ACADEMIC BURNOUT
DOSEN PENGAMPU:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis. Shalawat beriringan salam untuk Rasulullah SAW
yang telah membuka jalan bagi kita semua untuk mendalami ilmu pengetahuan,
sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan akhir Konstruksi Alat Ukur
Psikologi dengan judul “Academic Burnout”
Adapun tujuan dari penulisan laporan akhir Konstruksi Alat Ukur Psikologi
ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas semester 4 mata kuliah Konstruksi Alat
Ukur Psikologi di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan akhir Konstruksi Alat Ukur Psikologi ini,
terutama kepada Bapak Dr. Rozi Sastra Purna, M.Psi., Psikolog, Ibu Nelia Afriyeni,
S.Psi. M.A dan Ibu Siska Oktari, M.Psi, Psikolog selaku dosen pengampu mata
kuliah Konstruksi Alat Ukur Psikologi, serta kepada anggota kelompok 4
Konstruksi Alat Ukur Psikologi B yang telah mengerahkan seluruh semangatnya
dan waktunya untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca
agar laporan konstruksi alat ukur psikologi ini dapat lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................4
1.4 Manfaat......................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
LANDASAN TEORI...............................................................................................5
2.1.1. Definisi...............................................................................................5
2.1.2. Dimensi..............................................................................................6
2.1.3. Indikator.............................................................................................6
BAB III....................................................................................................................9
METODE PENELITIAN.........................................................................................9
ii
3.2.1. Operasionalisasi Teori ke dalam Item..............................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
v
dalam hasil penelitiannya bahwa mahasiswa tahun pertama akan rentan
mengalami stres karena mereka berada pada masa transisi dari sekolah menengah
atas atau sederajat ke perguruan tinggi. Bagi mereka yang menempuh pendidikan
di luar kota, mereka juga cenderung mengalami masalah sosial seperti, kesulitan
menyesuaikan diri pada lingkungan barunya, mereka juga kehilangan beberapa
dukungan sosial yang mereka dapat pada masa sebelumnya sehingga berpengaruh
terhadap kesuksesan akademik mereka. Terkadang akibat dari Academic Burnout
yang dialami oleh mahasiswa akan menyebabkan seseorang menjadi Drop Out
dari kampus karena merasa tidak sanggup untuk menjalani kegiatan yang ada.
Academic burnout umumnya dianggap sebagai penyebab utama dari berbagai
perilaku, yaitu keengganan untuk menyelesaikan tugas tugas yang diberikan
selama perkuliahan, kemungkinan juga akan mempengaruhi hubungan antara
dosen dan mahasiswa, selain itu keputusasaan yang berasal dari peraturan
perkuliahan yang telah ditetapkan akan membuat seseorang melakukan hal-hal
yang tidak sesuai. (Rad et al., 2017). Banyaknya faktor-faktor yang berpotensi
menimbulkan academic burnout pada mahasiswa, dapat menjadi hambatan bagi
mahasiswa dalam menjalankan perkuliahannya. (Arlinkasari & Akmal, 2017).
Leiter & Maslach (2000) mengatakan bahwa terdapat enam faktor yang
berpengaruh dalam muncul tidaknya burnout yaitu workload, control, reward,
community, value dan fairness. Dalam konteks perkuliahan workload dapat
berupa mengerjakan banyak tugas-tugas perkuliahan seperti menyusun makalah,
memahami jurnal, melakukan presentasi, dan mempersiapkan diri untuk ujian
dalam waktu yang singkat. Control seperti kesulitan dalam mengambil keputusan
terkait tugas-tugas perkuliahannya akibat pengaruh teman yang lebih dominan,
dosen, ataupun peraturan-peraturan kampus. Reward misalnya mahasiswa tidak
mendapat apresisasi dari dosen, teman seperkuliahan, ataupun orang tua atas
pencapaian akademik yang ia dapatkan. Community misalnya mahasiswa tidak
memiliki hubungan baik dengan teman-teman sekelas ataupun dosen sehingga
mereka merasa kurang nyaman menjalankan perkuliahannya. Value dapat berupa
ketidaksesuaian nilai-nilai yang mahasiswa anut dengan tuntutan perkuliahan.
vi
Fairness dapat terlihat ketika mahasiswa merasa diperlakukan secara tidak adil
oleh pihak-pihak kampus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rad et al., (2017) di China
terdapat 86,6% mahasiswa mengalami stres akademik parah hingga menyebabkan
academic burnout, sementara di Iran, mahasiswa kedokteran yang mengalami
academic burnout sebanyak 76,8% dan stres berat sebanyak 71,7% yang
disebabkan karena kekhawatiran tentang masa depan, khawatir melukai pasien,
ketidakmampuan dalam melakukan teknis medis dan harapan yang tinggi dari
keluarga. Di Eropa, sebanyak 1.702 mahasiswa keperawatan mengalami
academic burnout, dimana mahasiswa merasa kurang mampu dalam mengerjakan
tugas mahasiswa dan memiliki kecenderungan untuk berhenti kuliah. Mahasiswa
Ilmu Manajerial di Serbia yang mengalami academic burnout sebanyak 54,4%.
Pada tahun 2009 data academic burnout yang terkait dengan studi di kalangan
mahasiswa Finlandia yang dikumpulkan melalui survei Nasional dari 9 universitas
di Finlandia, ditemukan bahwa 45% dari semua responden memiliki risiko
mengalami peningkatan academic burnout, sementara sebanyak 19% responden
lainnya memiliki risiko yang jelas untuk mengalami peningkatan academic
burnout. (Orpina & Prahara, 2019).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat alat ukur tentang
Academic Burnout yang terjadi pada mahasiswa aktif Psikologi Universitas
Andalas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana bentuk gambaran
tingkat Academic Burnout pada Mahasiswa Psikologi Universitas Andalas.
vii
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan alat ukur ini adalah untuk mengetahui gambaran
tingkat academic burnout yang dialami oleh mahasiswa aktif Psikologi
Universitas Andalas dan untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas dari
alat ukur yang telah dibuat.
1.4 Manfaat
viii
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1. Definisi
Academic Burnout didefinisikan sebagai stress, beban atau faktor
psikologis lainnya karena proses pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa
sehingga menunjukkan keadaan kelelahan emosional, kecendrungan untuk
depersonalisasi, dan perasaan prestasi pribadi yang rendah (Yang (2004) dalam
Orpina & Prahara 2019). Sedangkan menurut Schaufelli dkk (2002) dalam
(Arlinkasari & Akmal, 2017) academic burnout adalah perasaan lelah karena
tuntutan studi, sikap sinis terhadap tugas-tugas perkuliahan, dan perasaan tidak
kompeten sebagai mahasiswa. Academic burnout dapat menyebabkan tingkat
absensi yang tinggi, motivasi yang rendah untuk melakukan hal-hal terkait
perkuliahan, selain itu, dapat mengakibatkan persentase drop out yang tinggi
dan memiliki efek negatif pada prestasi akademik (Yang, 2004) dalam (Cazan
& Năstasă, 2015). Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Behrouzi, Shahni Yeylagh, & Pourseyed (2013) yang mengatakan bahwa
academic burnout adalah perasaan lelah yang disebabkan oleh tuntutan dan
persyaratan pendidikan (kelelahan), menjadi pesimistis dan tidak mau
melakukan tugas (kurang minat), dan perasaan tidak kompeten sebagai
mahasiswa (efisiensi rendah) (Jenaabadi et al., 2017).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa academic burnout
adalah suatu kondisi dimana mahasiswa mengalami kelelahan baik secara fisik
maupun psikologis dalam menjalani proses akademik yang disebabkan oleh
tuntutan tugas dan persyaratan pendidikan yang terlalu banyak, sehingga dapat
menyebabkan sikap sinis dan berdampak pada penurunan prestasi akademik.
5
2.1.2. Dimensi
Menurut Yang (2004) dalam Orpina & Prahara (2019) academic burnout
terbagi menjadi 3 dimensi, yaitu:
1. kelelahan emosional
Perasaan lelah yang disebabkan oleh tuntutan emosional dan psikologis yang
berlebih dan biasanya berdampingan dengan perasaan frustasi dan ketegangan.
2. Sinisme
Sikap sinisme mengacu kepada ketidakpekaan atau sikap acuh tak acuh terhadap
pekerjaan yang sedang dihadapi. Selain itu, sinisme juga dapat didefinisikan
sebagai sikap apatis atau ketidak pedulian mahasiswa terhadap pekerjaan kuliah,
tugas, dan tanggung jawab.
3. Berkurangnya keinginan untuk berprestasi
Berkuurangnya keinginan untuk berprestasi terjadi ketika seseorang menampilkan
kecenderungan untuk mengevaluasi diri sendiri secara negatif, penurunan
kompetensi kerja, dan peningkatan perasaan inefficacy.
2.1.3. Indikator
Berdasarkan penjelasan tentang dimensi menurut Yang (2004), didapatkan
indikator dari masing-masing dimensi, yaitu:
1. Kelelahan Emosional
- Keputusasaan
- Merasa Cemas
2. Sinisme
- Tidak Memperdulikan Kegiatan Perkuliahan
3. Berkurangnya Keinginan untuk Berprestasi
- Sikap Pasif didalam Kelas
- Penurunan Kompetensi dalam Belajar
6
2.1.4. Dampak dan faktor dari academic burnout
Cordes (dalam Law, 2007) menyatakan bahwa burnout pada individu
berhubungan dengan kemunduran hubungan interpersonal, dan pengembangan
perilaku negatif yang dapat merusak individu yang bersangkutan. Mahasiswa
yang mengalami burnout akan melewatkan kelas (ketidakhadiran), tidak
mengerjakan tugas dengan baik, dan mendapat hasil ujian yang buruk hingga
akhirnya berpotensi untuk dikeluarkan dari perguruan tinggi (Arlinkasari &
Akmal, 2017).
Masalah-masalah yang dialami oleh seseorang dalam kehidupan akademik
dapat menjadi salah satu faktor seseorang dapat mengalami academic burnout.
Leiter & Maslach (2000) mengatakan bahwa ada 6 faktor yang dapat
mempengaruhi munculnya burnout yaitu workload, control, reward, community,
value dan fairness. (Arlinkasari & Akmal, 2017).
1. Workload
workload yaitu mengerjakan tugas perkuliahan yang banyak.
Seperti menyusun makalah, memahami jurnal, melakukan presentasi,
dan mempersiapkan diri untuk ujian dalam waktu yang singkat.
2. Control
Control berkaitan tentang kontrol diri seseorang terkait dengan
proses pengambilan keputusan dan lainnya. Seperti kesulitan dalam
mengambil keputusan terkait tugas-tugas perkuliahannya akibat
pengaruh teman yang lebih dominan, dosen, ataupun peraturan-
peraturan kampus.
3. Reward
Reward yaitu penghargaan atas sesuatu yang telah dicapai.
Tetapi mahasiswa tersebut tidak mendapatkan apresiasi ataupun
penghargaan dari dosen, teman seperkuliahan, ataupun orang tua
sehingga hal ini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya academic
burnout.
4. Community
7
Mahasiswa tidak mempunyai hubungan yang baik dengan
teman-temannya di kampus sehingga ia akan merasa tidak nyaman
dengan lingkungan tersebut yang akan berdampak pada proses
akademiknya.
5. Value
Value dapat berupa ketidaksesuaian nilai-nilai yang mahasiswa anut
dengan tuntutan perkuliahan.
6. Fairness
Fairness dapat terlihat ketika mahasiswa merasa diperlakukan
secara tidak adil oleh pihak-pihak kampus.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
5. Melakukan seleksi terhadap item untuk menentukan item yang layak
untuk dipakai
b. Definisi Operasional
Academic burnout merupakan keadaan stres beban atau faktor psikologis
lainnya karena proses pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa aktif Psikologi
Unand angkatan 2017, 2018, 2019 sehingga menunjukkan keadaan kelelahan
emosional, kecenderungan untuk dipersonalisasi dan perasaan prestasi yang
rendah.
10
3.3. Blue Print Alat Ukur Academic Burnout
Tabel 3.1
Blue Print Alat Ukur Academic Burnout
12
berikan
13
21. Saya takut mengecewakan orang tua
saya
14
29. Saya berusaha bersikap positif pada diri
saya
2. Sinisme 1. Tidak memperdulikan 30. Saya sering tidak mengerjakan tugas
Mengacu pada kegiatan perkuliahan yang diberikan oleh dosen
ketidakpekaan atau
31. Saya selalu menunda-nunda waktu saat
sikap sinis terhadap
mengerjakan tugas
pekerjaan yang sedang
dihadapi. Sinisme juga 32. Saya tidak ikut berkontribusi dalam
sebagai sikap apatis 33. Saya sering absen dalam mata kuliah
atau ketidakpedulian yang tidak saya senangi
mahasiswa terhdap
34. Saya sering terlambat datang ke kampus
pekerjaan kuliah, tugas
dan tanggung jawab. 35. Saya merasa pelajaran di kampus tidak
ada gunanya
15
38. Saya malas menyelesaikan tugas yang
diberikan dosen
16
3. Berkurangnya 1. Sikap pasif di dalam 46. Saya selalu diam disaat teman-teman
keinginan untuk kelas saya aktif berdiskusi di kelas
berprestasi
47. Saya enggan untuk tunjuk tangan ketika
Terjadi ketika
dosen memberikan pertanyaan
seseorang
menampilkan 48. Saya tidak mengikuti satupun kegiatan
17
memberikan pertanyaan
18
yang serba bisa
Total 62
19
3.4. Pemilihan Metode Penskalaan
Metode penskalaan yang digunakan dalam skala academic burnout ini
adalah skala Likert yang diberikan kepada mahasiswa aktif Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Skala Likert adalah skala
pengukuran yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Skala ini merupakan skala
yang sederhana. Intinya terhadap setiap pertanyaan atau item dalam rangka
mengukur atribut psikologi tertentu subjek diminta menyatakan kesetujuan-
ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum yang terdiri atas 5 respon: “sangat
setuju” (strongly agree), “setuju” (agree), “tidak tahu” (undecided), “tidak setuju”
(disagree), dan “sangat tidak setuju” (strongly disagree).
Dalam metode penskalaan Likert, isi pernyataan dibedakan menjadi 2
kategori: (1) pernyataan favorable, yaitu “statements was endorsement indicate a
positive or favorable attitude toward the object of interest” maksudnya pernyatan-
pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan menunjukkan sikap positif atau
menyukai objek yang menjadi sasaran perhatian, dan (2) pernyataan unfavorable,
yaitu “statements was endorsement indicate a negative or unfavorable attitude
toward the object” maksudnya pernyataan-pernyataan yang bila disetujui atau
diiyakan mencerminkan sikap negatif atau tidak menyukai objek yang menjadi
pusat perhatian (Anderson dalam Supratiknya, 2014). Jika isi pernyataan bersifat
favorable, maka masing-masing respon “sangat setuju” sampai dengan “sangat
tidak setuju” diberi skor berturut-turut 5, 4, 3, 2 dan 1. sebaliknya, jika isi
pernyataan bersifat unfavorable maka masing-masing respon mulai “sangat
setuju” sampai “sangat tidak setuju” diber skor 1, 2, 3, 4 dan 5. Skor total subjek
adalah jumlah skor setiap perntaan atau item. Karena jawaban subjek terhadap
setiap pernyataan atau item pada dasarnya merupakan rating atau penilaian dan
penilaian tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan pengukuran tentang
sikap subjek terhdap objek psikologis atau tentang taraf kepemilikan subjek atas
atribut psikologis tertentu, maka seorang pakar psikometri lain menyebut metode
penskalaan Likert ini method of summated ratings atau metode penilaian
terjumlahkan.
20
3.5. Administrasi Tes
Skala academic burnout ini dilakukan secara kolektif kepada 90 subjek. Tes ini
membutuhkan waktu 30 menit dalam pengerjaannya.
1. Peneliti memperkenalkan diri kepada subjek dan memberitahukan maksud dan
tujuan diadakannya tes.
2. Peneliti menjelaskan instruuksi saat akan melakukan tes.
3. Peneliti membagikan booklet yang berisi tes kepada setiap subjek.
4. Sebelum memulai pengerjaan tes, subjek diminta terlebih dahulu untuk
mengisi inform consent yang disediakan, subjek juga diberikan waktu
untuk keluar ruangan sebelum pengerjaan tes dimulai, karena selama
pengerjaan tes subjek tidak diizinkan untuk keluar ruangan.
5. Pelaksanaan tes dilakukan dalam waktu bersamaaan.
6. Kemudian subjek diminta untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan pada
item, sekaligus memberi kesempatan pada subjek untuk bertanya jika ada yang
belum dipahami.
7. Peneliti akan mengingatkan lagi durasi pengerjaan tes yaitu selama 30 menit
tanpa waktu tambahan.
8. Saat waktu pengerjaan telah dinyatakan habis, lembar item kemudian
dikumpulkan kepada peneliti. Selanjutnya subjek dipersilahkan untuk
meninggalkan ruangan.
21
Ada dua ciri penting yang melekat pada kategori typical performance test.
Pertama, diasumsikan bahwa setiap orang berlainan dari segi kualitas mana yang
dominan atau menonjol dan meberikan ciri unik pada cara bertingkah lakunya.
Kedua, typical performance test tidak dikenal jawaban salah (atau benar)
(Supratiknya, 2014). Sesuai dengan alat ukur ini yang bertujuan mengukur salah
satu atribut psikologis dalam diri individu. Atribut psikologis yang digunakan
dalam alat ukur ini yaitu academic burnout. Dimana, alat ukur ini akan mengukur
kecenderungan setiap individu dalam ruang lingkup mahasiswa aktif Program
Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Unversitas Andalas terkait tingkat academic
burnout yang dimilikinya.
22
tersebut peneliti kemudian melakukan uji coba pendahuluan kepada 20
subjek mahasiswa aktif Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Dari 20 subjek tersebut, diminta untuk membaca item-
item yang ada dan dipersilahkan untuk mengkritisi atau memberikan
komentar dan saran mengenai item-item yang ada. Kritik yang diberikan
tersebut dapat mengenai tingkat kesukaran, petunjuk pengerjaan dan hal lain
yang masih belum dipahami.
23
essay (Crocker dan Algina dalam Supratiknya, 2014). jika isi penyataan
bersifat favorable, maka masing masing respon diberi skor berturut turut 5,
4, 3, 2, dan 1. Sebaliknya jika isi pernyataan bersifat unfavorable , maka
masing-masing diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Perhitungan alpha cronbach
dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20. alat ukur ini dapat dikatakan telah
reliable apabila nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh ≥ 0,7 (Supratiknya,
2014).
24
Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil
pengukuran yang sesuai dengan definisinya. Definisi variabel harus jelas
agar penilaian validitas konstruk mudah dilakukan. Definisi tersebut
diturunkan dari teori. Jika definisi telah berlandaskan teori yang tepat, dan
pertanyaan atau pernyataan item soal telah sesuai, maka instrumen
dinyatakan valid secara validitas konstruk (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012
dalam Yusup, 2018). Pengujian ini dilakukan menggunakan product moment
dengan bantuan SPSS 20, dimana item dikatakan valid jika nilai rhitung >
rtabel atau nilai signifikan dari item lebih besar dari 0,05.
25
DAFTAR PUSTAKA
TIM PENYUSUN:
Kelompok 4B
DOSEN PENGAMPU:
KATA PENGANTAR
Dengan Hormat
Kami mahasiswa/i Program Studi Psikologi Universitas Andalas
bermaksud untuk mengajukan tes kepada Saudara/i selaku mahasiswa/i Program
Studi Psikologi Universitas Andalas. Kelompok kami beranggotakan:
Aulina Ramadhani 1810321010
Ayana Mey Surya 1810321025
Aditya Amanda 1810322015
Salsabilla Syaifa 1810322028
Belinnaya Rachmitha P 1810323016
Alat ukur ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konstruksi Alat
Ukur Psikologi. Pengerjaan tes ini tidak akan berpengaruh pada nilai akademik
Saudara/i. Oleh karena itu, kami memohon kesediaan Saudara/i meluangkan
waktunya untuk mengerjakan tes ini dan menjawab pertanyaan yang dianggap
paling tepat.
Atas perhatian Saudara/i, kami ucapkan terima kasih.
Tertanda,
Tim Penyusun
INFORMED CONSENT
Nama / Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin :
(..............................)
PETUNJUK PENGERJAAN
Jika terdapat kesalahan saat pengisian jawaban dan Anda ingin mengganti
jawaban tersebut, silahkan berikan garis melintang pada jawaban yang salah, lalu
kembali mengisi dengan jawaban yang benar.
Contoh pengerjaan :