Jelaskan apakah strategi korporat Maersk Group sekarang sudah cukup efektif dalam
memberikan nilai tambah kepada pemilik perusahaan? Apa pendapat kelompok
tentang pengaturan portofolio, alokasi sumberdaya, dan company’s capability dalam
penciptaan nilai tambah perusahaan?
Untuk menilai efektifitas rumusan strategi diatas, maka kami merujuk pada Gamble,
Thompson, dan Peteraf (2018) bahwa strategi adalah serangkaian pergerakan kompetitif dan
pendekatan bisnis yang diukur berdasarkan visi perusahaan pada arah dan tujuan yang
dikehendaki di masa depan, memancangkan posisi pada pasar, memikat konsumen, dan
mencapai target finansial serta kinerja pasar.
Grup A.P. Moller - Maersk mengusung strategi untuk menjadi perusahaan “konglomerat
premium” dengan 5 (lima) sektor bisnis utama dari 8 (delapan) unit bisnis Grup A.P. Moller -
Maersk dengan standar kinerja kelas dunia pada sektor industri rantai pasok global. Untuk itu,
berbagai strategi yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut diantaranya adalah:
1. Membuat portofolio aktif dan manajemen kinerja dan alokasi modal yang
dilaksanakan secara disiplin serta strategi keuangan yang jelas.
2. Mengoptimalisasi jaringan global yang telah terbentuk yang ditunjang dengan
sumber daya manusia yang terampil, dan fleksibilitas keuangan untuk
memungkinkan pelanggan dari berbagai negara untuk menciptakan peluang
pendapatan dan memenuhi potensi ekonomi mereka.
3. Memperkuat dan mengembangkan posisi perusahaan di pasar global dengan
mempertimbangkan pertumbuhan di masa depan, berdasarkan posisi potensial
dan strategis perusahaan untuk perluasan kapital dan skala perusahaan.
4. Target peningkatan keuangan perusahaan untuk mengembangkan unit
bisnisnya dan mencapai ROIC di atas 10% selama satu periode siklus keuangan.
Berdasarkan data laporan tahunan Grup A.P. Moller - Maersk Tahun 2014 diketahui bahwa
efektifitas strategi korporat Grup A.P. Moller - Maersk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1. Capaian Kinerja dan Efektifitas Strategi Grup A.P. Moller - Maersk Tahun 2014
Grup berfokus pada manajemen kinerja, baik terhadap tujuan jangka panjang spesifik yang
ditetapkan untuk setiap unit bisnis, maupun pada kinerja operasional saat ini di berbagai indikator
kinerja utama. Target keuangan ditetapkan baik secara absolut, maupun relatif terhadap industri.
Maersk Oil telah menghabiskan lebih dari USD 1 miliar per tahun untuk eksplorasi pada tahun
2012 dan 2013; kurang pada tahun 2014. Karena hasil eksplorasi yang mengecewakan selama
beberapa tahun terakhir, Maersk Oil telah memutuskan untuk mengurangi kegiatan eksplorasinya,
tetapi juga mempertimbangkan cara lain untuk menumbuhkan cadangan dan produksi di masa
depan misalnya dengan membeli saham dari penemuan atau ladang yang ada.
Setelah beberapa tahun dengan kondisi pasar yang buruk untuk Maersk Tanker, diputuskan untuk
melepaskan segmen VLCC, sehingga secara signifikan mengurangi modal yang mereka
investasikan.
3 Protofolio Secara aktif mengelola Arus kas dari divestasi sebesar USD 4,4
Management portofolio bisnis untuk miliar, terutama berasal dari Saham
memastikan fokus pada mayoritas di Dansk Supermarked Group
area bisnis yang paling dan terminal APM Virginia,
menguntungkan dan Portsmouth, AS.
paling tidak bergejolak. Strategi yang direvisi untuk Maersk Oil,
Membangun portofolio Brasil sebagai perkiraan sumber daya
yang seimbang di berkurang secara signifikan.
beberapa bisnis. Menyusul penurunan harga minyak,
Menjalankan alokasi kami merevisi strategi kami di Maersk
modal terfokus. Oil untuk fokus pada sumber daya yang
lebih murah serta penghematan biaya.
