Anda di halaman 1dari 9

Refleksi Diri

“Emerging Adulthood”
Tugas Individu (2)
Mata kuliah: Psikologi Perkembangan (kelas:B)
Dosen Pengampu: Fitri Ayu Kusumaningrum. S.Psi.,M.A.

Disusun oleh:

Hakim Bachtiar Amien (20320358)

Program Studi Psikologi


Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahuwa Ta’alla yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya serta kesehatan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Emerging Adulthood. Sholawat serta salam selalu
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabatnya
hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini telah saya susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Atas dukungan moral dan materi yang telah
diberikan dalam penyusunan makalah ini, saya selaku penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Fitri Ayu Kusumaningrum.S.Psi., M.A. selaku dosen
psikologi dan semua teman yang membantu dalam mengerjakan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dengan sempurna. Oleh
karena itu, dengan tangan yang terbuka saya senantiasa menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar saya dapat memperbaiki kekurangan makalah
ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan saya berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, serta
memberikan informasi yang diharapkan terkait dengan fase emerging adulthood.

Tasikmalaya, 20 Juni 2021

2
BAB I

Latar Belakang Masalah

Pertama kali ketika penulis merasakan kehidupan kuliah, penulis kurang bisa
menguraikan kehidupan mahasiswa karena pada tahun 2020-2021 di Indonesia
sedang terjadi pandemi Covid-19. Yang bisa diceritakan adalah hanya kuliah dari
rumah. Gambaran umum diri saya adalah tinggi rata-rata dengan berat badan ideal.
Harapan dan cita-cita saya dari dini hingga sekarang selalu berubah-ubah akibat skill
atau sesuatu dibidang tersebut yang tidak ada pada diri saya. Cita-cita saat ini tidak
terlalu tinggi, hanya ingin mempunyai hidup stabil tanpa masalah.

Ketika memasuki masa emerging adulthood, banyak tanggung jawab dan


peran baru yang harus saya pikul sebagai mahasiswa dan pada usia ini waktu luang
pada penulis semakin hari semakin menipis dikarenakan jadwal kuliah yang semakin
padat dan tugas yang menumpuk dari dosen. Pada masa ini penulis dituntut berfikir
secara objektif berdasarkan logika dan sumber yang valid. Peran penulis ketika
memasuki masa ini adalah mulai mengadaptasikan diri dengan masyarakat dan cepat
atau lambat mahasiswa akan membimbing masyarakat ke jalan yang benar dan
meninggalkan aliran konservatif.

Dari paragraf yang saya uraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari
dibuatnya makalah ini adalah untuk menganalisis apakah refleksi yang penulis
lakukan apakai sesuai dengan teori emerging adulthood.

3
BAB II

A. Identitas
1. Mahasiswa : Hakim Bachtiar Amien, Rajapolah 24 Juli 2001, anak
pertama.
2. Ibu : Titin Suprihatin, 45, Sarjana Pendidikan, Ibu Rumah Tangga,
Denpasar, Bali.
3. Ayah : Iwan Hermawan, 46, SMA, Wiraswasta, Despasar, Bali.
B. Isi Refleksi
1. Pada tahap pencarian jati diri pada diri saya, saya tidak menetap pada satu
identitas melainkan selalu mengimitasi perilaku dari orang sekitar saya dan
belum mempunyai pendirian saya itu siapa. Aktivitas yang pernah dilakukan
adalah belajar bermain alat musik seperti biola yang tidak lama akan
ditingalkan. Untuk saat jati diri diri saya adalah sebagai mahasiswa yang
tugasnya menuntut ilmu. Saya tidak terlalu optimis untuk memandang dunia
dan saya ingin sukses di masa depan nanti.
2. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada usia saya pada saat ini dari
fisik hingga kognitif, seperti emosi semakin stabil dan tidak menggunakan
pemikiran subjektif melainkan objektif berdasarkan logika, tetapi tubuh mulai
mengalami penurunan karena tuntutan stay home karena covid-19. ikatan
sosial dengan orang sekitar mulai menjadi erat sambal membangun koneksi
dan semakin banyak pemfilteran teman.
3. Peran saya saat ini adalah menjadi mahasiswa yang kewajibannya menuntut
ilmu dan memiliki tanggung jawab kepada masyarakat untuk membimbing ke
jalan yang lebih baik. Kemandirian yang saya lakukan adalah kuliah di luar
provinsi dan hidup sendiri tanpa orang tua.
4. Hal yang berubah pada diri saya kebanyakan akibat faktor eksternal, salah
satunya faktor pertemanan. Banyak teman-teman saya yang sifatnya menjadi

4
bagian dari jati diri saya karena pengaruh darinya dan rasa respek terhadap
teman saya. Dalam hal cinta, karenanya banyak bagian diri saya menjadi
buruk akibat mendepankan rasa emosional dibanding rasional dan berakibat
banyak orang disekitar saya yang dirugikan. Disitu saya merasakan bahwa
sepertinya saya adalah musuh orang-orang. Tetapi sekarang saya sudah sadar
dan meninggalkan hal buruk tersebut.
5. Sejauh ini hal yang saya minati atau ingin saya lakukan selalu didukung oleh
orang tua saya maupun teman terdekat saya.
6. Perasaan saya karena berada dalam feeling in-between tidak menggangu saya
karena sadar manusia perlu menuju kedewasaan baik fisik maupun mental.
Ketika ada orang yang ingin menasihati saya lebih dewasa saya akan dengan
terbuka menerimanya.
7. Kedepannya, harapan saya untuk karir dimasa depan ingin mempunyai
pekerjaan stabil untuk saya sendiri meskipun harus memulai dari gaji rata-
rata. Untuk pernikahan saat ini saya belum memikirkan hal tersebut, saya
masih ingin melakukan hal yang belum tercapai pada masa remaja dan tidak
ingin membuat tanggung jawab baru. Untuk peran ketika terjun ke
masyarakat, saya siap untuk menjadi orang yang berbudi dan taat aturan.
8. Yang ingin saya ubah dari diri saya untuk kedepannya adalah rasa malas yang
terkadang mengikat saya yang menghalangi produktivitas saya. Hal yang
ingin dicapai oleh saya adalah mendapatkan skill yang berguna untuk bekerja
nanti. Persiapan yang saya lakukan untuk masa depan saya adalah belajar
sebaik mungkin.
9. Untuk optimisme saya tidak terlalu percaya diri karena sadar masih banyak
kekurangan yang ada pada diri saya dan kurangnya evaluasi terhadap diri
sendiri.

5
BAB III

Analisis Refleksi

1. Menurut teori yang digagas oleh Ericson, penulis berada pada tahap kelima
perkembangan manusia yaitu identity achievement vs identity confusion. Pada
tahap ini Ericson mengatakan bahwa manusia sedang mencari ego identity
dengan mengevaluasi diri mereka sendiri tentang peran dia pada umur tersebut
dan bila berhasil nantinya akan membentuk self-image. Biasa pada tahap
perkembangan ini remaja mengalami psycosocial moratorium. Bila manusia
gagal mengalami tahap ini akan mengalami identity confusion. Menurut teori
Marcia, pembentukan identitas terjadi karena manusia melakukan reconstruction
ke-diri-an-nya. Dia melakukan eksplorasi identitas dengan mencoba satu persatu
yang nantinya dia akan memilih satu identitas yang cocok dengan dirinya. Pada
pencarian identitas biasa nya crisis dan commitment terlibat walau tidak
semuanya mengalaminya.
Berdasarkan teori di atas, didapatkan bahwa penulis masih mencari jati diri
dan mengalami crisis tetapi masih mengerti peran dia apa sekarang. Dalam teori
Marcia, penulis ada pada identity moratorium.
2. Dalam buku yang ditulis oleh Papalia tentang emerging adulthood dikatakan
bahwa banyak perubahan yang terjadi pada manusia pada umur tersebut dari
kognitif hingga sosial, seperti muncul cara berfikir postformal yang artinya
berfikir secara objektif meski masih memakai pengalaman subjektif dan intuisi.
Pemikirannya lebih meluas tidak sekedar apakah benar atau salah. Pada
perkembangan fisik, diyakini pada masa ini adalah masa puncaknya atau paling
fit. Terakhir pada perkembangan sosial, pada tahap ini pembentukan hubungan
dekat dengan lawan jenis. Di tahap perkembangan ini manusia membina
hubungan dekat satu sama lain yang nantinya akan berujung pada pernikahan.

6
Berdasarkan teori diatas, didapatkan bahwa penulis dalam aspek kognitif
sudah memenuhi aspek dari emerging adulthood. Sedangkan dalam aspek fisik
dan sosial kurang kurang memenuhi dari kategori sempurna dari emerging
adulthood. Karena banyak aspek-aspek yang belum memenuhi standar emerging
adulthood seperti kurangnya mengembangkan hubungan intimate dengan lawan
jenis.
3. Dalam jurnal Lifespan Cognitive Development pada poin achieving stage dan
responsible stage, dikatakan bahwa pada masa achieving stage manusia
memanfaatkan pengetahuan dari masa lalu untuk masa kini untuk meningkatkan
kemampuan dirinya dan memperoleh kemandirian. Sedangkan responsible stage
adalah penggunaan pikiran untuk memecahkan masalah praktis yang
berhubungan dengan tanggung jawab kepada orang lain, seperti anggota
keluarga, orang sekitar, dan karyawan.
Berdasarkan teori diatas, didapatkan bahwa penulis sudah memenuhi poin
achieving stage dan responsible stage. Hal ini dibuktikan dengan memiliki
kemandirian dan tanggung jawab terhadap orang lain.
4. Dalam buku Santrock, menurut Miller & Cho, (2018); Ogden & Haden,
(2019) remaja membutuhkan berbagai peluang dan dukungan jangka panjang
dari orang dewasa yang amat peduli terhadap mereka untuk mencapai potensi
penuh dalam segala hal.
Berdasarkan teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis mendapat
potensi penuh dari dirinya dibanding mendapat kecemasan dan tekanan karena
lingkungan sekitar seperti keluarga mendukung penuh apa yang penulis lakukan.
5. Psycosocial moratorium adalah ketika remaja berada dalam gap (jarak)
diantara rasa aman masa kanak-kanak dengan kemandirian masa dewasa yang
terjadi akibat proses eksplorasi identitas diri. Berdasarkan teori diatas, penulis
merasakan Psycosocial moratorium. Hal ini dibuktikan dalam refleksi bahwa ia
mengalami gap di antara rasa aman dengan kemandirian.

7
6. Dalam teori yang digagas Erikson, salah satu tugas pada masa perkembangan
dewasa awal adalah membangun hubungan intim atau akrab dengan lawan jenis
dengan penuh kasih sayang. Yang berhasil akan membina hubungan sampai
menikah dan jika gagal akan terjadi yang namanya “isolation”. Lalu dalam
intimate relationship ada singlehood di mana individu menjadi lajang dan pilihan
sadar oleh dirinya, bukan karena tidak laku ataupun alasan lainnya. Dalam
singlehood selalu diasosiasikan dengan peluang untuk pengembangan diri lebih
luas dibanding dengan yang membangun hubungan intim.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa penulis memilih jalan
singehood dibanding hubungan intimacy. Tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa nantinya penulis akan mengalami isolation.

7. Dalam jurnal Career development theory, terdapat teori Donald Super’s Model of
Career Development yang isinya empat tahap seseorang dalam berkarir.
a. Growth Stage, tahap di mana seseorang mendalami dan mempertajam
kemampuan yang dimilikinya.
b. Exploratory Stage, tahap di mana seseorang memutuskan karir apa yang
akan dipilih kedepannya.
c. Establisment Stage, tahap awalan manusia menjalani karir yang dimilikinya.
d. Maintenance Stage, tahap ketika manusia mempertahankan karir yang akan
berakhir saat pensiun dan belajar untuk membuat keterampilan baru.

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa penulis dalam worklife ada
pada tahap Growth Stage dimana penulis masih mengembangkan skill yang ada
pada dirinya untuk karir pada masa depan.
8. Weinstein (1980) berpendapat bahwa optimism masa depan terkait dengan
masalah Kesehatan, pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan lainnya. Lalu
menurut Minchiton (1993) faktor-faktor yang bisa mempengaruhi optimisme
masa depan adalah self-esteem. Self-esteem adalah penilaian yang dilakukan

8
kepada diri sendiri tentang seberapa besar harga diri kira sebagai manusia
berdasarkan kemampuan dia untuk menerima diri sendiri dan perilakunya.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa alasan penulis kurang
optimis terhadap masa depannya karena kurangnya self-esteem terhadap dirinya
sendiri.
Daftar Pustaka
Santrock, J. W. (2019). Life-span development, 7th ed. Life-span development, 7th ed.
(pp. xxviii, 652–xxviii, 652). McGraw-Hill Higher Education.

Papalia, D. E., Feldman, R. D., & Olds, S. W. (2009). Human development. McGraw-
Hill.

Craik, F. I., & Salthouse, T. A. (2011). Lifespan Cognitive Development: The Roles
of Representation and Control: Fergus IM Craik and Ellen Bialystok. In The
handbook of aging and cognition (pp. 563-607). Psychology Press.

Gold, J. M., & Rogers, J. D. (1995). Intimacy and isolation: A validation study of
Erikson's theory. Journal of Humanistic Psychology, 35(1), 78-86.

Schultz, Duane. 1986. Theories of Personality. California : Brooks/Cole Publishing


Company
Super, D. E., & Jordaan, J. P. (1973). Career development theory. British Journal of
Guidance and Counselling, 1(1), 3-16.
Shofia, F. (2009). Optimisme masa depan narapidana (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai