Pembaharuan Hukum Perjanjian Nasional: Absorbsi Prinsip "Rebus Sic Stantibus" Dalam Kerangka
Pembaharuan Hukum Perjanjian Nasional: Absorbsi Prinsip "Rebus Sic Stantibus" Dalam Kerangka
ATTIISSW
WAAR
RAA
ABSTRAK
Prinsip ”Rebus Sic Stantibus” merupakan prinsip yang belum populer dalam sistem
hukum civil law karena ini diambil dari pinsip hukum Anglo Saxon. Secara teroritis
pelaksanaan perjanjian pada hakekatnya tunduk pada prinsip pacta sunt servanda. Dalam
perkembangannya prinsip pacta sunt servanda memperoleh tantangan dari mereka yang
berargumentasi bahwa prinsip tersebut hanya berlaku manakala tidak ada perubahan keadaan
yang radikal terhadap pelaksanaan perjanjian tersebut. Doktrin rebus sic stantibus atau
dikenal juga dengan istilah clausula rebus sic stantibus adalah suatu perubahan keadaan
dikarenakan oleh kesulitan yang sangat ekstrim bagi salah satu pihak untuk memenuhi
kontrak dan bukan dikarenakan ketidakmungkinan kontrak tersebut dilaksanakan dan oleh
sebab itu maka harus dilakukan renegosiasi terhadap ketentuan dan syarat-syarat dalam
kontrak. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui bagaimana karakteristik dari Perubahan
Keadaan (Rebus Sic Stantibus) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Sebagai Pembeda Dengan
Keadaan Memaksa (Force Majeure). Metode penelitian menggunakan yuridis normatif adalah
suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan
hukum dari sisi normatifnya. Hasil dalam penelitian tersebut bahwa Karakteristik dari
Perubahan Keadaan (Rebus Sic Stantibus) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Sebagai Pembeda
Dengan Keadaan Memaksa (Force Majeure) yaitu bahwa dalam force majeure pelaksanaan
perjanjian benar-benar tidak mungkin dilaksanakan (impossible) dikarenakan alasan secara
fisik atau secara hukum, dengan mengabaikan kesulitan ekonomi atau ketidakpastian-
ketidakpastian ekonomi (economic imposibility), sedangkan dalam rebus sic stantibus, alasan
tidak dilaksanakan perjanjian tersebut adalah karena pelaksanaan perjanjian tersebut sangat
sulit (onerous), jadi termasuk juga economic impossibility. Jadi, tingkat kesulitan performa
rebus sic stantibus di bawah force majeure.
Kata Kunci : Rebus Sic Statibus, Hukum Perjanjian
ABSTRACT
Rebus Sic Stantibus principle is an unpopular principle in civil law system because this
principle is taken by Common Law principle. In theory, contractual implementation, in the
essence, submit to pacta sunt servanda principle. Pacta sunt servanda principle, in the
contemporary, has a challenge from they who argue the principle prevail only when there is
no radically change condition in the contract. Rebus Sic Stantibus doctrine or it is well known
with clausula Rebus Sic Stantibus is a radically change condition because extrime trouble for
each other party to fulfill the contract and imposibble the contract to be implemented. Thus, it
must be renegotiate to requirement in the contract. The purpose of this research is to know
what the change condition charateristic (rebus sic stantibus) in the implementation of contract
as a diffrentiation with state of emergency (force majeure). Research method is juridical
normative where a legal reserach procedure to discover truth base on logical law from
1 Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 71
[JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA] [FAKULTAS HUKUM]
nomative side. The result of this research that the change condition charateristic (Rebus Sic
Stantibus) in the implementation of contract as a diffrentiation with state of emergency (Force
Majeure) is in the implementation of contract imposibble to do it because of the legal reason,
avoid economic trouble or economic imposibility, whereas in Rebus Sic Stantibus, the reason
why the contract is not implemented because the contractual implementation is too difficult
to do it, so include economic imposibility. Therefore, difficult level of Rebus Sic Stantibus is
under Force Majeure.
Key word: Rebus Sic Stantibus, Contractual Law
Pokok Muatan
ABSORBSI PRINSIP ”REBUS SIC STANTIBUS” DALAM KERANGKA
PEMBAHARUAN HUKUM PERJANJIAN NASIONAL ................................................... 71
A. PENDAHULUAN............................................................................................................ 72
B. PEMBAHASAN .............................................................................................................. 75
1. Konsep Pembaharuan Hukum Perjanjian Nasional..................................................... 75
2. Konsep Rebus Sic Stantibus ........................................................................................ 79
3. Karakteristik dari Perubahan Keadaan (Rebus Sic Stantibus) Dalam Pelaksanaan
Perjanjian Sebagai Pembeda Dengan Keadaan Memaksa (Force Majeure)............... 83
4. Prinsip Hukum Akibat Terjadinya Perubahan Keadaan (Rebus Sic Stantibus)
Pada Pelaksanaan Perjanjian ....................................................................................... 85
C. SIMPULAN ..................................................................................................................... 89
PUSTAKA ............................................................................................................................. 20
dikutip Huala Adolf3 juga berpendapat,
A. PENDAHULUAN peran hukum kontrak dewasa ini adalah
sentral. Peran ini didasarkan pada dua
Dewasa ini, dengan berkembangnya alasan sebagai berikut :
transaksi bisnis modern, kebutuhan hukum
dan khususnya hukum kontrak1 menjadi dengan semakin meningkatnya produk
semakin nyata. David Reitzel dalam yang dihasilkan pekerja mengakibatkan
bukunya Contemporary Bussines Law: semakin meningkatnya peralihan
Principle and Cases sebagaimana yang produk tersebut dari seseorang kepada
4
2
dikutip Huala Adolf berpendapat bahwa orang lain ;
kontrak adalah salah satu ”lembaga dengan meningkatnya peran lembaga
hukum” yang paling penting di dalam pembiayaan yang semakin mendorong
transaksi ekonomi di masyarakat. manusia untuk melakukan transaksi
Selanjutnya P.S. Atiyah dalam bukunya An bisnis, maka peran kontrak tersebut
Introduction to the Law of Contract yang semakin dirasakan5.
1
Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian (Prinsip
Dengan demikian menjadi semakin
Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah), jelas bahwasanya arti pentingnya kontrak6
LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2009. Istilah kontrak berasal
dari “contract” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Perancis
“contrat” dan dalam bahasa Belanda “overeenkomst” sekalipun
kadang-kadang digunakan istilah “contract”. Menurut Peter 3
Ibid.
4
Mahmud Marzuki sebagaimana dikutip Yohanes Sogar Ibid.
5
Simamora, Istilah kontrak lebih menunjuk pada nuansa bisnis Ibid.
6
atau komersial dalam hubungan hukum yang dibentuk. h. 30 Op. Cit. Esensi kontrak pada dasarnya adalah
2
Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak kewajiban, hal mana juga jelas dalam kata-kata Subekti :
Internasional, Alumni, Bandung, 2008. h. 2 “Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
sebagai salah satu institusi hukum dalam Dengan demikian maka perjanjian
transaksi ekonomi masyarakat karena dapat dianalogikan sebagai proses pem-
peralihan produk dari satu pihak kepada buatan undang-undang dalam pengertian
pihak lain dan tumbuhnya lembaga mikro.
pembiayaan yang memicu kebutuhan akan Bentuk kedua dari suatu transaksi
keberadaan hukum perjanjian. yang disebut dengan istilah kontrak pada
Pada hakikatnya pembuatan kontrak hakikatnya adalah transaksi hukum yang
merupakan salah satu sistem perbuatan bersifat hukum perdata (legal transaction
hukum dalam hubungan keperdataan. of civil law). Kontrak semata-mata adalah
Kontrak akan berlaku sebagai undang- suatu pernyataan kehendak dari dua atau
undang bagi para pembuatnya, sebab lebih individu10. Pernyataan ini merupakan
pembuatan kontrak terdapat unsur proses syarat yang harus ada. Tanpa adanya
seperti pada pembuatan undang-undang. pernyataan ini maka kontrak yang dibuat
L.J. Apeldoorn7 menyatakan bahwa tidak dapat ada atau dikuatkan oleh suatu
perjanjian dikelompokkan ke dalam faktor prosedur hukum11. Pernyataan tersebut
yang membantu pembentukan hukum. baru akan mengikat jika ditujukan kepada
Oleh karena itu, dalam beberapa hal pihak lain dan pihak lain yang dimaksud
tertentu pembentukan hukum atau undang- menyatakan menerima12. Tindakan dua
undang dapat dianalogikan dengan per- pihak ini sebagai transaksi hukum dua
janjian karena keduanya memiliki sifat pihak (two-sided legal transaction)13.
yang sama, yaitu mengikat. Hingga batas- Dilihat dari tahapannya, pembuatan
batas tertentu, para pihak dalam suatu kontrak melewati 3 (tiga) tahap, yaitu
perjanjian atau kontrak bertindak seperti negosiasi (negosiation), pembuatan per-
pembentuk undang-undang, yaitu meng- janjian (formation of contract), dan
ikatkan diri diantara mereka sendiri.8 pelaksanaan perjanjian (performance of
Perbedaannya adalah jika perjanjian contract).14 Kedua belah pihak harus
yang akan terikat yaitu para pihak yang memenuhi syarat untuk menjamin
membuatnya, sedangkan dalam undang- keabsahan (validitas) dalam menutup
undang yang terikat adalah semua warga perjanjian.
negara. Oleh karena itu, Pasal 1338 BW Dalam pembuatan kontrak ada dua
muncul kalimat yang menyatakan : pihak atau lebih yang bernegoisasi untuk
”Semua perjanjian yang dibuat secara sah membuat seperangkat aturan yang
berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”. Dalam
hakikatnya ada persamaan-persamaan yang penting, yaitu (a)
mengadakan perjanjian, para pihak kehendak dari berbagai pihak yang harus dipertemukan melalui
melakukan perikatan secara konkrit, argumentasi-argumentasi, (b) proses mempertemukan kehendak
itu yang akan dituangkan ke dalam aturan-aturan: out put berupa
sedangkan apa yang dilakukan pembuat aturan yang mengikat, (c) adanya akibat hukum apabila para
undang-undang pada umumnya mengatur pihak yang tunduk dalam aturan itu.
10
Pasal 1313 BW – Definisi Perjanjian: Suatu
perbuatan yang bersifat abstrak.9 persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Subekti,
Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2008, menyatakan bahwa
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji : Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang
untuk melaksanakan sesuatu hal”. h. 31 berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang saling berjanji
7
Taryana Soenandar. h. 17 untuk melaksanakan sesuatu. h. 1
8 11
Ibid. Huala Adolf. Op. Cit. h. 17
9 12
Ibid. Perbedaan pembuatan kontrak dengan pembuatan Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian,
undang-undang adalah kontrak didasarkan pada hasil negoisasi Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh
antara para pihak berdasarkan pertimbangan ekonomi atau bisnis Pemerintah, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2009. Prinsip
yang hasilnya hanya mengikat para pihak saja. Adapun dalam konsensualisme sangat penting terutama pada aspek
pembuatan undang-undang sebagai hasil perdebatan dan pembentukannya. h. 191
13
keputusan politik yang hasilnya berupa undang-undang yang Huala Adolf.Op. Cit. h. 17
14
akan mengikat semua warga negara. Namun demikian pada Taryana Soenandar. Op. Cit. h.18
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 73
[JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA] [FAKULTAS HUKUM]
22 24
Ibid. h. 2 Ibid.
23 25
Ibid. Ibid.
nilai pelakanaan kontrak yang diterima dari mereka yang berargumen bahwa
oleh salah satu pihak, termasuk apabila prinsip tersebut hanya eksis dalam kondisi
pelaksanaan kontrak itu tidak lagi memiliki dimana tidak ada perubahan yang radikal
nilai sama sekali bagi pihak yang terhadap suasana yang melingkupi
menerimanya. pelaksanaan perjanjian tersebut. Oleh
karenanya di beberapa negara, terutama
3. Karakteristik dari Perubahan
negara-negara dengan sistem hukum
Keadaan (Rebus Sic Stantibus)
common law, prinsip tersebut dibuat
Dalam Pelaksanaan Perjanjian
fleksibel dengan mengadopsi kembali
Sebagai Pembeda Dengan Keadaan
prinsip rebus sic stantibus yang pernah
Memaksa (Force Majeure)
mencapai masa kejayaannya pada abad XII
Secara teroritis pelaksanaan sampai abad XVIII.
perjanjian pada hakekatnya tunduk pada
prinsip pacta sunt servanda51, yang secara Prinsip pacta sunt servanda adalah
etimologi dapat diartikan bahwa “janji refleksi dari suatu nilai keadilan, sekaligus
harus ditepati”. Prinsip ini merupakan merupakan tuntutan aktivitas ekonomi
refleksi dari suatu keadilan yang alamiah masyarakat karena prinsip ini mengikat
dan merupakan tuntutan aktivitas ekonomi promisor serta melindungi kepentingan
yang efektif karena prinsip ini mengikat promisee. Dalam perkembangannya
promisor akan janjinya dan melindungi prinsip pacta sunt servanda memperoleh
kepentingan pihak promisee. Namun, tantangan dari mereka yang ber-
dalam perkembangannya ternyata prinsip argumentasi bahwa prinsip tersebut hanya
pacta sunt servanda52 mendapat tantangan berlaku manakala tidak ada perubahan
keadaan yang radikal terhadap pelaksanaan
51
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi perjanjian tersebut. Adagium pacta sunt
Hukum Perjanjian Indonesia ( Hukum Perjanjian servanda diakui sebagai aturan yang
Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia, Citra menetapkan bahwa semua perjanjian yang
Aditya Bakti, Bandung , 2006. Bunyi lengkap dibuat oleh manusia satu sama lain,
adagium tersebut adalah : ”pacta quantumcumque
nuda servanda sunt” (janji betapapun tanpa
mengingat kekuatan mengikat hukum yang
dikukuhkan dengan sumpah harus dipenuhi). h. terdapat di dalamnya, dimaksudkan untuk
103. Black’s Law Dictionary mengartikan prinsip dilaksanakan dan pada akhirnya dapat
pacta sunt servanda sebagai : “agreement must be dipaksakan penaatannya.
kept” The rule that agreements and stipulations,
esp. those contained in treaties must be observed. Doktrin rebus sic stantibus53 atau
Lihat : Chengwei Liu, Changed Contract dikenal juga dengan istilah clausula rebus
Circumstances, Renmin University of China, April sic stantibus adalah suatu perubahan
2005: “Pacta sunt servanda (or the sanctity of
contract) is a basic and it seems universally
keadaan dikarenakan oleh kesulitan yang
accepted principle of contract law: the contract has sangat ekstrim bagi salah satu pihak untuk
to be respected. It reflects natural justice and
53
economic requirements because it binds a person to Ibid. Rebus sic stantibus: Doctrine
its promises and protects the interests of the underlying change of circumstances. The term
promisee. Since effective economic activity is not "change of circumstances" is used here to refer
possible without reliable promises, the importance collectively to a host of different concepts, applied
of this principle has to be underlined”. h. 3 lihat nationally and internationally, that deal with
Aziz T. Saliba. Dalam Rebus sic stantibus: A changes in the economic, legal and business
Comparative Survey, yang menyatakan bahwa realities underlying a contractual agreement. The
“Landasan hukum kontrak adalah kebebasan situation existing at the conclusion of the contract
berkontrak atau prinsip otonomi, yang berarti may subsequently have changed so completely that
bahwa ketika seseorang memilih memutuskan the parties, acting as reasonable persons, would
untuk terlibat dalam hubungan kontrak maka akan not have made the contract, or would have made it
terikat pada kontrak mereka”. h. 2 differently, had they known what was going to
52
Op. Cit. h. 3 happen. h. 4
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 83
[JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA] [FAKULTAS HUKUM]
memenuhi kontrak dan bukan dikarenakan panjang pengadaan minyak dengan harga
ketidakmungkinan kontrak tersebut patokan tetap dan tiba-tiba dalam
dilaksanakan dan oleh sebab itu maka pelaksanaan isi kontrak tersebut harga
harus dilakukan renegosiasi terhadap minyak dunia terus meningkat secara
ketentuan dan syarat-syarat dalam signifikan yang menyebabkan supplier
kontrak.54 Prinsip rebus sic stantibus mengalami kesulitan finansial, maka pihak
sangat penting terutama untuk kontrak- yang tidak di-untungkan oleh keadaan
kontrak dalam skala besar dan dalam tersebut, dalam hal ini supplier minyak,
rentang waktu jangka panjang dimana bisa merujuk kepada klausul rebus sic
kondisi ekonomi, politik dan situasi sosial stantibus sebagai dasar justifikasi untuk
pada saat implementasi kontrak-kontrak tidak menyuplai minyak dalam kondisi
semacam itu berubah secara drastis, radikal tersebut dan meminta renegosiasi
55
dan fundamental. kontrak.
Pada tataran praksis, perjanjian Pada prinsipnya, baik rebus sic
sering mengalami kendala secara legal, stantibus maupun force majeure berkaitan
yang menyebabkan implementasi klausula- satu sama lain karena keduanya memiliki
klausula dalam kontrak menjadi tidak ciri yang sama yaitu keduanya merupakan
mungkin bukan atas kemauan pihak-pihak alat untuk mengantisipasi perubahan
yang terikat dalam kontrak tersebut. keadaan. Perbedaan kedua konsep tersebut
Sebagai contoh jika gempa bumi secara umum dapat digambarkan yaitu
merusakkan pabrik dimana barang-barang bahwa rebus sic stantibus atau hardship
yang diperjanjikan sementara diproduksi di mengambil peran pada saat pelaksanaan
tempat tersebut, maka secara fisik tidak kontrak oleh pihak yang tidak diuntungkan
mungkin bagi salah satu pihak untuk oleh perubahan keadaan menjadi sangat
memenuhi isi kontrak dalam jangka waktu sulit namun bukan tidak mungkin
yang telah diperjanjikan dengan pihak dilaksanakan, sedangkan pada force
lainnya didalam suatu kontrak, atau dapat majeure, implementasi kontrak oleh satu
juga sebagai contoh bahwa secara legal pihak memang sudah tidak mungkin,
tidak mungkin dilaksanakan jika tiba-tiba setidaknya untuk sementara waktu56.
ada larangan ekspor yang dikeluarkan Azis T. Saliba57 mengemukakan
pemerintah terhadap produk yang telah bahwa perbedaan mendasar antara force
diperjanjikan pada saat kontrak harus majeure dan rebus sic stantibus yaitu
direalisasikan. Contoh-contoh inilah yang bahwa dalam force majeure pelaksanaan
dalam ranah hukum perdata dikenal perjanjian benar-benar tidak mungkin
sebagai keadaan memaksa (force majeure). dilaksanakan (impossible) dikarenakan
Berbeda halnya dengan force alasan secara fisik atau secara hukum,
majeure, maka rebus sic stantibus tetap dengan mengabaikan kesulitan ekonomi
menekankan bahwa pelaksanaan perjanjian atau ketidakpastian-ketidakpastian eko-
bisa tetap dipertahankan dengan mencari nomi (economic imposibility), sedangkan
cara untuk mengatasi berbagai hambatan dalam rebus sic stantibus, alasan tidak
yang dipikul oleh salah satu pihak yang dilaksanakan perjanjian tersebut adalah
tidak diuntungkan akibat berubahnya karena pelaksanaan perjanjian tersebut
keadaan-keadaan, terutama keadaan sangat sulit (onerous), jadi termasuk juga
ekonomi, pada saat pelaksanaan perjanjian.
Sebagai contoh, dalam kontrak jangka 55
Faisal Akbaruddin Taqwa Op. Cit. h. 2
56
Ibid.
54 57
Huala Adolf. Op. Cit. h. 31 Ibid.
akan menyimpang dari proses peng- kontrak tersebut semakin memburuk, (g)
akhiran kontrak pada umumnya. mengurangi prestasi yang diterima, dan (e)
Dengan demikian, pengakhiran kontrak mengakhiri kontrak antara para pihak
harus dilakukan pada tanggal dan atas tersebut.
syarat-syarat yang ditetapkan oleh Putusan Pengadilan yang
pengadilan. memerintahkan untuk mengakhiri atau
b. Menyesuaikan kontrak dengan keadaan memperbaharui kontrak dalam hal
berjalan untuk mengembalikan kese- perubahan keadaan yang radikal dalam
imbangannya. Dalam hal alternatif ini pelaksanaan kontrak (rebus sic stantibus)
yang dipilih oleh Pengadilan, maka haruslah merupakan putusan yang bersifat
pengadilan akan menentukan pem- tindakan yang paling akhir dilakukan67.
bagian yang adil atas kerugian- Prosedur di pengadilan dalam kasus rebus
kerugian diantara para pihak. Tindakan sic stantibus haruslah difungsikan sebagai
ini dapat mencakup perubahan harga alat untuk menyelesaikan secara damai
atau tidak, bergantung dari sifat kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam
kesulitan dari peristiwa itu sendiri. kontrak dengan memasuki ranah
Namun, jika perubahan itu mencakup perundingan.
