Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Reni Nuryani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J.

Disusun oleh:

Alfina Clarisya Gunawan

NIM 2001829

3A D3 Keperawatan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMDA SUMEDANG

Jl. Margamukti N0.93 Licin Cimalaka Sumedang


1. KASUS
Defisit Perawatan Diri
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kelainan pada
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri.
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan,
bau mulut, dan penampilan yang tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,makan, berpakaian,
berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecilsendiri (Keliat B. A, dkk, 2011)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalamikelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatandiri secara mandiri seperti
mandi (kebersihan), pakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting)
b. Rentang Respon

Adaftif Maladaftif

Pola Perawatan Diri Seimbang Kadang Perawatan Diri Tidak Seimbang Tidakmelakukan perawatan diri

1. Pola perawatan diri seimbang : saat kklien mendapatkan stressor dan mampu melakukan
untuk berpeilaku adaftif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stressor kadang kadang klien
tidak memperhatikan perawatan dirinya
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dai tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor
c. Factor Predisposisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri adalah, perkembangan.
Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi dan memanjakan klien dapat
menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya
adalah faktor biologis, beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri. faktor selanjutnya adalah kemampuan realitas yang
menurun. Klien dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga
menyebabkan ketidakpedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri.
Selanjutnya adalah faktor sosial, kurangnya dukungan serta latihan kemampuan dari
lingkungannya.
d. Factor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau penurunan
motivasi, kerusakan kognisi, atau persepsi,cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes
tahun 2000 faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah body image, praktik sosial,
status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik
e. Jenis-Jenis Perawatan Diri
Menurut Nanda ada jenis perawatan diri terdiri dari
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi2beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri
f. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan Gelaja Mayor
Subjektif : a. Menolak melalukan perawatan diri
b. Menyampaikan ketidakinginan muntuk melakukan perawatan diri
c. Mengatakan tidak tahu tentang perawatan diri
Objektif : a. Kulit, rambut, gigi dan kuku kotor
b. Pakaian kotor, tidak rapi dan tidak tepat
c. Makan dan minum tidak beraturan
d. Eliminasi tidak pada tempatnya
e. Lingkungan tempat tinggal tidak rapi dan kotor
2. Tanda dan Gejala Minor
Subjektif : a. –
Objektif : a. Ketidakmampuan menyiapkan perlengkapan mandi
b. Ketidakmampuan melepas dan mengenakan pakaian
c. Ketidakmampyan mengambil makanan dan minum sendiri
d. Ketidakmampuan menggunakan toilet

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIPERLUKAN

DS :

- Klien mengatakan malas untuk merawat dirinya karena menurutnya mandi ataupun tidak
mandi tetap tidak akan yang memperhatikannya.
- Klien hanya mengganti baju jika merasa ingin, jika tidak maka pakaiannya akan terus ia
pakai.
- Klien mengatakan tidak pernah mencuci tangan saat makan dan ketika selesai makan klien
hanya melap di pakaiannya saja,
- Klien mengatakan jika BAB/BAK hanya menyiramnya begitu saja.

DO :

- Klien tampak kotor dan sangat bau.


- Klien sering memakai pakaian yang sama tiap harinya dan berbau
- Kuku klien tampak sangat kotor dan panjang
- Mulut klien tampak kotor dan giginya kuning

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Deficit Perawatan Diri


5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCENAAN
TG
KEPERAWATA KRITERIA
L TUJUAN INTERVENSI
N EVALUASI
Difisit Perawatan TUM : Setelah … interaksi, 1. Bina hubungan
Diri : Merawat Klien dapat klien menunjukan saling percaya
Kebersihan Diri melakuakn tanda-tanda percaya dengan :
perawatan pada perawat : - Beri salam
diri secara 1. Wajah cerah setiap
mandiri tersenyum berinteraksi
2. Mau berkenalan - Perkenalkan
TUK 1 : 3. Ada kontak nama. Nama
Klien dapat mata panggilan,
membina 4. Bersedia perawat dan
hubungan mencertiakan tujuan perawat
saling perasaan berinteraksi
percaya 5. Bersedia - Tanyakan ada
mengungkapka panggilan
n masalahnya kesukaan klien\
- Tunjukan sikap
empati, jujur,
dam menepati
janji setiap kali
berinterkasi
- Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
- Buat kontrak
interaksi yang
jelas
- Dengarkan
dengan empati
- Penuhi
kebutuhan dasar
klien
TUK 2 : Dalam …x interaksi 2. Diskusikan
klien menyebutkan : dengan klien :
Klien 1. Penyebab tidak - Penyeban klien
mengetahui merawat diri tidak merawat
pentingnya 2. Manfaat diri
perawatan menjaga - Manfaaf
diri perawatan diri menjaga
3. Tanda-tanda perawatan diri
bersih dan rapi untuk keadaan
4. Gangguan yang fisik, mental
dialami jika dan social
perawatan diri - Tanda-tanda
tidak perawatan diri
diperhatikan yang baik
- Penyakit atau
gangguan
kesehatan yang
bisa dalami olhe
klien bila
perawatan diri
tidak adekuat
TUK 3 : Dalam …x interaksi 3. Diskusikan
Klien klien menyebutkan frekuensi
mengetahui frekuensi menjaga menjaga
cara-cara perawatan diri : perawatan diri
melakukan 1. Frekuensi selama ini
perawatan mandi seperti
diri 2. Frekuensi sikat - Mandi
gigi - Gosk gigi
3. Frekuensi - Keramas
keramas - Berpakain
4. Frekuensi - Berhias
berhias - Gunting kuku
5. Frekuesnsi 3.1 Diskusikan cara
gunting kuku praktek
Dalam …x interaksi keperawatan
klien menjalaskan cara diri yang baik
perawatan diri : dan benar
1. Cara mandi seperti :
2. Cara gososk - Mandi
gigi - Gosok gigi
3. Cara keramsa - Keramsa
4. Cara - Berpakaian
berpakaian - Berhiasa
5. Cara berhias - Gunting kuku
6. Cara gunting 3.2 Berikan pujian
kuku untuk setiap
respon klien
yang positif
TUK 4 : Dalam …x interaksi 4.1 Bantu klien saat
Klien dapat klien memperaktekan perawatan diri :
melaksanaka perawatan diri dengan - Mandi
n perawatan dibantuk oleh perawat : - Gosok gigi
diri dengan - Mandi - Berhias
bantuan - Gosok gigi - Keramsa
perawat - Berhias - Berpakaian
- Keramsa - Berhias
- Berpakaian - Gunting kuku
- Berhias 4.2 Beri pujian
- Gunting kuku setelah klien selesai
melaksanakan
perawatan diri
TUK 5 : Dalam … x interaksi 5.1 pantau klien
Klien dapat klien melaksanakan dalam
melaksanaka perawatan diri secara melaksanaka
n perawatan mandiri : n perawatan
secara - Mandi 2x sehari diri :
mandiri - Gosok gigi - Mandi
sehabis makan - Gosok gigi
- Keramas 2x - Berhias
seminggu - Keramsa
- Ganti pakaian - Berpakaian
1x sehari - Berhias
- Berhias sehabis - Gunting kuku
mandi 5.2 Beri pujian
- Gunting kuku saat klien
setelah mulai selesai
panjang melaksanaka
n perawatan
diri secara
mandiri.
TUK 6 Dalam …x keluarga 6.1 diskusikan
Kklien menjelaskan cara-cara dengan
mendapatkan membantu klien dalam keluarga :
dukungan memenuhi kebutuhan - penyebab klien
keluarga perawatan dirinya tidak
untuk melaksanakan
meningkatka Dalam …x interaksi perawatan diri
n perawatan keluarga menyiapkan - Tindakan yang
diri sarana perawatan diri telah dilakukan
klien : sabun mandi, klien selama di
pasta gigi, sikat gigi. rumah sakit
Sampo, handuk, sandal dalam menjaga
dan alat berhias perawatan diri
dan kemajuan
keluarga yang telah
memperaktikan diri dialami olej
kepada klien. klien
- Dukungan yang
bisa diberikan
oleh keluarga
adalah untuk
meningkatkan
kemampuan
klien dalam
perawatan diri
6.2 Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
- Sarana yang
diperlykan
untuk menjaga
perawayan diri
klien
- Anjurkan
kepada keluarga
menyiapkan
sarana tersebut
6.3 disukusikan
dengan
kelaurga hal-
hal yang perlu
dilakukan
keluarga
dalam
perawatan diri
- anjurkan
keluarga untuk
memperaktekan
perawatan diri (
mandis, gosok
gugu, ganti
baju, berhias
dan gunting
kuku)
- ingatkan klien
waktu mandi,
gososk gigi,
keramas, ganti
baju, berhias
dan gunting
kuku
- bantu jika klien
mengalami
hambtan dalam
perawatan diri
- berikan pujian
atas
keberhasilan
klien.
REFERENSI

Keliat, B. A.,dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Yogyakarta :EGC

Mukhripah dan Iskandar (2012) Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Pt Refika Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Reni Nuryani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J.

Disusun oleh:

Alfina Clarisya Gunawan

NIM 2001829

3A D3 Keperawatan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMDA SUMEDANG

Jl. Margamukti N0.93 Licin Cimalaka Sumedang


1. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial (ISOS)
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009)
b. Rentang respon

Adaftif Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Bekerjasama Tergantung Narisme

Saling tergantung

c. Factor Predisposisi
a. Factor Perkembangan
- Tidak terpenuhinya tugas dalam masa perkembanngan
- Kurang stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan
b. Faktor Biologis
- Genetik
- Kelainan struktur otak
- Perubahan system limbik
c. Factor Sosial Budata
- Diasingkan keluarga dan lingkungan
d. Faktor Komunikasi dalam Keluarga
- Kurangnya komuniaksi dalam keluarga
- Selalu diasingkan
d. Factor Presifitasi
a. Stressor Sosial Budaya

- Stressor social budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina


hubungan dengan orang lain spt anggota kleuarga yg tidak produktif diasingkan oleh
orang lain.
b. Stressor Psikologis

- Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunya kemampuan individu


untuk berhubungan dengan orang lain
e. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif : a. Ingin sendiri
b.Merasa tidak nyaman di tempat umum
c. Merasa berbeda dengan orang lain
Objektif : a. Menarik diri
b. Menolak melakukan interaksi
c. Afek datar
d. Afek sedih
e. Afek tumpul
f. Tidak ada kontak mata
g. Tidak bergairah atau lesu

2. Tanda dan Gejala Minor


Subjektif : a. Menolak interaksi dengan orang lain
b. Merasa sendirian
c. Merasa tidak diterima
d. Tidak mempunyai sahabat
Objektid : a. Menunjukan permusuhan
b. Tindakan berulang
c. Tindakan tidak berarti
3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU
DS :
- Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
- Klien mengatakan orang-orangjahat dengan dirinya. 3).
- Klien merasa orang tidak selevel.
DO :
- Klien tampak menyendiri.
- Klien tampak megurung diri.
- Klien tidak mau berbicara dengan orang lain.
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial
2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TG DIAGNOSA PERENCANAAN
L KEPERAWATA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
N EVALUASI
Isolasi Sosial TUM: Klien Setelah … x 1. Bina hubungan saling
dapat interaksi, Klien percaya dengan
berinteraksi menunjukan tanda- mengemukakan prinsip
dengan tanda percaya kepada komunikasi terapeutik :
orang lain. perawat: a. Mengucapkan
salam terapeutik.
a. Ekspresi
Sapa Klien dengan
wajah cerah,
TUK 1: ramah, baik verbal
tersenyum
ataupun non
Klien dapat b. Mau
verbal.
berkenalan
membina b. Berjabat tangan
c. Ada kontak
dengan Klien.
hubungan mata
c. Perkenalkan diri
d. Bersedia
saling dengan sopan.
menceritaka
d. Tanyakan nama
percaya n perasaan
lengkap Klien dan
e. Bersedia
nama pangglian
mengungkap
yang disukai
kan masalah
Klien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat kontak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu Klien.
g. Tunjukan sikap
empati dan
menerima Klien
apa adanya.
h. Beri perhatian
kepada Klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
Klien.
TUK 2 : Kriteria evaluasi : 2. 1 Tanyakn pada klien
Klien a. Klien dapat tentang :
mampu menyebutkan a. Orang yang
menyebutka minimal satu tinggal serumah
n penyebab penyebab atau sekamar
isolasi sosial isolasi sosial. dengan Klien.
b. Penyebab b. Orang yang paling
munculnya dekat dengan
isolasi sosial: Klien dirumah
diri sendiri, atau ruang
orang perawatan.
lain,dan c. Hal apa yang
lingkungan membuat Klien
dekat dengan
orang tersebut.
d. Orang yang tidak
dekat dengan
Klien, baik
dirumah atau di
ruang perawatan.
e. Apa yang
membuat Klien
tidak dekat dengan
orang tersebut.
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar
dekat dengan
orang lain.
2.2 . Diskusikan dengan
Klien penyebab isolasi
sosial atau tidak mau
bergaul dengan orang lain
2.3. Beri pujian terhadap
kemampuan Klien dalam
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 tanyakan kepada Klien
Klien 1. Klien dapat tentang:
mampu menyebutkan a. Manfaat
menyebutka keuntungan dalam hubungan sosial
n berhubugan sosial b. Kerugian isolasi
keuntungan seperti: social
berhubungan a. Banyak 3.2 Diskusikan bersama
sosial dan teman Klien tentang manfaat
kerugian dari b. Tidak berhubungan sosial dan
isolasi sosial kesepian kerugian isolasi sosial 3.3.
c. Bisa diskusi Beri Pujian terhadap
d. Saling kemampuan Klien dalam
menolong mengungkapkan
2. Klien dapat perasaannya.
menyebutkan
kerugian menarik
diri, seperti:
a. sendiri
b. kesepian
c. tidak bisa
diskusi
TUK 4: Kriteria evaluasi : 4.1 Observasi perilaku
Klien dapat a. Klien dapat Klien ketika
melaksanaka melaksanaka berhubungan sosial
n hubungan n hubungan 4.2 Jelaskan kepada Klien
sosial secara sosial secara cara berinteraksi
bertahap. bertahap dengan orang lain
dengan: 4.3 Berikan contoh cara
Perawaat, berbicara dengan
perawat lain, orang lain
Klien lain, 4.4 Beri kesempatan
keluarga dan kepada Klien
kelompok mempraktikan cara
berinteraksi dengan
orang yang dilakukan
di hadapan perawat
4.5 Bantu Klien
berinteraksi dengan
salah satu orang,
teman atau anggota
keluarga
4.6 Bila Klien sudah
menunjukan
kemajuan, tingkatkan
jumlah interaksi
dengan dua, tiga,
empat orang dan
seterusnya
4.7 Beri pujian untuk
setiap kemajuaan
interaksi yang telah
dilakukan
4.8 Latih Klien bercakap-
cakap dengan anggota
keluarga saat
melakukan kegiatan
harian dan kegiatan
rumah tangga
4.9 Latih Klien bercakap-
cakap saaat
melakukan kegiatan
sosial misalnya:
belanja ke warung, ke
Klien merasa lebih
berguna dan rasa
percaya diri Klien
dapat tumbuh
kembali. 28 pasar, ke k
pasar, ke kantor pos,
ke bank, dan lain-lain.
4.10 Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
Klien setelah
berinteraksi dengan
orang lain. mungkin
Klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalan beri
dorongan terus-
menerus agar Klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan
dengan Klien
Klien a. Klien dapat tentang
mampu menjelaskan perasaannya
menjelaskan perasaannya setelah
perasaannya setelah berhubungan
setelah berhubngan sosial dengan:
berhubugan sosial Orang lain dan
sosial dengan: kelompok.
Orang lain, 5.2 Beri pujian
kelompok. terhadap
kemampuan
Klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 6 : Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan
Klien keluarga dapat pentingnya
mendapat menjelaskan tentang: peran serta
dukungan keluarga
keluarga a. isolasi sosial sebgai
dalam beserta tanda pendukung
memperluas dan untuk
hubungan gejalannya. mengatasi
sosial b. penyebab dan perilaku isolasi
akibat dari social
isolasi sosial. 6.2 Diskusikan
c. Cara merawat potensi
Klien isolasi keluarga untuk
sosial membantu
Klien
mengatasi
perilaku isolasi
sosial.
6.3 Jelaskan pada
keluarga
tentang: a.
Isolasi sosial
beserta tanda
dan gejalanya
b. Penyebab
dan akibat
isolasi sosial
c. Cara
merawat Klien
isolasi sosial
6.4 Latih keluarga
cara merawat
Klien isolasi
sosial
6.5 Tanyakan
perasaan
keluarga
setelah
mencoba cara
yang
dilatihkan
6.6 Beri motivasi
keluarga agar
membantu
Klien untuk
bersosialisasi
6.7 Beri pujian
kepada
keluarga atas
keterlibatanny
a merawat
Klien dirumah
sakit
TUK 7: Kriteria Evaluasi: 7.1 Diskusikan
Klien dapat Klien bisa dengan Klien
memanfaat menyebutkan: tentang
kan obat a. Manfaat manfaat dan
dengan baik minum obat kerugian tidak
b. Kerugian minum obat.
yang 7.2 Pantau Klien
dtimbulkan pada saat
akibat tidak penggunaan
minum obat obat
c. Nama, 7.3 Berikan pujian
warna, dosis, kepada Klien
efek terapi, jika Klien
dan efek menggukan
samping obat obat dengan
d. Akibat benar
berhenti 7.4 Diskusikan
minum obat akibat berhenti
tanpa minum obat
konsultasi tanpa
dokter konsultasi
dokter.
7.5 Anjurkan
Klien untuk
konsultasi
dengan dokter
atau perawat
jika terjadi
halhal yang
tidak
diinginkan
Referensi
Eko Prabowo (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Medical Book.

Lilik Ma’rifatul A (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Graha Ilmu.

Trimelia (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. CV. Trans Info Media.
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Reni Nuryani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J.

Disusun oleh:

Alfina Clarisya Gunawan

NIM 2001829

3A D3 Keperawatan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMDA SUMEDANG

Jl. Margamukti N0.93 Licin Cimalaka Sumedang


1. KASUS
Halusinasi
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsidimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dariluar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu.
Halusinasi adaah peningkatan kemampuan manusia dalammembedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsnaganeksternal (dunia luar). Memberi persepsi
atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara meskipun tidak ada orang yang berbicara.
b. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Berpikir logis Kadang kadang Gangguan proses


proses piker piker
Persepsi akurat terganggu
Halusinasi
Respon emosi sesuai Respon emosi
dengan stimulus Kesulitan dalam
kadang berlebihan
mengelola emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai
Perilaku aneh
Berinteraksi sosial Menarik diri
Isolasi sosial

c. Faktor Predisposisi
1. Biologis
- Riwayat herediter
- Trauma kepala
- Penyakit fisik
- Riwayat NAPZA
2. Psikologis
- Kegagalan berulang
- Korban kekerasan
- Kegagalan pola asuh
- Kemampuan mekanisme koping
- Kehilangan orang yang dicintai
3. Sosial Budaya
- Masalah ekonomi
- Perceraian
- Tidak bekerja
- Diskriminasi dan Stigma
- Pendidikan
- Konflik social budaya
- Bencana alam
- Peperangan
d. Faktor Presifitasi
a. Biologis
- Gangguan dalam umpan baluk otak
- Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
b. Lingkungan
- Kemiskinan
- Masalah perumahan
- Stigmatisasu
- Kurang dukungan social
- Tekanan pekerjaan
- Perubahan pola aktivitas
- Isolasi social
- Gangguan dalam hubungan interpersonal
c. Prilaku
- Konsep diri rendah
- Prilaku agresif
- Manajement obat yang buruk
- Prilaku kekerasan
- Keputusasaan
- Keterampilan social yang buruk
d. Kesehatan
- Gizi yang buruk
- Kurang tidur
- Infeksi
- Kelelahan
- Kurang olahraga
- Hambatan mengakses Yayasan kesehatan

e. Tanda dan Gejala


1. Tanda dan Gejala Mayor
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Pendengaran Bicara atau tertawa sendiri. Mendengar suara-suara
Marah-marah tanpa sebab. atau kegaduhan, suara
Menyedengkan telinga ke yang mengajak bercakap-
arah tertentu. Tidak dapat cakap, suara menyuruh
memfokuskan pikiran Diam melakukan sesuatu yang
sambil menikmati berbahaya, tanpa ada
halusinasinya orangnya .
Penglihatan Menunjuk-nunjuk/ Melihat bayangan, sinar,
mengarahkan terlinga ke arah bentuk geometris, bentuk
tertentu/ Ketakutan pada kartoon, melihat hantu
sesuatu yang tidak jelas. atau monster tanpa ada
objeknya
Penghidu Mengisap-isap seperti sedang Menghidu bau-bauan
membaui bau-bauan tertentu. seperti bau darah, urin,
Menutup hidung. feses; kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
Pengecap Sering meludah. Merasakan pengecapan
Muntah. yang tidak enak seperti
darah, urin atau feses
Peraba Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga
kulit. Merasakan rabaan atau di permukaan kulit Merasa
gerak badan seperti tersengat listrik Da
2. Tanda dan Gejala Minor
Objektif Subjektif
- Konsentrasi buruk - Sulit tidur
- Disorientasi waktu, tempat - Khawatir
orang atau situasi - Takut
- Afek datar
- Curiga
- Menyendiri
- Melamun
- Mondar Mandir
- Kurang mampu merawat
diri

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU


DO :
- Klien bicara sendiri atau tertwa sendiri
- Klien marah-marah tanpa sebab
DS
- Mendengar suara attau kegaduhan
- Mendengar suara yang bercakap-cakap
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan persepsi sensosi : Halusinasi

5. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA PERENCANAAN
TG
KEPERAWATA KRITERIA
L TUJUAN INTERVENSI
N EVALUASI
Gangguan persepsi TUM : Kriteria Evaluasi : 1. Bina hubungan
sensosi : Klien dapat Ekspresi wajah saling percaya
Halusinasi mengontroo bersahabat, dengan
l halusinasi menunjukkan rasa menggunakan
yang senang, adakontak prinsip komunikasi
dialaminya mata, mau berjabat teurapeutik :
tangan, mau a. Sapa klien Sapa
TUK I : menyebutkannama, klien dengan
Klien dapat mau menjawab nama baik
membina salam, mau duduk verbal maupun
hubungan dengan perawat, mau non verbal.
saling mengutarakan b. Perkenalkan
percaya masalah diri dengan
yangdihadapi sopan.
c. Tanyakan
nama lengkap
klien dan nama
panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan
menepati janji.
f. tunjukkan
sikap empati
dan terima
klien apa
adanya.
g. Berikan
perhatian
kepada klien
dan perhatikan
kebutuhan
dasar
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 1. Adakan kontak
Klien dapat 1. Klien dapat sering dan singkat
mengenal meneybutkan secara bertahap
halusinasin waktu, isi, 2. Observasi tingkah
ya frekuensi laku terkait
timbulnya halusinasinya :
halusinasi bicara dan tertawa
2. Klien dapat tanpa stimulus,
mengungkap memandang ke
perasaan kiri/kanan/ depan
terhadap seolah ada teman
halusinasinya berbicara.
3. Bantu klien
mengenal
halusinasinya :
a. Tanyakan
apakah ada
suara yang
didengar
b. Jika ada, apa
yang dikatakan
c. Katakana
bahwa perawat
percaya klien
mendengar
suara itu,
nammun
perawat sendiri
tidak
mendengarnya
d. Katakana
bahwa
perawatakan
membantu
klien
4. Diskusi dengan
klien :
a. Situasi yang
menimbulkan /
tidak
menimbulkan
b. Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(pagi, siang,
sore dan malam
atau jika
sendiri,
jengkel/ sedih)
c. Diskusikan
dengan klien
apa yang
dirasakan jika
terjadinya
halusinasi (
marah/ sedih,
senang atau
takut) beri
kesempatan
mengungkapka
n perasaan
TUK 3: Kriteria evaluasi : 1. Identifikasi
Klien dapat 1. Klien dapat bersama klien
mengontrol menyebutkan tindakan yang
halusinasin tindakan dilakukan jika
ya untuk halusinasi terjadi
mengendalik (tidur, marah,
an halusinasi menyibukkan diri,
2. Klien dapat dll).
menyebutkan 2. Diskusikan
cara baru. manfaat dan cara
3. Klien dapat yang digunakan
memilih cara klien.
mengatasi 3. Diskusikan cara
halusinasi baru untuk
seperti yang memutuskan /
didiskusikan mengontrol
dengan klien. timbulnya
4. Klien dapat halusinasinya :
melaksanaka a. Katakan : “saya
n cara yang tidak mau
telah dipilih mendengar
untuk kamu” ( pada
mengendalik saat
an halusinasinya
halusinasinya terjadi )
. b. Menemui
5. Klien dapat orang lain (
mengikuti perawat / teman
terapi / anggota
aktivitas keluarga) untuk
kelompok bercakap-cakap
atau
mengatakan
halusinasi yang
di dengar.
c. Membuat
jadwal kegiatan
sehari-hari agar
halusinasi tidak
sempat muncul.
d. Meminta
keluarga /
teman /
perawat,
menyapa jika
tampak
bicarasendiri
4. Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
bertahap.
5. Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang telah
diinginkan.
TUK 4 : Kriteria evaluasi : 1. Anjurkan klien
Klien dapat 1. Keluaga halusinasi untuk
dukungan dapat memberitahu
dari membina keluarga jika
keluarga hubungan mengalami.
dalam saling 2. Diskusikan dengan
mengontrol percaya keluarga (pada saat
halusinasin dengan keluarga
ya perawat berkunjung / pada
2. Keluarga saat kunjungan
dapat rumah)
menyebutkan a. Gejala yang
pengertian, dialami klien.
tanda dan b. Cara yang
Tindakan dapat
untuk dilakukan klien
mengendalik dan keluarga
an untuk
halusinasinya memutushalusi
nasi.
c. Cara merawat
anggota
keluarga yang
halusinasi di
rumah :
berikegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama ,
berpergian
bersama.
d. Beri informasi
waktu tindak
lanjut atau
kapan perlu
mendapat
bantuan
:halusinasi
tidak terkontrol
dan resiko
mencederai
orang lain
TUK 5 : Kriteria evaluasi : 1. Diskusikan dengan
klien dan keluarga
Klien dapat 1. Klien dan tentang dosis,
memnfaatk keluarga frekuensi dan
an obat dapat manfaat obat
dengan baik menyebutkan 2. Anjurkan klien
manfaat, minta sendiri obat
dosis, dan pada perawat dan
efek samping merasakan
obat manfaatnya
2. Klien dapat 3. Jelaskan cara
mendemonstr menggunakan obat
asikan dengn prinsip 5
penggunaan benar (obat, pasien,
obat dengan cara, waktu
benar pemberiasn, dosis)
3. Klien dapat
informasi
tentang
penggunaan
obat
REFERENSI

Azizah, LM 2011.Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Edisi 1. Yogyakarta : Graha


Ilmu.Damaiyanti, M. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa, Samarinda : Refika Aditama.Direja, Ade
Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: NuhaMedika

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

.Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Kursus Dasar).Jakarta:
EGC

Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika.Maramis, W.F.
2005. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Pers Universitas Airlangga.Trimelia. 2011.
Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info Media
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PRILAKU KEKERASAN (RPK)


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Reni Nuryani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J.

Disusun oleh:

Alfina Clarisya Gunawan

NIM 2001829

3A D3 Keperawatan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMDA SUMEDANG

Jl. Margamukti N0.93 Licin Cimalaka Sumedang


1. KASUS
Resiko Prilaku Kekerasan
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan tingkah laku yang akan datangnya
tingkah laku tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008)
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan fisik, baik untuk diri sendiri maupun orang lain (Yosep,2007)
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan
perasaan marah yang mengakibatkan kontrol diri dimana individu dapat melakukan tindakan
atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan
b. Rentang Respon
Adaftif Maladaptif

Asertif Pasif Prilaku Kekerasan

Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif/
perilaku kekerasan

1) Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau


mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
2) Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
3) Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapakn perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan tujuan
menghindari suatu ancaman nyata.
4) Agresif/perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi
atau ketakutan (panik)
c. Faktor Predisposisi
a. Psikologis menjadi salah satu faktor penyebab karena kegagalan yang dialami dapat
menimbulkan seseorang menjadi frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau
perilaku kekerasan.
b. Perilaku juga mempengaruhi salah satunya adalah perilaku kekerasan, kekerasan yang
didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka perilaku tersebut diterima sehingga
secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
c. Sosial budaya dapat mempengaruhi karena budaya yang pasif-agresif dan kontrol sosial
yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolaholah kekerasan
adalah hal yang wajar.
d. Bioneurologis beberapa pendapat bahwa kerusakan pada sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi
perilaku kekerasan.
d. Factor Presifitasi
a. Ekspresi diri dimana ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkohlisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematiaan anggota keluaraga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga
e. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif : - Mengatakan benci/kesal pada orang lain
Mengatakan ingin memukul orang lain
Mengatakan tidak mampu mengontrol kekerasan
Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendiir, orang lain, dan merusak
lingkungan

Objektif : - Melotot

Pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, gelisah


mondar mandir
TTV meningkat
Mudah tersinggung
Nada suara tinggi dan bicara kasar
Mendominasi pembicaraan
Sarkasme
Sulit untuk diminta duduk
Berteriak
Menjerit
2. Tanda dan Gejala Minor
Subjektif : - Mengatakan tidak senang
Menyalahkan orang lain
Mengatakan diri berkuasa
Merasa gagal mencapai tujuan
Mengungkapkan keinginan yang tidak realistis
Objektid : - Disorientasi
Wajah merah
Postur tubuh kaku
Sinis
Bermusuhan
Menarik diri
3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIPERLUKAN
DS :
Klien mengatakan jengkel dengan orang lain, mengupkankan rasa permusuhan yang mengancam,
klien meras tidak nyaman, klien merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam
DO :
Tangan dikepal, tubuh kaku, ketegangan otot seperti rahang terkatup, nada suara tinggi, waspada,
pandangan tajam, reflek cepat, aktivitas motor meningkat, mondar-mandir, merusak secara
langsung benda-benda yang berada dalam lingkungan, menolak, muka merah, nafas pendek.
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Prilaku Kekerasan (RPK)
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Harga diri rendag
4. Isolasi sosial
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA PRENCANAAN
TG
KEPERAWAT KRITERIA
L TUJUAN INTERVENSI
AN EVALUASI
Resiko Prilaku TUM : Kriteria Hasil 1. Bina
Kekerasan Perilaku :klien dapat menunjukan hubungan
kekerasan tidak tanda-tanda percaya saling
terjadi kepada perawat: percaya
a. Wajah cerah dengan :
TUK 1 : b. Tersenyum a. Beri
Klien dapat c. Mau berkenalan salam
membina d. Ada kontak mata setiap
hubungan saling e. Mau berintera
percaya menceritakan ksi.
perasaan yang b. Perkenal
dirasakan kan
f. Mau nama,
mengungkapkan nama
masalahnya. panggilan
perawat,
dan
tujuan
perawat
berkenala
n.
c. Tanyakan
dan
panggil
nama
kesukaan
klien.
d. Tunjukka
n sikap
jujur dan
menepati
janji
setiap
kali
berintera
ksi.
e. Tanyakan
perasaan
klien dan
masalah
yang
dihadapi
klien.
f. Buat
kontrak
interaksi
yang
jelas.
g.
Dengarka
n dengan
penuh
perhatian
ekspresi
perasaan
klien
TUK 2: Kriteria hasil : 1. Bantu klien
Klien dapat mengungkap
mengidentifikasi a. klien dapat kan perasaan
kan penyebab mengungkapkan marahnya.
perilaku perasaannya 2. Beri
kekerasan b. klien dapat kesempatan
menceritakan klien untuk
penyebab mengungkap
perasaan marah kan
baik dari diri marahnya.
sendiri maupun 3. Bantu klien
lingkungan. untuk
mengungkap
kan
penyebab
perasaan
jengkel/kesal
.
4. Motivasi
klien untuk
menceritakan
penyebab
rasa
marahnya.
5. Dengarnkan
tanmpa
menyela atau
memberi
penilaian
setaip
ungkapan
perasaan
TUK 3 : Kriteria hasil : 1. Bantu klien
Klien dapat Klien mampu mengungkap
mengidentifikasi menceritakan tanda- kan tanda-
tanda-tanda tanda saat terjadi tanda
perilaku kekerasan. perilaku kekerasan : perilaku
kekerasan
a. Tanda fisik : yang
Mata merah, dialaminya.
Tangan 2. Motivasi
mengepal, klien
Ekspresi wajah menceritakan
tegang. kondisi fisik
b. Tanda (tanda-tanda
emosional : fisik) saat
perasaan marah, perilaku
jengkel, bicara kekerasan
kasar. terjadi.
c. Tanda sosial 3. Motivasi
:bermusuhan klien
yang dialami saat menceritakan
terjadi perilaku kondisi
kekerasan emosionalny
a (tanda-
tanda
emosional)
saat terjadi
perilaku
kekerasan.
4. Motivasi
klien
menceritakan
kondisi
hubungan
dengan orang
lain saat
terjadi
perilaku
kekerasan
TUK 4 : Kriteria hasil : 1. Diskusikan
Klien dapat dengan klien
mengidentifikasi Klien mampu perilaku
jenis perilaku menjelaskan : kekerasan
kekerasan yang
a. Jenis ekspresi dilakukannya
kemarahan yang selama ini
selama ini telah 2. Motivasi
dilakukan klien
b. Perasaannya saat menceritakan
melakukan jenis-jenis
kekerasan tindak
c. Efektifitas cara kekersan
yang di pakai yang selama
dalam ini pernah di
menyelesaikan lakukannya.
masalah 3. Motivasi
klien
menceritakan
perasaan
klien setelah
tindak
kekerasan
tersebut
terjadi.
4. Diskusikan
apakah
dengan
tindak
kekerasan
maslah yang
di alami
teratasi.
TUK 5 : Kriteria hasil : 1. Bicarakan akibat
Klien dapat atau kerugian
mengidentifikasi
akibat perilaku Klien dapat menjelaskan dari cara yang di
kekerasan akibat tindak kekerasan lakukan klien.
yang dilakukannya : 2. Bersama klien
menyimpulakn
a. Diri sendiri : akibat dari cara
luka, dijauhi yang di lakukan
teman, dan lain- klien.
lain. 3. Tanyakan pada
b. Orang lain atau klien apakah ia
keluarga : luka, ingin
tersinggung, mempelajari cara
ketakutan, dan baru yang sehat.
lain-lain.
c. Lingkungan :
barang atau
benda rusak.
TUK 6 : Kriteria hasil : 1. Diskusikan
klien dapat kegiatan fisik
mendemonstrasik a. Klien yang biasa
an cara fisik menyebutkan dilakukan klien
untuk mencegah contoh 2. Beri pujian atas
perilaku mencegah kegiatan fisik
kekerasan perilaku yang biasa di
kekerasan lakukan
secara fiik. 3. Diskusikan dua
b. Tarik nafas cara fisik yang
dalam. paling mudah di
c. Pukul bantal dan lakukan untuk
kasur. mencegah
d. Kegiatan fisik perilaku
yang lain. kekerasan : tarik
e. Klien dapat nafas dalam,
mendemonstrasi pukul bantal dan
kan cara fisik aksur
untuk mencegah 4. Diskusikan cara
perilaku melakukan tarik
kekerasan nafas dlam
dengan klien
5. Beri contoh
kepada klien
tentang cara
menarik nafas
dalam
6. Minta klien
mengikuti
contoh yang di
berikan sebanyak
5 kali.
7. Beri pujian
positif atas
kemampuan
klien
mendemonstrsik
an cara menarik
nafas dalam.
REFERENSI

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama.

Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota
dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info MEdia
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Reni Nuryani, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J.

Disusun oleh:

Alfina Clarisya Gunawan

NIM 2001829

3A D3 Keperawatan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMDA SUMEDANG

Jl. Margamukti N0.93 Licin Cimalaka SumedanG


1. KASUS
Harga Diri Rendah (HDR)
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Fortinash dalam Dermawan & Rusdi (2013) menyatakan bahwa harga diriadalah
perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri sendiri yang berasal dari kepercayaan
positif atau negatif seorang individu tentang kemampunnya dan menjadi berharga. Aspek
utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan
dari orang lain (Sunaryo, 2004 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012: 37)
Damaiyanti & Iskandar (2012: 39) menjelaskan bahwa harga diri rendah yaitu
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan dampak buruk yang berkepanjangan terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
kerena tidak mampu mencapaikeinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009 dalam Damaiyanti
& Iskandar,2012 : 39)
c. Rentang Respon

Adaftif Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonalisasi


Positif Rendah Identitas

1. Aktualisasi diri : konsep diri yang positif dg latar belakang pengalaman yang sukses
2. Konsep diri positif : individu mempunyai pengalaman positif dalam perwujudan dirinya
3. Harga Diri Rendah : individu mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri
4. Kekacauan identitas : kegagalan indiv.mengintegrasikan aspek2 identitas diri
5. Depersonalisasi: perasaan tdk realistik dan merasa asing dg diri sendiri
d. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa Selain itu ada riwayat penyakit kronis merupakan salah satu faktor
penyebab gangguanjiwa.
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri adalah pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan
yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang tanggung jawab pribadi dan memiliki
faktor yang tinggi pada orang lain merupakan penyebab gangguan jiwa. Selain itu
pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri,
mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri adalah keadaan negatif
dari lingkungan terhadap lingkungan, sosial ekonomi rendah, serta riwayat lingkungan
pada tahap tumbuh kembang anak
e. Factor Presifitasi
1) Riwayat trauma maupun pemeriksaan seksual dan pengalaman psikologis yang tidak
menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan, pelaku, korban
dari perilaku kekerasan.
2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karenaa
a. Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
denganpertumbuhan transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b. Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian
c. Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehatkesakit
f. Tanda dan Gejala
1. Harga Diri Rendah Kronis
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadapdiri sendiri atau
kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidakberdaya yang berlangsung
dalam waktu lama dan terus – terus menerus.
Tanda dan gejala Mayor :
1) Subyektif
- Menilai diri negatif (misalnya Tidak berguna, tidak tertolong)
- Merasa malu atau bersalah
- Merasa tidak mampu melakukan apapun
- Meremahkan kemampuan mengatasi masalah
- Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
- Melebih – lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
- Menolak penilaian tentang positif diri sendiri
2) Objektif
- Engga mencoba hal baru
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk

Tanda dan Gejala Minor

1. Subjektif
- Merasa sulit konsentrasi
- Sulit tidur
- Mengungkapkan keputusan
2. Objektif
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Berbicara pelan dan pelan
- Pasif
- Perilaku tidak tegas
- Mencari peningkatan secara berlebihan
- Bergantung pada pendapat orang lain
- Sulit membuat keputusan
- Berkali-kali mencari penegasa
2. Harga Diri Rendah Situasional
Harga Diri Rendah Situasional adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan klien sebagai respons terhadap situasi saat ini.
Tanda dan Gejala Mayor
1. Subjektif
- Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
- Merasa malu atau bersalah
- Melebih – lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
- Menolak positif tentang diri sendiri2)
2. Objektif
- Berbicara pelan dan pelan
- Menolak berinteraksi dengan orang lain
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk

Tanda Dan Gejala Minor

1. Subjektif
- Sulit berkonsentrasi
2. Objektif
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Pasif
- Tidak mampu membuat keputusan

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIPERLUKAN

DS: Klien mengatakan tidak ada harapan punya teman, klien mengatakan malu berinteraksi dengan
orang lain
DO: Kontak mata kurang, expresi wajah malu, sering menunduk saat berinteraksi

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2. Isolasi sosial

5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA PERENCANAAN
TG
KEPERAWATA
L TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
N
Harga Diri TUM : Klien - Klien dapat 1. Bina
Rendah dapat menerima hubungan
berinteraksi kehadiran saling percaya
dengan orang perawat setelah dengan :
lain. 3x pertemuan a. Sapa
- Klien dapat klien
TUK 1 : Klien mengungkapkan dengan
mampu perasaan dan ramah
membina keberdayaan saat baik
hubungan ini secara verbal verbal
saling percaya a. Klien mau maupun
menjawab non verbal
salam b. Perkenalk
b. Ada kontak an diri
mata dengan
c. Klien mau sopan
berjabat c. Tanyakan
tangan nama
d. Klien mau lengkap
berkenalan klien dan
e. Klien mau nama
menjawab panggilan
pertanyaan yang
f. Klien mau disukai
duduk klien
berdampingan d. Jelaskan
dengan tujuan
perawat pertemuan
g. Klien mampu e. Buat
mengungkapk kontrak
an interaksi
perasaannya yang jelas,
jujur dan
tepati janji
e. Tunjukkan
sikap
empati
dan
menerima
klien apa
adanya
f. Beri
perhatian
pada klien
dan
perhati
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan 1. Tanyakan
Klien mampu minimal satu penyebab pada klien
menyebutkan menarik diri : tentang :
penyebab a. Diri sendiri a. Orang
menarik diri b. Orang lain yang
c. Lingkungan tinggal
serumah
dengan
klien
b. Orang
yang
paling
dekat
dengan
klien
dirumah
c. Apa yang
membuat
klien
dekat
dengan
orang
tersebut
d. Orang
yang tidak
dekat
dengan
klien
dirumah
e. Apa yang
membuat
klien tidak
dekat
dengan
orang
tersebut
f. Upaya
yang
sudah
dilakukan
agar dekat
dengan
orang lain
2. Kaji
pengetahuan
klien tentang
perilaku
menarik
diridan tanda-
tandanya
3. Diskusikan
dengan klien
penyebab
menarik diri
atau tidak mau
bergaul
dengan orang
lain
4. Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapk
an
perasaannya.
TUK 3 : Klien dapat menyebutkan 1. Kaji
Klien mampu keuntungan dan kerugian pengetahuan
menyebutkan berhubungan sosial klien tentang
keuntungan setelah 3x interaksi, manfaat dan
dan kerugian misalnya : keuntungan
berhubungan a. Banyak teman bergaul
dengan orang b. Tidak kesepian dengan orang
lain c. Bisa diskusi lain
d. Saling menolong 2. Beri
kesempatan
pada klien
untuk
mengungkapk
an
perasaannya
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
3. Diskusikan
bersama klien
tentang
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain
4. Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
mengungkapk
an
perasaannya
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
5. Kaji
pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
6. Beri
kesempatan
klien untuk
mengungkapk
an
perasaannya
tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
7. Diskusikan
bersama klien
tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan rang
lain
8. Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
mengungkapk
an
perasaannya
tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 4 : Klien - Klien dapat 1. Observasi
dapat melaksanakan perilaku klien
melaksanakan hubungan sosial saat
hubungan secara bertahap berhubungan
sosial secara setelah 3x dengan orang
bertahap interaksi dengan : lain
a. Klien perawat 2. Beri motivasi
b. Klien perawat- dan bantu
perawat lain klien untuk
c. Klien perawat- berkenalan
perawat lain klien atau
lain berkomunikas
d. Klien keluarga i dengan orang
atau kelompok lain melalui :
atau masyarakat a. Klien
perawat
b. Klien-
perawat
perawat
lain
c. Klien
perawat
perawat
lainklien
lain d.
d. Klien
keluarga
atau
kelompok
atau
masyaraka
t
3. Beri
reinforcement
terhadap
keberhasilan
yang telah
dicapai
4. Bantu klien
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain
5. Motivasi dan
libatkan klien
untuk
mengikuti
kegiatan TAK
sosialisasi
6. Diskusikan
jadwal
kegiatan
harian yang
dapat
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien
bersosialisasi
7. Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan
sesuai dengan
jadwal yang
telah dibuat
8. Beri
reinforcement
terhadap
kemampuan
klien
memperluas
pergaulannya
melalui
aktivitas yang
dilaksanaka
TUK 5 : Klien dapat 1. Dorong klien
Klien mampu mengungkapkan untuk
mengungkapk perasaannya setelah mengungkapk
an perasaannya berhubungan dengan an
setelah orang lain setelah 3x perasaannya
berhubungan interaksi untuk : dengan orang
dengan orang a) Diri sendiri atau
lain b) Orang lain kelompok
c) Kelompok 2. Diskusikan
dengan klien
manfaat
berhubungan
dengan klien
3. Beri
reinforcement
positif atas
kemampuan
klien
mengungkapk
an perasaan
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 6 : Klien Keluarga dapat 1. Diskusikan
mendapat menjelaskan setelah 3x pentingnya
dukungan pertemuan tentang : peran serta
keluarga a. Pengertian keluarga
dalam menarik diri sebagai
memperluas b. Tanda dan gejala pendukung
hubungan menarik diri untuk
sosial c. Penyebab dan mengatasi
akibat menarik perilaku
diri menarik diri
d. Cara merawat 2. Diskusikan
klien menarik diri dengan
anggota
keluarga
tentang :
a. Perilaku
menarik
diri
b. Tanda dan
gejala
menrik
diri
c. Penyebab
dan akibat
menarik
diri
d. Cara
keluarga
menghada
pi klien
yang
sedang
menarik
diri.
3. Diskusikan
potensi
keluarga
untuk
membantu
klien
mengatasi
perilaku
menarik diri
4. Latih keluarga
cara merawat
klien menarik
diri
5. Tanyakan
perasaan
keluarga
setelah
mencoba cara
yang dilatih
6. Dorong
anggota
keluarga klien
untuk
memberikan
dukungan
kepada klien
berkomunikas
i dengan orang
lain
7. Anjurkan
anggota
keluarga
untuk secara
rutin dan
bergantian
mengunjungi
klien minimal
1x/minggu
8. Beri
reinforcement
atas hal-hal
yang telah
dicapai dan
keterlibatanny
a keluarga
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : Klien - Klien menyebutkan 1. Diskusikan
dapat setelah 3x interaksi yaitu dengan klien
memanfaatkan : tentang
obat dengan a. Manfaat minum manfaat dan
baik obat kerugian
b. Kerugian tidak tidak minum
minum obat obat, nama,
c. Nama, warna, warna, dosis,
dosis, efek terapi cara, efek,
dan efek samping terapi dan
obat. efek samping
-Klien penggunaan
mendemonstrasikan obat
penggunaan obat dan 2. Pantau klien
tanpa konsultasi dokter saat
setelah 3x interaksi. penggunaan
obat
3. Anjurkan
klien minta
sendiri obat
pada perawat
agar dapat
merasakan
manfaatnya
4. Beri pujian
jika klien
menggunaka
n obat dengan
benar
5. Diskusikan
akibat
berhenti
minum obat
tanpa
konsultasi
dengan
dokter
6. Anjurkan
klien untuk
konsultasi
kepada dokter
atau perawat
jika terjadi
hal-hal yang
tidak
diinginkan
REFERENSI

Keliat, B. A.,dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Yogyakarta :EGC

Eko Prabowo (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Medical Book.

Anda mungkin juga menyukai