Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)


RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

Dosen pembimbing: Ns. Duma L. Tobing, M.Kep, Sp. Kep. J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Defisit Perawatan Diri (DPD)
Perawatan diri (personal hygine) mencakup aktivitas yang dibutuhkan
sehari-hari yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs).
Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur
hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus
dilakukan (kebersihan mandi, berpakaian, toilet, makan), tetapi juga berapa,
kapan, di mana, dengan siapa, dan bagamana (Miller dalam Carpenito-Moyet,
2009).
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan
minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya suatu kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
1. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien,
sehingga klien menjadi begitu bergantung pada perkembangan inisiatifnya
terganggu. Pasien gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan
diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan
klien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan
diri.

2. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh
adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan)berupa
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi
penyebab.

3. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya.

B. Faktor Presipitasi
Faktor pesipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi,
keusakan kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien.

C. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi intergrasi pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

2) Mekanisme koping maladaptive


Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung mencelakai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup kemampuan personal
(personal anility) akan:
1. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Berhias dan berdandan secara baik
3. Melakukan makan dengan baik
4. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
5. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
6. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif.
D. Rentang Respon
1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan
mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor.

III. A. POHON MASALAH

Gangguan pemeliharaan
kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh, kurangnya


motivasi

B. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji

DATA MASALAH
Subjektif :

1. Klien mengatakan trauma dan enggan


untuk melakukan perawatan pada
dirinya

2. Klien mengatakan tidak peduli akan


kebersihannya

3. Klien mengatakan masih terbayang


alm.suaminya ketika berada dikamar
mandi

Objektif : Defisit Perawatan Diri

1. Klien terlihat mandinya tidak bersih

2. Gigi dan rambut klien terlihat kotor

3. Klien menggunakan pakaian yang


tidak sesuai

4. Klien terkadang BAK ditempat tidur

5. Klien setiap sebelum dan sesudah


makan jarang untuk mencuci tangan

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisit Perawatan Diri

V. RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tuk/Tum
Defisit TUM: Pasien menunjukan Bina hubungan saling Kepercayaan
perawatan diri: Pasien dapat tanda tanda dapat percaya dengan prinsip dari pasien
kebersihan memlihara atau membina hubungan komunikasi terapeutik, merupakan hal
diri, merawat saling percaya yaitu: yang akan
berdandan, kebersihan sendiri dengan perawat, 1.1 Sapa pasien memudah
makan, secara mandiri. yaitu: dengan ramah perawat dalam
BAK/BAB a. Ekpresi baik verbal melakukan
TUK 1: wajah maupun pendekatan
Pasien dapat bersahabat. nonverbal. keperawatan
membina b. Pasien 1.2 Perkenalkan diri atau intervensi
hubungan saling menunjukan dengan sopan. selanjutnya
percaya. rasa senang. 1.3 Tanyakan nama terhadap
c. Pasien lengkap pasien pasien.
bersedia dan nama
berjabat panggilan.
tangan. 1.4 Jelaskan tujuan
d. Pasien pertemuan.
bersedia 1.5 Jujur dan
menyebutka menepati janji.
n nama. 1.6 Tunjukan sikap
e. Ada kontak empati dan
mata. menerima pasien
f. Pasien apa adanya.
berseia 1.7 Beri perhatian
duduk pada pemeuhan
berdamping kebutuhan dasar
an dengan pasien.
perawat.
g. Pasien
bersedia
mengutarak
an masalah
yang
dihadapinya

TUK 2: Kriteria Evaluasi: Melatih pasien cara-cara Pengetahuan


Pasien mampu Pasien dengan perawatan diri dengan tentang
melakukan aman melakukan cara: pentingnya
kebersihan diri (kemampuan 2.1 Menjelaskan perawatan diri
secara mandiri. maksimum) pentingnya dapat
aktivitas perawatan kebersihan diri. meningkatkan
diri secara mandiri. 2.2 Menjelaskan alat- motivasi
alat untuk pasien.
menjaga Menyiapkan
kebersihan diri. untuk
2.3 Menjelaskan meningkatkan
cara-cara kemandirian.
melakukan
kebersihan diri. Bimbingan
2.4 Melatih pasien perawat akan
mempraktikan mempermudah
cara menjaga pasien
kebersihan diri. melakukan
perawatan diri
secara
mandiri.
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 Melatih pasien
Pasien mampu Pasien dengan berdandan, Membiasakan
melakukan aman melakukan dengan diri untuk
tindakan (kemampuan rincian: melakukan
perawatan, berupa maksimum) atau a. untuk pasien perawatan diri
berhias atau mempertahankan laki-laki sendiri.
berdan dan secara aktivitas perawatan latihan
baik. diri berupa berhias meliputi: Bimbingan
dan berdandan. 1) Berpak perawat akan
Pasien berusaha aian mempermudah
untuk memelihara 2) Menyik pasien
kebersihan diri, at melakukan
seperti mandi pakai rambut perawatan diri
sabun dan di siram 3) Bercuk secara
dengan air sampai ur mandiri.
bersih, mengganti b. Untuk pasien
pakaian brsih wanita, latihan Penguatan
sehari-hari, dan meliputi: (reinforcement
merapikan 1) Berpak ) dapat
penampilan. aian meningkatkan
2) Menyis motivasi
ir pasien.
rambut
3) Berhias
3.2 Memantauan
kemampuan
pasien dalam
berpakian dan
berhias.
3.3 Memonitor
mengidentifikasi
adanya
kemunduran
sensori, kognitif,
dan psikomotor
yang
menyebabkan
pasien
mempunyai
kesulitan dalam
berpakaian dan
berhias.
3.4 Diskusikan
dengan pasien
kemungkinan
adanya hambatan
dalam berpakaian
dan berhias.
3.5 Menggunakan
komunikasi/
instruksi yang
mudah
dimengerti pasien
untuk
mengakoodasi
keterbatasan
kognitif pasien.
3.6 Sediakan baju
bersih, dan sisir,
jika mungkin
bedak,parfum,dsb
3.7 Dorong pasien
untuk
mengenakan baju
sendiri dan
memasang
kancing dengan
benar.
3.8 Memberikan
bantuan kepada
pasien jika perlu.
3.9 Evaluas perasaan
pasien setelah
mampu
berpakaian dan
berhias.
4.0 Berikan
reinforcementata
u pujian atas
keberhasilan
pasien berpakaian
dan berhias.

