Anda di halaman 1dari 7

Amanda Willia

(20201241005)

Putih yang Hitam

Matahari yang terbit sedang panas-panasnya. Dalam


kegerahan ini seorang anak bernama Lyla muncul dari
balik tirai rumah besarnya.

Bagian 1:

(Lyla berjalan menuju ke ruang tamu sambil membanting


toples kosong)

Lyla: “Hah apaan ini? Kosong? Kurang ajar!”

Lyla: “Mbok cepatlah kesini! Kamu ini sudah dibayar


susah-susah kenapa malas sekali!”

Simbok: “Maaf nyonya, harap ditunggu sebentar saya


akan mengisi toples tersebut dengan daging yang segar”

Lyla: “Sudah tidak usah. Dasar malas”

(Lyla menuju ke kamar mandi. Ia mengambil arang hitam


yang dilumurkan ke seluruh tubuhnya)

Lyla: “Kapan aku bisa menjalankan ritual lagi?”

Bagian 2

Lyla berangkat ke sekolah dan mendapatkan cemooh


dari teman-temannya. Teman-temannya merundungnya
karena menurut mereka, Lyla adalah anak yang aneh.

(Di pagi hari, pelajaran olahraga)


Teman 1: “ Anak nakal, anak nakal”

Teman 2: “Anak setan, anak setan”

Lyla: “Persetan dengan kalian semua!”

Mendengar emosi muridnya, Bu Ester bersegera melerai


dan membantu Lyla untuk menenangkan dirinya.

(Mereka berjalan melewati koridor sekolah dengan


tangisan Lyla yang memecah keheningan koridor)

Lyla: “Ada apa dengan para binatang itu? Kenapa semua


selalu merundungku?” (sembari menangis kencang,
nafasnya naik turun dengan cepat).

Bu Ester: “Lyla anak baik. Mereka merundung Lyla itu


perbuatan yang sangat buruk. Sudah, sekarang Lyla ganti
pakaian dahulu.”

(Bu Ester mengantar Lyla sampai ke kamar ganti dan


meninggalkannya dengan keringat yang sudah
bercucuran)

Lyla: “Teman-teman woy anak setan! Ambilkan


seragamku di tas ransel. Aku sudah masuk ke kamar
ganti, sial!”

(2 jam berlalu dan Lyla masih berada di kamar mandi)

Teman-teman Lyla tidak ada yang mau mengambilkan


Lyla seragam sekolahnya.

(Bu Ester datang mencari Lyla dengan terburu-buru)


Bu Ester: ”Lyla apa kamu masih ada di dalam nak?
Pelajaran matematika sudah dimulai. Bu Ratu sudah
menunggu.”

Lyla: “Bu saya disini! Kamar ganti pintu nomor 3. Saya


kepanasan dan tidak tahu harus apa”

(Bu Ester menuju ke kamar ganti nomor 3 dengan panik)

Bu Ester: “Ya ampun nak, lama sekali kamu berada


diruang ganti. Apakah kau baik-baik saja?”

Lyla: “Tidak bu, teman-temanku bertindak buruk padaku.


Aku membenci mereka!”

Bu Ester segera membawakan Lyla seragam ganti dari


kantin dan meminta Lyla untuk berganti pakaian
secepatnya. Bu Ester khawatir akan keberadaan Lyla
yang basah kuyup di ruang ganti. Tak lama, Bu Ester
membawa Lyla kembali dalam kelas Ceria.

Lyla: “Teman-temanku jahat semua, lihat bu ini ulah


mereka. Kumintai tolong untuk mengambilkan
seragamku yang tertinggal di kelas namun tak ada yang
mau. Aku basah kuyup dan menunggu selama dua jam
diruang ganti karena mereka bu!”

Teman 3: “Tidak bu, Lyla berbohong. Sejak dari pagi ia


selalu memaksa kami untuk membantunya dan
berperilaku aneh”

Lyla: “Lihat dirimu Na! Kamu tidak mau mengambilkan


seragam dan masih memarahiku. Sudah begitu, kamu
juga tidak meminta maaf padaku atas perbuatanmu!”
Bu Ratu: “Sudah, sudah. Untuk apa bertengkar, tidak ada
yang salah. Ini hanyalah kesalahpahaman. Nala tidak ada
diruang ganti sewaktu Lyla memintai tolong”

Bu Ester: “Sudah, sudah. Untuk apa bertengkar, tidak ada


yang salah. Ini hanyalah kesalahpahaman. Nala tidak ada
diruang ganti sewaktu Lyla memintai tolong”

Bagian 3

Sepulangnya dari sekolah, Lyla masih dipenuhi oleh


amarah. Ia membanting semua benda yang ada
dirumahnya. Tak ada yang menghentikannya. Ibunya
lebih memilih menggenggam tangan seorang lelaki
dengan batu akik besar yang bertebaran di jarinya,
daripada menggenggam tangan polos Lyla. Ia sedih harus
kehilangan sosok ayah yang sering menceritakan
dongeng-dongeng untuknya.

(Prang, prang, prang… suara pecahan kaca dari seluruh


perabot rumah yang Lyla banting)

Lyla yang frustasi mengacak-acak rambutnya dan


menuju ke halaman rumahnya untuk berburu rusa. Ia
mengenakan pakaian putih kesukaannya dengan
membawa pisau dan membunuh rusa-rusa dirumahnya
secara brutal.

(Bel rumah besar itu berbunyi) Bu Ester datang dengan


penuh keramahan yang memang sudah melekat pada
dirinya.

Bu Ester: “Selamat sore, saya Bu Ester. Guru Lyla di


sekolah”
Simbok: “Selamat sore, oh iya Bu Ester. Silakan masuk!”

Inilah saat-saat yang ditunggu Lyla. Ia mengintip dari


jendela kamarnya saat mengetahui Bu Ester datang
kerumahnya. Karena sudah 14 bulan, tak pernah
kehadiran tamu dirumahnya.

Dengan sebuah buku yang Lyla bawa ia mulai


membacakan mantra sambil komat-kamit

Lyla: “Sudah lama tidak ada yang berkunjung.


Pengunjung pertama neraka ini akan menjadi tumbalnya.
Terima kasih Astreo. Sambiren sampean matengga
sambungan Iblis! Sambiren sampean matengga
sambungan Iblis” (diulang sampai didepan wajah Bu
Ester)

Bu Ester: “Keadaan disekolah makin sulit dikendalikan


Bu. Saya mencoba menghubungi orang tua dari anak-
anak yang merundung Lyla, namun tak ada balasan”

Simbok: “Lyla hanya tinggal bersama saya bu, ayahnya


meninggal naas satu tahun yang lalu. Namun, sengaja
ibunya tak memberitahu keluarga lain perihal ayah Lyla
telah meninggal dengan alasan takut Lyla menangis
setiap hari” (Simbok memberi cangkir merah)

Simbok: “Silakan diminum, Bu!”

Bu Ester: “Saya ingin berterus terang saja dengan ibu,


Lyla sekarang semakin labil emosinya. Saya mencoba
menggali informasi mengenai Lyla disekolah. Namun tak
banyak guru yang mau menjelaskan”
Bu Ester yang sudah mengerti percakapan ini ujungnya
akan kemana itu, pergi berjalan untuk mencari udara.
Dilihatnya sesuatu yang tak bisa dicerna pikiran. Dimana
bayi rusa bersimpah darah berceceran di taman. Sungguh
pemandangan yang tak mengenakkan mata. Menengok
ke kanan, Bu Ester melihat buku hitam dengan judul
besar “Ilmu Hitam Keluarga Dazk: Menghidupkan Orang
Mati”.

Simbok: “Benar Bu, ini penyebab keluarga ini hancur.


Berawal dari hal kecil lalu hilangnya nyawa Ayah Lyla,
hingga para guru bungkam mengenai permasalahan Lyla.
Ini penyebabnya”

Bu Ester: “Satu-satunya jalan agar kehidupan Lyla


kembali seperti awal dan ia dapat hidup dengan ayahnya
adalah kehadiran ibu dirumah ini”

Mendengar hal itu, Bu Ester segera membuka buku itu


dan menemukan tulisan “akan berjumpa 14 bulan
setelah sang ayah dipanggil dan akan kembali”.

Lyla masih melantunkan mantranya itu dan saat


melewati pukul 17.13 ia berhenti.

Lyla: “Hahahahahahhaa inilah mangsaku. Bu Ester, sudah


lama saya menyaksikan bagaimana kejamnya ibu saya
disini. Saya lelah menghadapi dunia ini, terlebih satu
kesalahan kecil yang saya buat di sekolah membuat
semakin banyak orang yang membenci saya. Saya juga
rindu pada ayah, dan menunggu sampai 14 bulan agar
ayah hadir lagi. Namun, keegoisan ibu saya membuat
pertemuan saya dengan ayah tertunda. Lelah sudah saya
berburu rusa tetapi ayah saya tetap tak kembali.
Kebaikan hati ibu adalah kuncinya, ibu termakan oleh
skenario yang saya buat agar ibu hadir kerumah saya. Ini
berarti Ibu adalah nyawa pengganti ayah saya agar beliau
dapat berjumpa lagi dengan saya ”

Simbok memberi Lyla serpihan kaca dan buku besar


hitam kepada Lyla. Ditikamnya Bu Ester hingga titik
darah penghabisannya.

(Ritual pun berjalan)

Source: Cerita ini diambil, dianalisis, dan dikupas tuntas


dengan sumber 5 Kasus Pembunuhan Suami Dengan
Dalang Istri Sendiri | Dream.co.id

Anda mungkin juga menyukai