harga, maka perubahan itu tidak perlu Pengadilan juga bisa mengembali-
harus mencerminkan perbaikan secara kan persoalan pokok dalam perkara
sepenuhnya yang dialami akibat tersebut kepada para pihak untuk
perubahan keadaan tersebut. Misalnya dinegosiasikan, bahkan dengan menunjuk
pengadilan mempertimbangkan sejauh mediator. Jika tercapai kata mufakat, maka
mana salah satu pihak mendapat risiko Pengadilan akan memerintahkan untuk
dan sejauhmana pihak yang berhak memodifikasi kontrak sebagaimana kese-
menerima pelaksanaan dapat memper- pakatan, namun risiko harus ditanggung
oleh manfaat dari pelaksanaan kontrak bersama. Jika tidak tercapai kata mufakat,
itu. maka Pengadilan mengambil peran untuk
Prinsip yang dianut oleh Unidroit menentukan nasib akhir kontrak yang
juga memberikan kesempatan kepada dihadang oleh kendala rebus sic stantibus
Pengadilan untuk mengambil putusan itu.
dalam beberapa bentuk ketika muncul Peranan hakim yang memeriksa
kesulitan (rebus sic stantibus/ hardship) perkara-perkara yang berkaitan dengan
pada kontrak yang mengikat para pihak66. persoalan rebus sic stantibus adalah
Bentuk-bentuk dimaksud yaitu : (a) terutama untuk menginterpretasikan apa
menolak permohonan untuk menegosiakan yang dimaksud dengan keadaan yang
kontrak apabila dampak yang ditimbulkan sangat sulit (onerous). Sebagai contoh,
oleh renegosiasi itu lebih banyak ruginya Hakim harus menarik suatu kesimpulan
daripada manfaatnya, (b) memperpanjang untuk menjawab apakah tidak dapat
jangka waktu pelaksanaan kontrak, (c) terlaksananya suatu perjanjian karena
menambah/ mengurangi harga yang benar-benar sulit atau tidak mungkin
diperjanjikan, (d) menambah/ mengurangi dilaksanakan ataukah sebenarnya ada
kuantitas kontrak, (e). Memerintahkan alternatif penyelesaian lain.
pembayaran kompensasi, (f) memerintah-
kan penundaaan pelaksanaan dalam hal Misalnya, eksportir batal mengirim
keadaan yang melingkupi pelaksananan barang yang dipesan oleh importir karena
66 67
Ibid h. 77. Ibid.
pengapalan (shipping) barang harus kepentingan kaum borjuis kala itu. Paham
melewati daerah perang (seumpama pacta sunt servanda itulah yang kemudian
Perang Teluk atau perang Iran-Irak). menjelma menjadi Pasal 1338 BW
Beberapa hakim menyatakan bahwa hal Indonesia70 yang isi selengkapnya yaitu
tersebut tidak bisa dijadikan alasan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
onerous, karena promissor memiliki berlaku sebagai undang-undang bagi
alternatif pelayaran yang tidak harus mereka yang membuatnya. Suatu Perjajian
melalui jalur tersebut68. Senada dengan tidak dapat ditarik kembali selain dengan
peranan tersebut, hakim di Amerika sepakat kedua belah pihak, atau karena
Serikat misalnya yang memutus dengan alasan-alasan yang oleh undang-undang
Uniform Commercial Code (UCC) harus dinyatakan cukup untuk itu. Suatu
memberikan makna atau pengertian dari perjanjian harus dilaksanakan dengan
impracticable untuk membedakannya dari itikad baik.”
impossible sehingga terpenuhi keadaan Bercermin pada ketentuan Pasal
yang masuk dalam pengertian 1338 BW tersebut, maka setiap perjanjian
impracticability. haruslah tunduk pada itikad baik
Secara garis besar dapat (bonafide/good faith) dalam pelaksanaan-
dikemukakan bahwa pengadilan hanyalah nya karena sifatnya yang mengikat laksana
difungsikan jika renegosiasi kontrak pada sebuah undang-undang. Pengecualian dari
keadaan rebus sic stantibus tidak mencapai ketentuan tersebut ditemukan dalam
titik temu. Penekannya yaitu apabila ketentuan yang mengatur tentang keadaan
timbul keadaan kesulitan (rebus sic memaksa (force majeure) yaitu dalam
stantibus/hardship), maka langkah pertama Pasal 124471 dan 1245 BW72.
yang harus ditempuh adalah negosiasi Keadaan memaksa adalah sebuah
ulang oleh para pihak untuk kelanjutan keadaan yang tidak bisa diprediksi, tidak
kontrak. Apabila renegosiasi tersebut dikehendaki dengan sengaja, dan debitur
gagal, maka barulah pengadilan tidak bisa dibebani tanggung jawab dan
mengambil peran untuk memodifikasi tidak bisa sama sekali memenuhi
kontrak, itupun setelah tawaran mediasi kewajibannya. Dalam teori, kedaaan
oleh pengadilan agar para pihak sendiri memaksa (force majeure) mempunyai dua
yang memodifikasi kontrak tersebut tidak bentuk yaitu keadaan memaksa yang
mencapai kata sepakat. bersifat obyektif/absolud dan keadaan
Hukum perjanjian di Indonesia memaksa yang bersifat relatif. Menurut
yang tunduk pada Kitab Undang-undang ajaran keadaan memaksa yang bersifat
Hukum Perdata sebagai manifestasi nilai-
nilai yang termuat dalam Code Napoleon 70
Pasal 1338 BW menyatakan : Semua persetujuan
tidak mengenal faham rebus sic yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
stantibus.69 Hal ini sangat wajar karena undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu
tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua
Code Napoleon yang dibuat pada masa belah pihak, atau karena alas an-alasan yang ditentukan undang-
kejayaan faham “liberalisme” dengan undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
71
Pasal 1244 BW menyatakan : Debitur harus dihukum
mengagungkan pacta sunt servanda adalah untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga, bila ia tidak dapat
merupakan koreksi atas penerapan secara membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau
tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu
kaku hukum-hukum kanonik yang disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak
berkaitan dengan rebus sic stantibus dapatdipertanggungkan kepadanya, walaupun tidak ada itikad
buruk padanya.
sehingga mengancam kepentingan- 72
Pasal 1245 BW menyatakan : Tidak ada penggantian
biaya, kerugian dan bunga bila karena keadaan memaksa atau
karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang
68
Ibid. memberikan atau berbuat sesuatuyang diwajibkan, atau
69
Ibid. melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 87
[JJA
ATTIISSW
WAAR
RAA] [FAKULTAS HUKUM]
absolud, debitur berada dalam keadaan yang bersifat subyektif/relatif yaitu suatu
memaksa apabila pemenuhan prestasi itu keadaan yang masih memungkinkan bagi
tidak mungkin (ada unsur impossibility) debitur untuk melaksanakan prestasi tetapi
dilaksanakan oleh siapapun juga atau oleh praktis dengan kesukaran atau pengor-
setiap orang, sebagaimana tergambar juga banan yang besar sehingga dalam keadaan
dalam ketentuan Pasal 1444 BW73 yang yang demikian itu, kreditur tidak dapat
biasa juga disebut sebagai hal kebetulan menuntut pelaksanaan prestasi75. Mariam
yang tidak dapat dikira-kirakan (onvoor- Darus Badrulzaman menyatakan bahwa
ziene toeval)74. Sedangkan force majeure yurisprudensi Indonesia hanya mengenal
keadaan memaksa (force majeure) yang
73
Pasal 1444 BW menyatakan : Jika barang tertentu bersifat absolut, dalam pengertian keadaan
yang menjadi pokok persetujuan musnah, tak dapat memaksa (force majeure) tersebut berada
diperdagangkan, atau hilang tak diketahui sama sekali apakah
barang itu masih ada, atau tidak, maka hapuslah perkatannya, diluar kendali manusia sehingga debitur
asalkan barang itu musnah atau hilang di luar kesalahan debitur dibebaskan dari kewajiban-kewajiban-
sebelum lalai ia menyerahkannya. Bahkan meskipun debitur lalai
menyerahkan suatu barang yang sebelumnya sebelumnya tidak nya76.
ditanggung terhadap kejadian-kejadian yang tak terduga,
perikatan tetap hapus jika barang itu akan musnah juga dengan Dengan demikian, dapat disimpul-
cara yang sama di tangan kreditur, seandainya barang tersebut
sudah diserahkan kepadanya. Debitur diwajibkan membuktikan
kan bahwa sistem hukum di Indonesia77
kejadian tak terduga yang dikemukannya. Dengan cara tidak mengintrodusir prinsip rebus sic
bagaimanapun suatu barang hilang atau musnah, orang yang
mengambil barang itu sekali-kali tidak bebas dari kewajiban
stantibus dalam ranah hukum perjanjian
untuk mengganti harga. namun lebih mengedepankan aspek
keadaan memaksa (force majeure)78.
74
Faisal Akbaruddin Taqwa. Op. Cit. Dalam
thesisnya, Tri Harnowo, mengungkapkan salah satu
Kendati demikian, ternyata beberapa
contoh yaitu Kasus Permohonan Pailit terhadap PT.
Bakrie Finance Corporation,Tbk. yang diperiksa di putusan hakim pada pengadilan niaga
Pengadilan Niaga pada PN.Jakarta Pusat74. PT. mungkin secara tidak sengaja/sadar
Bakrie Finance Corporation,Tbk. yang didirikan
pada tahun 1985 dan bergerak di berbagai bidang
seperti leasing dan usaha jasa konstruksi ternyata Branch, dan Arab Banking Corporation, namun
dalam usahanya banyak melakukan pinjaman para Pemohon ternyata tidak menerima itikad baik
dengan lembaga-lembaga keuangan di luar negeri dari perusahaan tersebut. Walaupun pada akhirnya
dengan memakai kurs US Dollar. Akibat krisis Pengadilan Niaga menyatakan tidak dapat
ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 menerima permohonan tersebut dengan alasan para
yang salah satunya ditandai dengan depresiasi mata pemohon tidak memiliki legitima persona standi in
uang Rupiah atas US Dollar, maka ketika hutang- judicio74, namun proses yang terjadi di Pengadilan
hutang perusahaan tersebut terhadap sindikasi Niaga Indonesia khususnya dalam perkara
perbankan dan lembaga-lembaga keuangan luar kepailitan memungkinkan ke depannya menerima
negeri74 jatuh tempo pada tahun 1999, PT. Bakrie argumen kesulitan akibat krisis ekonomi sebagai
Finance Corporation,Tbk. mengalami kesulitan salah satu alasan muculnya kondisi rebus sic
pembayaran. Permohonan pailit pun diajukan stantibus. h. 5
75
Ibid.
terhadap perusahaan tersebut, namun dalam salah 76
Ibid.
satu argumennya, kuasa hukum PT.Bakrie Finance 77
Agus Yudha Hernoko menyatakan “Berbeda dengan
Corporation,Tbk. mendalilkan bahwa krisis wanprestasi dan overmacht yang telah diatur dalam ketentuan
Buku III BW, maka hardship belum ada pengaturannya dan
ekonomi telah membawa dampak merosotnya mata
dalam hal terjadi kasus-kasus terkait dengan hardship, pada
uang Rupiah terhadap US Dollar yang umumnya hakim akan memutus berdasarkan overmacht
menyebabkan kewajiban pembayaran meningkat (menyamakan hardship dengan overmacht). Istilah hardship di
sangat tinggi bahkan tidak wajar serta memberatkan Indonesia diterjemahkan “keadaan sulit” atau “kesulitan” atau
“beban”. h. 252
debitur, dan PT. Bakrie Finance Corporation,Tbk. 78
Rebus sic stantibus berbeda dengan force majeure.
telah berusaha dengan itikad baik melakukan Force majeure alasan nasabah untuk melakukan hanya jika ada
negosiasi ulang (renegosiasi) atas hutang- kendala yang tak tertahankan dan tak terduga. Dalam force
hutangnya, yang mana beberapa kreditur telah majeure, kinerja harus secara fisik atau secara hukum tidak
mungkin dilaksanakan. Jadi, singkatnya, perbedaan mendasar
menjadwal ulang pembayaran hutang PT. Bakrie
adalah bahwa, tidak seperti stantibus sic rebus, force majeure
Finance Corporation,Tbk. diantaranya Asian tidak termasuk kesulitan ekonomi atau bahkan
Development Bank, Hanvit Bank Singapore ketidakmungkinan ekonomi.