PEDOMAN
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR ISI 2
1. BAB I PENDAHULUAN 3
2. BAB II STANDAR KETENAGAAN 5
3. BAB III STANDAR FASILITAS 6
4. BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN 10
5. BAB V LOGISTIK 34
6. BAB VI KESELAMATAN PASIEN 41
7. BAB VII KESELAMATAN KERJA 44
8. BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 45
9. BAB IX MANAJEMEN RESIKO 46
10. BAB X PENUTUP 48
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi permasalahan utama
bidang kesehatan serta masih jauh dari target global SDGs. Dari hasil Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyebutkan AKI 305/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan
target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 untuk AKI
sebesar 183/100.000 Kelahiran Hidup. Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi di
Indonesia. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menyebutkan AKN
adalah 15/1.000 KH dengan target 2024 adalah 10 per 1.000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH dengan target 2024 adalah 16/1.000 KH. Sedangkan
target 2030 secara global untuk AKI adalah 70/100.000 KH, AKB mencapai 12/1.000 KH
dan AKN 7/1.000 KH. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah
pendekatan Safe motherhood, dimana terdapat empat pilar dalam menurunkan angka
kematian ibu, yaitu keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan sesuai standar,
persalinan bersih dan aman, serta PONED dan PONEK. Pelayanan kontrasepsi atau
keluarga berencana merupakan merupakan intervensi strategis dalam menurunkan AKI
dan AKB.
Penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk memenuhi hak reproduksi setiap orang,
membantu merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan, dan
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Penggunaan alat kontrasepsi secara tepat
juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi, oleh karena itu pemenuhan akan
akses dan kualitas program Keluarga Berencana (KB) sudah seharusnya menjadi
prioritas dalam pelayanan Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan KB sesuai rekomendasi International Conference on Population and
Development (ICPD) tahun 1994, upaya penguatan manajemen pelayanan KB menjadi
salah satu upaya yang sangat penting. Hal ini juga selaras dengan amanat Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu pemerintah bertanggung jawab
dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan KB yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
Saat ini, beberapa program yang menyangkut pelayanan kesehatan reproduksi
telah dilaksanakan di Rumah Sakit termasuk pelayanan KB. Rumah Sakit sebagai tingkat
rujukan primer, sekunder dan tersier mempunyai kewajiban menyediakan pelayanan KIE
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
PEDOMAN
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan di RS Siti Khodijah yang melaksanakan PKBRS, meliputi :
Ruangan Jenis Tenaga Jumlah Keterangan
Poliklinik
Bidan 2
Kandungan
Kamar Bersalin Bidan 2
PONEK Bidan 2
Perawatan Bidan
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jadwal dinas di RS Siti Khodijah adalah sebagai berikut:
Jadwal Dinas Waktu
Dinas Pagi Pkl 08.00 – 14.00
Dinas Sore Pkl 14.00 – 20.00
Dinas Malam Pkl 20.00 – 08.00
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. STANDAR FASILITAS
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu mata rantai fasilitas
pelayanan medis Keluarga Berencana yang pada umumnya terpadu dengan fasilitas
pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana meliputi fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana professional dan fasilitas pelayanan Keluarga
Berencana masyarakat.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional diselenggarakan oleh tenaga
profesional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat kesehatan. Fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana professional ini dapat bersifat statis dan bersifat
bergerak (mobil).
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional yang bersifat statis meliputi
pelayanan-pelayanan Keluarga Berencana yang dilaksanakan pada fasilitas pelayanan
Keluarga Berencana Sederhana, Lengkap, Sempurna dan Paripurna. Pengelompokan
fasilitas tersebut didasarkan pada kemampuan dan kewenangannya.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional yang bersifat bergerak (mobil)
adalah pelayanan yang menjangkau masyarakat di pedesaan, yaitu Tim Keluarga
Berencana Keliling, Puskesmas Keliling dan Tim Mobil Kontap.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana oleh masyarakat ialah pelayanan Keluarga
Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat, meliputi PPKBD, Sub PPKBD, Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos KB – Kes, dan Kelompok Akseptor.
1) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana ialah fasilitas yang mampu
dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana (kondom)
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR / Implan bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih
e. Upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.
Fungsi
a. Memberikan pelayanan KIE medis selama ataupun sesudah pelayanan
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
PEDOMAN
c. AKDR
d. Pemasangan / pencabutan implant
e. Kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan fungsi
• Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
• Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implant
dan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
• Memberikan pelayanan konseling bagi klien
• Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi
• Memberikan pelayanan rujukan
• Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas sesuai dengan
kemampuan
• Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang
memenuhi persyaratan
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga yang diperlukan adalah :
a. Dokter spesialis kebidanan yang telah mendapat pelatihan
b. Tenaga bidan yang telah mendapat pelatihan
Fasilitas Pelayanan KB Sempurna berlokasi dan merupakan bagian dari:
a. RSU Kelas C yang mempunyai dokter spesialis obstetrik dan ginekologi
yang telah mendapat pelatihan
b. RSU Swasta setara yang mempunyai dokter spesialis kebidanan yang telah
mendapat pelatihan
c. RSU TNI / POLRI yang mempunyai dokter spesialis kebidanan yang telah
mendapat pelatihan
d. RS Bersalin
4) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Paripurna
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna ialah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan
pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
Fungsi
• Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan.
• Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR d a n
implant serta kontrasepsi mantap wanita.
• Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi.
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
PEDOMAN
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
PEDOMAN
D. PROSEDUR
1. Identifikasi Klien
Klien/calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di RS pada tahap awal
akan melalui prosedur sebagai berikut :
a) Jika klien baru :
Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri.
Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas paramedis.
Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
Apabila klien bersedia menjadi akseptor KB maka diarahkan ke poli PKBRS.
Apabila pasien belum mau ikut KB tetap dirujuk ke poli PKBRS untuk
mendapat KIE.
b) Jika klien lama/ulangan :
Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS atau datang sendiri.
Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas
paramedis.
Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke RS, maka
konseling yang diberikan berupa pemantapan pilihan.
Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
c) Klien dengan kasus khusus (misalnya : efek samping, komplikasi, pasca
persalinan/keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka
permasalahannya harus ditangani dengan baik terlebih dahulu.
d) Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB pasca
persalinan di RS harus menjadi prioritas utama. Hal ini berarti diharapkan sebelum
pasien pasca persalinan pulang sudah dilakukan pelayanan KB.
E. KOMUNIKASI-INFORMASI-EDUKASI (KIE)
Setelah dilakukan identifikasi Klien maka dilakukan kegiatan KIE.
Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia di RS tersebut.
KIE dapat diberikan oleh bagian promosi kesehatan/tenaga kesehatan yang sudah
terlatih dalam memberikan KIE.
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
F. KONSELING
Setelah diberikan KIE maka dilakukan konseling dengan menggunakan alat bantu
pengambilan keputusan (ABPK) untuk memberikan bantuan kepada klien dalam
pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi yang cocok.
G. PENAPISAN MEDIS
Setelah pasien memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan kemudian dilakukan
penapisan medis oleh dokter/dokter spesialis.
H. PELAYANAN KONTRASEPSI
Pelayanan kontrasepsi diberikan oleh tenaga medis (dokter spesialis/dokter
terlatih/bidan) tergantung jenis kontrasepsi yang digunakan.
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi dan memperhatikan
hak pasien termasuk membuat informed consent.
Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium, radiologi dan sebagainya.
Pelayanan yang diberikan meliputi :
- Pelayanan preventif yaitu pelayanan kontrasepsi dengan lebih
mengutamakametode efektif terpilih (IUD, implant dan kontrasepsi
mantap).
- Pelayanan kuratif yaitu pelayanan efek samping, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi serta pelayanan ginekologis pada akseptor KB.
- Pelayanan rehabilitatif, berupa pelayanan infertilitas dan
reversibilitas (pemulihan kesuburan).
J. KUNJUNGAN KONTROL
Dapat dilakukan di tempat pemberi layanan (RS) atau fasilitas kesehatan diluar RS
(Puskesmas, klinik, dokter/bidan swasta) apabila klien sebelumnya merupakan
kiriman/rujukan dari sarana pelayanan kesehatan tersebut.
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
SISTEM RUJUKAN
Rujukan pelayanan kesehatan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab dan
wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk penyelenggaraan
kesehatan paripurna. Rujukan penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari unit
pelayanan KB di luar RS (RSIA/RB/Puskesmas) ke RS atau unit pelayanan KB di RS ke
RS lain dengan kemampuan pelayanan KB lebih tinggi.
Rujukan dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal, rujukan balik, rujukan
eksternal dan internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan yang
dimiliki. Rujukan internal berpedoman pada prosedur rujukan di dalam RS dan
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
spotting)
Mual, pusing atau muntah. Kontra Indikasi
Hamil atau di curigai hamil
Menyusui eksklusif
Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
Penyakit hati akut
Perokok dengan usia > 35 tahun
Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah > 180/110 mmhg
Riwayat faktor pembekuan darah atau kencing manis
Kanker payudara
Migrain dan gejala nuerologik dan
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
2.2 KB Suntik
Adalah kontrasepsi hormonal yaitu 25 mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol (Cyklofem) dan yang mengandung progestin (MPA) yang
diberikan secara suntikan.
Cara Kerja
Menekan ovulasi
Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu.
Perubahan pada endometrium ( atrofi ) sehingga implantasi terganggu.
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Jenis KB suntik
a. Suntikan 1 bulan
Suntikan 1 bulan atau suntikan kombinasi yang isinya 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan
dengan cara di suntikan intramuscular sebulan sekali.
b. Suntikan 3 bulan
Suntikan yang diberikan Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera)
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikan intramuscular.
Waktu Mulai menggunakan kontrasepsi suntikan :
Setiap saat selama siklus haid,mulai hari pertama sampai hari ke-7
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
Keuntungan
Perlindungan jangka panjang
Pengembalikan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
Bebas dari pengaruh estrogen.
Tidak mengganggu kegiatan senggama.
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
Dapat dicabut setiap sesuai dengan kebutuhan.
Mengurangi jumlah darah haid
Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Efek Samping
Nyeri Kepala
Peningkatan dan penurunan berat badan
Nyeri payudara
Perasaan mual
Perubahan perasaan atau kegelisahan
Membutuhkan tindak minor untuk insersi dan pencabutan
Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat tuberculosis dan obat
epilepsy
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi
Indikasi Implan
Usia reproduksi, telah memiliki anak atau belum
Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
Pasca persalinan dan tidak menyusui, pasca keguguran.
Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
Riwayat kehamilan ektopik
Tekanan darah > 180/110 mmhg, dengan masalah pembekuan darah,
anemia.
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
estrogen.
Sering lupa menggunakan pil
Kontra Indikasi :
Hamil / diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
Miom uterus dan kanker payudara
Gangguan toleransi glukosa
Efek samping
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
Langkah-langkahnya:
a. Klien Daftar diloket pendaftaran
b. Petugas Melakukan persiapan (Tempat, materi, alat bantu).
c. Petugas memberikan Salam
d. Petugas menanyakan tentang kebutuhan dan keinginan klien.
e. Petugas menjelaskan tentang hal hal yang berkaitan dengan
Kontrasepsi dengan memakai ABPK dan APE KB
f. Petugas membantu menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai
dengan keadaannya.
g. Petugas melakukan anamnesa dan inform consent kepada klien.
h. Petugas melakukan pemeriksaan dan penapisan.
i. Petugas memberikan pelayanan kontrasepsi IUD.
j. Petugas menjelaskan kembali tentang hal-hal yang penting yang perlu
diingat seputar kontrasepsi IUD.
k. Petugas meminta klien untuk datang kembali bila diperlukan.
l. Petugas mencatat di kartu KB dan Regester KB.
3.3 MOW
Adalah metode KB dengan melakukan pengikatan atau pemotongan pada
tuba fallopi (saluran yang menghubungkan kandung telur dengan rahim), yang
bertujuan untuk mencegah sel telur bertemu dengan sperma di saluran ini.
Waktu Penggunaan:
Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun
pasca keguguran (WHO Mec 2015)
Bila ada infeksi atau pasca abortus tidak aman tunda 3 bulan
Keuntungan:
Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
Tidak ada efek samping hormonal
Keterbatasan
Harus melalui prosedur medis
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
PEDOMAN
KePluarga berencana (KB) pada pasien COVID-19 adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri yang terkonfirmasi positif Covid-19 untuk mengindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri , menentukan jumah anak
dalam keluarga.
Menurut Panduan Pelayanan KB dan Kespro dalam Situasi Pandemi Covid 19 yang
diterbitkan oleh Kemenkes RI yaitu bagi akseptor KB yang sudah habis masa pakainya
atau sudah jadwal kontrol, jika tidak memungkinkan untuk datang ke petugas kesehatan
dapat menggunakan kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB
atau kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional
(pantang berkala atau senggama terputus). Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya
langsung menggunakan KB Pasca Persalinan.
Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level 3 yang disesuaikan dengan
pelayanan yang diberikan dan memastikan klien menggunakan masker.
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
penyakit tertentu yang bisa ditularkan ke pasangan. Dengan demikian, kamu dan
pasangan bisa mengantisipasi penularan penyakit sebelum nantinya aktif
melakukan hubungan intim.
c. Tes Darah
Sebelum menikah, kamu dan pasangan bisa memilih untuk melakukan tes darah
serta mengetahui golongan darah dan rhesus. Pemeriksaan darah bisa dilakukan
secara lengkap meliputi cek Hb, hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit, dan laju
endap darah (LED).
Manfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar kolesterol, sehingga
terhindar dari risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Pemeriksaan darah bagi
wanita juga bermanfaat untuk mengukur kadar Hb. Sebab, tingkat Hb yang
rendah bisa meningkatkan risiko thalassemia saat menjalani kehamilan kelak.
d. Tes Hepatitis B
Percaya atau tidak, tes hepatitis B menjadi jenis pemeriksaan yang cukup
dianjurkan untuk dilakukan sebelum menikah. Pemeriksaan ini akan memberi
gambaran apakah kamu atau pasangan memiliki hepatitis B atau tidak, risiko
penyakit ini pun bisa diketahui melalui tes.
Virus hepatitis B bisa bertahan lama di dalam tubuh pengidapnya dan
mengganggu fungsi hati. Kabar buruknya, virus penyebab penyakit ini sangat
mudah menular melalui hubungan intim, bahkan bisa juga ditularkan ke janin di
dalam kandungan yang kemudian bisa menyebabkan bayi lahir cacat.
PEDOMAN
PEDOMAN
R. KONSELING
Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal yang khusus, yaitu
suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien
meliputi fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Pelayanan konseling dimaksud merupakan proses informed choice, dimana klien
telah menentukan pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang telah diterima secara
lengkap.
Konseling lebih diutamakan untuk pasien baru serta dapat diberikan pra dan pasca
pelayanan KB oleh petugas medis dan paramedik terlatih yaitu dokter, bidan, perawat.
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
1) Pembinaan hubungan baik (rapport)
2) Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dsb)
dan pemberian informasi (sesuai kebutuhan).
3) Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan.
4) Menindak lanjuti pertemuan.
Dalam ketrampilan konseling, hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas yaitu:
1) Bertanya dengan pertanyaan terbuka
2) Mendorong klien untuk bertanya
3) Memperlakukan klien dengan hormat
4) Melayani klien secara pribadi
5) Mendiskusikan kunjungan berikutnya
6) Menanyakan kekhawatiran klien
7) Menggunakan alat bantu visual
8) Menggunakan rekam medis klien
9) Meyakinkan kerahasiaan klien.
Dalam menjalankan tugas konseling ini Departemen Kesehatan sudah menyusun alat
bantu pengambilan keputusan (ABPK).
PEDOMAN
PEDOMAN
BAB V
LOGISTIK
PEDOMAN
PEDOMAN
d. AKDR
Kemasan steril sudah rusak/terbuka
Catatan: Efektivitas AKDR Cu tidak berkurang bila Cu-nya terlihat gelap
atau ada noda/bintik hitam.
e. Suntik KB
Cairan memadat, walaupun sudah dicocok
Catatan: Bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan.
PEDOMAN
Jaminan Mutu
Apakah ada produk alat/obat kontrasepsi yang mengalami
permasalahan (rapuh,retak,pecah)?
Inventaris Fisik
Apakah inventarisasi fisik dilakukan secara berkala
(bulanan/triwulan) ?
Apakah inventarisasi dicatat pada kartu persediaan/kartu control
inventaris ?
Pemesanan
Bila fasilitas pelayanan KB memesan alat/obat kontrasepsi, apakah
pesanan tersebut disesuaikan dengan tingkat minimum/maksimum?
Apakah jumlah pemesanan dilakukan perhitungan secara teliti?
Pelaporan
Apakah pelaporan dilakukan secara teratur pada waktunya?
Apakah ada kesalahan dalam laporan dalam waktu 6 bulan
terakhir?
Apakah formulir laporan diisi dengan lengkap dan benar?
Apakah informasi data laporan akurat?
Pembuangan produk yang telah digunakan
Apakah ada alat/obat kontrasepsi yang telah rusak atau lewat masa
kadaluarsa, tetapi masih disimpan di fasilitas pelayanan KB?
Apakah alat/obat kontrasepsi yang rusak atau lewat masa
kadaluarsa telah dipishakan dari alat/obat kontrasepsi yang masih
digunakan?
Apakah staff pada fasilitas pelayanan KB telah melakukan prosedur
pengaturan alat/obat kontrasepsi yang rusak atau lewat masa
kadaluarsa?
Apakah ada logistik atau manual distribusi yang memadai bagi
petugas pada fasilitas pelayanan KB?
Apakah diperlukan formulir distribusi yang memadai untuk
pencatatan/pelaporan dan pemesanan?
PEDOMAN
PEDOMAN
PEDOMAN
AKDR
Kondom
1. Poliklinik Kandungan
Suntik KB
Pil KB
AKDR
Kondom
2. Kamar Bersalin
Suntik KB
Pil KB
Kondom
3. Ruang Rawat Inap Suntik KB
Pil KB
4. PONEK AKDR
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
dalam pelaksanaan pelayanan KB di rumah sakit.
