PROPOSAL
OLEH:
AFIQAH KHAIRUNISA
NPM. 21230021
Oleh:
AFIQAH KHAIRUNISA
NPM. 21230021
iii
PERSETUJUAN
Metro, 2022
Dosen Pembimbing 1
Pembimbing 2
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
DAFTAR LOGO............................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ iii
PERSETUJUAN............................................................................................ iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian............................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 6
DAFTAR LITERATUR................................................................................... 41
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Hara Vermikompos ............................................................. 13
2. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Padat................................. 18
3. Desain Penelitian.................................................................................... 30
4. Hasil Pengamatan terhadapn Tinggi Tanaman Aloscasia
Black Velvet ........................................................................................... 32
5. Hasil Pengamatan terhadapn Tinggi Tanaman Aloscasia
Black Velvet............................................................................................ 33
6. Hasil Pengamatan terhadapn Jumlah daun Tanaman Aloscasia
Black Velvet............................................................................................ 33
7. Alat ........................................................................................................ 34
8. Bahan .................................................................................................... 34
9. Format Aturan Pemberian Nilai Validasi ................................................ 38
10. Angket Aspek Desain ............................................................................. 39
11. Angket Aspek Materi .............................................................................. 39
12. Kategori Presentase Penilaian ............................................................... 40
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Permentan
No. 70/Permentan/SR.140/10/2011). Berbagai jenis pupuk organik antara lain
sisa tanaman (brangkasan, jerami, tongkol jagung, ampas tebu, gulungan),
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, pasar, limbah rumah tangga dan
pabrik, pupuk hijau, dll. Dapat dibuat dari bahan tersebut dari. Kualitas pupuk
yang dihasilkan tergantung pada kualitas bahan dasar dan proses
pembuatannya, karena bahan dasar yang digunakan untuk membuat pupuk
organik sangat bervariasi (Hartatik dkk, 2015).
Hartatik, dkk (2015: 110) menyatakan bahwa peranan pupuk organik
dalam sifat fisik tanah adalah untuk (a) memperbaiki struktur tanah karena bahan
organik dapat “mengikat” partikel tanah dengan agregat padat, dan (b)
meningkatkan distribusi ukuran pori tanah kapasitas retensi air yang lebih baik
tanah, meningkatkan pergerakan udara (aerase) di dalam tanah, (c) mengurangi
(penyangga) fluktuasi suhu tanah. Peranan pupuk organik dalam sifat biologis
tanah adalah sebagai sumber energi dan makanan bagi mikro dan mesofauna di
dalam tanah. Ketersediaan bahan organik yang cukup meningkatkan aktivitas
organisme tanah, yang juga meningkatkan ketersediaan nutrisi, siklus nutrisi
tanah, dan pembentukan pori-pori tanah mikro dan makro oleh organisme makro
seperti cacing tanah, semut putih, dan korembora meningkat.
Sampah organik maupun sampah anorganik masih dapat dimanfaatkan
kembali pemanfaatan sampah anorganik akan menciptakan suatu hal berupa
benda yang nanti dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia, Sementara
pemanfaatan sampah organik selain untuk pakan ternak sampai ini pun masih
sangat berguna untuk tanah dan tanaman karena masih mengandung senyawa
senyawa yang dapat diterima oleh tanah dan tanaman seperti fosfor, kalium
nitrogen dan lainnya maka dari itu akan lebih baik jika sampah organik dapat kita
manfaatkan kembali. Contoh sampah organik seperti limbah sayuran dan buah-
buahan adalah bagian dari sayuran atau buah-buahan yang sudah tidak dapat
digunakan atau dibuang. Limbah buah-buahan terdiri dari limbah buah
semangka, melon, pepaya, jeruk, nanas dan lain-lain sedangkan limbah sayuran
terdiri dari limbah daun bawang, seledri, sawi hijau, sawi putih, kol, limbah
kecambah kacang hijau, klobot jagung, daun kembang kol dan masih banyak lagi
limbah-limbah sayuran lainnya,untuk biaya perawatan peralatan dan distribusi
sampah pun sangatlah besar, sehingga memerlukan perhatian serius alternatif
3
Pupuk bekas cacing (kascing) atau kompos cacing juga sebagai pupuk
yang ramah lingkungan, aman untuk digunakan pemacu pertumbuhan dan
produksi tanaman. Secara umum yang dapat dijadikan bahan pakan cacing
berupa limbah-limbah organik, seperti limbah sayuran, serbuk gergaji atau sisa
media jamur, limbah hijauan, kotoran ternak, pelepah, daun, batang dan bongkol
pisang, limbah jerami padi, dan ampas tahu (Arifah, 2014).
Manfaat dikembangkanya sumber belajar praktikum. Suryaningsih (2017:
50) menyatakan bahwa praktikum merupakan kegiatan pembelajaran yang
bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan mengaplikasikan
teori dengan menggunakan fasilitas laboratorium maupun di luar laboratorium.
Praktikum dalam pembelajaran biologi merupakan metode yang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Permendiknas no. 21 tahun 2016
beberapa kompetensi yang harus dicapai siswa dalam pelajaran. Biologi yaitu
menerapkan proses kerja ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium Biologi
dalam pengamatan dan percobaan untuk memahami permasalahan biologi pada
berbagai objek, mengkomunikasikan hasil pengamatan dan percobaan secara
lisan maupun tulisan, menyajikan data berbagai objek berdasarkan pengamatan
dan percobaan dengan menerapkan prosedur ilmiah.
Berdasarkan latar belakang masalah peneliti mengambil judul tentang,
VARIASI DOSIS VERMIKOMPOS LUMPUR TINJA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HIAS ALOCASIA BLACK
VELVET (Alocasia reginula) SEBAGAI SUMBER BELAJAR PANDUAN
PRAKTIKUM, karena selama ini belum ada informasi dan penelitian tentang
pemberian vermikompos tinja terhadap pertumbuhan tanaman hias black velvet
di Green House UM Metro, perkembangan penduduk di kota metro yang semakin
meningkat tinja yang berada di wc perumahan harus disedot dan di buang ke
IPLT 23 Kota Metro, semakin berkembang penduduk Kota Metro maka semakin
banyak tinja yang dibuang ke IPLT Kota Metro, jika tinja tersebut tidak di
manfaatkan maka akan berbahaya bagi masyarakat sekitar karena dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah ada pengaruh variasi dosis vermikompos lumpur tinja terhadap
pertumbuhan tanaman hias alocasia black velvet (Alocasia reginula)?
2. Berapakah variasi dosis komposisi vermikompos lumpur tinja terbaik
berpengaruh terhadap tanaman hias alocasia black velvet (Alocasia
reginula)?
3. Apakah hasil penelitian variasi dosis vermikompos lumpur tinja terhadap
pertumbuhan tanaman hias alocasia black velvet (Alocasia reginula) layak
dijadikan sumber belajar panduan praktikum?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi dosis vermikompos lumpur tinja
terhadap pertumbuhan daun tanaman hias aloscasia black velvet (Alocasia
reginula)
2. Untuk mengetahui variasi dosis komposisi vermikompos lumpur tinja terbaik
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman hias aloscasia black velvet
(Alocasia reginula)
3. Untuk mengetahui kelayakan hasil penelitian variasi dosis vermikompos
lumpur tinja terhadap pertumbuhan tanaman hias aloscasia black velvet
(Alocasia reginula) sebagai sumber belajar panduan praktikum.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti, agar dapat menambah wawasan mengenai variasi dosis
vermikompos lumpur tinja terhadap pertumbuhan tanaman hias aloscasia
black velvet (Alocasia reginula)
2. Guru, agar dapat dapat bermanfaat menambah pengetahuan terkait materi
pertumbuhan dan perkembangan yang dijadikan sumber belajar praktikum.
3. Peserta didik, agar dapat digunakan sebagai referensi belajar dan informasi
yang lebih luas terkait dengan materi pertumbuhan dan perkembangan serta
6
bermanfaat untuk peserta didik dapat berfikir kritis terutama berfikir ilmiah,
meningkatkan nilai efektif dan pesikomotor.
4. Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
masyarakat yang bekerja dibidang pertanian mengenai tinja manusia yang
bermanfaat sebagai vermikompos bagi tanaman hias.
A. Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh komponen media tanam
yang baik bagi pertumbuhan tanaman terdiri dari tanah, bahan organik, air dan
udara. Komponen utama tanah untuk kehidupan tumbuhan yang optimal.
7
8
B. Tanaman Hias
Widyastuti (2018: 8) meyatakan bahwa tanaman hias merupakan salah
satu kelompok tanaman dalam hortikultura. tanaman hias berfungsi untuk
menciptakan keindahan serta daya tarik pada suatu obyek, karena memiliki
bentuk dan warna yang indah. Sehingga tanaman hias disebut Ornamental plant.
Salah satu fungsi tanaman hias adalah sebagai penyejuk jiwa. dan pelestari
lingkungan. Tanaman hias mengeluarkan Oksigen (O2) yang sangat diperlukan
oleh manusia untuk pernafasan. Disamping itu tanaman hias menyerap karbon
dioksida (CO2) yang tidak diperlukan oleh makluk hidup, termasuk manusia.
Salah satu tanaman hias yang akan diigunakan dalam penelitian adalah
aloscasia black velvet
1. Familia Araceae
Familia araceae merupakan tumbuhan herba yang memiliki bentuk daun
bermacam-macam, sebahagian besar berumbi, memiliki bunga majemuk tipe
tongol (Spadix) yang diselubungi seludang (Spathe), tipe reproduksi unisekual
atau biseksual, serta dapat tumbuh sepanjang tahun. Tumbuhan Araceae ini
banyak digunakan untuk perekonomian dan ilmiah. Tumbuhan Araceae ini
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman hias, obat- obatan dan
sumber pangan. Kebanyakan Masyarakat Bali memanfaatkan tumbuhan Araceae
sebagai kelengkapan upacara adat agama Hindu.
Famili araceae memiliki 2500-3700 jenis dan 105-110 marga, umumnya
terkonsentrasi di kawasan tropik, yaitu Asia Tenggara (termasuk Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura), Amerika dan Papua Nugini.
Indonesia sendiri terdapat 31 marga Araceae atau sekitar 25% dari total marga di
dunia dan pada umumnya tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan Papua. Sekitar 78% atau 21 marga terdapat di kawasan timur Indonesia;
delapan marga endemik di Pulau Kalimantan (Aridarum, Bakoa, Bucephalandra,
Ooia, Phymatarum, Pedicellarum, Pichinia dan Schottariella) serta hanya satu
marga yang endemik di Papua, yaitu Holochlamys.
Bentuk tepi daun pada tanaman Araceae memiliki bentuk rata, berombak
(Undulate) atau bergerigi (Sinuate).Tanaman Araceae memiliki bentuk helaian
daun yang bermacam-macam yaitu bentuk terkulai, datar, mencekung atau cup,
tegak keatas dan tegak kebawah. Suku Araceae atau talas-talasan merupakan
suku tanaman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Tumbuhan Araceae
9
memiliki manfaat yang belum banyak diketahui oleh masyarakat baik dari segi
ekonomi dan ilmiah. Pemanfaatan tumbuhan Araceae oleh masyarakat
diantaranya sebagai tanaman hias, sumber pangan dan obat-obatan Zarni, dkk
2022.
2. Genus Aloscasia
Agromedia (2007: 8) menyatakan bahwa alocasia merupakan nama untuk
kelompok tanaman berdaun indah. Sebutan lokal yang populer di Jawa untuk
tanaman ini adalah “ senthe “ atau “ keladi “. Keindahan alocasia tidak hanya
terletak pada daunnya tetapi juga terletak pada rona tangkai daunnya. Alocasia
memilki sejumlah jenis bentuk daun yang bervariasi ada yang berbentuk segi tiga
besar atau ramping, daun agak membulat, berbentuk hati dan menjari. Beberapa
jenis alocasia tumbuh dengan tinggi bisa mencapai 2 - 4 meter. Habitat alocasia
adalah daerah tropis dan subtropis di Asia, Oceania dan Amerika Selatan. Akhir-
akhir ini tanaman hias di Indonesia banyak diramaikan oleh tanaman dari famili
Araceae (talas-talasan). Sebut saja Aglaonema, Caladium, Philodendron, dan
Anthurium yang sempat menyedot antusias hobi dan pebisnis tanaman hias di
Tanah Air. Kini, giliran Alocasia yang mulai dilirik. Sama seperti keluarga araceae
lainnya, keelokan Alocasia terpancar dari keindahan daun-daunnya. Karakter
daun Alocasia yang unik memang menjadi daya tarik tersendiri. Sepintas
daunnya sangat mirip dengan Caladium, Colocasia, dan Xantoshoma. Ciri khas
alocasia yang membedakan dengan ketiga kerabatnya tersebut adalah posisi
munculnya perbungaan, daunnya lebih tebal dan kokoh, urat daunnya lebih
menonjol dengan warna mencolok, dan beberapa spesies daunnya dilapisi
beludru dan berbulu.
Agromedia (2007: 8) menyatakan bahwa Frankie Handoyo, dari Fragrant
Orchid and Tropical Plant di Jakarta Timur, menggunakan media tanam berupa
campuran andam, sekam bakar, dan pasir malang (2 : 1 : 1). Sementara itu,
Wiwin pemilik Dusun Orchid dan pémbudidaya Alocasia di Tangerang, pada
awalnya menggunakan media tanam berupa campuran andam dan sekam bakar
(3 : 1). Namun dari hasil coba-cobanya, andam dan sekam bakar yang sudah
dicampur pasir malang dengan perbandingan (2 : 1 : 1) memberikan hasil yang
lebih baik. Media tersebut di antaranya digunakan untuk menanam Alocasia
regine, black velvet, infernalis, amazonica, dan beberapa jenis Alocasia lainnya.
10
hingga hampir hitam. Tanaman hias ini biasanya lebih menyukai cahaya terang
dan tidak langsung. Terlalu sedikit cahaya menyebabkan tanaman meregang,
terlalu banyak cahaya membakar daun tanaman.
dan tangkai daunnya pendek. Alocasia jenis ini banyak digemari oleh para
pecinta tanaman hias karena daunnya yang tebal dan tangkai yang pendek
membuat alocasia black velvet terlihat kokoh dan eksotis.
non-feses. Pengelolaan lumpur tinja sering diabaikan tetapi penting untuk sistem
sanitasi dan kesejahteraan penduduk kota. Namun, untuk mencapai rantai
operasional pengelolaan tinja Faecal Sludge Management (FSM) dibutuhkan
layanan yang dikelola dengan baik dan berkelanjutan disemua aspek
pengumpulan (pengosongan), transportasi (pengangkutan), pembuangan dan
perawatan lumpur tinja.
Limbah manusia (feses) dari hasil pengambilan dikumpulkan dalam bak
penampung bahan baku sebelum memasuki tanki berpengaduk. Untuk
mendapatkan rasio C/N yang optimum yaitu 25-30 : 1, maka ditambahkan jerami
kedalam tangki berpengaduk. Rasio C/N merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang berperan
dalam proses fermentasi. Selain jumlah nutrisi seperti unsur C, N, dan P
sebaiknya berada pada rasio atau perbandingan yang tepat. Apabila unsur N dan
P terlalu sedikit dibandingkan dengan unsur C, maka konversi C menjadi CH4
menjadi tidak sempurna Lumpur tinja yang dihasilkan dari proses pengolahan
pada unit pengolahan setempat memiliki laju pembentukan lumpur yang
bervariasi. Menurut Tamakloe, 2014 menyatakan bahwa karatkter lumpur tinja
antara lain:
a. Nutrien
Nutrien yang terkandung dalam lumpur tinja berasal dari sisa proses
pencernaan makanan manusia. Sisa proses pencernaan makanan manusia yang
berupa feses mengandung 10–20% Nitrogen, 20–50% Fosfor, dan 10–20%
potasium, dan yang berupa urin mengandung 80–90% Nitrogen, 50–65% Fosfor,
dan 50–80% Potasiu, nitrogen konsentrasi nitrogen dalam lumpur tinja umumnya
cukup tinggi dengan kisaran 10-100 kali lebih tinggi dari konsentrasi Nitrogen di
air limbah domestik. Nitrogen pada lumpur tinja bisa ditemukan dalam bentuk
Ammonium (NH4-N), Ammonia (NH3-N), Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), dan N
organik 2) fosfor. Kandungan fosfor pada lumpur tinja bisa ditemukan dalam
bentuk orthofosfat dan fosfat terikat.
b. pH
pH merupakan parameter yang penting dalam pemeriksaan lumpur tinja
yang dapat memengaruhi tahapan stabilisasi biologi. pH lumpur tinja umumnya
berkisar 6,5 sampai 8 tetapi juga bisa bervariasi dari 1,5 sampai 12,6. Bila pH
15
lumpur tinja memiliki nilai di luar kisaran 6 sampai 9, hal ini dapat menghambat
proses biologi dan produksi gas metana pada proses anaerob.
c. Padatan
Konsentrasi padatan pada lumpur tinja berasal dari berbagai materi
organik (volatile solid) dan materi anorganik (fixed solid), yang berbentuk materi
mengapung, mengendap, koloid, dan tersuspensi. Parameter yang dibutuhkan
dalam pengukuran padatan yang terkandung dalam lumpur tinja terdiri dari Total
Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS) dan Total Volatile Solid (TVS).
h. Sampah
Sampah banyak ditemukan dalam lumpur tinja karena keterbatasan
informasi mengenai sampah-sampah yang tidak boleh dibuang ke dalam unit
16
pengolahan setempat, seperti pembalut, popok bayi, kayu, plastik kemasan, dan
lain-lain. Akumulasi sampah pada lumpur tinja dapat mengakibatkan
permasalahan dalam kegiatan pengangkutan lumpur tinja dan pengolahan
lumpur tinja. Permasalahan yang dapat timbul antara lain penyumbatan pada
pipa penyedotan lumpur tinja dan gangguan pengolahan di unit pengolahan
lumpur tinja.
i. Patogen
Berikut ini merupakan organisme patogen yang bisa terkandung dalam
lumpur tinja: 1) Bakteri Koliform Bakteri koliform merupakan bakteri yang
umumnya ditemukan pada saluran pencernaan manusia. Bakteri koliform
umumnya digunakan menjadi indikator kontaminasi bakteri patogen. 2) cacing
dan telur cacing telur cacing merupakan salah satu indikator dalam menentukan
efektivitas penyisihan organisme patogen dalam lumpur tinja. Hal ini juga terkait
dengan ketahanan telur cacing dalam pengolahan lumpur tinja. Cacing yang
umum ditemukan dalam lumpur tinja terdiri dari nematode, cestode, dan
trematode. Ketiga jenis cacing ini merupakan parameter yang perlu dipantau
karena dapat menginfeksi manusia. Cacing Ascaris lumbricoides, merupakan
parameter yang paling umum digunakan sebagai indikator karena kemampuan
telurnya untuk bertahan di lingkungan. Pengukuran telur cacing di Indonesia
pada sampel air limbah domestik merupakan parameter yang masih belum
umum dilaksanakan di laboratorium pengujian di Indonesia. Namun parameter ini
merupakan salah satu parameter yang perlu diuji, walaupun disesuaikan dengan
kemampuan laboratorium yang tersedia pada daerah perencanaan.
Hainone dan Wijk (2003) menyatakan bahwa kotoran manusia kaya akan
fosfor dan kalium, yang merupakan nutrisi tanaman yang penting, dan juga
mengandung karbon, yang dapat meningkatkan fraksi bahan organik dalam
tanah. Lebih banyak bahan organik dalam tanah sangat penting untuk
memperbaiki struktur tanah di daerah tropis menggunakan feses manusia
sebagai pupuk harus dibuat aman karena jumlah bakteri enterik, virus, protozoa
dan telur cacing dalam feses bisa tinggi. Pengomposan adalah cara terbaik untuk
melakukannya. Pengomposan juga merupakan metode untuk menyeimbangkan
hubungan karbon dan nitrogen dan jika ada kelebihan nitrogen maka porsinya
akan berkurang. Pengomposan dapat dilakukan di lubang jamban atau di
17
D. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik
asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi
tanaman.
Menurut penelitian para ahli sedikitnya terdapat 1.800 spesies (jenis) dari
cacing tanah (kelas oligochaeta). Beberapa spesies cacing tanah yang sering
digunakan untuk membuat pupuk organik yaitu cacing Lumbricus rubellus dan
Eisenia foetida (Ciptanto dan Paramita, 2011). Spesies cacing tanah yang sangat
efisien dalam program pengomposan adalah Eisenia foetida dan Eudrilus
eugeniae.
d. Alat dan bahan adalah komponen daftar alat dan bahan yang akan
digunakan selama kegiatan praktikum.
e. Prosedur kerja adalah langkah-langkah yang harus diikuti atau dilaksanakan
ketika kegiatan praktikum berlangsung. Dapat berupa poinpoin maupun
uraian.
f. Tabel hasil pengamatan berisikan tabel yang berfungsi untuk mencatat data
yang diperoleh dari kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan.
g. Diskusi adalah pertanyaan-pertanyaan atau latihan soal yang berfungsi
untuk menguji kemampuan peserta didik setelah melakukan kegiatan
praktikum, sehingga dapat diketahui sampai mana tingkat pemahamannya.
h. Refleksi adalah aktivitas peserta didik berupa pemberian umpan balik
(feedback) setelah melakukan kegiatan praktikum, hal ini dapat diisi dengan
pesan, kesan setelah melakukan kegiatan tersebut dan uraian mengenai
hasil praktikum apakah sudah sesuai dengan teori dan pembelajaran
sebelumnya.
i. Daftar rujukan adalah daftar yang berisikan rujukan-rujukan atau referensi
yang digunakan selama kegiatan praktikum.
F. Penelitian Relevan
Penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh pertumbuhan tinggi
dan jumlah daun tanaman hias aloscasia black velvet (Alocasia reginula).
Berdasarkan penelitian sebelumnya Pemanfaatan Kotoran Manusia dan Arang
Serbuk Gergaji sebagai Media Tanam Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq.) di Pembibitan Awal Yulianto, Sari dan Safrijal (2017) menyatakan bahwa:
Kotoran manusia dan arang serbuk gergaji dapat dijadikan alternatif
media tanam untuk bibit kelapa sawit di pembibitan utama. Pemberian
kotoran manusia dan campuran arang serbuk gergaji berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, luas daun dan biomassa tanaman pada umur 3
bulan setelah tanam (BST).
G. Kerangka Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bersifat kuantitatif
dengan variable bebas (X) variasi dosis vermikompos lumpur tinja dan variable
terikat (Y) pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman hias aloscasia black
velvet (Alocasia reginula).
Pengomposan tinja merupakan alternatif untuk mengurangi timbunan
lumpur tinja di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja serta memberi nilai ekonomis
karena dapat dijual sebagai pupuk organik. sisa proses pencernaan makanan
manusia yang berupa feses mengandung 10 - 20% Nitrogen, 20 - 50% Fosfor,
dan 10 - 20% Potasium, dan yang berupa urin mengandung 80 - 90% Nitrogen,
50 - 65% Fosfor, dan 50 - 80% Potasium (Hidayat, dkk, 2021).
Penelitian ini menggunakan variasi komposisi adapun variasi komposisi
dosis yang digunakan yaitu untuk variasi kontrol yaitu tanpa pemberian
vermikompos dan arang sekam dan 4 variasi perlakuan adalah variasi pertama
25% vermikompos dengan 75% arang sekam, variasi kedua 50% vermikompos
dengan 50% arang sekam, variasi ke tiga 75% vermikompos dengan 25% arang
sekam, dan variasi ke empat 100% vermikompos dengan 0% arang sekam
(Yulianto, dkk 2017). Variasi komposisi yang telah di buat dilakukan agar
mendapatkan pengaruh yang paling optimal terhadap pertumbuhan tinggi dan
jumlah daun tanaman hias aloscasia black velvet (Alocasia reginula).
Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, lebar
daun, dan jumlah daun. Pengukuran tinggi tanaman alosca black velvet (Alocasia
reginula) menggunakan alat mistar/penggaris dengan satuan “cm”, lebar daun
tanaman hias alosca black velvet (Alocasia reginula) menggunakan
27
Perlakuan
Perlakuan pemberian
Perlakuan kontrol
vermikompos
P0=
28
29
H. Hipotesis penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Ada pengaruh variasi dosis vermikompos lumpur tinja terhadap pertumbuhan
tanaman hias aloscasia black velvet (Alocasia reginula).
2. Ada dosis tertentu yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman hias aloscasia black velvet (Alocasia reginula).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yang bertujuan untuk
mengetahui variasi dosis vermikompos lumpur tinja untuk pertumbuhan tanaman
hias aloscasia black velvet (Alocasia reginula).
Penelitian ini dilaksanakan di Green house PMIPA Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Metro, Kota Metro, Provinsi Lampung. Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancang Acak
Lengkap (RAL) dengan rancangan perlakuan menggunakan 1 kontrol, 4
perlakuan, dan 7 ulangan.
Tabel 3. Desain Penelitian
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
Ulangan
U1 P0U1 P1U1 P2U1 P3U1 P4U1
U2 P0U2 P1U2 P2U2 P3U2 P4U2
U3 P0U3 P1U3 P2U3 P3U3 P4U3
U4 P0U4 P1U4 P2U4 P3U4 P4U4
U5 P0U5 P1U5 P2U5 P3U5 P4U5
U6 P0U6 P1U6 P2U6 P3U6 P4U6
U7 P0U7 P1U7 P2U7 P3U7 P3U7
Keterangan:
P0 = Tanpa pemberian vermikompos, arang sekam
P1 = 25% vermikompos lumpur tinja, 75% arang sekam
P2 = 50% vermikompos lumpur tinja, 50% arang sekam
P3 = 75% vermikompos lumpur tinja, 25% arang sekam
P4 = 100% vermikompos lumpur tinja, 0% arang sekam
U1 = Ulangan ke 1
U2 = Ulangan ke 2
U3 = Ulangan ke 3
U4 = Ulangan ke 4
U5 = Ulangan ke 5
U6 = Ulangan ke 6
U7 = Ulangan ke 7
30
31
2. Sampel
Sampel merupakan contoh, bagian, atau data populasi yang diamati.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman hias aloscasia black
velvet (Alocasia reginula) dalam media tanam polybag sebanyak 30 tanaman
E. Instrumen Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Alat
Tabel 7. Alat
No Nama Alat Fungsi
1. Bak Untuk wadah tanah yang telah di
ayak/saring
2. Penggaris Untuk mengukur tinggi tanaman
3. Masker Untuk melindungi
4. Sarung tangan Untuk melindungi tangan dari kotoran
5. Tissue Untuk membersihkan alat yang telah
digunakan
6. Gunting Untuk memotong plastik UV hitam
7. Pisau Untuk memotong makanan cacing
8. Pena Untuk menulis
9. Kertas label Untuk memberi nama pada media
10. Polybag Untuk meletakan media tanam
b. Bahan
Tabel 8. Bahan
No Bahan Fungsi
1. Bibit tanaman hias Sebagai objek penelitian
aloscasia black velvet
(Alocasia reginula)
2. Vermikompos lumpur tinja Sebagai media tanam
3. Arang sekam Sebagai media tanam
4. Air Sebagai bahan untuk menyiram tanaman
d. Dari kolam fakultatif, lanjutnya, air limbah dialirkan ke kolam maturasi. Air
limbah dari kolam maturasi ini sudah layak dibuang ke badan air dan aman
bagi lingkungan.
e. Endapan yang berada di kolam anaerobik yang dikeruk oleh petugas setiap
enam bulan sekali. Endapan tersebut dijemur terlebih dahulu selama satu
minggu dan kemudian sudah siap dipakai sebagai pupuk tinja kering.
3. Tahap Penanaman
Proses penanaman tidak dimulai dari tahap penyemaian, melainkan dari
tahap siap tanam yaitu tanaman dengan jumlah daun ± 2 helai daun. Tanaman
dibeli dari tempat pembibitan di Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung
Timur.
a. Mengisi polybag
b. Mencampurkan media tanam dengan vermikompos lumpur tinja
c. Menanam tanaman hias aloscasia black velvet (Alocasia reginula)
d. Membiarkan tanaman beradaptasi dalam waktu 1 minggu
e. Melakukan pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman setiap 1 minggu sekali
f. Memasukan data hasil pengukuran kedalam table pengamatan
g. Melakukan pengukuran lebar daun setiap 1 minggu sekali
h. Memasukan data hasil pengukuran kedalam table pengamatan
i. Usia 1 bulan, tanaman dilakukan perhitungan jumlah daun setiap perlakuan
dan ulangan
j. Memasukan data hasil ke dalam table hasil pengamatan pertumbuhan
jumlah daun.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu data
yang diperoleh, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Pengamatan x1, x2,...., xn dijadikan angka bilangan baku z1, z2,... zn
xi−x
dengan menggunakan rumus: zi =
s
b. Untuk setiap bilangan baru menggunakan daftar distribusi normal baku
dengan menghitung peluang F(Zi) = P (z ≤ zi).
c. Menghitung proporsi z1,z2,.., zn yang lebih kecil atau sama dengan z jika
proporsi dinyatakan dengan S(zi) maka: S(zi) =
banyak z 1 , z 2. .. . zn yang ≤ zi
n
d. Menghitung selisih F(Zi) - S(zi) kemudian menentukan harga mutlak.
e. Mengambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut
Kriterianya adalah: Tolak Ho, maka populasi berdistribusi normal jika Lo yaitu
diperoleh dari data pengamatan melebihi L dan daftar, dalam hal lainnya
hipotesis diterima, hipotesisnya adalah:
Ho = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel dalam
penelitian berasal dari populasi yang homogen atau mempunyai variasi yang
sama ataupun tidak. Teknik untuk melakukan uji homgenitas dengan bantuan
SPSS 19. Metode yang digunakan adalah metode uji F dengan rumus Levene’s
Test dengan prosedur berikut ini:
a. Hipotesis yang diuji
Ho = Populasi variansi tidak homogen
H1 = Populasi variansi homogen
b. Kriteria uji
Tolak Ho jika nilai sig (signifikansi) ≥ 0,05
37
3. Uji Hipotesis
Uji analisis ini dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang
menggunakan uji Multivariate Analisis of Varians (MANOVA), Syarat untuk
melakukan uji ini, yaitu data harus berdistribusi normal dan data memiliki varian
yang homogen. Apabila kedua syarat tersebut atau salah satunya tidak
terpenuhi, maka uji parametrik univariate tidak dapat dilakukan dan dapat diganti
dengan uji non parametrik yaitu menggunakan uji Kruskall-Wallis.
1) Rumus Hipotesis
Ho :µ1 = µ2 =…..= µk
H1 : Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
2) Kriteria Uji
Tolak Ho = jika Fhitung > Ftabel
Terima Ho = jika F hitung ≤ Ftabe
4) Menyusun data hasi R y , Ay, Dy dan ∑Y2 dalam tabel daftar analisis varians
Sumber Dk JK KT F
Variasi
Rata-rata 1 Ry R = Ry/1
Antar K–1 Ay A = AY/(k-1)
kelompok A/D
Dalam ∑(n1 - 1) Dy D = Dy/ ∑(ni-1)
kelompok
Total ∑n1 ∑Y2 --- ---
7) Membuat kesimpulan
skor pada setiap kategori, yaitu sangat baik 5, baik 4, cukup 3, kurang 2, dan
sangat kurang 1.
Nilai
No Indikator yang dinilai
SB B C K SK
9. Struktur kalimat dalam panduan
praktikum mudah dipahami
10. Bahasa (EYD, Kata, Kalimat dan
Paragraf) digunakan dengan
tepat, lugas dan mudah
dimengerti peserta didik
Format angket yang sudah dibuat akan diberikan kepada kepada penguji
untuk memberikan centang pada nilai yang akan penguji berikan saat melakukan
validasi pada sumber belajar panduan praktikum. Sesudah penguji memberikan
nilai maka akan dilakukan perhitungan.
a. Menghitung Rata-Rata Presentase (%) Jawaban Angket
Tahap selanjutnya yaitu menghitung presentase kelayakan sumber
belajar panduan praktikum dengan rumus sebagi berikut:
Arifah, S.M. 2014. Analisis Komposisi Pakan Cacing Lumbricus sp. Terhadap
Kualitas Kascing Dan Aplikasinya Pada Tanaman Sawi. Malang. Jurnal
Gamma. 9 (2). ISSN 02168995.
Ciptanto, S., dan Paramita, U . 2011. Mendulang Emas Hitam melalui Budidaya
Cacing Tanah. Lily Publisher. Yogyakarta
Dewi, V. A. K., Putra, R.P., Haris, A., dan Alam, T. (2022) Limbah Dapur dan
Pemanfaatanya. Penerbit Bintang Madani. Yogyakarta.
Hartatik. W., Husnain., dan Widowati. L. R. 2015. Peranan Pupuk Organik dalam
Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumber Daya
Lahan. 9(2). h 107-120.
Heinonen, H., dan Wijk, C. V. 2003. Human Excreta For Plant Production.
Elsevier. h 0960-8524.
Hidayat, M. S., Badal, B., Meriati. 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos
Tinja Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq)
di Main Nursery. Jurnal Embrio. Vol 13 (2). h 10-21.
Husamah., Rahardjan, A., dan Hudha, M. A. (2017). Ekologi Hewan Tanah. UMM
Press. Malang.
Permendikbud No.21 Tahun 2016. Standar Isi pendidikan Dasar dan Menengah
yang memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti Sesuai
dengan Jenjang dan Jenis Pendidikan Tertentu.
42
43
Sigit. S., Pamungkas. T., dan Pamugkas. E (2019) Pemanfaatan Limbah Kotoran
Kambing Sebagai Tambahan Pupuk Organik Pada Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre-Nursery. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian. Vol 15 (1). h 66-76.
Stems, Roots and Leaves Growth of Ketumpang (Pilea microphylla (L.) Liebm.)
Weeds.
Susilo, S., Pitoyo, S., dan Suryani, S .2018. Media dan Sumber Belajar pada Era
Digital. Media Pustaka. Jakarta.
Widowati., dan Sutoyo. 2007. Serapan Nitrogen, Fosfor dan Kalium Bokashi Tinja
oleh Tanaman Jagung. Jurnal Buana Sains. Vol 7 (1) h 21-26.
Yuliyanto, Sari. V. I., dan Safrizal. R. 2017. Pemanfaatan Kotoran Manusia Dan
Arang Serbuk Gergaji Sebagai Media Tanam Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq.) Di Pembibitan Awal. Jurnal Citra Widya Edukasi. 10(2).
Zarni, W., Afida, M, N., Mufdal., dan Mulyadi. 2022. Struktur Komunitas Jenis
Tumbuhan Famili Arecaceae Dikebun Kopi Didesa Toweren antara
Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Biotik. ISSN
: 2828-1675.