Anda di halaman 1dari 82

BAHAN AJAR

BIMBINGAN KELOMPOK

Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd

BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS PATTIMURA
BAB 1
KELOMPOK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian Dan Proses Terbentuknya Kelompok


Menurut Forsyth, (2010:3) kelompok adalah hubungan dua orang atau lebih individu
dalam suatu hubungan sosial. Untuk memahami kelompok dalam situasi hubungan sosial
maka tidak lepas kaitannya dengan proses terbentuknya kelompok itu sendiri.
Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah
orang. Dalam beberapa situasi tertentu, kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung suatu
atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah
kelompok.
1. Unsur Kuantitas dan Kualitas
Menurut Prayitno ( 2017) Apabila sejumlah orang (misalnya 25 orang) Bersama – sama
berada di suatu tempat, tetapi orang yang satu tidak memiliki hubungan sama sekali dengan
orang yang lainnya, maka sejumlah orang itu dapat dapat disebut sebagai “kumpulan orang –
orang”. Unsur atau ciri yang ada di dalam kumpulan orang - orang itu hanya satu yaitu
“kuantitas”. Jumlah orang (misalnya, 25 orang, 30 orang, 39 orang, 40 orang, 100 orang, 500
orang, 1000 orang… dst) tidak membawa dampak terhadap lingkungan kelompok maupun
pada dirinya sendiri.
Unsur “kuantitas” dapat meningkat secara signifikan apabila diwarnai oleh unsur
“kualitas”, yaitu kumpulan orang-orang tersebut di atas mulai tumbuh inisiatif atau dorongan
untuk saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antara satu orang dengan orang yang lainnya
secara intensif dapat menumbuhkembangkan rasa kebersamaan. Dengan demikian, diantara
orang yang berkumpul itu sudah ada unsur “kualitas” tertentu.
Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok
dapat segera terbentuk apabila sebelum orang-orang yang berkumpul terlebih dahulu mereka
diberikan informasi tujuan yang akan dicapai dan peranan masing-masing anggota kelompok.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 1


2. Kumpulan Orang, Kerumunan dan Kelompok
Berkumpulnya orang-orang pada situasi tertentu tidak serta merta menjadikan
“kumpulan orang-orang” tersebut menjadi suatu “kelompok”. Ini dapat terjadi apabila
sejumlah orang-orang itu, masing-masing tidak mempunyai hubungan apa-apa atau biasa
disebut dengan “kerumunan”. Apabila “kerumunan” tersebut dimasukkan unsur “kuantitas”
dan “kualitas” yang mengakibatkan sejumlah orang tersebut saling berkaitan atau
berhubungan secara sosial satu sama lain, terjadi saling memahami satu sama lain, dan secara
bersama-sama menetapkan tujuan tertentu yang hendak dicapai demi kepentingan bersama,
maka “kerumunan” tersebut dapat membentuk apa yang disebut “kelompok”.
Perhatikan gambar 1 berikut ini:

Kumpulan
Orang - Orang

Kerumunan Kelompok

Gambar 1. Situasi dan interaksi dari bertemunya orang – orang


Sunber : Prayitno (1995)
Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah
orang. Kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung beberapa kualitas tertentu sehingga
kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok. Seperti halnya dalam kehidupan seharihari
sering dijumpai peristiwa berkumpulnya sejumlah orang di suatu tempat. Misalnya kecelakaan
lalu lintas, pertandingan olah raga, kebakaran, dll, merupakan peristiwa yang menarik
perhatian dan mengundang banyak orang untuk datang ke tempat peristiwa tersebut terjadi.
Dalam peristiwa tersebut, orang-orang yang datang tidak terlibat satu sama lain. Mereka yang
datang ke tempat peristiwa tersebut karena melihat objek yang sama, mereka sama-sama
tertarik pada apa dan bagaimana orang-orang itu bertanding olahraga, tertarik oleh apa dan
bagaimana kecelakaan atau kebakaran terjadi, tetapi “kebersamaan” yang terdapat pada orang-
orang tersebut merupakan “kebersamaan kuantitas”. Diantara orangorang yang berkumpul itu
belum berkembang kebersamaan dengan “kualitas” tertentu. Pada konsepnya mereka tersebut
satu sama lain masih dalam urusan dan tujuannya sendiri-sendiri.
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 2
Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu
kelompok dapat segera terjadi, yaitu apabila sebelum orang-orang yang bersangkutan
berkumpul terlebih dahulu kepada mereka telah diberitahukan informasi (tujuan) yang akan
dicapai dan peranan mereka masing-masing. Setelah mereka berkumpul mereka tidak lagi
merupakan kerumunan yang anggotanya tidak saling berkaitan, namun segera mengarah ke
suasana kelompok yang masing-masing anggotanya menyadari dan mengetahui sasaran yang
akan dicapai dan bertingkah laku sesuai dengan peranannya, dan peranan itu saling berkaitan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kerumunan adalah
berkumpulnya sejumlah orang yang masing - masing tidak mempunyai hubungan satu sama
lain, orang-orang tersebut berkumpul karena ada objek yang menarik perhatian mereka.
Sedangkan kelompok adalah berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama
lain (Prayitno, 1995: 14) Kerumunan dapat berubah menjadi kelompok, yaitu unsur-unsur
hubungan antara orang-orang yang ada di dalamnya ditingkatkan. Sebaliknya, suatu kelompok
dapat berubah menjadi kerumunan apabila unsur-unsur pengikat antaranggota kelompok
menjadi sekedar kumpulan orang-orang saja apabila unsur penarik perhatian (objek yang
menimbulkan kerumunan) dan unsur pengikat antara orang-orang yang berkumpul (yang
menimbulkan kelompok) menjadi hilang atau dihilangkan.

3. Faktor Pengikat Dalam Kelompok


Faktor utama dalam terbentuknya suatu kelompok, yaknik adanya unsur/factor
pengikat sebagai norma bersama yang berfungsi untuk mengarahkan/menjembatani suatu
kelompok. Faktor pengikat ini dapat pula disebut karakteristik kelompok yang dapat muncul
dan berkembang di dalam suatu kelompok.
Prayitno, (1995) dan Forsyth, (2010: 12) menyebutkan faktor- faktor pengikat
dalam suatu kelompok, antara lain:
(1) terjadi interaksi antara orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau
kerumunan itu;
(2) terbentuknya ikatan emosional antaranggota kelompok sebagai pernyataan senasib,
seperjuangan, dan kebersamaan;
(3) anggota memiliki tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai;
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 3
(4) terjadi suasana mempengaruhi dan terpengaruhi antaranggota kelompok sehingga
menimbulkan suasana ketergantungan antaranggota;
(5) adanya kepemimpinan (leadership) yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan
atau kepentingan bersama, dan;
(6) norma yang diakui dan diikuti secara penuh oleh mereka yang terlibat di dalamnya

Kemantapan atau kekompakan suatu kelompok ditentukan oleh kekuatan-kekuatan


faktor-faktor pengikat (karakteristik) tersebut di atas. Kelompok terjelma dari kumpulan
sejumlah orang yang di dalamnya diberikan atau ditumbuhkan “kualitas” tertentu sehingga
“kumpulan kuantitatif” orang-orang itu memiliki “kebersamaan kualitatif” yang
menghidupkan dan/atau menggerakkan kelompok itu. Faktor-faktor pengikat dalam
kelompok menimbulkan “kebersamaan kualitatif” yang selanjutnya menjadi kunci untuk
memungkinkan sejumlah orang yang berkumpul itu menjadi “hidup” dan menjalankan
kehidupan berkelompok. Surutnya salah satu atau beberapa atau bahkan semua faktor
pengikat tersebut akan menurunkan derajat kemantapan kelompok itu sehingga kelompok
tersebut menjadi sekedar “kerumunan” atau “sekumpulan orang-orang” atau bahkan bubar
sama sekali.

B. Jenis – Jenis Kelompok


Jenis-jenis kelompok dapat dibedakan atas beberapa klasifikasi. Adapun cara
pengklasifikasian yang umum digunakan adalah pengklasifikasian “dua tipe” atau “dua arah”,
yang mana tipe satu merupakan kebalikan dari tipe yang lain. Prayitno, (2017) mengklasifikasikan
kelompok dalam 4 (empat) jenis, yaitu: (1) kelompok primer dan kelompok sekunder; (2)
kelompok sosial dan kelompok psikologikal; (3) kelompok terorganisasikan dan kelompok tidak
terorganisasikan, dan; (4) kelompok formal dan kelompok non-formal. Keempat klasifikasi
tersebut di atas dijelaskan sebagai berikut.
1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Kelompok primer yaitu suatu kelompok yang mana hubungan yang terjalin di dalam
kelompok tersebut diwarnai oleh hubungan pribadi yang akrab dan kerjasama terus menerus di
antara para anggotanya. Contoh kelompok primer yang paling mantap dan telah manjadi bagian
terpenting dalam sejarah peradaban manusia adalah keluarga.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 4


Sementara itu, kelompok sekunder yaitu suatu kelompok yang mana hubungan yang
terjalin di dalam kelompok tersebut diwarnai oleh arah kegiatan dan gerak gerik kelompok itu.
Contoh dari kelompok sekunder dapat dijumpai pada kelompok partai politik, kelompok
keagamaan, dan kelompok para ahli (profesi) pada bidang tertentu. Meskipun kelompok
sekunder memiliki ikatan yang cukup kuat dalam kelompok, akan tetapi keberadaan dan kegiatan
kelompok sekunder tidak bergantung pada hubungan pribadi secara akrab.

2. Kelompok sosial dan Kelompok Psikologikal


Dalam pengklasifikasian ini, jenis-jenis kelompok dibedakan terutama sekali atas dasar
yang ingin dicapai. Pada kelompok sosial, tujuan yang hendak dicapai biasanya tidak bersifat
pribadi (impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama dan untuk kepentingan bersama para
anggota kelompok. Contoh dari kelompok sosial dapat kita jumpai pada organisasi atau serikat
pekerja/buruh.
Sementara itu, kelompok psikologikal yaitu kelompok yang dibentuk atas dasar
mempribadi (personal), dimana para anggota kelompok biasanya didorong oleh kepentingan
antarpribadi. Contoh kelompok psikologikal dapat djumpai pada himpunan para korban
kebakaran pada suatu wilayah, korban gempa, bencana alam, dll.
Berbeda dengan kelompok primer dan kelompok sekunder yang memiliki batasan dan
perbedaan yang jelas di antara keduanya, untuk kelompok sosial dan kelompok psikologikal
tidaklah demikian. Kelompok sosial dan kelompok psikologikal pada praktiknya kadang
“tumpang tindih”, yaitu sulit dibatasi arah perbedaannya manakala sudah terkontaminasi dengan
beberapa kepentingan tertentu.
Contohnya, para anggota buruh pada unit kerja tertentu (sebagai kelompok sosial)
“mungkin” tidak tidak memikirkan lagi tujuan ataupun permasalahan yang menyangkut
organisasi/unitnya, namun bisa jadi telah berubah menjadi kelompok psikologikal karena mereka
senang berkumpul bersama (ngobrol, jalan, nongkrong, dll) dan saling mengadakan hubungan
antarpribadi demi mencapai kesenangan secara pribadi.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 5


3. Kelompok Terorganisasikan dan Kelompok Tidak Terorganisasikan
Kelompok yang terorganisasikan yaitu suatu kelompok yang terbentuk berdasarkan tata
aturan yang disepakati secara bersama dan bersifat tegas. Masing-masing anggota pada kelompok
terorganisasikan memainkan peranan tertentu. Ciri utama pada kelompok terorganisasikan ialah
adanya pemimpin (leader) yang secara jelas mengatur dan memberi kemudahan serta mengawasi
jalannya peranan masing-masing anggota kelompok. Disamping itu, kelompok yang
terorganisasikan cenderung memiliki aturan yang ketat, atau boleh dikatakan hanya sedikit
memberi ruang bagi adanya fleksibilitas bagi para anggotanya.
Sementara itu, pada kelompok tidak terorganisasikan yaitu kelompok yang terbentuk
secara bebas atas keterikatan yang ditumbuhkan oleh para anggota kelompok. Ciri kelompok tidak
terorganisasikan adalah adanya fleksibilitas yang besar di dalam kelompok. Lebih lanjut, peranan
pemimpin kelompok tidak menonjol; peranan pemimpin kelompok justru lebih banyak ditentukan
oleh selera/kemauan para anggotanya.

4. Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Menurut Prayitno, (2017) kelompok formal yaitu suatu kelompok yang terbentuk
berdasarkan aturan tertentu yang bersifat resmi (tertulis). Gerak dan arah kegiatan kelompok
formal lebih cenderung diatur dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat untuk
itu. Dalam praktiknya, aturan resmi tertulis tersebut dapat dituangkan pada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) suatu organisasi/lembaga.
Sedangkan kelompok informal, yaitu suatu kelompok yang dibentuk dengan tidak
didasarkan pada hal-hal resmi (tertulis) sebagaimana pada kelompok formal. Pada kelompok
informal, gerak dan arah kegiatan kelompok lebih didasarkan oleh kemauan, kebebasan
dan/atau selera orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Kelompok terorganisasikan dapat muncul hal-hal yang bersifat resmi (formal) maupun
tidak resmi (informal). Hal ini terjadi apabila pembagian tugas dan peranan yang dilakukan oleh
para anggota kelompok yang terorganisasikan memiliki keterkaitan hubungan antaranggota
kelompok yang bersifat resmi. Dalam kelompok yang terorganisasikan dapat muncul pula satuan
kelompok yang lebih kecil yang sifatnya informal, seperti kelompok Arisan antar pegawai di suatu
kantor.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 6


C. Kelompok dalam Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1. Dinamika Kelompok
Kelompok yang baik yaitu kelompok yang memiliki dinamika kelompok yang
mantap. Yang dimaksud dengan dinamika kelompok adalah suatu gambaran berbagai
kualitas hubungan yang “positif ”, “bergerak”, “bergulir”, dan “dinamis” yang menandai dan
mendorong kehidupan suatu kelompok. Kekuatan yang mendorong kehidupan kelompok itu
dikenal sebagai dinamika kelompok.
Sejalan dengan pendapat di atas dinamika kelompok juga bisa diartikan sebagai
suasana berinteraksi, saling berbagi, saling bertukar pendapat, saling berbagi pengalaman,
menyempurnakan, saling memperkuat, saling mengisi dan saling memahami orang yang
satu dengan orang yang lain dalam suatu kelompok.
Dinamika kelompok dapat ditandai dengan munculnya hal-hal sebagai berikut:
(1) kelompok itu diwarnai oleh semangat yang tinggi, dan kerjasama yang lancar dan
mantap;
(2) adanya saling mempercayai yang sangat tinggi antaranggota kelompok;
(3) antaranggota kelompok saling bersikap sebagai sahabat dalam arti yang sebenarnya,
mengerti dan menerima secara positif tujuan bersama;
(4) anggota kelompok merasa kuat, nyaman dan aman sehingga mendorong rasa setia,
mau bekerja keras, dan berkorban setiap anggota kelompok;
(5) komunikasi yang terjalin antaranggota kelompok merupakan komunikasi yang
efektif dan membangun;
(6) anggota kelompok terlibat dalam suasana berfikir, merasa, bersikap, bertindak
dan bertanggung jawab yang mendorong bagi tercapainya kebaikan bagi kelompok,
dan;
(7) jika timbul suatu persaingan antaranggota kelompok, maka persaingan tersebut
merupakan persaingan yang kompetitif dan sehat.
Kualitas hubungan dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 7


Prayitno, (2017) menjelaskan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas
hubungan suatu kelompok antara lain:
(1) tujuan dan kegiatan kelompok;
(2) jumlah anggota;
(3) kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok;
(4) kedudukan kelompok, dan;
(5) kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling
berhubungan satu sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima secara positif, kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, kebutuhan akan kasih sayang, dan
lain sebagainya.
Kondisi positif yang ada pada faktor-faktor tersebut di atas akan dapat menunjang
terhadap berfungsinya kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Faktor-faktor yang
disebutkan di atas boleh jadi memang semua ada tetapi apabila dinamika kelompoknya tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka kinerja kelompok itu diragukan kehandalannya.
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada di dalam suatu
kelompok; artinya merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat
digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang
menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.

2. Peranan Dinamika Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling


Layanan dengan pendekatan kelompok dalam bimbingan dan konseling merupakan
bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang – orang yang memerlukan, Suasana
kelompok, yaitu antar hubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat
merupakan wahana dimana masing – masing anggota kelompok itu (secara perorangan)
dapat memanfaatkan semua informasi, tanggpan, dan berbagai reaksi dari anggota kelompok
lainnya untuk kepentingan dirinya yang bersangut paut dengan pengembangan diri anggota
kelompok yang bersangkutan. Dari segi lain, kesempatan mengemukakan pendapat,
tanggapan dan berbagai reaksi pun dapat merupakan peluang yang amat berharga bagi
perorangan yang bersangkutan.
Kempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok
(dinamika kelompok) yang akan membawakan kemanfaatan bagi para anngotanya. Apabila
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 8
disebut “ kemanfaatan” disini, tidaklah berarti bahwa suasana kelompok selalu serba
menyenangkan, melegakan ataupun bersifat menguntungkan bagi setiap peserta kelompok.
Suasana kelompok justru kadang – kadang terasa mencekam, merisaukan ataupun
“merugikan” bagi perorangan tertentu anggota kelompok itu. Namun demikian, betapapun
suasana kelompok itu, dirasakan sebagai suasana yang postif atuapun negative, pada akhirnya
dalam bimbingan dan konseling kelompok, diharapkan dapat memberingan sumbangan bai
pengembangan pribadi dan memperkaya masing – masing anggota kelompok.
Melalui dinamika kelompok, setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak
sebagai perorangan yang sedang mengembangkan dirinya dalam hubungannya dengan orang
lain. Dalam hal ini, layanan kelompok dalam bimbingan dan konseling seharusnya menjadi
tempat pengembangan sikap, ketrampilan, dan keberanian social yang bertenggang rasa.
Pelampiasan pribadi yang mau menang sendiri, benar sendiri, atau kuat sendiri atas
pengorbanan anggota kelompok yang lain tidak bpleh berkembang didalam layanan
kelompok.
Secara lebih khusus, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk pemecahan
masalah pribadi para anggota kelmpok, yaitu apabila interaksi dalam kelompok itu
difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksudkan. Dalam suasana seperti itu,
melalui dinamika kelompok yang berkembang, masing – masing anggota kelompok akan
menyumbangkan baik langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah pribadi
tersebut.

3. Kelompok Bebas dan Kelompok Tugas


Menurut Prayitno (2007) dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
melalui pendekatan kelompok, ada dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu
kelompok bebas dan kelompok tugas.
Dalam kelompok bebas, adalah bimbingan kelompok yang kegiatannya setiap anggota
kelompok bebas mengungkapkan masalahnya, menentukan arah, dan tujuan kegiatannya
sendiri.Ciri-ciri bimbingan kelompok bebas, yaitu:
a. Anggota-anggota dalam bimbingan kelompok bebas melakukan kegiatannya tanpa
penugasan tertentu dan kehidupan dalam kelompok ini belum disiapkan secara khusus
sebelumnya.
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 9
b. Perkembangan yang timbul dalam kelompok akan menjadi isi dan akan merwarnsi
kehidupan kelompok ini lebih lanjut.
c. Dalam kelompok bebas, diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh anggota
kelompok untuk menentukan isi dan arah kehidupan kelompok itu sendiri.

Contohnya para anggota kelompok yang menetukan dan memilih topik /permasalahan
secara bebas bukan pemimpin kelompok
d. Didalam model kelompok ini, peranan pemimpin kelompok tidak lebih nyata sebagai
petunjuk jalan, pengatur lalu lintas, wasit, dan juru damai.

Dalam kelompok tugas, bimbingan kelompok tugas terlihat lebih terikat karena
mereka berfokus pada penyelesaian tugas yang telah diberikan. Ciri-ciri anggota kelompok
tugas, yaitu:

a. Dalam kelompok tugas arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu oleh
pemimpin kelompok
b. Sesuai dengan namanya kelompok tugas pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan, pekerjaan ini ditugaskan oleh pihak luar kelompok itu sendiri sebagai
hasil dari kegiatan kelompok itu sebelumnya.
c. Meskipun dalam kelompok tugas itu masing-masing anggota terikat pada penyelesaian
tugas, tetapi pengembanagn diri setiap anggota kelompok tidak boleh diabaikan.
d. Peranan pemimpin kelompok dalam kelompok tugas adalah menjadi pemimpin
kelompok, namun bisa saja pemimpin kelompok harus tetap memberikan dorongan
semangat, menjadi narasumber yang membuka diri seluas-luasnya serta menjadi
pengatur irama apabila terjadi kemacetan yang tidak memungkinkan seluruh anggota
dapat menanggapi.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 10


BAB 2
KONSEP DASAR BIMBINGAN KELOMPOK

A. Arti Bimbingan Kelompok


1. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok sebagai Layanan Primadona
Pemberian layanan bimbingan dan konseling secara tradisional adalah dengan tatap
muka secara perorangan. Cara ini hingga sekarang masih terus digunakan dalam layanan
konseling perorangan (individual) maupun layanan konsultasi dan telah terbukti telah
memberikan banyak kontribusi pada keberhasilan konseli untuk mandiri pada
khususnya dan perkembangan bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu pada
umumnya.
Namun, cara seperti ini (konseling individual dan layanan konsultasi) menimbulkan
persoalan tersendiri. Masalah utama yang dihadapi adalah terkait kuantitas dan kualitas
pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor yang cenderung mengalami penurunan
akibat timbulnya kelelahan fisik dan psikologis akibat melayani klien/ konseli satu per satu
secara terus menerus dengan waktu yang begitu terbatas.
Pemberian layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok oleh tenaga ahli
konseling profesional dewasa kini telah berkembang dengan pesat bahkan menjadi layanan
“primadona” di setting sekolah, lembaga perguruan tinggi, masyarakat, lembaga
pemerintahan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal ini dipicu oleh kenyataan-
kenyataan bahwa:
a. dari sisi kuantitas, pelayanan bimbingan kelompok dan /atau konseling kelompok
dapat dilaksanakan jumlah peserta yang cukup besar;
b. dari sisi efisiensi, pelayanan bimbingan dan /atau konseling kelompok memanfaatkan waktu untuk
memberikan pelayanan sekaligus kepada beberapa konseli/sasaran layanan;
c. dari sisi strategi, pelayanan bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok
menawarkan cara pelayanan bimbingan dan konseling yang “murah”, terjangkau dan
menyenangkan;
d. dari sisi suasana kegiatan, pelayanan bimbingan kelompok dan/ atau konseling
kelompok mengedepankan situasi kebersamaan yang lebih kental sehingga

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 11


mendorong perkembangan positif konseli/anggota kelompok menuju perubahan ke
arah yang lebih baik;
e. dari sisi kualitas dan/atau efektifitas pelayanan, yakni konselor menjadi lebih
terbantu dengan adanya dinamika kelompok yang memberikan masukan/input
yang konstrukstif hingga mencapai tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
yang maksimal;
f. dari sisi materi layanan yang diberikan, pelayanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok menawarkan variasi materi yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan anggota kelompok (klien/konseli) berdasarkan kesepakatan bersama.

2. Pengertian Bimbingan Kelompok


Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana
kelompok. Bimbingan kelompok juga merupakan proses yang memungkinan sejumlah
peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, kegiatan belajar, karir,
serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.
Layanan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan di mana saja, di dalam
ruangan ataupun di luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di rumah salah seorang
peserta atan di rumah konselor, di suatu kantor atau lembaga tertentu, atau di ruang praktik
pribadi konselor. Di manapun kedua jenis layanan itu dilaksanakan, harus terjamin bahwa
dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan
layanan.
Layanan bimbingan kelompok membahas topik-topik umum yang menjadi
kepedulian bersama anggota kelompok. Pembahasan topik tersebut melalui suasana
dinamika kelompok yang intensif dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota di bawah
bimbingan pemimpin kelompok (konselor).
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau
kesulitan pada diri masing-masing anggota kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok pada
umumnya menggunakan prinsip dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan sosiodrama,

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 12


role playing, permainan, pelatihan dan teknik lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
kelompok.
Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan
dengan masalah umum yaitu permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan baik yang di
dengar dan dilihat dari media massa (cetak maupun media elektronik), dan berasal dari
lingkungan sekitar. Informasi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan kelompok itu
terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan
pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak
langsung dari kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Sejalan dengan
pendapat tersebut Prayitno (2017 ) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok dapat
pula sebagai media pemberian informasi kepada sekelompok individu.

B. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok


Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan
kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi perserta layanan (siswa).
Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan
tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal
maupun non verbal para siswa.

C. Manfaat Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


Menurut Prayitno (1997:83) manfaat dan pentingnya bimbingan kelompok perlu
mendapat penekanan yang seksama. Melalui bimbingan kelompok siswa:
1. Memiliki pemahaman yang objektif, tepat dan luas tentang berbagai hal yang mereka
bicarakan itu.
2. Menimbulkan sikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang
bersangkut-paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan di dalam kelompok.
3. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang
buruk dan dukungan terhadap yang baik.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil
sebagaimana yang mereka programkan semula.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 13


Selanjutnya manfaat bimbingan kelompok menurut Winkel & Sri Hastuti (2004)
antara lain: (1) kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa; (2) memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh siswa; (3) siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi; (4)
siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi
persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama; (5) dan lebih berani mengemukakan
pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok; (6) diberikan kesempatan untuk
mendiskusikan sesuatu bersama; (7) lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat
bila dikemukakan oleh seorang teman daripada yang dikemukakan oleh seorang konselor.

D. PERSAMAAN & PERBEDAAN BIMBINGAN DAN KONSELING


KELOMPOK
1. Persamaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling kelompok
Di antara layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok terdapat
sejumlah persamaan. Sekurang-kurangnya persamaan tersebut dapat ditinjau dari sisi
sebagai berikut:
a. sisi kelompok yang sama, yaitu terhadap satu kelompok yang sama dapat
diselenggarakan baik layanan bimbingan kelompok maupun layanan konseling
kelompok. Apabila kedua layanan itu hendak dilaksanakan terhadap satu kelompok
yang sama, bimbingan kelompok hendaknya dilaksanakan terdahulu. Dengan
demikian penyelenggaraaan layanan konseling kelompok akan mendapatkan kondisi
kelompok yang lebih berkompeten berkat kegiatan layanan bimbingan kelompok.
b. sisi pemimpin kelompok yang sama, yaitu penyelenggaraan layanan bimbingan
kelompok atau layanan konseling kelompok terhadap satu kelompok oleh pemimpin
kelompok yang sama akan membawa keuntungan tersendiri, dalam arti dinamika
kegiatan kelompok semakin dapat dimantapkan dengan pola dan suasana yang lebih
efektif dan efisien sarta berkelanjutan.
c. Tahapan pelaksanaan, yaitu secara umum tahap-tahap pelaksanaan antara
layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok sama-sama melalui 4
(empat) tahapan besar, yaitu:
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 14
(1) tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah
individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok
untuk mencapai tujuan bersama;
(2) tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke
kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok;
(3) tahap kegiatan/pembahasan, yaitu tahapan “kegiatan inti” untuk membahas topik-
topik tertentu (pada bimbingan kelompok) atau mengentaskan masalah pribadi
anggota kelompok (pada konseling kelompok).
(2) tahap penutupan/pengakhiran, yaitu merupakan tahapan kegiatan untuk melihat
kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Peserta kelompok
diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan pembahasan yang baru
saja mereka ikuti dan tahapan akhir dari seluruh kegiatan. Kelompok merencanakan
kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok selanjutnya, dan salam
hangat perpisahan.

2. Perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok


Letak perbedaan yang mendasar antara layanan bimbingan kelompok dan layanan
konseling kelompok adalah terfokus pada materi atau isi layanan yang disajikan dalam kegiatan
layanannya.
Layanan bimbingan kelompok bermaksud membahas topik- topik tertentu yang
mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian anggota kelompok. Melalui
dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah
laku yang lebih efektif dan bertanggung jawab. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi
verbal maupun non verbal anggota kelompok perlu untuk ditingkatkan dan dipupuk terus
menerus oleh pemimpin kelompok.
Sementara itu, layanan konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah pribadi
individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan konseling kelompok yang intensif dalam
upaya pemecahan masalah tersebut para peserta memperoleh dua tujuan sekaligus, yakni;

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 15


Tabel 1
Perbandingan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok
Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok
Tujuan yang 1. Pengembangan pribadi 1. Pengembangan pribadi
dicapai 2. Pencegahan masalah 2. Pencegahan masalah
3. Pembahasan topik- topik umum 3. Pembahasan dan pemecahan masalah
secara luas dan mendalam yang pribadi yang dialam oleh masing-
bermanfaat bagi para anggota masing anggota kelompok
kelompok
Jumlah anggota Dibatasi: 2 -15 orang Dibatasi sampai sekitar 2 – 7 orang

Kondisi dan Relatif heterogen homogen Relatif homogen


karakteristik
anggotaKegiatan Permaainan - instruksional
Bentuk Transaksional

Format Kelompok kecil dengan empat Kelompok kecil dengan lima tahap
kegiatan tahap kegiatan kegiatan
Suasana 1. Interaksi multiarah 1. Interaksi multiarah
interaksi 2. Aktif bernuansa intelektual 2. Aktif bernuansa intelektual,
3. Pencerahan dan pendalaman afeksional, dan emosional

Sifat isi 1. Umum 1. Pribadi


pembicaraan 2. Kurang bersifat rahasia 2. Rahasia
Peran pembimbing Fasilitator - tutor Fasilitator - terapis

Peranan anggota Aktif membahas topik yang relevan Aktif membahas masalah pribadi, serta
kelompok dan bermanfaat bagi pencegahan berbagai dalam memecahkan masalah
masalah atau pengembangan pribadi orang lain atau upaya pengembangan
pribadi anggota

Lama dan Sesuai dengan tingkat pemahaman Sesuai dengan tingkat ketuntasan
frekuensi anggota tentang topik masalah pemecahan masalah individu anggota
kegiatan

Evaluasi 1. Evaluasi isi: kedalaman 1. Evaluasi isi: kedala- man dan


pembahasan topik ketuntasan pembahasan masalah
2. Evaluasi dampak: pemahaman pribadi
dan dampak kegiatan terhadap 2. Evaluasi dampak: sejauh mana klien
anggota (anggota yang masalah pribadinya
3. Evaluasi proses: keterlibatan dibahas) merasa mendapatkan
anggota dalam kegiatan (alternatif ) pemecahan masalahnya.
kelompok 3. Evaluasi proses: keterlibatan anggota
dalam kegiatan kelompok
Pelaksana Konselor Konselor

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 16


Selain Tabel 2 di atas, untuk lebih mudah mengenali perbedaan antara bimbingan
kelompok dan konseling kelompok disajikan dalam Gambar 2 dan Gambar 3 di bawah
ini:

Gambar 2
Alur Komunikasi dan Dinamika dalam Bimbingan Kelompok

Pada kegiatan bimbingan kelompok, alur komunikasi dan dinamikanya menuntut


semua anggota kelompok untuk ikut serta secara bersama-sama memikirkan, mendalami,
dan mengaplikasikan secara konkrit apek-aspek yang menjadi topik bahasan.

Gambar 3
Alur Komunikasi dan Dinamika dalam Konseling Kelompok

Sementara itu, pada kegiatan konseling kelompok seluruh energi dan pikiran
tercurahkan untuk membantu konseli/anggota kelompok yang memiliki masalah tertentu
yang masalah tersebut dibahas dalam kegiatan konseling kelompok.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 17


E. ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
1. Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi
“rahasia kelompok” yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak
disebarluaskan ke luar kelompok.

2. Kesukarelaan
Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan
kelompok oleh konselor/pemimpin kelompok. Kesukarelaan terus-menerus dibina
melalui upaya konselor/ pemimpin kelompok dalam mengembangkan syarat-syarat
kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan bimbingan kelompok maupun
konseling kelompok. Dengan kesukarelaan itu anggota kelompok akan dapat
mewujudkan peran aktif diri mereka masing- masing untuk mencapai tujuan layanan.

3. Asas-Asas Lain (kegiatan, keterbukaan, kekinian, dan kenormatifan)

Dinamika kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok


semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan
asas kegiatan dan asas keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri
tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi, berisi, dan
bervariasi. Masukan dan sentuhan semakin kaya dan terasa. Para peserta layanan
bimbingan kelompok ataupun konseling kelompok semakin dimungkinkan memperoleh
hal-hal yang berharga dari layanan ini.
Asas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan, anggota
kelompok diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini.
Asas kenormatifan dipraktikkan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan
bertata-krama dalam kegiatan kelompok, serta dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan
asas keahlian diperlihatkan oleh konselor/pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan
kelompok untuk mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 18


BAB 3
Komponen-Komponen Inti Bimbingan Kelompok

Komponen-komponen yang ada dalam layanan bimbingan kelompok diantaranya


terdapat pemimpin kelompok dan anggota kelompok.
A. Pemimpin Kelompok
1. Peranan Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka membawa para
anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan bimbingan kelompok.
Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995: 35-36) bahwa peranan pemimpin kelompok
ialah:
a. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan
langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tang ini meliputi, baik hal-hal yang
bersifat isi dari yang dibicarakanmaupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri
b. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam
kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan perasaan yang dialami itu.
c. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan maka
pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
d. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang
berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses
kegiatan kelompok.
e. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas”
kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan
pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin
kelompok, diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam
kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota
kelompok sehingga ia / mereka itu menderita karenanya.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 19


f. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-
kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin
kelompok.

2. Ciri- ciri Kepribadian Pemimpin Kelompok yang efektif


a. Keberanian
Keberanian merupakan ciri-ciri pribadi yang terpenting dalam pemimpin kelompok
yang efektif. Pemimpin menunjukan keberanian dalam kesediaanya untuk
mengorbankan waktu, mengakui kesalahan dan kekurangan, secara terus menerus
melakukan penilaian terhadap diri sendiri, terus terang dan jujur terhadap anggota
kelompok dan menyatakan kekhawatiran dan harapan-harapannya mengenai proses
kelompok. Pemimpin tidak boleh memanfaatkan perannya untuk melindungi
dirinya sendiri, harus bertindak jujur dan terus terang.
b. Dapat dijadikan contoh
Menjadi contoh merupakan salahsatu perilaku terbaik. Perilaku pemimpin
kelompok mempengaruhi anggota. Melalui perilaku dan sikap-sikapnya pemimpin
dapat menciptakan norma-norma kelompok, misalnya keterbukaan, kesungguhan
dalam mencapai tujuan, mau menerima orang lain dan mau menanggung resiko.
c. Kehadiran
Kehadiran ini tidak hanya secara fisik, tetapi kehadiran secara emosional.
Kehadiran secara emosional berarti berarti ikut merasakan kepedihan, perjuangan
dan kegembiraan anggota. Dengan keterlibatan emosional secara penuh dengan
kelompok pemimpin akan lebih mampu mengasihi dan bersikap empati terhadap
para anggotanya.
d. Menghagai dan Memperdulikan
Pemimpin kelompok tidak dibenarkan untuk memanfaatkan kelompok untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi atau mengekploitasi anggota untuk menaikan harga
dirinya. Perilaku mempedulikan meliputi menghargai, mempercayai, dan membuat
orang lain berarti.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 20


e. Keterbukaan
Agar efektif, pemimpin kelompok harus terbuka terhadap diri sendiri, terbuka pada
anggota lain. Keterbukaan dari pemimpin akan mendorong semangat keterbukaan
dalam kelompok yang membuat para anggota lebih terbuka dalam menyatakan
perasaan-perasaandan pandangan-pandangannya, dan hal ini akan membuat proses
kelompok menjadi lebih lancar.
f. Tidak Mempertahankan Diri dalam mengahadapi serangan
Pemimpin kelompok harus mengahadapi kritik dengan hati terbuka. Pemimpin
kelompok yang mudah panik, yang merasa tidak aman, yang terlalu peka terhadap
balikan yang negative, dan terlalu tergantung terhadap balikan yang negative, dan
yang terlalu tergantung pada persetujuan kelompok akan menghadapi kesukaran
dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya.
g. Kesadaran Diri
Seorang pemimpin kelompok yang mempunyai pengertian terbatas tentang dirinya,
tidak mungkin dapat menumbuhkan kesadaran diri pada klien-kliennya. Oleh
karena itu pemimpin kelompok harus berusaha meningkatkan kesadaran dirinya
termasuk kebutuhan-kebutuhannya dan dorongan-dorongannya, dan menggunakan
interaksinya dengan kelompok.
h. Rasa Humor
Kelompok membutuhkan lelucon untuk membuat suasana segar dan untuk
mengurangi ketegangan. Pemimpin yang dapat menikmati humor dan
menggunakan secara efektif dalam proses kelompok berarti telah membuat bantuan
yang tak ternilai pada kelompok.

3. Ketrampilan Pemimpin Kelompok


a. Kemampuan mendengar secara aktif
Kemampuan mendengar secara aktif mencangkup ketrampilan untuk dapat
mengartikan pesan-pesan verbal maupun non-verbal yang disampaikan oleh
anggota kelompok.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 21


b. Kemampuan untuk merefleksi
Kemampuan untuk mengungkapkan kembali inti dari apa yang dikemukakan oleh
orang lain sehingga yang bersangkutan dapat melihat kembali apa yang
dikatakannya.
c. Kemampuan merangkum
Pada akhir setiap pertemuan pemimpin kelompok membuat rangkuman.
Kemampuan rangkum ini berguna untuk memberikan gambaran keseluruhan hasil
suatu pertemuan dan memberi arah pada pertemuan selanjutnya.
d. Kemampuan menjadi fasilitator
Pemimpin kelompok dapat membantu proses kelompok dengan cara :
1) Membantu para anggota untuk secara terbuka menyatakan kekhawatiran dan
harapan-harapan mereka.
2) Secara aktif berusaha menciptakan suasana aman dan penuh penerimaan
sehingga orang akan menaruh kepercayaan satu dengan lainnya dengan
demikian menyangkut keproduktivitasan kelompok.
3) Memberikan dorongan dan bantuan bila anggota mengungkapkan masalah yang
sifatnya pribadi.
4) Berusaha mengurangi ketergantungan kelompok dengan pemimpin.
5) Mendorong anggota untuk mengungkapkan pertentangan dan perbedaan secara
terbuka.
Tujuan fasilitator adalah membantu kelompok mencapai tujuan-tujuannya, dan
terpenting adalah untuk membuka komunikasi yang jelas antara anggota-anggota
kelompok serta membantu mereka meningkatkan tanggung jawab sesuai dengan
tujuan kelompok.
e. Kemampuan bertanya
Ketrampilan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk merangsang berfikir
dan melakukan tindakan, untuk memperjelas permasalahan, serta mengurangi
ketegangan perasaan. Pemimpin kelompok sebaikny tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai sebab-sebab terjadinya perilaku atau pertanyaan yang bersifat
interograsi karena pertanyaan seperti itu akan membuat orang merasa diadili.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 22


f. Kemampuan menarik hubungan
Pemimpin yang memiliki kemampuan menarik hubungan, memiliki tujuan untuk
meningkatkan interaksi anggota dan meningkatkan kohesifitas kelompok.
g. Kemampuan memberi dukungan
Kemampuan member dukungan diperlukan bila anggota kelompok menghadapi
suatu krisis, merasaterancam, berusahan melakukan perubahan perilaku secara
konstruktif tetapi masih merasa tak menentu. Dukungan diberikan pada waktu yang
tepat dan porsi yang pas.
h. Kemampuan untuk menghalangi
Pemimpin mempunya tanggung jawab untuk menghalangi aktifitas-aktifitas
tertemtu dari anggota kelompok, misalnya terus menerus menggosip, ikut campur
urusan pribadi anggota lain dan merusak kepercayaan. Ketrampilan ini
memerlukan ketrampilan dan bertindak langsung

B. Anggota kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok.
Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para
anggotanya. Peran kelompom tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para
anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu, dalam batas-batas tertentu suatu kelompok
dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran peranan pemimpin kelompok sama sekali.
1. Keragaman Ciri Anggota Kelompok
Pertimbangan mengenai keragaman dan keseragaman ciri anggota kelompok perlu
diperhatikan.
a. Jenis kelompok
Untuk tujuan tertentu diperlukan pembentukan kelompok dengan jumlah anggota
yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Anak yang masih muda akan lebih bebas
berbicara dan mendiskusikan masalah mereka dengan teman sejenis (anak umur SMP). Untuk
anak SMA dan perguruan tinggi, juga untuk orang dewasa, kelompok dengan anggota
campuran akan memberi keuntungan yang berarti.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 23


b. Umur
Pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan dalam kelompok
dengan anggota seumur.
c. Kepribadian
Keragaman dan keseragaman dalam kepribadian anggota kelompok dapat membawa
keuntungan ataupun kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara anggota amat besar, maka
komunikasi antar anggota akan mengalami masalah.
d. Hubungan awal
Keragaman dan keseragaman anggota kelompok juga menyangkut hubungan awal
para anggota kelompok sebelum kegiatan kelompok dimulai. Keakraban mewarnai hubungan
antar anggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan sebaliknya suasana
keasingan akan dirasakan para anggota yang belum saling mengenal

2. Peranan Anggota Kelompok


Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga didasarkan atas peranan
para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para
anggota kelompok tersebut. Karena dapat dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan
badan dan jiwa kelompok tersebut. Agar dinamika kelompok selalu berkembang, maka
peranan yang dimainkan para anggota kelompok adalah:

a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antaranggota kelompok.


b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
f. Mampu berkomunikasi secara terbuka.
g. Berusaha membantu anggota lain.
h. Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya.
i. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 24


BAB 4
PROSES TAHAPAN BIMBINGAN KELOMPOK

A. Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok


Layanan bimbingan kelompok menempuh tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1) Perencanaan, yang mencakup mengidentifikasi topik yang akan dibahas dalam layanan
bimbingan kelompok, membentuk kelompok, menyusun jadwal kegiatan, menetapkan
prosedur layanan, menetapkan fasilitas layanan dan menyiapkan kelengkapan
administrasi.
2) Pelaksanaan, yang mencakup kegiatan mengkomunikasikan rencana layanan bimbingan
kelompok, mengorganisasikan kegiatan layanan bimbingan kelompok, menyelenggarakan
layanan bimbingan kelompok dengan melalui tahap pembentukan, peralihan, kegiatan
dan tahap pengakhiran.
3) Evaluasi yang mencakup kegiatan menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur dan
standar evaluasi, menyusun instrumen evaluasi, mengoptimalisasikan instrumen evaluasi
dan mengolah hasil aplikasi instrumen.
4) Analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan menetapkan norma atau standar analisis,
melakukan analisis dan menafsirkan hasil analisis.
5) Tindak lanjut yang mencakup kegiatan menetapkan jenis dan arah tindak lanjut,
mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak yang terkait dan
melaksanakan tindak lanjut.
6) Laporan, yang meliputi menyusun laporan, menyampaikan laporan kepada kepala
sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang terkait dan mendokumentasikan laporan layanan.

B. Proses Tahap Bimbingan Kelompok


Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat
tahapan, yaitu:
Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan
diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 25
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan
tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari
bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta
menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada
masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Menjelaskan asas kegiatan bimbingan kelompok. Penggunaan teknik
dan/atau permainan tertentu “ penghangatan dan keakraban

Tujuan : Kegiatan :
1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan 1. Menjelaskan pengertian kegiatan kelompok
dalam rangka bimbingan kelompok dalam rangka bimbingan kelompok
2. Tumbuh suasana kelompok 2. Menjelaskan : cara dan asas kegiatan
3. Tumbuh minat anggota mengikuti kegiatan kelompok
kelompok 3. Saling memperkenalkan dan
4. Tumbuh saling mengenal, percaya, mengungkapkan diri
menerima, membantu antar anggota 4. Penggunaan teknik dan/atau permainan
kelompok tertentu “ penghangatan dan keakraban
5. Dimulainya pembahasan tingkah laku dalam
kelompok

Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya
jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat
segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada
kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok
enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam
keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,
membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:
a. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
b. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih
kekuasaannya.
c. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
d. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 26


Tahap Peralihan
Jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan : Kegiatan :
1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh
sikap engan, ragu, malu, saling tidak pada tahap berikutnya
percaya untuk memasuki tahap berikutnya 2. Menawarkan sambil sambil mengamati
2. Makin mantapkannya suasana kelompok apakah anggota sudah siap memasuki tahap
dan kebersamaan ketiga
3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta 3. Membahas suasana yang terjadi
dalam kegiatan kelompok 4. Kalau perlu kembali ke tahap pembentukan

Tahap III Kegiatan


Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi
dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian
yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan
tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau
topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat
terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya
seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur
tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

Tahap Kegiatan : Bimbingan Kelompok (Kelompok Bebas)


Pembahasan Topik

Tujuan : Kegiatan :
1. Terungkapkannya secara bebas topik yang 1. Masing-masing anggota, secara bebas
dirasakan, dipikirkan, dialami oleh anggota mengemukakan topik bahasan
kelompok 2. Menetapkan topik yang akan dibahas
2. Terbahasnya topik secara mendalam dan 3. Anggota membahas topik secara
tuntas menyeluruh dan mendalam
3. Seluruh anggota aktif dan dinamis 4. Kegiatan selingan
membahas topik dari berbagai sudut
pandang (pikiran, perasaan, tingkah laku)

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 27


Tahap Kegiatan : Bimbingan Kelompok (Kelompok Tugas)
Pembahasan Tugas

Tujuan : Kegiatan :
1. Terbahasnya topik yang ditugaskan 1. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu topik
secara mendalam dan tuntas untuk dibahas oleh kelompok
2. Seluruh anggota aktif dan dinamis 2. Tanya jawab antara pemimpin dan anggota
membahas topik dari berbagai sudut kelompok tentang topik yang dikemukakan
pandang (pikiran, perasaan, tingkah pemimpin kelompok
laku) 3. Anggota membahas topik yang ditugaskan
4. Selingan

Peran Pemimpin Kelompok (Bimbingan Kelompok Topik Bebas dan Topik Tugas)
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka
2. Aktif tetapi tidak banyak bicara
3. Memberikan dorongan dan penguatan dengan penuh empati

Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada
berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok
itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong
kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.
Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti
melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan.
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok
hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota
kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada
kehidupan nyata mereka sehari-hari.

Tahap Pengakhiran
Penilaian dan Tindak Lanjut

Tujuan : Kegiatan :
1. Terungkapkannya kesan-kesan anggota 1. PK menjelaskan bahwa kegiatan akan
kelompok tentang pelaksanaan kegiatan segera diakhiri
2. Terungkapkannya hasil kegiatan kelompok 2. PK dan anggota kelompok mengemukakan
yang dicapai kesan dan hasil-hasil kegiatan
3. Terumuskannya rencana kegiatan tindak lanjut 3. Membahas kegiatan lanjutan
4. Terbangunnya hubungan kebersamaan 4. Mengemukakan pesan dan harapan
meskipun kegiatan diakhiri

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 28


Peran Pemimpin Kelompok pada Tahap Pengakhiran
1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka
2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota
kelompok
3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut
4. Penuh rasa persahabatan dan empati
5. Memimpin doa untuk mengakhiri kegiatan

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 29


BAB 5
METODE/TEKNIK DALAM BIMBINGAN KELOMPOK

Penggunaan meode atau teknik dalam bimbingan kelompok mempunyai banyak


fungsi selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang
ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan
kelompok agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya.
Adapun dalam bahan ajar bimbingan kelompok ini menggunakan metode atau Teknik
antara lain:

A. Teknik Sosiodrama

1. Pengertian Teknik Sosiodrama


Sosiodrama merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok yaitu role
playing atau teknik bermain peran dengan cara mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam
hubungan sosial. Sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat
timbul dalam pergaulan dengan orang lain, tingkat konflik-konflik yang dialami dalam
pergaulan sosial (Wingkel, 2004:470).
Jadi, teknik sosiodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah yang dihadapi
oleh seorang individu yang dilakukan dalam format kelompok dengan memerankan suatu
peranan tertentu dari suatu situasi masalah sosial.

2. Tujuan Teknik Sosiodrama


Sosiodrama biasanya digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan
masalah sosial seperti krisis kepercayaan diri jika dihadapan kelompok, menumbuhkan rasa
kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab serta untuk mengembangkan ketrampilan
tertentu.
Teknik sosiodrama dalam aplikasinya melibatkan beberapa siswa untuk dapat
memainkan perannya terhadap suatu tokoh, dan didalam memainkan peranan siswa tidak

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 30


perlu menghafal naskah, mempersiapkan diri, dan sebagainya. Pemain hanya melihat judul
dan garis besar dari isi skenarionya, dan apa yang dikatakannya. Semua diserahkan kepada
penghayatan siswa pada saat itu. Ketika melakukannya siswa akan merasa seperti dibawa
kedalam peristiwa sesungguhnya, disaat itulah mereka belajar memahami dan menghayati
setiap kisah agar dapat mengaplikasikan apa yang didapatnya ke dunia sosial yang
sesungguhnya.
Selain itu dapat dikatakan bahwa teknik sosiodrama lebih tepat digunakan untuk
mencapai tujuan yang mengarah pada :
a. Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan kehidupan
hubungan sosial. Sehubungan dengan itu maka materi yang disampaikan melalui
teknik sosiodrama bukan materi yang bersifat konsep- konsep yang harus dimengerti
dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai, mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di
lingkungan kehidupannya.
b. Melalui permainan sosiodrama, konseli diajak untuk mengenali, merasakan suatu
situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat
seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan akhirnya mereka memiliki
sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian sosial
(Wingkel, 2004:474).

3. Prinsip-Prinsip Pengaplikasian Teknik Sosiodrama

Prinsip-prinsip pengunaan teknik sosiodrama adalah kelompok harus memperhatikan


terhadap masalah yang dikemukakan. Penjelasan prinsip tentang penggunaan sosiodrama
adalah sebagai berikut :
a. Siswa belajar dari permainan dan bukan dari kata-kata yang disampaikan oleh guru
pembimbing

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 31


b. Agar perhatian siswa tetap terjaga persoalan yang dikemukakan hendaknya
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, baik minat maupun kemampuan
siswa
c. Sosiodrama hendaknya dipandang sebagai alat pelajaran dan bukan sebagai alat
hiburan
d. Sosiodrama dilakukan oleh kelompok siswa
e. Siswa harus terlibat langsung sesuai peranan masing-masing
f. Penentuan topik yang dibicarakan antar siswa dan disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa dan situasi yang tepat
g. Petunjuk sosiodrama dapat terlebih dahulu disiapkan secara terperinci
h. Dalam sosiodrama hendaknya dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut tentang
penambahan pengetahuan tentang konsep dan pengertian
i. Sosiodrama dimaksud untuk melatih keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan
dengan baik
j. Sosiodrama harus dapat digambarkan yang lengkap dan proses yang berturut-turut
yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.

4. Prosedur Pelaksanaan Teknik Sosiodrama


Keberhasilan dalam pelaksanaan teknik sosiodrama dapat dicapai dengan mengajukan
judul yang baik untuk diperankan oleh siswa. Hal ini agar siswa yang terlibat dalam peran
bisa menghayati perannya dengan baik, sebelumnya guru mengemukakan garis besar dari
skenario tersebut. Kemudian memilih kelompok siswa yang akan memerankan peran, serta
mengatur situasi tempat bersama-sama dengan siswa yang terlibat peran tersebut.

Siswa yang tidak ikut memerankan peran diminta supaya mendengarkan dan
mengikuti dengan teliti semua pembicaraan, tindakan-tindakan serta keputusan-keputusan
yang dilakukan para pemeran. Setelah pementasan selesai, guru mengatur diskusi untuk
mengaplikasikan apa yang dilakukan oleh siswa tadi.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 32


Agar siswa memperoleh manfaat yang besar dari teknik sosiodrama ini, haruslah
diupayakan agar mereka berperan secara wajar, dalam arti tidak dibuat-buat. Oleh karena itu,
jalan cerita dalam aplikasi sosiodrama tidak tertentu menjadi ikatan yang ketat bagi siswa
ketika harus memerankan perannya. Siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan
penghayatan mereka pada saat memainkan peran dan melaksanakan diskusi.

Adapun prosedur yang harus diikuti konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan
dengan teknik sosiodrama adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan
Pada tahap ini konselor merencanakan layanan bimbingan yang akan dilaksanakan
dengan menggunakan teknik sosiodrama. Konselor hendaknya melihat ulang apakah
kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai sudah sesuai dengan karakteristik dari teknik
sosiodrama. Kegiatan yang dilakukan konselor pada tahap perencanaan ini yaitu:
1) Identifikasi kebutuhan konseli: sikap, keterampilan apa yang perlu dipelajari konseli
dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari
2) Merumuskan tujuan layanan sesuai dengan kebutuhan konseli
3) Identifikasi materi berdasarkan kebutuhan dan tujuan, materi ini yang akan
dikembangkan ke dalam skenario permainan peranan. Berdasarkan materi tersebut
dirumuskan topik layanan bimbingan dan judul sosiodrama
4) Mengembangkan skenario sosiodrama
5) Merencanakan strategi pelaksanaan
6) Merencanakan evaluasi.

b. Pelaksanaan
Pada tahap ini konselor melaksanakan layanan bimbingan dengan mengajak konseli
bermain sosiodrama. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan ini yaitu:
1) Pembukaan. Dimulai dengan pembinaan hubungan baik, pemberian motivasi dan
penjelasan tujuan serta kegiatan yang akan dilaksanakan

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 33


2) Kegiatan inti
Pelaksanaan layanan dengan permainan sosiodrama. Langkah - langkah
permainan sosiodrama meliputi:
a) informasi (secara klasikal) bahwa dalam permainan sosiodrama
akan melibatkan sebagaian konseli sebagai kelompok pemain dan konseli yang
lain menjadi kelompok observer, kelompok pemain maupun kelompok observer
sama-sama mengikuti aktivitas belajar melalui permainan yang dilaksanakan;
b) konselor membacakan garis besar cerita sosiodrama (telah disiapkan di dalam
skenario) diteruskan dengan pembacaan rambu-rambu pemain dari setiap
pemegang peran;
c) setelah dipahami oleh semua konseli maka langkah berikutnya menentukan
kelompok pemain. Kelompok ini terdiri dari individu-individu yang
memerankan peran-peran tertentu sesuai dengan tuntutan skenario. Penentuan
pemain ini bisa melalui penawaran kepada konseli (siapa yang bersedia
memerankan suatu peran), dibicarakan di kelas maupun ditunjuk oleh konselor;
d) penjelasan dan pengarahan terhadap kelompok pemain (scenario). Para
pemain yang telah terpilih kemudian diberi penjelasan tentang proses permainan
adegan-demi adegan seperti dalam skenario. Kelompok pemain diberi waktu
sejenak untuk mempelajari skenario.
e) kelompok observer/ penonton juga diberi pengarahan terkait peran mereka
sebagai observer. Observer bertugas untuk mengamati proses permainan,
bagaimana para pemain memerankan adegan-adegan dalam permainan, dialog-
dialog para pemain, pemecahan masalah yang dilakukan oleh pemain dan
sebagainya;
f) pelaksanaan permainan, adegan demi adegan dalam skenario dimainkan oleh
para pemegang peran. Pada saat ini maka konselor berperan sebagai pengarah
permainan (sutradara) dan sekaligus sebagai pengamat proses baik terhadap
kelompok pemain maupun kelompok observer;
g) Evaluasi dan diskusi. Aspek yang didiskusikan terkait dengan substansi materi
yang disampaikan melalui permainan sosiodrama, proses permainan hingga pada
perasaan para pemain maupun penonton ketika berlangsungnya permainan.
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 34
evaluasi dapat dilakukan dengan refleksi atau dengan cara laiseg (layanan
segera), laijapen, dan laijapan (layanan jangka panjang
h) Ulangan permainan (rehersal), jika masih ada waktu permainan dapat diulang
kembali dengan pertukaran peran pemain

3) Penutup
Pada tahap ini konselor menyimpulkan hasil pelayanan bimbingan yang
dilaksanakan melalui permainan sosiodrama, aspek apa saja yang dapat dipelajari
melalui sosiodrama yang baru saja dilaksanakan diberi penekanan sebagai upaya
untuk mengikat perolehan belajar para konseli dan dilanjutkan dengan evaluasi.

c. Evaluasi
Prosedur terakhir setiap pelayanan selalu diakhiri dengan evaluasi, baik evaluasi
proses maupun evaluasi hasil

5. Hal – hal Di Perhatikan Dalam Teknik Sosiodrama


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama, antara lain:
a. Masalah yang dijadikan cerita hendaknya dialami oleh sebagian anak.
b. Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari diri sendiri.
c. Konselor tidak banyak menyutradarai/mengatur, biarkan anak yang mengembangkan
kreativitasnya.
d. Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan)
e. Kesimpulan diskusi dapat dirumuskan oleh konselor.

6. Kelemahan Teknik Sosiodrama


Kelamahan dari teknik sosiodrama, diantaranya yaitu:
a. Sosiodrama dan bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak
b. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak konselor maupun
murid. Dan ini tidak semua konselor memilikinya

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 35


c. Kebanyakan konseli yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan
suatu adegan tertentu
d. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak
tercapai
e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini

7. Kelebihan Teknik Sosiodrama


Kelebihan dari teknik sosiodrama, diantranya yaitu:
a. Sangat cocok digunakan untuk menangani masalah sosial konseli.

b. Mental konseli untuk tampil di depan umum menjadi terlatih siswa akan menjadi lebih
kreaktif dan berinisiatif.

c. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan konseli. Disamping
merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan

d. Sangat menarik bagi konseli, sehingga memungkinkan kelompok menjadi dinamis dan
penuh antusias

e. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri konseli serta menumbuhkan
rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

f. Satu kegiatan dapat mencakup beberapa materi pelajaran, yaitu: bahasa, seni, sosial.

g. Pembelajaran nilai-nilai sosial menjadi lebih mudah dilakukan untuk anak usia dini.

h. Konseli yang memiliki bakat seni dapat terdeteksi sejak dini

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 36


B. Teknik Simulasi Permainan
1. Pengertian Teknik Simulasi Permainan
Penggunaan teknik permainan dalam kegiatan bimbingan dan konseling (games)
mempunyai banyak fungsi selain lebih dapat memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok
terhadap tujuan yang ingin dicapai, juga dapat membangun suasana dalam kegiatan
bimbingan dan kelompok lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh
mengikutinya.
Permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-
situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Tetapi situasi itu hampir selalu
dimodifikasi, apakah dibuat lebih sederhana, atau diambil sebagian, atau dikeluarkan dari
konteksnya. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa situasi yang disimulasikan hendaknya
tidak terlalu kompleks dan tidak terlalu sederhana. Apabila terlalu kompleks para pemain
menjadi kurang berani memainkannya, sebaliknya apabila terlalu mudah mereka akan cepat
bosan. Meskipun demikian, permainan simulasi tetap dapat menyediakan suatu gambaran
kehidupan dan kenyataan yang berarti.
Permainan simulasi dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya membantu siswa
untuk mempelajari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan aturan-aturan sosial.
Dalam hal ini peserta permainan dapat memerankan peran yang sama sekali asing baginya.
Permainan simulasi hampir sama dengan permainan peranan tetapi dalam permainan simulasi
kadang-kadang pemain menghalangi pemain lainnya.
Topik-topik permainan simulasi disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan latar
belakang lingkungan anak, dengan demikian mereka tidak merasa melakukan sesuatu yang
tidak mereka sukai. Permainan simulasi cocok dipakai untuk memotivasi anak belajar,
terutama bila bahan pelajaran yang dipelajarinya kurang menarik. Permainan simulasi selain
berguna untuk memperkenalkan konsep dan menanamkan pengertian tentang sesuatu hal,
juga mempunyai kekuatan untuk membangkitkan minat dan perhatian anak.
Di dalam permainan terdapat nilai-nilai yang berguna bagi anak dalam
mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab, terbuka, kooperatif, menghargai orang
lain, kejujuran, dan spontanitas. Kegiatan bermain memberikan pengalaman bagi siswa
karena sisiwa akan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Selain itu
proses bimbingan yang terjadi di dalam permainan dapat mengubah tingkah laku, sikap, dan
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 37
pengalaman. Nilai-nilai yang diperoleh siswa karena terlibat dalam melakukan permainan
(games) akan melekat di dalam diri siswa. Hal itulah yang dapat mendukung siswa
meningkatkan ketrampilan dan mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin.

2. Fungsi Bermain
a. Bermain Dan Kemampuan Intelektual
1) Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar
atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi) dan
mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan
dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika.
2) Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga
pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru
ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan
yang baru. Dengan permainan struktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih
sempurna
3) Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan,
mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik
kesimpulan.
Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga
meningkatkan kemampuan logika.
4) Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan anak bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum
persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup
imajinasi aktif anak-anak yang akan mencegah kebosanan.
5) Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak
mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada
yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 38
meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang
perhatian (konsentrasinya) pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk
berperilaku lain dan mengacau.
b. Bermain Dan Perkembangan Bahasa
Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-
anak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan
meyakinkan kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka
menemukan kata-kata baru
c. Bermain Dan Perkembangan Sosial
1) Meningkatkan sikap social
Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya,
dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu pula anak-
anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan
peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan
semangat tim.
2) Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti oleh
teman-temannya, karena permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana
mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain.
3) Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu dalam
permainan, anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan
‘siapa’ yang akan menjadi ‘apa’. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar
bagaimana membuat peran yang harmonis dan melakukan kompromi
d. Bermain Dan Perkembangan Emosi
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk
perkembangan emosi :
1) Kestabilan emosi
Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain.
Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 39


2) Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi.
Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini
pula dapat mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat
membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat
memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis)
3) Menyalurkan keinginan

3. Jenis Permainan dalam bimbingan kelompok


a. Permainan Sensorimotor ( Praktis )
Menggunakan semua indera dengan menyentuh, mengeksplorasi benda, berlari,
melompat, meluncur, berputar,melempar bola

b. Permainan Sombolis ( Pura-pura )


Terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol, sehingga
bersifat dramatis dan sosiodramatis.Dalam permainan pretend, ada 3 hal yang biasa
terjadi : alat-alat, alur cerita dan peran.

c. Permainan Sosial
Adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya.

d. Permainan Konstruktif
Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan
simbolis. Permainan Konstrukstif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu
kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri.

e. Games
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang
melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu anak atau lebih.

4. Cara membuat permainan simulasi


Adapun langkah-langkah implementatif untuk mewujudkan Permainan
Simulasi (simulationgame) pada bimbingan kelompok sebagai berikut :
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 40
a. Meneliti masalah yang banyak dialami anak, terutama yang menyangkut bidang
pendidikan, dan sosial.
b. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan permainan itu. Dalam melakukan hal
ini anggota kelompok atau siswa supaya diikut sertakan.
c. Membat daftar sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membatu menyelasaikan
topik yang akan digarap, misalnya alat-alat yang diperlukan, buku sumber, dan waktu
yang sesuai untuk mengerjakan tugas antara konselor dan siswa.
d. Memilih situasi dalam kehidupan sebenarnya yang ada kaitannya dengan kehidupan
siswa. Pelajari struktur situasi tersebut, dan aturan-aturan yang mengatur perilaku
mana yang dibolehkan dan perilaku mana yang tak boleh dilakukan.
e. Membuat model atau skenario dari sesuatu yang sudah dipilih.
f. Identifikasi siapa sajadan berapa orang yang akan terlibat dalam permainan tersbut.
g. Membuat alat-alat permainan simulasi.
Setelah semua langkah tersebut dikerjakan, pemimpin kelompok bersama dengan
anggota kelompok membuat aturan-aturan dasar dalam memainkan permainan simulasi.
Setelah semuanya selesai, permainan diuji untuk dimainkan untuk melihat apakah pesan-
pesan yang sudah dibuat cukup komunikatif dan dapat dipahami orang lain.

5. Media Permainan Simulasi


Penggunaan teknik permainan simulasi membutuhkan media yang harus dipersiapkan
secara khusus. Perangkat media tersebut terdiri dari:
a. Beberan simulasi, merupakan beberan atau papan permainan yang berisi sejumlah
pesan yang diatur dalam suatu langkah-langkah tertentu. Pesan tersebut memuat suatu
situasi yang diangkat dari kehidupan sehari-hari dan disesuaikan dengan topik
bimbingan yang sedang diangkat. Pada saat proses permainan pesan tersebut dibaca
oleh pemain dan pemain memberi respon jawaban atas pertanyaan atau permasalahan
yang dimunculkan dalam pesan tersebut
b. Kartu pesan, pesan-pesan permainan yang tidak tertampung di beberan simulasi,
ditulis dalam kartu-kartu kecil. Terdapat dua macam kartu, yaitu kartu yang berisi

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 41


pesan dan kartu yang memuat aktivitas selingan yang menyenangkan bagi pemain
mapun penonton
c. Alat penentu langkah, dapat berupa dadu, kubus berisi angka maupun lot yang bertulis
angka. Alat ini untuk menentukan berapa langkah yang harus dilakukan pemain
setelah melemparkan dadunya
d. Tanda bermain atau gaco, tanda ini digunakan sebagai alat untuk menunjukkan
dimana langkah yang telah dicapai oleh pemain
e. Perangkat media tersebut dilengkapi dengan matrik atau skenario permainan
simulasi.Skenario permainan simulasi berisi secara lengkap pesan-pesan permainan,
aturan permainan serta langkah-langkah pelaksanaan permainan simulasi.

6. Peserta Permainana Simulasi


Menentukan peserta permainan. Peserta permianan adalah mereka yang terlibat
dalam permainan simulasi yang terdiri dari :
a. Fasilitator, yaitu individu yang bertugas memimpin permainan simulasi. Dalam
kegiatan bimbingan kelompok yang menjadi fasilitator ialah konselor, guru, atau wali
kelas. Tugas dari fasilitator antara lain: (a) mempersiapkan media beberan simulasi,
(b) menjelaskan mekanisme pelaksanaan permainan, (3) menentukan/ memilih
kelompok pemain, kelompok pemegang peran, penulis dan penonton, (4) memimpin
jalannya diskusi, (5) membantu memecahkan masalah pada persoalan yang tidak
dapat diselesaikan konseli, (6) mengakhiri jalannya permainan simulasi
b. Penulis, bertugas mencatat segala sesuatu yang terjadi selama permainan simulasi
berlangsung.
c. Pemain, yaitu individu-individu yang memegang tanda bermain dan menjawab serta
mendiskusikan pesan-pesan permainan simulasi.
d. Pemegang peran, yaitu individu yang berperan sebagai tokohynag ada dalam skenario
permainan.
e. Penonton, yaitu mereka yang ikut menyaksikan permainan simulasi dan berhak
mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, dan ikut berdiskusi.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 42


Setelah peserta permainan ditentukan, permainan dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyediakan alat permainan berserta kelengkapannya.
b. Fasilitator menjelaskan tujuan permainan.
c. Menentukan pemain, pemegang peran, dan penulis.
d. Menjelaskan aturan permainan.
e. Bermaian dan berdiskusi.
f. Menyimpulkan hasil diskusi setelah seluruh permainan selesai.
g. Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain berikutnya.

7. Prosedur Pelaksanaan Layanan dengan Teknik Permainan Simulasi


a. Perencanaan, konselor membuat persiapan layanan bimbingan kelompok dengan
teknik permainan simulasi, perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk RPLBK.
Disamping itu konselor juga mempersiapkan media permainan dalam bentuk beberan
simulasi
b. Pelaksanaan, kegiatannya terdiri dari (1) tahap pembukaan atau awal kegiatan, (2)
tahap transisi, meliputi: (a) mempersiapkan media beberan simulasi, (b) penentuan
kelompok pemain yang akan bermain dalam permainan simulasi, (c) menentukan
pemegang peran, dapat dipilih atau ditawarkan. Konseli yang tidak terpilih sebagai
pemain maupun pemegang peran mereka menjadi observer atau penonton. Dalam
permainan simulasi observer juga diperkenankan terlibat dalam proses diskusi, (d)
menyampaikan aturan-aturan permainan, (3) kegiatan inti atau tahap produktivitas,
yaitu pelaksanaan permainan, konselor memimpin jalannya permainan simulasi
termasuk jalannya diskusi.Pada langkah ini konselor juga dituntut untuk dapat
mengobservasi secara cermat terhadap para konseli yang sedang terlibat dalam
permainan maupun kelompok penonton, (4) penutup, konselor menyimpulkan hasil
permainan simulasi melalui mekanisme refleksi diri maupun refleksi proses,
kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil
c. Evaluasi, setelah pelaksanaan permainan simulasi maka aktivitas berikutnya adalah
mengadakan evaluasi baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses.
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 43
8. Model Permainan
Permainan-permainan tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Adakalanya
permainan tersebut berguna untuk melatih konsentrasi, perkenalan dan keakraban,
pengembangan diri, komunikasi, kepercayaan diri, kepemimpinan, kerjasama, dan
kreatifitas.

9. Kelebihan dan Kelemahan dalam Teknik Simulasi Permainan


a. Kelebihan dalam Teknik Simulasi Permainan
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa
diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.

b. Kelemahan dalam Teknik Simulasi Permainan

1) Pengalaman yang diperoleh tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam
melakukan simulasi.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 44


C. Teknik Latihan
1. Pengertian Latihan
Pada pelatihan kali ini akan difokuskan pada penggunaan teknik latihan kelompok
(group exercise) dalam proses bimbingan dan konseling. Istilah “latihan” mengacu pada
aktivitas yang harus dilakukan kelompok untuk mencapai suatu tujuan khusus. Suatu latihan
bisa saja berupa kegiatan sederhana membentuk dyad-dyad dan mendiskusikan suatu topik
atau kegiatan yang sedikit rumit.
Adapun tujuh alasan untuk menggunakan latihan dalam kelompok, diantaranya:
a. Mengembangkan diskusi dan partisipasi
Penggunaan latihan dalam kelompok seringkali dapat meningkatkan partisipasi anggota
kelompok dengan cara memberikan mereka pengalaman umum. Latihan dapat menjadi
cara untuk menstimulasi minat dan energi anggota kelompok
b. Memfokuskan Kelompok
Suatu latihan dapat digunakan untuk memfokuskan anggota pada suatu isu atau topik baru
dibutuhkan
c. Mengangkat suatu fokus
Konselor bisa juga menggunakan latihan untuk mengangkat suatu fokus saat ini merasa
sebuah topik baru dibutuhkan
d. Memberi Kesempatan untuk pembelajaran eksperiensial
Alasan keempat dalam penggunaan latihan adalah untuk memberi suatu pendekatan
alternatif dalam mengeksplorasi persoalan-persoalan, hal ini dapat dilakukan melalui
diskusi sederhana.
e. Memberi konselor informasi yang berguna
Latihan berguna juga mendapatkan informasi dari anggota kelompok yang akan digunakan
trainer dalam diskusi. Dalam latihan ini latihan rounds seringkali digunakan.
f. Memberikan kesenangan dan relaksasi
Latihan tertentu dapat melonggarkan suasana dalam kelompok melalui canda tawa dan
relaksasi. Misalnya latihan lempar topeng, pijat kelompok dan sebagainya.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 45


g. Meningkatkan level kenyamanan
Latihan dapat digunakan untuk meningkatkan level kenyamanan dalam kelompok. Banyak
anggota mengalami kecemasan selama sesi awal dalam kelompok. Latihan untuk
meningkatkan keakraban seringkali menambah rasa nyaman diantara anggota kelompok

2. Jenis-Jenis Latihan
a. Latihan Menulis (Written)
Latihan menulis terdiri dari aktivitas tulis menulis dimana anggota dapat menulis
daftar, pertanyaan, mengisi esay, menuliskan reaksi mereka, atau menandai dengan tanda cek
hal-hal seputar isu-isu atau topik yang diketengahkan. Keuntungan utama dari latihan ini
adalah anggota menjadi lebih fokus saat menyelesaikan tugas tertulis dan mereka dapat
menghasilkan ide-ide atau respon-respon mereka. Yang termasuk dalam bentuk latihan ini
seperti:

1) Melengkapi kalimat (sentence-completion exercise)


2) Mengisi daftar isian (listing exercise)
3) Menulis respon (written-response exercise)
4) Buku harian (diaries)
5) Latihan melengkapi kalimat

Contoh 1
Salah satu latihan menulis yang paling berguna yaitu melengkapi kalimat. Melengkapi
kalimat adalah melengkapi pernyataan tertulis dengan cara mengisi
titik-titik.

Contoh 1
Saat saya memasuki kelompok baru, saya merasa ……………………………………………..
Saat orang pertama kali bertemu saya, mereka ………………………………………………..
Saat saya berada dalam kelompok baru, saya merasa nyaman saat ……………………………
Saya paling kesal saat pemimpin ………………………………………………………………
Dalam kelompok saya paling takut jika ….……………………………………………………

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 46


Melengkapi kalimat sangat berguna karena dapat menambah gagasan-gagasan dan
pemikiran-pemikiran yang tersaji dalam fokus terhadap masalah dan diskusi kelompok.
Latihan ini juga memunculkan minat dan energy diantara anggota kelompok karena mereka
biasanya ingin mengetahui tentang bagaimana anggota lain merespon terhadap anak kalimat
yang sama.

Contoh 2 (Membuat Daftar Isian)


Dalam sebuah kelompok edukasional yang sedang membahas tentang stress, pemimpin dapat
meminta anggota kelompok untuk membuat daftar hal-hal yang dapat membuat mereka stress
(stressor) anggota kelompok dapat membuat daftar seperti:

Daftar hal-hal yang dapat membuat saya stress


1) Pekerjaan kantor yang menumpuk
2) Masalah keluarga
3) Tugas perkuliahan yang kian mendekat
4) Kesulitan keuangan
5) Dst

Lalu pemimpin meminta mereka membuat kelompok kecil masing-masing


beranggotakan 4 orang dan mendiskusikan daftar tersebut.

b. Gerak (Movement)
Latihan gerak mensyaratkan peserta untuk melakukan suatu hal yang bersifat fisikal,
karenanya peserta harus bergerak. Latihan ini bisa saja berupa hal kegiatan sederhana seperti
berdiri dan menggerakkan anggota tubuh untuk peregangan ataupun kegiatan yang kompleks
seperti trust lift (di mana lima orang peserta secara bersamaan mengangkat seorang peserta
lain di atas kepala mereka) dan breaking in (di mana kelompok berdiri bersama dan
berpegangan tangan, berusaha untuk menjaga anggota kelompok yang di luar lingkaran agar
tidak masuk).

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 47


Alasan menggunakan latihan gerak
1) Latihan ini memberi kesempatan pada anggota untuk melakukan peregangan dan
gerak tubuh.
2) Memberikan perubahan format dan selanjutnya dapat menjaga ketertarikan kelompok
dan energi yang mereka miliki.
3) Memberi anggota kelompok kesempatan untuk lebih mengalami sesuatu daripada
hanya mendiskusikannya
4) Latihan gerak biasanya melibatkan seluruh anggota kelompok.
5) Drama dari latihan gerak bisa saja menyebabkan peserta lebih mengingat apa saja
yang terjadi dalam kelompok

Macam-macam latihan gerak

1) Bertukar tempat duduk (changing seats)


2) Berjalan memutar (milling around)
3) Meneruskan nilai (values continuum)
4) Goals walk
5) Sejauh apa kamu datang? (how Jar have you come)
6) Gambaran keluarga (family sculpture)
7) Home spot
8) Jarak personal (personal space)
9) Jadi patung (become a statue)
10) Opening up
11) Menggambar perasaan (sculpt your feeling about the group)

Contoh 1 (Bertukar kursi)


Latihan ini mengharuskan anggota kelompok berdiri dan mencari kursi yang berbeda untuk
diduduki. Tujuannya adalah untuk peregangan dan menggerakkan badan serta agar peserta
dapat duduk disamping peserta lain dan menghadapi peserta yang berbeda dari perubahan
lokasi duduk.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 48


Pemimpin: "Saya ingin kalian semua berdiri dan meregangkan diri untuk beberapa menit,
kemudian kalian harus mencari kursi yang berbeda dari yang kalian duduki saat ini.
Berpindahlah ke kursi tersebut dan cobalah untuk duduk di dekat anggota kelompok yang
berbeda.

Contoh 2 Home spot


Dalam latihan ini peserta membuat lingkaran dan saling berpegangan tangan. Tiap orang
memilih sudut dalam ruangan dalam upaya untuk manuver kelompok. Pemimpin bisa
menggunakan latihan ini untuk merubah tahapan dan untuk memfokuskan anggota pada
persoalan tentang bagaimana cara mereka dalam meraih apa yang mereka inginkan, seberapa
persisten dan protektif mereka terhadap orang lain.

Pemimpin: Mari kita melakukan hal yang berbeda. Kita telah mendiskusikan tentang
bagaimana kalian tidak selalu mendapatkan apa yang kalian inginkan atau kalian butuhkan.
Karena itu saya ingin kalian melakukan latihan ini. Singkirkan semua kursi, rapatkan ke
dinding. Sekarang berkumpullah di tengah ruangan dan buatlah lingkaran. Saya ingin kalian
melihat sekitar dan pilih salah satu titik diruangan ini. Dalam beberapa menit saya akan
meminta kalian untuk bergerak ke titik tersebut dengan saling berpegangan tangan. Tidak ada
yang boleh bicara ataupun tertawa dalam latihan ini. Ok, bersiap. Sekarang bergeraklah ke
titik tujuan.

Peserta akan saling menarik, mendorong, menyerah, berlutut di lantai dan sebagainya.
Pemimpin akan menghentikan permainan setelah beberapa menit dan kemudian memproses
reaksi-reaksi yang beragam.

c. Lingkaran (Rounds)
Latihan rounds mungkin merupakan latihan yang paling berguna di mana pemimpin
memiliki akses terhadap kelompok. Latihan ini dapat dilakukan dengan cepat dan membantu
dalam mengumpulkan informasi yang berguna.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 49


Contoh Lingkaran pilihan
Latihan ini mengharuskan pemimpin untuk membaca pernyataan dan peserta
mengungkapkan perasaannya tentang pernyataan tersebut. Respon terhadap pernyataan
pemimpin tersebut biasanya memiliki potensi untuk memunculkan berbagai diskusi.

Pemimpin: Saya ingin kalian duduk melingkar. Kita akan melakukan latihan yang menarik.
Baiklah sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan yang diikuti dengan respon
anda terhadap pernyataan tersebut dengan kata-kata. 1 sangat setuju1 2 setuju, 3. tidak setuju.

1) Orang kulit hitam dan orang kulit putih tidak boleh menikah
2) Hubungan diluar pernikahan selalu berbahaya
3) Perceraian berarti sebuah kegagalan
4) Seseorang harus mencintai orang tuanya tanpa terkecuali
5) Menikah merupakan hal yang penting bagi kebahagiaan.”
6) dst

Respon terhadap pernyataan pemimpin tersebut biasanya memiliki potensi untuk


memunculkan berbagai diskusi

d. Dyad Dan Triad


Dyad merupakan aktivitas di mana anggotanya dipasangkan dengan satu sama lain
untuk mendiskusikan persoalan-persoalan atau untuk menyelesaikan suatu tugas. Begitu
halnya dengan triad, yakni aktivitas di mana anggota kelompok dibagi menjadi kelompo-
kkelompok kecil yang terdiri atas tiga orang. Triad dibentuk saat anggota kelompok
berjumlah ganjil. Pada umumnya dyad dan triad sangat berguna karena memberikan
kesempatan bagi anggota untuk memiliki kontak yang lebih personal antara satu sama lain
mengemukakan ide, dan memvariasikan format kelompok.
Adapun kegunaan dari dyad dan triad antara lain:
1) Berinteraksi dengan 2 atau 3 individu lainnya
2) Mempraktikkan beberapa keterampilan
3) Melakukan aktivitas antara 2 orang agar dapat berinteraksi kondisi tertentu

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 50


4) Bermanfaat dalam mengembangkan aktivitas yang dilakukan kelompok
5) Mempererat interaksi yang terjadi antar anggota kelompok

Contoh Latihan Dyad (Aku harus ... Aku memilih ... )


Dalam latihan ini anggota kelompok dipasangkan menjadi dyad-dyad kemudian mereka
diminta mengatakan dengan lantang daftar hal-hal yang mereka rasa 'harus' mereka lakukan.
Kemudian mereka harus mengubah kata 'saya harus ... ' menjadi 'saya memilih ...Jenis latihan
semacam ini memberi anggota kelompok kesempatan untuk mendengar bagaimana mereka
dapat merubah beberapa kebutuhan atau tuntutan mereka

1) Anggota : "Saya harus pergi ke kantor tiap pagi.


2) Pemimpin : "Sekarang anda ubah kata 'harus' menjadi kata 'memilih'.
3) Anggota : "Saya memilih untuk pergi ke kantor setiap hari."
4) Pemimpin : "Bagaimana perasaanmu."
5) Anggota : “beban saya untuk pergi ke kantor setiap hari menjadi lebih ringan

Contoh Latihan Triad (Obrolan orang tua)


Mintalah anggota kelompok untuk membentuk triad-triad. Masing-masing anggota dalam
triad memerankan ayah, ibu dan anak. Kemudian mereka diminta untuk membicarakan suatu
masalah darisudut pandang orangtua dan anak. Setiap anggota harus memerankan ketiga
peran tersebut. Latihan ini dapat membantu anggota untuk mempercayai opini orangtua
terhadap mereka dan latihan ini dapat dilakukan oleh semua usia.

e. Creative Props
Latihan ini menggunakan berbagai macam peralatan secara kreatif. Peralatan konseling yang
berbeda dapat digunakan dalam latihan kelompok yang menarik dan memikat Jacobs, 1992.
Bahan-bahan yang dapat digunakan dalam creative props
1) Pita karet
2) Gelas Styrofoam
3) Kursi kecil
4) Botol bir
5) Kaset tape yang sudah tak terpakai
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 51
6) Kartu remi
7) Perisai
8) Saringan tungku (Jacobs, 1992)

Latihan menggunakan gelas styrofoam


Pemimpin: "Saya ingin setiap orang melihat gelas yang sedang saya pegang, dan anggaplah
gelas ini sebagai makna diri kalian masing-masing. (pemimpin naik ke atas kursi). Saat saya
menggenggam erat gelas ini saya ingin kalian memikirkan pada siapa kalian akan
memberikan makna atas diri kalian, seseorang yang naik ke atas kursi dan anda izinkan
untuk menggenggam atau menyakiti hati kalian." Latihan ini dapat melatih imajinasi dan
batas toleransi peserta terhadap orang lain yang menyakiti mereka.

Contoh 2 (Latihan menggunakan kursi kecil)


Pemimpin: "Kita telah membahas tentang rencana untuk bersenang-senang. Karena itu saya
ingin kalian memfokuskan seluruh gagasan pada acara bersenang-senang, untuk membantu
kalian, saya ingin anda semua melihat kursi kecil ini dan memikirkan tentang anak kecil yang
ada dalam dirimu. Saya ingin anda berpikir tentang apa yang terjadi pada anak itu saat anda
tumbuh dewasa. Jika bayak di antara anda yang merasa kesenangan anda hilang, saya ingin
mendengarnya langsung dari anak kecil yang menjadi bagian dari diri anda tersebut."