Berdasarkan pengalaman kami yang
luas dari pengapalan, Grup telah
mempersiapkan diri dengan baik untuk
fokus biaya yang lebih tajam, dan baik
Maersk Oil maupun Maersk Drilling
telah memulai inisiatif untuk
menurunkan biaya.
Keluar dari segmen pengangkut minyak
mentah sangat besar.
Divestasi kegiatan pengeboran di
Venezuela.
Grup berfokus pada pengembangan posisi Grup yang kuat di pasar yang sedang berkembang, dan
keluar dari bisnis yang tidak mendukung strategi masa depan. Selain itu, tidak ada akuisisi
perusahaan atau aktivitas yang berdampak signifikan terhadap Grup pada tahun 2014.
Struktur permodalan dan cadangan likuiditas Grup dikelola sesuai dengan peringkat kredit
Grup Baa1/BBB+ saat ini.
Semua pembiayaan utang diatur secara terpusat dan Grup secara umum bermaksud untuk
meningkatkan pendanaan di tingkat perusahaan induk dari sumber yang terdiversifikasi
termasuk obligasi, yang menyumbang 37% dari utang kotor per 31 Desember 2014.
Grup mungkin pada suatu waktu memiliki posisi keuangan yang lebih kuat daripada yang
dibutuhkan untuk mendanai pengembangan strategis dan mempertahankan fleksibilitas keuangan
dalam jangka waktu yang lebih lama. Dalam periode ini, Grup akan mengevaluasi kebutuhan modal
dan akan mempertimbangkan bagaimana mengelola kelebihan modal. Dividen adalah distribusi
modal utama Grup kepada para pemegang saham kami. Dividen nominal telah meningkat terus
selama dekade terakhir.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa capaian kinerja dan efektifitas strategi
Grup A.P. Moller - Maersk Tahun 2014 tidak efektif dalam memberikan nilai tambah
kepada pemilik perusahaan. Hal tersebut terlihat pada nilai agregat investasi dan
Return on Invested Capital (ROIC) tidak mencapai target atau mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya (54,630 % pada tahun 2013 menjadi sebesar 49,927 % tahun
2014) seperti pada sektor pada tabel berikut:
Tabel 1.2. Invested Capital dan Return on Invested Capital Tahun 2014
Dalam proses alokasi sumber daya A.P. Moller – Maersk melakukan beberapa
kebijakan diantaranya melakukan manajemen struktur, shareholder informasi,
serta pengembangan sumber daya manusia, dan inovasi.
Jumlah total pemegang saham terdaftar meningkat 17.000 menjadi sekitar 82.000
selama tahun 2014. Pemegang saham dengan lebih dari 5% modal saham atau
suara yang dimiliki 52,8% dari modal saham. 20 pemegang saham institusi
terbesar bersama-sama memiliki sekitar 12% dari modal saham. Total
kepemilikan institusi internasional tidak berubah tetapi dengan beberapa
perubahan dalam distribusi negara.
3. Kapabilitas perusahaan
Jika ditinjau dari kapasitas pendapatan (income dalam juta USD) total revenue dari
Grup A.P. Moller - Maersk menunjukkan peningkatan yang tidak signifikan yakni
47,386 juta USD pada tahun 2013 menjadi 47,596 juta USD walaupun secara total
profit mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan yakni 3,777 juta USD
pada tahun 2013 menjadi 5,195 juta USD pada tahun 2013.
(Sumber : A.P. Moller – Maersk Annual Report, 2014)
Sementara itu dari sisi aset, Grup A.P. Moller - Maersk mengalami penurunan
jumlah nilai aset yakni 74,509 juta USD pada tahun 2013 menjadi 68,844 juta
USD pada tahun 2014. Penurunan yang sama juga terjadi pada total ekuitas dan
reabilitas yaitu 74,509 juta USD pada tahun 2013 menjadi 68,844 juta USD pada
tahun 2014.
(Sumber : A.P.
Moller – Maersk Annual Report, 2014)
Penurunan reabilitas dan equitas tersebut secara determinan pada akhirnya berdampak
pada penurunan nilai kas tahunan dari Grup A.P. Moller - Maersk yaitu 1,450 juta
USD menjadi 321 juta USD.
Oleh karena itu, berdasarkan berbagai data dan uraian di atas dapat dismpulkan
bahwa strategi korporasi dari Grup A.P. Moller - Maersk kami nilai belum mampu
untuk mendongkrak performa perusahaan dan meningkatkan nilai tambah
perusahaan.
2. Jelaskan apakah kantor pusat sebagai pengatur konglomerasi cukup baik dalam
meningkatkan nilai tambah masing-masing anak perusahaan. Kemukakan usulan yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan kinerja kantor pusat?
A.P. Moller - Maersk sebagai perusahaan induk belum cukup baik dalam meneningkatkan nilai
tambah bagi anak-anak perusahaannya. Hal tersebut terlihat pada nilai agregat investasi dan
Return on Invested Capital (ROIC) dari masing-masing anak perusahaan, seperti pada tabel :
(Sumber : A.P. Moller – Maersk Annual Report, 2014)
Maerks line; mengalami peningkatan nilai investasi tidak secara signifikan yang hanya
mengalami kenaikan sebesar 0.7 % (39.6 % pada tahun 2013 menjadi 40.3% pada tahun
2014) dengan nilai ROIC yang naik sebesar 4.2% (7.4% pada tahun 2013 menjadi 11.4% di
tahun 2014) walaupun kecenderungannya terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.
Maerks oil; nilai investasi di sektor usaha ini terus mengalami penurunan pada 2 tahun
terakhir ( 13,5% tahun 2012, 12.8% pada tahun 2013 menjadi 10.6% pada tahun 2014).
Sementara itu nilai ROIC juga menunjukkan kecenderungan penurunan yang sama dan
terendah selama 5 tahun terakhir (-15.2%).
APM terminals; mengalami penurunan nilai investasi sebesar 0.3 % (12.2 % pada tahun
2013 menjadi 11.9% pada tahun 2014) walaupun nilai ROIC yang naik sebesar 1.2% (13.5%
pada tahun 2013 menjadi 14.7% di tahun 2014).
Maerks driling; mengalami peningkatan nilai investasi sebesar 4.8% (10.5 % pada tahun
2013 menjadi 15.3% pada tahun 2014) dengan nilai ROIC yang justru mengalami
kecenderungan pemenurunan (10.8% pada tahun 2013 menjadi 7.1% di tahun 2014).
APM shipping services; juga mengalami kecenderungan penurunan nilai investasi sebesar
2.1% (11.5% di tahun 2013 menjadi 9.4% di tahun 2014) dengan nilai ROIC yang juga ikut
menurun (-4.2% di tahun 2014).
Berdasarkan uraian diatas, usulan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kinerja kantor
pusat adalah:
1. Penguatan core bisnis utama melalui optimalisasi sektor usaha strategis berdasarkan
sumberdaya dan infrastruktur perusahaan yang memiliki potensi dan peluang pasar
serta linkare bisnis yang terhubung secara langsung dengan sektor bisnis anak
perusahaan seperti sektor logistik yang terkoneksi secara luas langsung dengan sektor
usaha lainnya misalnya sektor usaha galangan/perawatan kapal.
2. Secara bertahap melakukan integrasi investasi pada teknologi untuk membuka ruang
pasar baru dengan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi berbasis internet
untuk bersiap melakukan ekspansi pada model bisnis yang baru berbasis pada
servis/jasa dan interaksi antara Grup A.P. Moller - Maersk dengan pelanggan baru
diseluruh dunia.
3. Mengurangi keterlibatan dan investasi pada sektor bisnis yang memiliki kecenderungan
yang fluktuatif serta sektor bisnis yang bersifat ekstraktif (berbasis sumber daya alam),
mengingat secara jangka panjang bisnis tersebut tidak akan mampu bertahan dan
munculnya kesadaran global akan isu-isu keberlanjutan lingkungan yang bertolak
belakang dengan insudtri yang berbasis ekstraktif tersebut.
Selain itu, pada operasi terkait pengiriman Maersk terintegrasi: pengiriman peti kemas,
pengelolaan terminal, dan layanan logistik—bisnis yang sangat berbeda dan masing-masing
dengan dinamika persaingannya sendiri—digabungkan dalam organisasi yang sama. Hal ini tidak
hanya menghambat transparansi tentang hasil kinerja dan kebutuhan investasi dari berbagai
segmen, tetapi juga berarti bahwa sebagian besar perhatian manajemen dan bagian terbesar dari
investasi modal difokuskan pada bisnis pengiriman peti kemas. Sebagai akibat dari kurangnya
transparansi dan alokasi modal yang buruk, saham Maersk mengalami diskon besar-besaran di
pasar modal—menghilangkan nilai ekuitas yang diperkirakan oleh para analis setara dengan
sekitar 25 % dari kapitalisasi pasar perusahaan.
Oleh karena itu, diperlukan transformasi dari strategi perusahaan. Salah satunya dengan
mengoptimalkan pengembangan portofolio melalui tahapan:
Pertama adalah serangkaian divestasi. Beberapa bisnis yang dijual adalah aset non-nilai
tambah marjinal. Lainnya, seperti Dansk Supermarked (di mana Maersk mempertahankan
saham minoritas kecil) dan Danske Bank, adalah bisnis besar yang berkinerja baik tetapi di
luar fokus strategis inti Maersk. Dalam beberapa kasus, hasil dari penjualan ini
diinvestasikan kembali dalam bisnis inti Maersk; di tempat lain, mereka dikembalikan
langsung ke pemegang saham perusahaan. Langkah-langkah ini dilakukan dengan cara yang
sama-sama membangun nilai pemegang saham untuk Maersk dan mengatur bisnis yang
divestasi untuk kesuksesan jangka panjang.
Kedua adalah melakukan reorganisasi operasi perusahaan dengan membaginya menjadi
empat unit bisnis inti, yakni Maersk Line, perusahaan pengiriman peti kemas terbesar di
dunia; APM Terminals, perusahaan terminal peti kemas terbesar di dunia; Maersk Oil,
sebuah perusahaan hulu minyak dan gas global menengah; dan Maersk Drilling, operator
pengeboran terkemuka. Selain itu, sekelompok bisnis terkait pelayaran menengah dengan
platform yang menjanjikan untuk pertumbuhan di masa depan diambil dari bisnis lain dan
dikelompokkan dalam unit bisnis mereka sendiri yang disebut APM Shipping Services.
Dengan begitu, mereka akan mendapatkan perhatian yang diperlukan untuk berkembang
lebih jauh.
Ketiga adalah perusahaan mengembangkan aturan baru untuk mengalokasikan modal di lima
unit bisnisnya tersebut. Alokasi ditentukan berdasarkan kinerja, pandangan, dan peran
spesifik masing-masing unit dalam keseluruhan portofolio. Aturan baru ini berdampak besar
pada cara Maersk mengalokasikan modalnya ke bisnis yang paling menarik dalam jangka
panjang.
Keempat adalah menciptakan portofolio yang lebih fokus dan transparan telah membuat
Maersk lebih ramah investor. Begitu juga dengan perubahan besar dalam kebijakan keuangan
perusahaan.
