Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ruwanda Destory Dwi Bintoro

NIT : 21303755
Kelas/ Absen : C/38

Pohon Masalah
Tingginya Kasus Begal Di Pasuruan
Permasalahan yang saya temui di tempat tinggal saya adalah tingginya kasus begal
yang terjadi di Kota Pasuruan. Fenomena begal tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor
seperti tekanan sosial, pengangguran, kebutuhan hidup meningkat, lingkungan keluarga yang
tidak mendukung ataupun akibat lemahnya iman seseorang. Tekanan sosial menjadi
penyebab fenomena tersebut terjadi dikarenakan lingkungan sekitar tempat tinggal yang
menuntut mereka menjadi begal, beberapa kawasan di Pasuruan sering disebut sebagai sarang
begal dikarenakan kebanyakan begal yang berhasil ditangkap berasal dari Kawasan tersebut,
lingkungan yang buruk tersebut membuat begal-begal baru muncul karena pengaruh dari
teman yang memang sudah menjadi begal. Selain itu faktor lain yang menyebabkan
maraknya begal adalah pengangguran yang masih banyak di daerah pinggiran Kota Pasuruan,
hal tersebut diperparah dengan kebutuhan yang kian meningkat membuat masyarakat berpikir
praktis dalam mencari uang melalui jalan yang tidak benar. Faktor lain yang menjadi akar
persoalan tersebut adalah gagalnya lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian
seorang anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan begal usinya relatif masih muda, hal
tersebut disebabkan gagalnya orangtua dalam mendidik anak dan menanamkan karakter budi
pekerti sejak dini, pergaulan yang bebas tanpa pengawasan orangtua membuat banyak remaja
sering terpengaruh temannya yang sudah pernah melakukan begal dengan iming-iming begal
adalah cara menghasilkan uang yang cepat. Selain itu faktor agama juga berpengaruh dalam
hal ini, lemahnya iman membuat seseorang mudah tergiur dan tidak mau berpikir panjang
dalam mengambil keputusan sehingga tidak peduli akan halal dan haram, dosa ataupun tidak
yang terpenting bisa memmenuhi kebutuhannya maka hal tersebut akan dilakukan oleh orang
tersebut.
Dampak fenomena begal ini tentu membawa banyak hal negatif. Dengan maraknya
begal maka akan timbul rasa tidak aman di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat
takut jika harus keluar malam ataupun melewati jalan yang lumayan sepi sendirian.
Kemudian maraknya begal juga membuat meningkatnya kasus pembunuhan yang terjadi di
Pasuruan baik yang dilakukan oleh begal itu sendiri ataupun masyarakat yang berhasil
menangkap pelaku begal. Banyak terjadi di Pasuruan seseorang meninggal karena di begal
dan begal meninggal karena tertangkap dan diamuk masa, perilaku main hakim sendiri ini
timbul akibat kekesalan masyarakat terhadap begal yang sering membunuh korban begalnya
sehingga masyarakat lebih puas jika begal terbunuh dibanding harus melalui jalur hukum,
sehingga maraknya begal membuat citra aparat keamanan turun di mata masyarakat karena
telah dianggap gagal dalam menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat, sehingga main
hakim sendiri lebih dipilih untuk dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Selain itu dengan
maraknya begal yang terjadi membuat citra Kota Pasuruan jelek dimata banyak orang karena
dianggap sebagai kota yang tidak aman. Label “Kota Begal” membuat banyak wisatawan dan
investor tidak melirik pasuruan sebagai tujuannya, padahal potensi yang ada di Pasuruan
lumayan bagus apabila dapat dikembangkan dengan baik terutama wisata religinya. Hal
tersebut berdampak pada penurunan pendapatan daerah yang didapatkan oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai