Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAHAP-TAHAP DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

(Mata Kuliah Komunikasi Terapeutik)

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Andi Jelani Anwar (A1C221064)


Elma Pelu (A1C221004)
Rianty Mangar (A1C221008)
Yahani Yahya (A1C221022)
Hermina Terry (A1C221017)
Henderika. K. Afdan (A1C221005)
Febrianingsih Achmad (A1C221028)
Ardila Kelean (A1C221009)
Nur Hafifah Halim (A1C221007)
Buaraja. B. Salampessy (A1C221023)
Putri ratna sari (A1C222053)
Dika dayanti (A1C222122)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-NYA yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-NYA kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Komunikasi Terapeutik mengenai “Tahap-tahap Dalam Komunikasi Terapeutik” ini
dengan lancar,

Makalah yang berjudul “Tahap-tahap Dalam Komunikasi Terapeutik” disusun untuk


memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Komunikasi Terapeutik jurusan
Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan , UNIVERSITAS MEGAREZKY.

Adapun makalah Komunikasi Terapeutik ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar penyusunan
makalah. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1) Dosen Pengampuh Komunikasi Terapeutik Ibu Herty Haerani, S.Kep, Ns., M.Kep


yang mana bersedia membimbing kami dalam penyusunan makalah.

2) Orang tua kami yang selalu memberi dukungan kepada kami serta rela menjadi


donatur demi kelancaran penyusunan makalah Bahasa Indonesia kami ini.

3) Rekan-rekan kelompok 1 yang mau bekerjasama dalam menyelesaikan makalah.

4) Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dengan ini kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan,


karena kesempurnaan semata hanya milik TUHAN YANG MAHA ESA. Oleh sebab itu
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Makassar, 20 September 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Pemgertian Komunikasi Terapeutik.........................................................................

2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik.................................................................................

2.3 Tahapan Komunikasi Terapeutik..............................................................................

2.3.1 Tahap Persiapan / Pra-interaksi.............................................................................

2.3.2 Tahap Perkenalan Orientasi....................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................

3.2 Saran.............................................................................................................................

3.3 Daftar Pustaka.............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.Sehingga
sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia
masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional
dalam programprogram yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah
yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari


kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim
kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan
perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun
psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan
oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah
sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka
warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung
gelisah atau takut.

Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari
perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa teriak-teriak, gelisah,
mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi
mempunyai andil yang sangat besar, dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap
ramah bertutur kata yang lembut. Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun,
perawat tetap melakukan komunikasi dengan pasien.

Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan pasien dalam memberikan
asuhan keperawatan misalnya dengan bertanya “ada yang bisa saya bantu ?” atau “bagaimana
tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba bagian tubuh pasien yang sakit. Tutur kata
yang lembut dan sikap yang bersahaja tidak dibuat-buat dari seorang perawat dapat
membantu pasien dalam proses penyembuhan penyakitnya.

Sebagai contoh keluarga Pak ahmat bila ada salah seorang keluarganya yang sakit selalu
berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit yang lain, meskipun fasilitas yang
ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan kira-kira penyebabnya apa sehingga keluarga Pak
ahmat lebih memilih Rumah Sakit Boromieus sebagai rumah sakit favorit keluarganya,
ternyata alasannya lebih banyak perhatian dan lebih cepat swembuh, karena pelayanan
perawatan yang diberikan lebih manusiawi.

Dari contoh keluarga Pak ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran dan manfaat
yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang perawat mampu memberikan
kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa kesan lahiriyah perawat
mampu berbicara banyak. Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah terutama senyum yang
tulus dari perawat, kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi
adalah cara berbicara (komunikasi) sehingga terkesan low profile atau bertempramen bijak
kesemuanya ini mencirikan seorang perawat yang berkepribadian.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian komunikasi terapeutik?


2. Bagaimanakah tujuan komunikasi terapeutik?
3. Bagaimanakah tahap-tahap komunikasi terapeutik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik.


2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap komunikasi terapeutik.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan untuk


tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien agar dapat
beradaptasi dengan strain, mengatasi gangguan psikologis, sehingga dapat melegakan serta
membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat proses kesembuhan
pasien.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling


memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan
pada pertumbuhan pasien meliputi: realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan
penghormatan terhadap diri. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan salah satu
bentuk dari berbagai macam komunikasi yang dilakukan secara terencana dan dilakukan
untuk membantu proses penyembuhan pasien.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina hubungan
yang terapeutik antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan
sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien
mengatasi strain sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan
sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi
realisasi diri.

2.1.2 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik, seorang perawat idealnya dapat lebih


mudah memahami dan berempati kepada pasien. Berikut adalah tujuan penggunaan
komunikasi terapeutik.

–Membangun hubungan terapeutik perawat dan pasien.


–Mengidentifikasi kekhawatiran yang menjadi perhatian utama pasien.
–Menilai persepsi pasien ketika ada masalah terkait dengan kondisinya, termasuk persepsi
pasien mengenai tindakan dari orang-orang yang terlibat, serta bagaimana perasaan pasien
tentang situasi, orang lain, dan dirinya sendiri dalam kondisi tersebut.
–Memfasilitasi luapan emosional dari pasien.
– Mengajari pasien dan orang-orang terdekatnya (keluarga) tentang keterampilan perawatan
diri yang diperlukan.
–Mengenali kebutuhan pasien.
– Menerapkan intervensi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien.
– Membimbing pasien dalam mengidentifikasi rencana tindakan untuk menghasilkan resolusi
yang memuaskan dan dapat diterima secara sosial.

2.1.3 TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi


yang terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G. W, 2009 menjelaskan bahwa dalam
prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau
tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

2.1.3.1 Tahap Persiapan/Pra-interaksi


Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya
dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat
mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.

Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan


orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 20011 dalam Suryani, 2009). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada
saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh
klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam Suryani, 2009) sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian). Tugas perawat
dalam tahapan ini adalah:
 Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan
mengidentifikasi kecemasan.
 Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
 Mengumpulkan data tentang klien.
 Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2.1.3.2 Tahap Perkenalan/Orientasi


Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan
dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai
dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart. G.
W, 2009). Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

 Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi


terbuka.
 Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan)
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi
kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
 Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi
pertanyaan terbuka.
 Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.

Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini
merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

2.1.3.3. Tahap Kerja


Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G.
W, 2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien
untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian
masalah dan mengevaluasinya.

Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya


dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki
pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011 dalam Suryani, 2010). Dengan
dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-
benar dipahami oleh perawat.

2.1.3.4,Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi
dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan. Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

 Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan


(evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa
meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan
merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.
 Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat.
 Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak
lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja
dilakukan atau dengan interaksi yang  akan dilakukan selanjutnya. Tindak
lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan untuk


tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien agar dapat
beradaptasi dengan strain, mengatasi gangguan psikologis, sehingga dapat melegakan serta
membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat proses kesembuhan
pasien.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi


yang terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G. W, 2009 menjelaskan bahwa dalam
prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau
tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

Kesimpulannya Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk


individu dan mahluk sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di
bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan segala
tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan dan terminasi.
Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat, senantiasa pula
mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri.

Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap pasien,


terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini akan lebih baik lagi
bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi khususnya komunikasi
terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman..

3.2. Saran.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/01/tahapan-komunikasi-terapeutik.html

  Budi Ana Keliath, 1996. Komunikasi Terapeutik Perawat. EGC: Jakarta.

   Mukhripah, Damaiyanti, S. Kep., Ns 2011. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

 Aziz, Louis. 2012. Http. // Aziz Louis. Prenadamedia. Com /2011/ 03/ Praktika Komunikasi
Terapeutik. Html, diaksess tanggal 12/ 02/ 2012 10: 20

Anda mungkin juga menyukai