Jenis insiden keselamatan pasien yang mungkin terjadi di Pelayanan KB rumah
sakit, meliputi :
a. Kejadian Sentinel,
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC),
d. Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
e. Kondisi Potensial Cedera Signifikan (KPCS).
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit khususnya pada pelayanan
Keluarga Berencana.
2. Menurunkan dan atau melakukan pencegahan terkait kejadian insiden keselamatan
pasien di Rumah Sakit.
PEDOMAN
4. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) di RS akan menganalisa kembali hasil
Investigasi dan Laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi
lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.
5. Untuk grade Kuning / Merah, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) di RS
akan melakukan Analisis akar masalah / Root Cause Analysis (RCA) dalam waktu
maksimal 45 hari.
6. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan Rekomendasi
untuk perbaikan serta "Pembelajaran" berupa : Petunjuk / "Safety alert" untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
7. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur.
8. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik kepada
unit kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit.
PEDOMAN
b. Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR (benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi).
4. Kepastian Tepat Lokasi dan Tepat Prosedur
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di RS untuk menjamin pasien yang
akan menjalani suatu tindakan termasuk pelayanan KB mendapatkan tindakan yang
sesuai dengan lokasi keadaan yang perlu ditindak, prosedur yang tepat untuk
melakukan tindakan dan diberikan pada pasien yang benar membutuhkan tindakan
tersebut.
5. Pengurangan Resiko Infeksi
Dengan prosedur Cuci Tangan 6 langkah menurut WHO dan mentaati 5
momen Cuci Tangan.
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Melakukan pencegahan resiko pasien jatuh dengan assessment resiko dan
tindak lanjut kepada pasien yang dirawat dan keluarga.
b. Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi pada saat
pelayanan KB di rumah sakit.
c. Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi pada saat
pelayanan KB di rumah sakit.
d. Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi pada saat pelayanan KB
di rumah sakit.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit adalah adalah segala kegiatan
untuk menjamin serta melindungi keselamatan dan Kesehatan sumber daya manusia
yang bekerja di rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit dengan upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja di rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab XII Pasal
164 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya Kesehatan dan mudah terjangkit penyakit.
B. TUJUAN
Menciptakan suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit dengan
melibatkan unsur manajemen, karyawan, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
C. KESELAMATAN KERJA
Kegiatan / tugas yang dilaksanakan pada pelayanan KB di RS umumnya
mempunyai dampak resiko tinggi terhadap kesehatan petugas.
Upaya yang dilakukan agar petugas tidak berisiko tinggi terhadap dampak dari
melaksanakan pekerjaannya, maka petugas harus :
1. Memakai SarungTangan
2. Memakai Masker
3. Fasilitas wastafel yang dilengkapi dengan skin desinfektan dan air mengalir
4. Safety Box
5. Apron
6. Cuci tangan dengan prinsip 5 momen dan 6 langkah cuci tangan
7. Penanganan sanitasi dan limbah tajam
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
Pengendalian mutu merupakan teknik dan aktivitas terencana yang dilakukan untuk
mencapai, mempertahankan, serta meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana di
rumah sakit, agar sesuai standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat memenuhi kepuasan
pasien.
Langkah-langkah dalam proses pengendalian mutu dalam pelayanan KB di rumah sakit
mengacu pada tahap-tahap sebagai berikut :
1. Memahami kebutuhan akan pentingnya peningkatan mutu pelayanan Keluarga
Berencana di rumah sakit
2. Melakukan identifikasi masalah mutu yang ada.
3. Mememilih prioritas masalah yang akan dievaluasi.
4. Mencari akar penyebab prioritas masalah.
5. Merencanakan solusi atas prioritas masalah.
6. Melaksanakan perbaikan.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian mutu, meliputi proses penentuan
indikator mutu, pencatatan dan pelaporan indikator mutu, validasi dan analisa indikator mutu
sebagai bahan dalam melaksanakan perbaikan mutu.
Pengukuran indikator mutu Pelayanan Kelurga Berencana RS Siti Khodijah, meliputi :
a. Prosentase KB pasca persalinan
b. Prosentase KB pasca keguguran
c. Prosentase peserta KB yang sudah mendapat konseling KB
BAB IX
MANAJEMEN RISIKO
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN
A. TUJUAN
Menjamin Rumah Sakit dapat memahami, mengukur, serta memonitor berbagai
macam risiko yang terjadi dan juga memastikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat
dapat mengendalikan berbagai macam risiko yang ada.
PEDOMAN
BAB X
PENUTUP
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
PEDOMAN