Anda di halaman 1dari 3

Disusun oleh:

Ahsanuz Zikri
Kelas VII. B, SMP Negeri 8 Padang

TUGAS BAHASA INDONESIA


Tentang Teks Tanggapan Deskriptif

SMP NEGERI 8 PADANG


TAHUN PELAJARAN 2013/2014

TARI KUDA LUMPING


Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Kuda_Lumping dengan pengubahan
Tarian kuda lumping saat festival di Yogyakarta.

Atraksi memakan kaca di beberapa pertunjukan kuda lumping.


I. Bagian Identifikasi

Kuda lumping adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang
kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dan dipotong menyerupai
bentuk kuda dan dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Selain itu juga menggunakan kaca, beling,
batu, dan jimat Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi
beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan
magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.

Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda
lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah bersama Sunan Kalijaga, melawan penjajah
Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram
yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

II. Klasifikasi/Definisi

Terlepas dari asal usul dan nilai historisya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek
kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis,
dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, meirukan gerakan layaknya seekor kuda ditengah
peperangan.

Seringkali dalam pertunjukkan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang menontonkan kekuatan
supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar
diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini memiliki kekuatan supranatural
yang berkembang di Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan
Belanda.

III. Deskripsi Bagian

Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto
Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari.
Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada
bagian inilah, para penari Buto Lawas serta para penonton dapat mengalami kesurupan atau kerasukan
roh halus. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak
dengan para penari lainnya.

Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu
hadir para datuk yang memiliki kekuatan supranatural yang dapat dikenali melalui baju serba hitam yang
dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton
kembali pulih.

Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari Senterewe. Selanjutnya
pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari
Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi kuda lumping.

Anda mungkin juga menyukai