TUK 4: Kriteria Evaluasi: 4.1 Memantau Identifikasi


Pasien mampu Kebutuhan kemampuan mengenai
melakukan personal hygine pasien makan. penyebab
kegiatan maka pasien terpenuhi. 4.2 Identifikasi pasien tidak
dengan baik. Pasien mampu bersama pasien mau makan
melakukan faktor-faktor menentukan
kegiatan makan penyebab pasien intervensi
secara mandri dan tidak mau makan. perawat
tepat dengan 4.3 Identifikasi selanjutnya.
mengungkapkan adanya hambatan
kepuasan makan. makan. Pengetahuan
a. Fisik: tentang-
kelemaha pentingnya
n, isolasi, perawatan diri
keterbatas meningkatkan
an, motivasi.
extermitas
,dll. Pasien
b. Emosi: mungkin
depresi, kesulitan
manik, dalam
penurunan mempersiapka
nafsu n, mengambil
makan. makanan
c. Intelektual sendiri, dan
: Curiga merapikan
d. Sosial: peralatan.
Curiga
e. Spiritual Menambah
4.4 Diskusikan wawasan
dengan pasien pasien tentang
akibat kurang/ personal
tidak mau makan. hygine:
4.5 Diskusikan makan.
dengan pasien
fugsi makanan Penguatan
bagi kesehatan. (reinforcement
4.6 Menjelaskan cara ) dapat
memperiaspkan meningkatkan
makan kepada motivasi
pasien. pasien.
4.7 Menjelaskan
tentang personal
hygine tentang
pola makan.
4.8 Menjelaskan cara
makan yan tertib.
4.9 Menjelaskan cara
merapikan
peralatan makan
setelah makan.
4.10 Praktik makan
disesuaikan
dengan tahapan
makan yang baik.
4.11 Evaluasi
perasaan pasien
setelah makan.
Berikan
penguatan
(reinforcement)
terhadap
kemajuan pasien
(misalnya:
peningkatan porsi
makan).

TUK 5: Mampu Kriteria Evaluasi: 5.1 Mengkaji budaya Mengetahui


melakukan Pasien dapat pasien ketika kebiasaan
BAB/BAK secara melaksanakan mempromosikan pasien dalam
mandiri. perawatan diri aktivias toileting dapat
secara mandiri perawatan diri. membantu
dalam hal 5.2 Bantu pasien ke perawat
BAB/BAK, seperti: toilet. melakukan
a. Mampu 5.3 Berikan intervensi
duduk dan pengetahuan selanjutnya.
turn dari tentang personal
toilet. hygine dalam Hambatan
b. Mampu kaitannya dengan mobilitas
membersihk toileting. menyebabkan
an diri 5.4 Menjelaskan pasien tidak
setelah tempat mampu
eliminasi BAB/BAK yang melakukan
secara sesuai. perawatan
mandiri/ 5.5 Menjelaskan cara secara
dibantu membersihkan mandiri.
diri setelah
BAB/BAK. Mengetahui
5.6 Menjelaskan cara penting nya
membersihkan personal
tempat hygine bagi
BAB/BAK. pasien.

Meemberikan
kesempatan
jepada
keluarga untuk
membantu
pasien.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan Memberikan
Keluarga mampu Keluarga dapat dengan akeluarga kesempatan
merawat anggota mengetahui defisit tentang fasilitas kepada
keluarganya yang perawatan diri kebersihan diri keluarga untuk
mengalami pasien dan cara yang dibutuhkan membantu
masalah kurang memberikan oleh pasien untuk pasien dan
perawatan diri. dukungan dalam menjaga memberikan
memberikan perawatan diri motivasi.
dukungan pada pasien.
pasien dalam 6.2 Anjurkan Keluarga
melakukan keluarga untuk sebagai sistem
perawatan diri. terlibat dalam penduung
merawat diri berperan
pasien dan penting dalam
membantu membantu
meningkatkan pasien.
pasien dalam
merawat diri
(sesuai dengan
yang telah di
sepakati).
6.3 Anjurkan
keluarga untuk
memberikan
pujian atas
keberhasilan
pasien dalam
merawat diri.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course).Yogyakarta: EGC.

SUTEJO, 2016. KEPERAWATAN JIWA, JAKARTA.


Stuart,Gail.W, Keliat,Budi.A, Pasaribu,Jesika. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Jakarta: Elsevier
NANDA 2016

Anda mungkin juga menyukai