Transformasi berikutnya yang harus dilakukan adalah merespon perubahan pasar global akibat
dampak perubahan pasar yang merubah perilaku pasar akibat berbagai isu misalnya menguatnya
berbagai paltform pasar baru berbasis digital seperti Amazon dan Alibaba akan mendorong
pertumbuhan pasar e-commerce di kawasan Amerika dan Asia. Hal tersebut memerlukan respon
dan penyiapan sumber daya dan investasi yang besar karena potensi strategis e-commerce
tersebut membutuhkan sarana rantai pasok logistik yang cukup besar sehingga menjadi peluang
pasar baru bagi Maersk Group untuk melakukan ekspansi dalam hal penyediaan armada logistik
yang terkoneksi antara laut, darat dan udara serta peluang penciptaan ekosistem pasar baru
berbasis pada aplikasi dan data base produk yang dapat terakses ke seluruh dunia.
2. Jenis bisnis yang perlu dipertahankan oleh Maerks Group
Dengan mempertimbangkan peluan, potensi, dan kekuatan Maerks Group maka pertimbangan
utama dalam menyusun prioritas sektor bisnis maka diperlukan skala prioritas dengan melakukan
pemilahan/kalster jenis dan sektor bisnis sesuai dengan core utama dari Maerks Group.
Penentuan kalster sektor usaha/bisnis yang akan menjadi prioritas Maerks Group kami analisis
berdasarkan pendekatan Matriks General Electric Mc.Kinsey (1971) sebagai berikut:
Arah strategis kedepan dari A.P. Moller – Maersk Maersk dilakukan peningkatan pendapatan dalam
infrastruktur dan logistik, sambil menghasilkan arus kas bebas untuk memastikan keseimbangan yang
kuat dan untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham, melalui:
a. Perumusan core business utama dari Grup A.P. Moller - Maersk sebagai basis utama kegiatan
bisnis dengan tujuan untuk menentukan fokus dan kekuatan utama perusahaan berdasarkan
pertimbangan sumberdaya, kekuatan finansial dan infrastruktur pendukung serta tantangan
eksternal berupa perubahan ekonomi global, persaingan usaha serta kapasitas sumber daya
manusia.
b. Peningkatan investasi pada anak perusahaan potensial melalui berbagai kebijakan yang ramah
terhadap investor dengan memperhatikan berbagai instrumen kebijakan/peraturan terkait, pajak
serta berbasis pada kinerja, pandangan, dan peran spesifik masing-masing unit dalam keseluruhan
portofolio.
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai salah satu penggerak organisasi bisnis
dengan meningkatkan investasi pada sektor teknologi dan informasi sebagai upaya adaptasi
terhadap perubahan pasar dan perkembangan bisnis berbasis digital di masa depan.
d. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan dari target tujuan yang ditetapkan sebagai acuan
dalam proses monitoring dan evaluasi untuk mendeteksi potensi kerugian secara dini sehingga
dapat segera menemukan upaya dan solusi penyelesian masalahnya.
Paradigma Industri berbasis digital kedepan berdampak pada dunia bisnis perkapalan dan
perminyakan tanpa terkecuali. Maersk Grup harus memiliki corporate strategy framework atau
kerangka strategi korporat dalam hal diversifikasi, juga parenting manajemen dalam mengelola
portofolio dan konglomerasi bisnis mereka dimana revolusi industri 4.0 ini diharapkan memiliki
dampak yang mengembangkan bisnis pada sektor transportasi dan pelayaran maritim, di mana
kedepannya kapal pintar (smart ships) dan kapal otonom(autonomous ships) menjadi bagian dari
ekosistem maritim yang baru dan saling terhubung integrasi secara menyeluruh. Untuk itu, grup
manajemen Maersk harus melibatkan inovasi substansial pada pendekatan penciptaan nilai melalui
rantai pasokan dan penerapan teknologi pendukung digital seperti Internet of Things (IoT), Big
Data Analytics (BDA) dan komputasi awan(cloud computing). Misalnya,kedepannya komponen
perangkat keras tertentu, seperti sensor, aktuator, atau prosesor akan disematkan di sistem utama
kapal untuk memberikan informasi berharga guna meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan
keselamatan transportasi laut bagi grup Maersk di sektor perkapalan tersebut. Tantangan besarnya
adalah merancang model bisnis yang lebih efisien di mana informasi digital akan digunakan secara
efektif untuk memperkuat rantai nilai.
Dengan meningkatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi, Maersk harus bisa
mengimplementasikan strategi yang adaptif dan manajemen strategi yang relevan sesuai industri
perkapalan yang sedang mengalami proses transformasi digital yang mencerminkan meningkatnya
kebutuhan akan pengumpulan data, pemrosesan data, dan jaringan data yang lebih baik. Di mana
kapal di masa depan juga harus memenuhi persyaratan ketat terkait dengan polusi, dan efisiensi
energy sesuai dengan agenda Organisasi Maritim Internasional (IMO) yang bertujuan untuk
mempromosikan, penggunaan peralatan dan mesin yang lebih hemat energi dan tidak
menimbulkan polusi, dimana IMO yang bertanggung jawab untuk urusan maritim yang
dikeluarkan pada tahun 2013 dalam konvensi MARPOL untuk menentukan persyaratan mendasar
untuk sektor pelayaran maritime.
Strategi korporasi industri perkapalan dan perminyakan pada Maersk kedepannya bergantung pada
proses transformasi digital dan memerlukan komitmen strategi korporasi yang solid dalam
membangun sistem yang sesuai untuk akuisisi, transmisi, penyimpanan, dan analisis waktu
nyata(real-time analysis) untuk data relevan dalam jumlah yang besar. Jaringan data yang
terdigitalisasi dan cerdas diharapkan membawa keuntungan signifikan bagi industri perkapalan dan
perminyakan pada Maersk Grup, sehingga dapat mengurangi biaya operasional bagi perusahaan,
sekaligus meningkatkan pendapatan keseluruhan dan memperpanjang masa pakai alat yang berada
dalam ekosistem bisnis Maersk. Dari study kasus ini juga kita telah melihat bagaimana strategi
Korporasi Maersk telah mengintegrasikan rantai pasokan bisnis mereka satu dan yang lainya
sehingga mereka telah bersiap untuk diversifikasi portofolio dalam konglomerasi grup Maersk
untuk bisnis sektor jasa pelayaran dan perminyakan.
Mengacu pada keunggulan kompetitif grup Maersk, diversikasi bisnis yang bergerak di bidang
maritime dan perminyakan harus memiliki model bisnis yang dibangun di atas rantai nilai yang
mengkreasi nilai efektif dan efisien dari parenting company Maersk, dan bertujuan untuk
mempromosikan analitik tingkat lanjut (advance analytic) bagi semua lini bisnis Maersk dan untuk
memperkuat rantai nilai perusahaan mereka. Ketika strategi korporat.organisasi telah berkembang
dan terintegrasi dalam proses digitalisasi grup bisnis manajemen Maersk, kemampuan analitik
mereka akan beralih dari analisis dasar dan antisipatif ke analisis reduktif yang mana ini akan
sejalan dengan teori visi pada industri digital yang revolusioner. Tidak hanya penerapan teknologi
bisnis intinya, tetapi grup baru ini harus lebih menemukan efektivitas dalam menciptakan nilai
baru dari informasi digital. Untuk itu, tantangan besar bagi Maersk adalah merancang dan
mengimplementasikan strategi korporasi yang tepat untuk meningkatkan dan mengoptimalkan
keputusan dan kinerja dengan memanfaatkan informasi yang diolah oleh big data yang dimiliki
perusahaan. Untuk itu, manajemen Maersk harus memiliki pendukung keputusan(decision
support) yakni big data yang merupakan elemen terpenting dari paradigma industri digital dan
pendorong signifikan untuk penciptaan nilai bagi bisnis dan grup perusahaan Maersk.