Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
Cici Wahyuni, S.Farm I4C021074/UNSOED
Silfa Amorin Tyas, S.Farm I4C021078/UNSOED
Tia Puspariani, S.Farm 10027121033/UBTH
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kemenkes RI, 2016). Pediatric Intensive Care Unit
(PICU) adalah fasilitas atau unit yang terpisah di rumah sakit, yang dirancang untuk
penanganan penderita anak yang mengalami gangguan medis, bedah dan trauma, atau
kondisi yang mengancam nyawa lainnya, sehingga memerlukan perawatan intensif,
observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus (IDAI, 2016).
Pasien pediatri memiliki respon yang berbeda terhadap obat dibandingkan orang
dewasa dikarenakan pembentukan organ yang masih belum sempurna. Pergeseran
paradigma pelayanan kefarmasian dari drug oriented ke patient oriented atau disebut
sebagai pharmaceutical care menuntut peran farmasis dalam memaksimalkan terapi pada
pasien pediatri untuk mencegah terjadinya Drug Related Problem (DRP) atau medication
error. Drug Related Problem (DRP) didefinisikan sebagai suatu kondisi berkaitan dengan
terapi obat yang secara potensial maupun aktual dapat mempengaruhi atau mengganggu
outcome klinis yang diinginkan (Jamal et al., 2015). Kesalahan pengobatan pada pasien
golongan pediatri menempati urutan pertama dan salah satu kesalahan pengobatan pada
pasien golongan pediatri yang sering terjadi adalah kekeliruan dalam perhitungan dosis
(Kharis et al., 2017).
Perawatan pasien pediatri di PICU berbeda dengan perawatan anak yang hanya
dirawat di bangsal. Diperlukan perhatian khusus dan lebih terhadap pengobatan yang
diberikan pada pasien di PICU untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat pada pasien di
satelit farmasi Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto untuk mengetahui ketepatan dosis yang diberikan dan mencegah serta
meminimalisasi kemungkinan terjadinya DRP guna meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada peningkatan mutu kehidupan pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien di satelit farmasi Pediatric Intensive
Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?
2. Bagaimana gambaran pengobatan yang diterima pasien di satelit farmasi Pediatric
Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?
3. Bagaimana evaluasi ketepatan dosis pada pengobatan yang diterima pasien di
satelit farmasi Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto?
4. Bagaimana evaluasi Drug Related Problem (DRP) pada pengobatan yang diterima
pasien di satelit farmasi Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran karakteristik pasien di satelit farmasi Pediatric Intensive
Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Mengetahui gambaran pengobatan yang diterima pasien di satelit farmasi Pediatric
Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
3. Mengetahui ketepatan dosis pada pengobatan yang diterima pasien di satelit
farmasi Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
4. Mengetahui Drug Related Problem (DRP) pada pengobatan yang diterima pasien
di satelit farmasi Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
D. Manfaat
1. Mahasiswa praktik kerja profesi apoteker mampu melakukan evaluasi penggunaan
obat terkait ketepatan dosis pemberian obat di satelit farmasi Pediatric Intensive
Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Mahasiswa praktik kerja profesi apoteker mampu melakukan evaluasi penggunaan
obat terkait Drug Related Problem (DRP) di satelit farmasi Pediatric Intensive
Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
3. Memberikan gambaran rasionalitas peresepan pengobatan pasien di satelit farmasi
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Usia
28 hari - <1 tahun 0 0
1 - 4 tahun 3 60
5 - 14 tahun 2 40
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 60
Perempuan 2 40
Diagnosis
Epilepsi, konvulsi 2 40
Encephalitis 1 20
Pneumonia 3 60
CMV 1 20
ME 2 40
HC 1 20
Edema serebri 1 20
Anemia 1 20
Ket : CMV (cytomegalovirus), ME (myalgic encephalopathy), HC (hog cholera)
Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat gambaran distribusi atau karakteristik
pasien di ruangan PICU dengan total jumlah lima pasien. Dari kelima pasien tersebut,
terdiri dari tiga pasien laki-laki dan dua pasien perempuan. Bila ditinjau dari rentang
usianya, persentase pasien dengan usia 1 - 4 tahun yaitu 60% dengan distribusi dua pasien
berusia 1 tahun dan satu pasien berusia 3 tahun; serta persentase pasien dengan usia 5 - 14
tahun yaitu 40% dengan distribusi satu pasien berusia 9 tahun dan satu pasien berusia 13
tahun.
Dari Tabel 1 tersebut juga, dapat dilihat gambaran penyakit yang sering muncul
pada pasien di ruangan PICU. Berdasarkan data sebaran diagnosis pasien di ruangan PICU,
terlihat bahwa pneumonia menempati urutan pertama penyakit yang sering terjadi pada
pasien PICU dengan persentase kejadian 60%. Myalgic encephalopathy dan
epilepsi/konvulsi menempati urutan selanjutnya penyakit yang sering muncul pada pasien
PICU dengan persentase kejadian 40%. Beberapa penyakit lain yang muncul pada pasien
PICU yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus seperti CMV (cytomegalovirus) dan HC
(hog cholera). Penyakit lain yang juga muncul dan menjadi komorbid pasien PICU yaitu
encephalitis, edema serebri, dan anemia.
Pediatri merupakan salah satu kelompok rentan sehingga dalam penentuan terapi
memerlukan pertimbangan khusus, pertimbangan khusus dalam penentuan terapi terkait
dengan immaturitas organ pasien anak sehingga fungsi fisiologis belum berjalan optimal.
Maka hal ini menyebabkan farmakokinetika obat yang dikonsumsi pasien anak dan dewasa
berbeda. Perbedaan farmakokinetik tampak dalam berbagai aspek mulai dari absorbsi,
distribusi, metabolisme, sampai dengan eksresi. Perubahan farmakokinetik akan
menimbulkan efek yang berbeda pada pediatri dan cenderung efek yang lebih besar dan
lebih dari kadar toksik minimum apabila dosis disamakan dengan pasien dewasa.
Berdasarkan hasil pengamatan penyesuaian dari dosis resep dan dosis literatur di
PICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo terdapat beberapa resep yang termasuk kategori
underdoses atau dosis yang terlalu rendah dari dosis literatur, hal ini memungkinkan karena
perhitungan biaya pengobatan dan pertimbangan volume sediaan yang tersedia disatelit
farmasi. Namun, dalam terapi obat yang rasional, dosis obat merupakan faktor penting.
Kesalahan dalam perhitungan dosis dapat berpotensi terjadinya medication error. Hal ini
dimaksudkan baik kelebihan atau kekurangan dosis akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dan bahkan dapat membahayakan.
D. Evaluasi DRP Pasien PICU
DRP (Drug Related Problem)
Pemilihan
Terapi Indikasi
No Kasus Obat Interaksi Potensi
Tanpa Tanpa Overdoses Underdoses
Tidak Obat ESO
Indikasi Terapi
Tepat
1 Pasien bernama Ar (perempuan) berusia 3 tahun dengan BB 13 kg
dan TB 88 cm didiagnosa bronkopneumonia CP susp ME,
mendapatkan terapi :
Parenteral
Inj. Dexamethasone 3x2 mg
Inj. Piracetam 2x200 mg
Inj. Ceftriaxone 1x650 mg
Inj. Ranitidine 2x20 mg
Inj. Paracetamol 125 mg/6 jam
IVFD
Inf. KAEN 3A 12 tpm
Inf. Aminofusin 250 ml/12 jam
- - - - - - -
NGT : spoel sukralfat sy 2,5 ml/6 jam
Nebu : Ventolin (0,5) + NaCl (2 ml/12 jam)
IVFD
NaCl 0,9% 20 tpm
1. Interaksi Obat
Evaluasi yang telah dilakukan terkait interaksi obat yang berpotensi
terjadi pada pasien PICU menunjukkan bahwa keseluruhan interaksi obat
dapat menurunkan konsentrasi obat yang berpotensi menurunkan efikasi dari
terapi yang diberikan. Adapun interaksi obat yang terjadi pada pasien PICU
sebagai berikut:
a. Inj. Kalmicetin (kloramfenikol) + Inj. Ceftriaxone
Inj. kloramfenikol menurunkan konsentrasi dan efikasi inj. ceftriaxone
melalui mekanisme antagonisme farmakodinamik.
b. Inj. Dexamethasone + Inj. Diazepam
Inj. dexamethasone menurunkan konsentrasi dan efikasi dari inj.
diazepam melalui mekanisme interaksi obat fase metabolisme yang
mempengaruhi enzim hepatik CYP3A4.
c. Inj. Diazepam + Inf. Parasetamol
Inj. diazepam menurunkan konsentrasi dan efikasi dari infus
parasetamol dengan mekanisme peningkatan metabolisme yang
meningkatkan konsentrasi metabolit hepatotoksik.
d. Asam valproat + Inf. Parasetamol
Asam valproat menurunkan konsentrasi dan efikasi dari infus
parasetamol melalui mekanisme peningkatan metabolisme yang
meningkatkan konsentrasi metabolit hepatotoksik.
e. Terbutaline sulfat (Tabas) + Inj. Gentamicin
Interaksi keduanya menyebabkan penurunan serum kalium.
f. Acetazolamid PO + Inj. Parasetamol
Acetazolamid menurunkan kadar inj. Parasetamol melalui mekanisme
peningkatan atau induksi metabolisme. Percepatan metabolisme dapat
meningkatkan konsentrasi metabolit hepatotoksik.
2. Underdose
DRP terkait dengan dosis obat merupakan kejadian lain yang juga
sering terjadi di PICU dengan persentase kejadian sebesar 14,29%. Obat-obat
yang mengalami underdose yaitu amoksisilin dan gentamisin. Akan tetapi
perhitungan dosis pada anak ini perbedaanya tidak terlalu jauh. Kemungkinan
perbedaan hasil perhitungan ini yaitu, perbedaan kalkulator yang digunakan
atau dokter menghitung secara manual. Namun, lenih baiknya dosis yang
diberikan harus sama atau berada pada rentang dosis yang diperolehkan supaya
obat dapat memberikan efek terapi yang optimal untuk pasien.
3. Potensi ESO
Berdasarkan hasil analisis terdapat persentase potensi ESO sebesar
14,29%, potensi ESO menyebabkan efek samping yang cukup merugikan bagi
pasien yaitu paracetamol yang dapat menyebabkan hepatotoksisitas. Oleh
karena itu, ketepatan pemberian dosis dan cara pemberian perlu diperhatikan
dengan baik terutama pasien merupakan pasien anak dimana organ-organ
tubuhnya belum berfungsi dengan optimal.
1. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis DRP di PICU RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo terdapat beberapa kategori DRP yaitu indikasi tanpa terapi, interaksi obat,
underdoses dan potensi ESO, dimana interaksi obat merupakan DRP paling tertinggi
dengan persentase 42,86%; sedangkan indikasi tanpa terapi, interaksi obat, underdoses dan
potensi ESO memiliki persentase yang sama yaitu 14,29%.
2. Pengobatan yang biasa digunakan untuk menangani pasien di PICU RSMS yaitu antibiotik,
analgesik/antipiretik, anti ulcer, kortikosteroid, bronkodilator, antikonvulsan, mukolitik,
antidiare, neuroprotektif, dan beberapa jenis terapi cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Cipolle R.J., Strand L.M. and Morley P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice The Clinician’s
Guide, 2nd ed., McGraw-Hill Education, New York.
Cipolle R.J., Strand L.M. and Morley P.C., 2012, Pharmaceutical Care Practice: The Patient-
Centered Approach to Medication Management, 3rd ed., McGraw-Hill Education, New
York.
Dewiyana dan Chalidyanto. 2014. ANALISIS KEBUTUHAN OBAT PNEUMONIA BALITA
BERDASARKAN METODE MORBIDITAS DI GUDANG FARMASI KOTA (GFK)
SURABAYA. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. Volume 2 Nomor 1 Januari-
Maret 2014
Kemenkes RI 2016, ‘Peraturan Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit’, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kharis, VA, Desnita, R, Hariyanto, IH 2017, ‘Evaluasi Kesesuaian Dosis pada Pasien Pediatri
Bronkitis Akut di Rumah Sakit Tentara Kartika Husada Kubu Raya’, Pharm Sci Res, 4(2):
57-65.
Mahdayana, ID., Sudjatmiko., Sumarno., dan Padolo, E. 2020. Studi Penggunaan Profilaksis
Stress Ulcer pada Pasien Bedah Digestif di RSUD dr.Soetomo Surabaya. Pharamceutical
Journal of Indonesia. 5(2): 73-78
Rovers, J. P., et al., 2003, A Practical Guide to Pharmaceutical Care, American Pharmaceutical
Association, Washington, D.C.
LAMPIRAN