Anda di halaman 1dari 7

Critical book report

Pancasila

Lahirnya pancasila
PENGARANG :

Disusun Oleh : AGUSTIAR

Dosen Pengampu : UST. DEDI PRIMA RITONGA Mp,d

JURUSAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2018/2019
BAB I

A. Pengertian Pancasila

Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara Republik
Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV yang terdapat
dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular, dalam
buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu sendi yang lima” (dari bahasa Sangsekerta)
Pancasila juga mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu
sebagai berikut:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan

2. Tidak boleh mencuri

3. Tidak boleh berjiwa dengki

4. Tidak boleh berbohong

5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan pemerintahan sejak saat itu
haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasrkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila tersebut telah dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan
sampai sekarang.

Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

B. Kekalahan Jepang Akan Perang Asia Pasifik

Kegemilangan Jepang dalam berbagai peperangan belumlah membuat bangsa ini puas. Jepang
ingin membentuk Negara Asia Timur Raya. Sehingga memaksa Jepang untuk melibatkan diri
dalam perang untuk mewujudkan negara yang dicita-citakannya. Kendala utama Jepang adalah
amerika serikat yang telah membangun pangkalan militer terlebih dahulu di kawasan Pasifik
yakni Pearl Harbour.Dalam mewujudkan mimpinya untuk mendirikan negara Asia Timur Raya.
Pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang kemudian menyerang pangkalan angkatan laut Amerika
di Pearl Harbour, Hawai. Serangan berlangsung secara mendadak, sehingga dalam waktu singkat
Pearl Harbour dapat dihancurkan.

Angkatan perang Amerika pun membalas Jepang. Angkatan perang Amerika berhasil
memperoleh kemenangan. Sedangkan Jepang semakin lama semakin terdesak, apalagi setelah
Laksamana Yamamoto tewas setelah pesawatnya disergap pesawat tempur Amerika sewaktu
sedang melakukan inspeksi ke pulau Bougenville. Semenjak itu berturut turut Filipina pada 22
Juni 1944, Iwo Jima 17 Maret 1945, Okinawa 21 Juni 1945 berhasil direbut Amerika. Sementara
itu Burma berhasil diduduki Inggris kembali pada tanggal 30 April 1944 oleh Lord Louis
Mountbatten.

Perlawanan demi pelawanan tersebut menyasarkan Jepang untuk mengubah sikap kerasnya.
Apalagi pasukan Jepang terus mengalami kekalahan melawan AS. Untuk itu pemerintah Jepang
mencoba untuk menarik simpati rakyat kembali dengan memberikan janji kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia pada tanggal 7 Setember 1944.

C. Pembentukan BPUPKI

Memasuki tahun 1945, pasukan Jepang terus mengalami kekalahan. Laporan kekalahan dari
medan pertempuran memaksa pemerintah Jepang untuk segera merealisasikan janjinya untuk
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Pada tanggal 1 Maret 1945 panglima
pasukan Jepang di Pulau Jawa, Letnan jendral Kumaici Harada menumumkan pembentukan
badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pengumuman itu
sempat menumbuhkan kepercayaan tokoh pergerakan nasional Indonesia terhadap kesungguhan
pemerintah jepang untuk memberikan kemerdekaan.

Adapun latar belakang pembentukan BPUPKI secara formil, dilihat dari latar belakang
dikeluarnya Maklumat No. 23 itu adalah karena kedudukan Facisme (kekuasaan) Jepang yang
sudah sangat terancam. Maka sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan membentuk
BPUPKI bukan merupakan kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya ingin mementingkan
dirinya sendiri, yaitu: Pertama,Jepang ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatannya dengan cara
memikat hati rakyat Indonesia. Kedua, untuk melaksanakan politik kolonialnya.

Pihak Jepang membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk memilih ketua dan anggota
BPUPKI yang semuanya berjumlah 60 orang. Pada tanggal 29 April 1945 penguasa Jepang
mengumumkan Radjiman Widiodiningrat sebagai ketua BPUPKI dan Yoshio Ichibangase
sebagai wakil dari pemerintahan Jepang. Selain itu ada tujuh orang Jepang yang duduk sebagai
pengurus istimewa. Meskipun mereka tidak mempunyai hak suara, tetapi persidangan harus
dihadiri oleh mereka.

Rapat Pertama

Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal
dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung
Volksraad, lembaga DPR pada zaman kolonial Belanda.Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945
dengan mengadakan pelantikan pengurus dan anggota BPUPKI. Pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini
terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan
lima asas yaitu:Peri kebangsaan, Peri kemanusiaan, Peri ketuhanan, Peri kerakyatan, dan
Kesejahteraan rakyat

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu: Persatuan,
Kekeluargaan, Keseimbangan lahir bathin, Musyawarah, dan Keadilan rakyat

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila
yaitu:Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi,
kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan yang Maha Esa

Rapat Kedua

Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan rancangan Undang-Undang
Dasar. Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19
orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno
Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.Dengan
pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni wilayah Hindia
Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan pulau-
pulau sekitarnya.

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil beranggotakan 7
orang yaitu:Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota), Mr. Wongsonegoro, Mr.
Achmad Soebardjo, Mr. A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, H. Agus Salim, dan Dr. Soekiman

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas hasil
kerja panitia kecil perancang UUD tersebut.Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI
menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan
tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu: a. pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan
UUD

D. Panitia Sembilan

Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara,
sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia kecil
beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan. Panitia Sembilan tersebut
mempunyai tugas untuk menyatukan pandangan dasar negara Indonesia antara yang diusulkan
golongan nasioanl dan islam. Susunan Panitia Sembilan sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno (ketua)

2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)

3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)

4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)

5. KH. Wachid Hasyim (anggota)

6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)

7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)

8. H. Agus Salim (anggota)

9. Mr. A.A. Maramis (anggota)

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang dari
pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan
dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


E. Piagam Jakarta

Piagam Jakarta yang telah matang disetujui bersama untuk dibacakan pada proklamasi tanggal17
Agustus dan akan disahkan pada 18 Agustus 1945 itu digagalkan Soekarno dan kawan-
kawannya. Dan ujungnya pada tanggal 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta juga diubah mendasar.
Lewat rapat kilat yang berlangsung tidak sampai tiga jam, hal-hal penting yang berkenaan
dengan Islam dicoret dari naskah aslinya. Dalam rapat yang mendadak yang diinisiatif oleh
Soekarno (dan Hatta) itu, empat wakil umat Islam yang ikut dalam penyusunan Piagam Jakarta
tidak hadir. Yang hadir adalah tokoh-tokoh nasionalis sekuler.

Dalam rapat yang dipimpin Soekarno yang berlangsung pada jam 11.30-13.45 itu diputuskan :
Pertama, Kata Mukaddimah diganti dengan kata Pembukaan. Kedua, Dalam Preambul (Piagam
Jakarta), anak kalimat: “berdasarkan kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi “berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Ketiga, Pasal 6 ayat 1, “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam”, kata-kata “dan
beragama Islam” dicoret. Keempat, Sejalan dengan perubahan yang kedua di atas, maka Pasal 29
ayat 1 menjadi “Negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, sebagai pengganti
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.”

Keputusan Soekarno-Hatta dan orang-orang nasionalis sekuler itu (karena ancaman dari orang-
orang Kristen Indonesia Timur), akhirnya dikecam keras oleh tokoh Islam. Meski tokoh-tokoh
Islam saat itu protes keras, karena merasa dikhianati oleh Soekarno, tapi mereka lebih memilih
jalan damai. Kecuali mungkin DI/TII karena merasa sangat kecewa dengan berbagai tindakan
Soekarno dalam pemerintahannya. Apalagi Soekarno saat itu berjanji bahwa di masa damai nanti
akan lebih tenang menyusun kembali Undang-Undang Dasar.
BAB II

A. KESIMPULAN

Kekalahan Jepang dalam perang Asia Pasifik membuat Jepang memberikan janji kemerdekaan
kepada Indonesia. Sebagai realisasi janji tersebut, Jepang membentuk BPUPKI dengan diketuai
oleh orang Indonesia yaitu Radjiman Widiodiningrat. Janji kemerdekaan tersebut guna untuk
menarik simpati rakyat Indonesia. Dalam pelaksanaanya, BPUPKI tersebut melaksanakan dua
kali sidang.

1. Sidang pertama untuk membentuk dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Ketiga tokoh
golongan nasionalis bergantian mengajukan dasar negara berdasarkan lima prinsip. Namun
golongan Islam dalam rapat tersebut tidak pernah memberikan rincian.

2. Sidang kedua untuk membentuk rancangan UUD. Rancangan UUD tersebut mencakup
Pernyataan indonesia merdeka, Pembukaan UUD dan batang tubuh.

Dalam pelaksanaan sidang pembentukan dasar negara banyak sekali hambatan yang terjadi.
Dalam sidang pertamanya hasil akhir belum dapat diputuskan. Lalu dibentuklah panitia sembilan
untuk melanjutkan sidang pembentukan dasar negara. Disinilah kesepakatan tentang dasar
negara terbentuk. Kesepakatan tersebut dikenal dengan Piagam Jakarta. Namun setelah Piagam
Jakarta tersebut terbentuk, diadakan lagi perubahan karena teradapat unsur-unsur Islam. Hal-hal
penting yang berkenaan dengan Islam dicoret dari naskah aslinya. Barulah setelah itu dasar
negara disahkan dan disepakati bersama dan dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia sampai
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai