%. Jadi, nilai 31%
memiliki arti bahwa 31% variabel x atau variabel bebas (total blows) dapat menjelaskan
variabel y atau variabel tak bebas (kedalaman tercapai), sedangkan 69% lagi
dijelaskan oleh faktor lainnya.
Koefisien korelasi didapat dengan men-akar kuadratkan R2, sehingga R = √ 0.31 = 0.56 =
56%. Mengacu pada klasifikasi nilai koefisien korelasi R yang dikemukakan oleh Pearson
(Klasifikasi Koefisien Pearson), maka nilai 0.42 (42%) memiliki tingkat hubungan yang
cukup kuat (Tabel 4). Hubungan cukup kuat yang dimaksud yaitu hubungan antara variabel
x (total blows) dan variabel y (kedalaman tercapai). Jadi, variabel total blows (jumlah
pukulan), cukup kuat dalam mempengaruhi variabel kedalaman tercapai atau variabel
kedalaman tercapai, rendah dipengaruhi oleh variabel total blows (jumlah pukulan).
Jika makna dari nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi digabungkan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hanya 31% variabel total blows (jumlah pukulan) yang
mempengaruhi variabel kedalaman tercapai, sehingga variabel total blows cukup kuat
dalam mempengaruhi kedalaman tercapai. Nilai 31% dari 28 populasi, berarti ada sekitar
1
9 mini pile ( populasi) yang semakin bertambah jumlah pukulan, akan semakin
3
bertambah kedalaman tercapai.
Hasil analisis data pemancangan menggunakan SPSS, seperti ditampilkan pada Tabel 133
sampai dengan Tabel 136. Masing-masing tabel memiliki penjelasan-penjelasan yang
fundamental.

Tabel 133. Variabel yang dimasukkan dan metode pada mini pile Trap D.
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Total Blows (Jumlah Pukulan) b
. Enter
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. All requested variables entered.

Tabel 133, menjelaskan variabel yang dimasukkan serta metode yang digunakan. Variabel
Total Blows (Jumlah Pukulan) sebagai variabel Independent dan Kedalaman Tercapai sebagai
variabel Dependent. Metode yang digunakan yaitu metode Enter.

Tabel 134. Nilai korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2) pada mini pile Trap D.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .557a .310 .284 .44752
a. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 134, menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu sebesar 0.557. Setelah
nilai R diperoleh, maka koefisien determinasi (R2) dapat dihitung, yaitu 0.310 yang
mempunyai pengertian bahwa variabel bebas (total blows) mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat (kedalaman tercapai) sebesar 31% (nilai R2). Nilai ini sama dengan yang
ditunjukkan pada Gambar 78.
Tabel 135. Tingkat signifikansi (Sig.) pada mini pile Trap D.
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 2.341 1 2.341 11.691 .002b
Residual 5.207 26 .200
Total 7.549 27
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai
b. Predictors: (Constant), Total Blows (Jumlah Pukulan)

Tabel 135, biasanya digunakan pada Uji Regresi Linear Berganda. Output penting yang perlu
dilihat yaitu nilai Fhitung = 11.691 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.002 < 0.05, sehingga
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel Kedalaman Tercapai atau dengan
kata lain ada pengaruh variabel Total Blows (x) terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).

Tabel 136. Constant (a) dan koefisien regresi (b) sebagai konstanta dalam persamaan regresi pada mini pile
Trap D.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.546 .323 10.981 .000
Total Blows (Jumlah .002 .001 .557 3.419 .002
Pukulan)
a. Dependent Variable: Kedalaman Tercapai

Pada Tabel 136, nilai Constant (a) sebesar 3.546 dan nilai Total Blows (b / koefisien regresi)
sebesar 0.002, sehingga persamaan regresi dapat ditulis:
y = a+bx
y = 3.546+0.002x
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan:
 Konstanta sebesar 3.546, mempunyai arti bahwa nilai konsisten variabel Kedalaman
Tercapai adalah sebesar 3.546.
 Koefisien regresi x sebesar 0.002 mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1% nilai
Total Blows, maka nilai Kedalaman Tercapai bertambah sebesar 0.002. Koefisien tersebut
bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa arah pengaruh variabel x terhadap y
adalah positif.
Pengambilan Keputusan dalam Uji Regresi Linear Sederhana (berdasarkan Tabel 136):
 Berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0.002 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Total Blows (x) berpengaruh terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).
 Berdasarkan nilai t, diketahui bahwa nilai thitung 3.419 > ttabel 2.055 (Tabel 137), sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang mempunya arti H1 diterima, yaitu variabel Total
Blows (x) berpengaruh signifikan/nyata terhadap variabel Kedalaman Tercapai (y).
Cara mencari ttabel :
ttabel = (α /2 ; df)
= (α /2 ; n-k-1)
= (0.05/2 ; 28-1-1)
= (0.025 ; 26)  Dilihat pada distribusi nilai ttabel (Tabel 137)
= 2.05553
= 2.055
Keterangan
α = taraf signifikansi, (dipakai 0.05)
n = jumlah sampel, (28 sampel)
k = jumlah variabel independen, (1 variabel)

Tabel 137. Penentuan nilai ttabel pada mini pile Trap D.

Kurva uji regresi linear sederhana sebagai hasil visualisasi pengambilan keputusan,
ditunjukkan pada Gambar 79. Pada perhitungan thitung 3.419 > ttabel 2.055, mempunyai arti
bahwa semakin bertambah positif nilai variabel x (total blows), akan meningkatkan variabel y
(kedalaman tercapai), seperti yang ditunjukkan pada bagian kanan luar kurva.
Gambar 79. Kurva uji regresi linear sederhana pada mini pile Trap D, thitung berada di area berpengaruh
(penerimaan H1).

Ikhtisar Pemancangan pada Inlet Pelimpah Utama

Tabel 138. Rekapitulasi produktivitas harian dan realisasi pekerjaan pemancangan pada inlet pelimpah utama.
Rencana (Unit) Realisasi (Unit) Lama Waktu Rata-Rata
Trap
Spun Pile Mini Pile Spun Pile Mini Pile Pemancangan Produktivitas/Hari
(Hari) (Unit)
Total 211 206
D 178 28 169*** 28
39 5
Total 206 197
*Ada 11 tiang tercabut.
**Pemancangan, didahului dengan penggalian lereng 4-5m, dilanjutkan pre-boring pada sebagian titik.
*** Pemancangan, didahului dengan penggalian lereng 5m, dilanjutkan pre-boring pada sebagian titik.

Tabel 138. Komparasi hasil uji regresi linear sederhana pada masing-masing segmen Trap pemancangan spun
pile.
Pengaruh Variabel (x)
Spun Pile
terhadap Variabel (y)

Jumlah (Unit) R R² Sig


Keberadaan Jumlah Sampel
Segmen Trap Non Pre- Pre- Pengaruh Berpengaruh
Boring Boring

0.711
Sayap Kiri D 10 33 Tidak Ada - 0.134 0.018
(>0.05)

0.654
Bagian Tengah D 82 2 Tidak Ada - 0.05 0.002
(>0.05)

0.001
Sayap Kanan D 36 4 Ada 10 0.516 0.267
(<0.05)

Gabungan
(Sayap Kiri- 0.000
D 130 39 Ada 17 0.359 0.129
Bagian Tengah- (<0.05)
Sayap Kanan)

Variabel x = total blows (jumlah pukulan)


Variabel y = kedalaman tercapai (m)
Sig = nilai signifikansi
KASISOLUSI
Kesimpulan:
1. Bendungan Manikin Paket 2, tersusun dari litologi tua ke muda: batulempung formasi
Kompleks Bobonaro, napal formasi Noelle, diabas, basalt, dan endapan alluvial.
2. Sebagian besar area pekerjaan Paket 2, tersusun dari batulempung formasi Kompleks
Bobonaro.
3. Pada daerah inlet pelimpah utama, tempat atau lokasi pekerjaan pemancangan, tersusun
dari batulempung formasi Kompleks Bobonaro.
4. Batulempung formasi Kompleks Bobonaro mempunyai ciri khas berupa blok-blok
batuan berbagai macam jenis dan ukuran yang tertanam dalam lempung fabrik scaly
(scaly clay) atau dalam istilah Geoteknik bernama Blocks in Matrix Rocks (BIM
Rocks).
5. Formasi Bobonaro merupakan melange (batuan campur aduk yang terbentuk melalui
serangkaian proses geologi yang kompleks dan rumit, itu kenapa dinamakan kompleks
Bobonaro).
6. Ada 2 pendapat yang menyatakan terbentuknya melange, yaitu pendapat pertama yang
menyatakan melange terbentuk murni karena serangkaian proses tektonisme (tumbukan
lempeng) yang mengangkat hasil longsoran laut dalam ke permukaan bumi dan pendapat
kedua menyatakan melange terbentuk karena proses semburan lumpur yang membawa
blok-blok batuan yang diterobos (mud diapirsm).
7. Pemancangan pada Trap D, membutuhkan 39 hari kerja waktu pemancangan dengan
produktivitas harian 5 unit, jumlah rencana 206 unit tiang pancang dan jumlah realisasi
yaitu 197 unit tiang pancang (mengalami penyusutan 9 unit spun pile) (Tabel 138).
8. Pada Trap D, sebelum dilakukan pre-boring dan pemancangan, lereng digali tegak
terlebih dahulu, masing-masing sedalam 4-5 m dan 5m.
9. Pemancangan yang didahului pre-boring dilakukan pada Trap D, masing-masing
sebanyak 24 unit dan 39 unit, sehingga total ada 63 unit.
10. Keberadaan pengaruh variabel x (total blows atau jumlah pukulan) terhadap variabel y
(kedalaman tercapai) hanya dianalisa pada titik-titik non pre-boring.
11. Pada segmental bagian Trap pemancangan, keberadaan pengaruh variabel x (total blows
atau jumlah pukulan) terhadap variabel y (kedalaman tercapai) ditunjukkan oleh sayap
kiri dan sayap kanan.
12. Pada segmen sayap kanan Trap pemancangan, keberadaan pengaruh variabel x (total
blows atau jumlah pukulan) terhadap variabel y (kedalaman tercapai) ditunjukkan oleh
Trap D dengan jumlah sampel berpengaruh sebanyak 9, 10, dan 10 titik.
13. Jumlah sampel terbanyak pada segmen sayap kanan yang menyatakan keberadaan
pengaruh variabel x (total blows atau jumlah pukulan) terhadap variabel y (kedalaman
tercapai) ditunjukkan oleh dan Trap D.
14. Jika Trap pemancangan tidak terbagi secara segmental (gabungan), maka keberadaan
pengaruh variabel x (total blows atau jumlah pukulan) terhadap variabel y (kedalaman
tercapai) ditunjukkan dengan jumlah sampel berpengaruh sebanyak 17 titik.
15. Jumlah sampel terbanyak pada Trap pemancangan (gabungan segmental) yang
menyatakan keberadaan pengaruh variabel x (total blows atau jumlah pukulan) terhadap
variabel y (kedalaman tercapai) ditunjukkan oleh Trap D.
16. Jika pemancangan terbagi secara segmental, maka sayap kanan dapat
merepresentasikan keberadaan pengaruh variabel x (total blows atau jumlah pukulan)
terhadap variabel y (kedalaman tercapai) dengan baik yang mana jumlah sampel
berpengaruh semakin bertambah ke arah Trap yang lebih bawah.
17. Jika pemancangan tidak terbagi secara segmental, maka masing-masing Trap kurang
atau bahkan tidak dapat merepresentasikan keberadaan pengaruh variabel x (total blows
atau jumlah pukulan) terhadap variabel y (kedalaman tercapai) karena jumlah sampel
yang sangat sedikit.
18. Heterogenitas batuan pada masing-masing Trap atau keseluruhan Trap tercermin dari
rendahnya hubungan pengaruh variabel x (total blows atau jumlah pukulan) terhadap
variabel y (kedalaman tercapai). Jadi, hanya sedikit saja data yang menunjukkan jika
jumlah pukulan bertambah, maka jumlah kedalaman tercapai bertambah.

Anda mungkin juga menyukai