Permainan ini dapat merangsang daya khayal peserta dan membuat peserta menghargai
kesenangan yang sekarang mereka dapatkan. Peserta juga dapat mengenang masa kanak-
kanak mereka yang indah dan sejak kapan kenangan indah tersebut menghilang

f. Arts And Crafts (Seni Dan Kerajinan Tangan)


Latihan ini mengharuskan peserta untuk menggambar, memotong, menempel,
mengecat, dan mewarnai dengan tujuan untuk menciptakan sesuatu dari berbagai bahan.

Seperti latihan lainnya, latihan arts and crafts ini juga dapat mendatangkan
kesenangan, memunculkan minat, mengangkat fokus kelompok, menciptakan energi, dan

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 52


mengembangkan diskusi. Latihan ini membiarkan peserta mengekspresikan diri dalam
berbagai cara yang berbeda.

Contoh Latihan (Verbal origami)


Berikan tiap kelompok sehelai kertas origami. Pilih satu orang untuk maju ke depan ruangan
dan menjelaskan kepada orang lain bagaimana untuk melipat kertas menjadi sebuah benda,
hewan, atau pesawat kertas. Orang yang memberi petunjuk tersebut medapatkan petunjuk
yang diberikan dari buku atau sumber tertulis lainnya. Penjelasannya harus murni verbal,
tidak ada demonstras fisik yang dibolehkan. Si pemberi petunjuk juga tidak boleh
memberitahu yang lain benda apa yang sedang mereka buat, tapi ia boleh
menggambarkannya. Ini merupakan tugas yang sulit jika banyak petunjuk dalam buku berupa
diagram. Permainan ini dapat digunakan terhadap berbagai tingkatan kelompok

g. Fantasi
Latihan fantasi adalah yang paling sering digunakan untuk pengembangan dan terapi
kelompok, memberdayakan imajinasi dan penggambaran visual anggota kelompok. Fantasi
membantu anggota agar menjadi lebih sadar akan perasaan, harapan, keraguan dan ketakutan
mereka.

Contoh Latihan (Saya adalah pohon)


Pemimpin: "Saya ingin masing-masing dari kalian menutup mata dan buatlah diri kalian
senyaman mungkin. Baiklah, sekarang saya ingin kalian semua membayangkan diri kalian
sebagai sebatang pohon. (berhenti sejenak). Pohon apakah kalian? Ada apa saja disekeliling
anda? Apakah kehidupan kalian seperti pohon? Bagaimana perasaan kalian saat menjadi
pohon? Ok, siapa di antara kalian yang mau maju dan berbagi tentang apa yang telah kalian
alami tadi."

h. Bacaan Umum
Latihan bacaan umum (common reading) mensyaratkan peserta untuk membaca cerita
pendek, puisi atau dongeng. Bacaan-bacaan semacam itu seringkali menyajikan tujuan dari

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 53


pengembangan ide dan pemikiran serta memperdalam fokus terhadap beberapa topik atau isu.
Faktor penting yang harus dipikirkan dalam melakukan latihan bacaan umum ini adalah
tujuan kelompok. Yakinkan bahwa bahan bacaan akan dapat mengembangkan pemikiran-
pemikiran yang berkenaan dengan tujuan tersebut. Pertimbangan lainnya adalah kapabilitas
intelektual aggota, saat pemimpin meminta anggota untuk membaca dan menanggapi puisi
ataupun saat pemimpin meminta anggota menulis sajak.

Contoh (Latihan pembacaan sajak)


Dalam sebuah kelompok pemimpin mencoba untuk mengembangkan diskusi tentang tuntutan
dan pengharapan terhadap peserta orang lain, begitu pula kebutuhan peserta akan pengakuan
dan penerimaan.

Pemimpin: "Saya akan membacakan sebuah sajak dan saya ingin anda memberikan
komentar tentang sajak tersebut. Sajaknya adalah sebagai berikut.

Aku melakukan hal yang harus kulakukan begitu pula dengan kau.
Aku berada di dunia ini bukan untuk hidup sesuai pengaharapanmu, begitu pula kau.
Kau adalah kau dan aku adalah aku.
Dan jika ada kesempatan untuk kita saling bertemu: itu adalah hal yang indah jika tidak, itu
tidak akan terbantu

i. Umpan Balik
Latihan umpan balik memungkinkan peserta dan pemimpin berbagi perasaan dan pemikiran
mereka tentang satu sama lain. Pemimpin tidak seharusnya menggunakan latihan umpan
balik kecuali dirasa bahwa anggota kelompok memiliki keinginan yang cukup untuk saling
membantu bukannya keinginan untuk saling menyakiti satu sama lain.

Macam-Macam Latihan
1) Kesan pertama (first impressions)
2) Daftar cek sifat (adjective checklist)
3) Membicarakan anggota lain (talk about the member)
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 54
4) Bombardemen kelebihan (strength bombardment)
5) Harapan (wishes)
6) Umpan balik metaforis (metaphorical feedback)
7) Umpan balik tertulis (written feedback)
8) Umpan balik yang paling banyak dan paling sedikit (most/least feedback)

Contoh 1 Bombardemen kelebihan


Pemimpin: "Saya ingin anda duduk melingkar dan menyiapkan alat tulis beserta kertasnya.
Kemudian saya akan meminta salah seorang peserta untuk duduk di tengah lingkaran, dan
peserta lainnya duduk di sepanjang tepi lingkaran. Mereka yang berada di tepi lingkaran
bertugas untuk menuliskan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh peserta yang berada di
tengah lingkaran. Setelah itu kalian boleh bergantian duduk di tengah lingkaran. Tom,
dimulai dari kamu." Latihan ini memungkinkan peserta untuk berbagi pemikiran dan
perasaan terhadap peserta lain dengan cara yang aman dan kemungkinan untuk menyakiti
perasaan orang lain.

Contoh 2 (Harapan)
Pemimpin mengatur latihan ini dengan cara meminta anggota untuk mengungkapkan secara
verbal harapan-harapan yang mereka miliki untuk salah seorang peserta. Ini merupakan
latihan yang baik bagi peserta yang peduli terhadap satu sama lain, dan yang memiliki
berbagai hal untuk dikatakan kepada peserta lainnya.

Pemimpin: "Saya ingin anda memikirkan tentang harapan-harapan yang kalian miliki
terhadap para anggota lainnya. Kita akan memfokuskan latihan pada satu orang dan pada satu
waktu. Siapa saja yang ingin mengemukakan harapannya akan berkata 'Harapan saya
untukmu adalah ..., cukup jelas?"

j. Kepercayaan (Trust)
Jika pemimpin merasa bahwa anggota tidak saling mempercayai terhadap satu sama lain atau
nampaknya kepercayaan lebih dibutuhkan dalam kelompok, pemimpin dapat menggunakan

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 55


latihan kepercayaan (trust exercise). Setiap latihan bertujuan untuk memfokuskan perhatian
kelompok terhadap isu-isu mengenai rasa percaya khususnya untuk mempercayai orang lain.

Macam-Macam Latihan Kepercayaan


1) Lingkaran kepercayaan (trust circle)
2) Trust lift ·
3) Trust fall
4) Blind trust walk

Contoh 1(Blind trust walk)


Latihan ini dilakukan secara berpasangan, di mana satu orang ditutup matanya dan yang lain
berperan sebagai pemandu. Selama latihan berlangsung tidak diperkenankan adanya
percakapan apapun kecuali pengarahan. Tujuan dari latihan ini adalah agar anggota dapat
mempercayai oranglain untuk memandunya. Setiap peserta harus dipandu berkeliling selama
sekitar 5 menit untuk mendapatkan efeknya. Karena itu, ide bagus untuk membawa peserta
berjalan melalui pintu-pintu, meja, kursi, tangga dan bendal -benda di sekelilingnya.

Contoh 2 (Trust fall)


Dalam latihan ini salah seorang peserta diminta untuk berdiri di tempat yang agak tinggi,
dengan satu atau dua orang peserta berdiri tepat di belakangnya. Peserta yang ada di depan
menjatuhkan diri kebelakang, dan peserta lain menangkapnya pada jarak yang aman diatas
lantai. Selama latihan ini berlangsung, pemimpin harus dapat memastikan bahwa ada yang
menangkap kepala dan leher anggota yang melakukan permodelan.

k. Experiential
Beberapa latihan kelompok dapat diklasifikasikan sebagai latihan eksperiensial karena
anggota kelompok terlibat semacam pengalaman kelompok ataupun individual yang aktif dan
menantang. Latihan eksperiensial yang paling dikenal adalah "ropescourse" (permainan tali
temali), yang merupakan rangkaian aktivitas yang didesain untuk membawa individu dan
kelompok melampaui pengharapan mereka ataupun meyakini keinginan mereka untuk

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 56


mencoba." ( project adventure, 1992). Aktivitas ini dilakukan di luar ruangan dengan
menggunakan rangkaian yang didesain secara hati-hati dan terbuat dari jalinan tali temali.

Aktivitas dalam permainan tali temali bergantung pada kerjasama antar anggota kelompok,
dengan demikian aktivitas ini bagus untuk pembentukan tim (team building).

Contoh 1 (Egg retrieval)


Sebutir telur ditempatkan pada gantungan di dekat pohon atau tiang kayu dan ditengah area
yang telah ditandai. Pemimin memberitahu peserta bahwa tanah disekitar area tersebut telah
terkontaminasi oleh berbagai zat berbahaya yang tidak memungkinakan bagi seseorang atau
sesuatu untuk menyentuhnya. Pemimpin memberi tim seuntai tali dan webbing dengan
panjang 20 kaki. Misi tim adalah untuk menyelamatkan telur tanpa sesuatu atau seorang pun
menyentuh area yang terkontaminasi dan tanpa melebihi waktu yang telah ditetapkan.

Contoh 2 (Zip line)


Sebuah kabel direntangkan dari puncak suatu bidang datar atau menara setinggi 25 kaki atau
lebih, pada perangkat yang ada di tanah sejauh beberapa ratus kaki dari menara. Pendaki yang
ada di atas bidang datar menggenggam sebuah batangan atau seutas webbing nilon yang
digunakan untuk katrol/ kerekan bebas. Penahan statis dipasangkan dari katrol ke
perlengkapan yang dipakai pendaki. Pendaki dengan mudah dapat mengangkat kakinya dan
mulai meluncur. Pada akhir zib line, kabel diposisikan sedemikian rupa sehingga sudut-
sudutnya agak menanjak, hal ini membuat pendaki dapat mendarat dengan lembut.

l. Dilema Moral
Beberapa latihan kelompok dapal digolongkan sebagai “dilema moral” yakni latihan
dimana sebuah cerita dibacakan untuk anggota dan tiap orang harus memutuskan bagaimana
ia akan menangani situasi dalam cerita itu. Jenis latihan ini berguna dalam membantu anggota
kelompok menyadari bahwa setiap orang memiliki nilai-nilai yang berbeda. Latihan ini
biasanya memunculkan diskusi tentang nilai-nilai, hukum dan keadilan. Dapat digunakan
pada awal sesi dan menjadi fokus dari seluruh sesi.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 57


Contoh Latihan (Kapal karam)
Untuk mengembangkan latihan dilema moral, pemimpin dapat membacakan cerita pada awal
sesi yang nantinya akan menjadi fokus bagi keseluruhan sesi. Salah satu cerita yang bisa
dibacakan berjudul, kapal karam.

“Anda berada dalam kapal saat kapal tersebut mengalami benturan dan akan tenggelam.
Tujuh orang ingin naik ke atas rakit penyelamat, namun rakit hanya dapat menampung lima
orang saja. Ketujuh orang tersebut adalah, anda, anak kecil bandel berusia 12 tahun,
pensiunan guru berusia 69 tahun, atlit baseball terkenal berusia 35 tahun, ahli mesin berusia
22 tahun, pendeta berusia 52 tahun, dan seorang wanita hamil berusia 39 tahun. Menurut
anda, siapa di antara mereka yang tidak boleh naik rakit?".

m. Keputusan kelompok
Jenis latihan lainnya yang dapat digunakan dalam kelompok adalah aktivitas
pembuatan keputusan kelompok. Latihan ini mensyaratkan para anggota kelompok untuk
bekerja sama dalam menangani suatu masalah. Bergantung pada ukuran kelompok, seluruh
anggota kelompok bisa saja bekerja sebagai satu unit, atau bisa juga dibagi menjadi dua atau
tiga kelompok kecil beranggotakan masing-masing empat orang.

Jenis-Jenis Latihan Keputusan Kelompok


Johnson dan Johnson (1991) menjelaskan tentang beberapa jenis latihan keputusan
kelompok. Dua di antaranya adalah, (1) mengajakpeserta untuk berusaha menentukan
persediaan apa yang harus diambil (winter survival/ bertahan di musim dingin) dan (2)
mengajak peserta untuk melengkapi puzzle yang rumit dengan cara bekerjasama (hollow
squares exercise).

Contoh Latihan Keputusan Kelompok (Winter survival)


Pemimpin: "Untuk latihan kali ini saya ingin anda memecah kelompok menjadi beberapa
kelompok kecil masing-masing beranggotakan 3-4 orang. Anda akan diberikan kertas yang
berisi daftar 50 nama benda. Bayangkan diri anda sebagai pengembara yang akan pergi ke

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 58


kutub Utara. Anda hanya diperbolehkan mengambil 15 barang dari daftar tersebut sebagai
perbekalan. Diskusikan dalam kelompok kecil anda, benda apa saja yang akan dibawa dalam
perjalanan menuju kutub utara dan siapa yang ditunjuk untuk menjadi pemimpin anda selama
perjalanan, waktunya 15 menit dimulai dari sekarang. "Latihan ini dapat melatih peserta
dalam proses decision making (pengambilan keputusan juga dapat mengasah keterampilan
anggota dalam menetapkan skala prioritas dan mengembangkan kekompakkan kelompok).

n. Sentuhan (Touching)
Banyak juga latihan kelompok yang melibatkan berbagai bentuk sentuhan. Latihan
sentuhan dibahas secara terpisah karena ada beberapa petunjuk yang harus dipertimbangkan
saat akan melakukannya, yakni:

1) Sadarilah bahwa beberapa peserta mungkin akan merasa tidak nyaman dengan kontak
fisik. Jika suatu latihan melibatkan beberapa bentuk sentuhan, pastikan bahwa peserta
memahami apa yang akan terjadi dan mengizinkan siapa saja yang bersedia untuk
melakukan latihan ini.
2) Dalam hampir setiap situasi, yang terbaik adalah dengan mencegah penggunaan
sentuhan yang memiliki konotasi seksual. Beberapa latihan pijat, bisa saja
diinterpretasikan secara seksual jika tidak dilakukan dengan sepantasnya.

Contoh Latihan Sentuhan (touching) Hand squeeze


Pemimpin:" Dalam latihan kali ini saya ingin anda membuat lingkaran. Kemudian salah satu
dari anda harus memegang erat tangan anggota disebelah anda. Latihan ini dilakukan tanpa
berbicara, para anggota harus melakukan hal yang sama pada peserta lain, terus mengelilingi
lingkaran sampai kembali pada orang yang memulai latihan ini. Baiklah Joni, kamu yang
memulai pertama. "Latihan ini berguna sebagai ice breaker dan juga ajang menjalin
keakraban antar para anggota. Latihan semacam ini juga tidak menimbulkan konotasi seksual
yang buruk.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 59


D. Teknik Home Room
1. Pengertian Teknik Home Room
Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom) adalah teknik untuk
mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam pelajaran dalam suasana
kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru atau konselor. Dalam pertemuan home room yang
ditekankan adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaan seperti suasana rumah yang
menyenangkan. Dengan suasana yang menyenangkan dan akrab, siswa merasa aman dan
terbuka dalam memberi informasi.
Secara umum home room dapat diartikan penciptaan kekeluargaan yang digunakan
sebagai teknik untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam mata
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu terutama di bidang belajar,
sosial, pribadi dan karier.
Teknik Homeroom teknik yang dilakukan konselor dalam membantu siswa
memecahkan masalah-masalah atau mengembangkan potensi siswa dalam suasana yang
menyenagkan melalui kegiatan kelompok yang dilakukan dengan suasana yang menyenagkan
sehingga timbul rasa nyaman dan terbuka
Bimbingan home room memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Bersifat kekeluargaan
b. Bersifat tebuka
c. Bebas
d. Menyenangkan
e. Berkelompok

2. Tujuan Dari Pelaksanaan Teknik Home Room


a. Menjadikan peserta didik akrab dengan lingkungan
b. Untuk memahami diri sendiri (mampu menerima kekurangan dan kelebihan diri
sendiri) dan memahami orang lain dengan lebih baik.
c. Siswa nyaman dengan nyaman dengan dirinya sendiri
d. Untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
e. Untuk mengembangkan sikap posotif
f. Untuk menjaga hubungan sehat dengan orang lain.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 60


g. Untuk mengembangkan minat
h. Sadar akan kepentingan sendiri

3. Manfaat Teknik Home Room


Manfaat teknik home room bagi guru BK yaitu guru dapat lebih mengenal dan
memahami siswa,guru juga dapat membangun hubungan yang akrab dengan murud.
Sedangkan bagi siswa yaitu menciptakan suasana yang akrab antara sesama siswa sehingga
tercipta suasana yang harmonis di sekolah, saling terbuka, dapat menyampaikan ide dan
gagasan, lebih berani mengemukakan pendapat, prososial, timbulnya rasa berkerjasama dan
gotong-royong

4. Tahap teknik home room


Secara umum, pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik
Homeroom hampir sama dengan pelaksanaan bimbingan kelompok pada umumnya, yang
membedakan hanya suasana kekeluargaan yang diciptakan.

a. Tahap pembentukan. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan saat


melakukan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik home room. Dalam
penelitian ini konselor menyiapkan sekaleng permen, vas bunga, serta karpet untuk
alas duduk yang mungkin akan diperlukan saat konseli menginginkan suasana yang
lain. Konselor bisa menanyakan langsung kepada anggota kelompok suasana
bimbingan kelompok seperti apa yang membuat mereka merasa nyaman selama
bimbingan. Mosanya saja setting tempat yang di inginkan siswa seperti apa, duduk di
atas bangku atau lebih memilih lesehan (duduk di bawah dengan menggunakan alsa
duduk). Dengan demikian konselor bisa mengatur suasana yang diinginkan para
anggota secara maksimal. Pada tahap pembentukan juga dilakukan pengakraban
dengan beberapa permainan (misalnya saja permainan “sebut dan hafal”. Pengakraban
ini untuk mengakrabkan antar anggota. Selain itu permainanan “jujur atau berani”.
Permainan ini digunakan untuk mengungkapkan kepercayaan diri konseli, serta
perkenalan pemimpin kelompok dengan para anggota.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 61


b. Tahap peralihan. Pada tahap ini pemimpin kelompok dapat bertanya tentang kesiapan
anggota kelompok untuk memulai kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik home
room. Konselor memastikan dengan bertanya langsung kepada anggota kelompok
apakah suasana dan situasi bimbingan kelompok sudah membuat para anggota merasa
nyaman atau belum, sehingga anggota bisa benar-benar siap menjalani kegiatan pada
tahap selanjutnya.
c. Tahap kegiatan. Pemimpin kelompok mengutarakan topik misalnya: Pentingnya
memahami diri sendiri dalam keterbukaan diri, selanjutnya membahasnya secara
mendalam sesuai dengan tujuan awal kegiatan dan memberikan latihan-latihan
kegiatan. Selain itu konselor sebagai pemimpin kelompok juga harus mengatur
jalannya proses kegiatan. Konselor tetap menjaga suasana dan situasi kelompok agar
tetap nyaman sesuai keinginan anggota kelompok. Suasana bimbingan dibuat
senyaman mungkin, senyaman suasana di rumah dengan penuh kehangatan dan
kekeluargaan. Dalam penelitian ini konselor menawarkan kepada anggota kelompok
apakah anggota memilih suasana leseahan atau ada opsi yang laian yang membuat
anggota lebih nyaman dengan cara duduk di atas kursi dengan satu meja dan
mengelilinggi mjea tersebut. Akan tetapi anggota menginginkan suasana bimbingan
yang tidak menengangkan dalam artian anggota tetap menginginkan suasana yang
tetap santai tanpa adanya perdebatan.
d. Tahap pengakhir. Menyimpulkan hasil dari bimbingan kelompok serta
mengungkapkan dan menanyakan kesan-kesan setelah mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 62


E. Bimbingan Kelompok Menggunakan Media Film
1. Pengertian Media Film
Media Film dalam bimbingan merupakan proses bimbingan dengan menggunakan
perumpamaan film untuk meningkatkan wawasan klien dan pertumbuhan yang optimal.
Dimana individu ataupun kelompok bertugas melihat film yang akan menghubungkan
pengalaman hidup mereka sendiri dengan karakter tokoh dalam film (Michael lee Powel,
2006)

2. Manfaat media Film


Menurut Solomon (Demir, 2008:1) film bermanfaat untuk memberikan efek positif
pada individu yang bermasalah. Sedangakn menurut Wolz (2004: 3) menjelaskan bahwa film
memiliki kekuatan besar sebagai alat untuk menceritakan sebuah cerita, mengkomunikasikan
informasi, dan memberi pengaruh budaya. Banyak orang merasa lega dengan menonton film
pada saat bimbingan atau terapi (psicotheraphy).
Selain itu film dapat memberikan kesehatan emosi serta dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang terhadap nilai yang terkandung dalam sebuah film sehingga penonton
dapat meniru perilaku yang diperankan oleh tokoh dalam film tersebut dan dapat
menjalankan pengetahuan baru yang diperoleh dari cerita dalam sebuah film

3. Proses kerja Cinema Terapi dan Media Film


Proses yang terjadi pada saat memahami alur cerita dan karakter tokoh dalam sebuah
film (Sapiana, 2014: 9) yakni:
a. Dengan melihat film, itu menandakan bahwa terjadi kerja aktif dalam otak yang
menunjukkan diri kita memahami isu-isu emosi yang ditandai dengan tibulnya
kepahaman dengan sebuah alur cerita dalam film.
b. Menggunakan film atau sinema ternyata dapat membangkitkan semangat di alam
bawah sadar kita. Dengan menonton film luapan ekspresi emosi terjadi. Penonton
seperti terkena sihir, seolah berada di dalam alur cerita film.
c. Titik akhir dari bimbingan media film adalah menemukan makna atau maksud dari
alur cerita film. Penemuan makna ini yang kemudian dapat mendorong untuk tampil
seperti apa yang semestinya, bisa berupa motivasi, hubungan depresi, percaya diri.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 63


4. Jenis – Jenis Film
Untuk mengelompokkan film ke dalam jenis, klasifikasi, atau mode film memang
belum ada kejelasan yang baku. Beberapa pakar film masih mengelompokkan film sesuai
dengan interpretasinya masing-masing, sehingga dalam mengetahui jenis film memang perlu
di lihat dari pernyataan masing-masing pembicara.
Media film perlu memperhatikan pemilihan film, yaitu:
a. film menimbulkan perubahan kelompok sehingga dipilih isu-isu tertentu seperti
kecanduan, mengatasi dan tumbuh dari tantangan hidup, mengejar gairah
seseorang,kekuatan dalam kerentanan, kemarahan dan menemukan makna hidup,
dll.
b. Pesan simbolis dalam aktifitas film mendukung penyembuhan dan pertumbuhan
model perjalanan batin anggota kelompok sehingga tujuan dapat tercapai. Film
dipilih untuk mewakili mendemonstrasikan karakter, mempelajari anggota kelompok
serta akan menemukan bahwa film yang dipilih akan membantu permasalahan dalam
kelompok.
c. Setelah dari bagian film menyentuh secara mendalam. Terjadi proses pada kelompok
yang akan membantu anggota mengetahui tentang diri mereka.

Adapun metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasikan
film adalah berdasarkan genre. Genre secara umum membagi film berdasarkan jenis dan latar
ceritanya. Menurut Suwasono (2014:13- 17) genre film yang masih popular hingga sekarang
adalah sebagai berikut:
a. Aksi
Film-film aksi berhubungan dengan adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya,
nonstop dengan tempo cerita yang cepat. Film aksi memiliki karakter protagonis dan
antagonis yang jelas serta konflik berupa konfrontasi fisik.

b. Drama
Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, dan suasana
yang memotret kehidupan nyata. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan
mampu menguras air mata penontonnya. Tema yang sering dipakai dalam film drama adalah
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 64
isu-isu sosial baik dalam masyarakat maupun keluarga seperti ketidakadilan, kekerasan,
diskriminasi, rasialisme, ketidakharmonisan, masalah kejiwaan, penyakit, kemiskinan,
politik, dan kekuasaan. Selain itu film drama juga dapat memuat kisah-kisah inspiratif yang
dapat memberikan dan membangkitkan motivasi kepada penonton. Kisah dalam film drama
sering diadaptasi dari sebuah novel, puisi, catatan harian, ataupun sebuah kisah nyata.

c. Komedi
Film komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penonton. Film
komedi biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga
karakternya. Film komedi ini dapat digunakan untuk mengurangi stres yang dialami oleh
seseorang karena dengan tawa maka penonton akan dapat mengurangi kecemasan yang
dialami, dengan tertawa maka akan berdampak pada kognitif yang dapat mengubah pikiran-
pikiran negatif menjadi pikiran positif. Selain itu tertawa juga dapat mengubah mood
seseorang
d. Fantasi
Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tdak nyata.
Fillm fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi,
serta alam mimpi. Film fantasi sering ditujukan untuk penonton dikalangan anak-anak dan
remaja

e. Fiksi ilmiah
Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar,
percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, atau proses kehancuran bumi. Film ini berhubungan
dengan teknologi yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Film ini lebih fokus
pada kehidupan masa depan

f. Film pendek
Film pendek merupakan film yang berdurasi di bawah 50 menit. Film pendek bisa
juga hanya berdurasi 60 detik karena yang terpenting adalah ide dan pemanfaatan media
komunikasinya berlangsung efektif.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 65


5. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Penokohan

a. Ciri model seperti; usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan,
penting dalam meningkatkan imitasi.
b. Anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa.
c. Anak cenderung meniru model seusianya daripada model dewasa.
d. Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya.
e. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka.
Dalam penokohan, sebaiknya tokoh yang dimunculkan sebagai contoh bagi anak atau
siswa merupakan tokoh yang sesuai dengan kondisi anak

6. Langkah – Langkah menyajikan media film

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan film sebagai media
layanan bimbingan kelompok. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan Guru
Pertama-tama guru BK harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL)
Bimbingan Kelompok dahulu. Kemudian baru memilih film yang tepat untuk mencapai
tujuan bimbingan yang diharapkan. Juga perlu diketahui panjangnya film tersebut (20 – 45
menit), tingkat rekomendasi film, tahun produksi serta diskripsi dari film tersebut. Selain itu
film tersebut diujicobakan memuat rencana secara eksplisit cara menghubungkan film terebut
dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Mempersiapkan Kelas
Siswa (klien) dipersiapkan terlebih dahulu supaya mereka mendapat jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikiran mereka sewaktu menyaksikan film
tersebut. Untuk itu dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: menjelaskan maksud pemutaran
film, menjelaskan secara ringkas isi film, menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapat
perhatian khusus sewaktu menonton film, harus dijelaskan mengapa terdapat ketidakcocokan
pendapat dengan bagian isi film bila ditemui ketidak sesuaian.
c. Langkah Penyajian
Setelah siswa (klien) dipersiapkan barulah film diputar. Dalam penyajian ini harus
disiapkan perlengkapan yang diperlukan antara lain: proyektor, layar, pengeras suara, power
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 66
cord, film, ekstra roll, dan tempat proyektor. Guru BK harus memperhatikan keadaan ruangan
gelap atau tidak dan juga guru dapat menghubungkannya dengan berbagai alat lainnya.

d. Aktivitas Lanjutan
Aktivitas lanjutan ini dapat berupa tanya jawab (refleksi), guna mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap film yang disajikan. Kalau masih terdapat kekeliruan bisa
dilakukan dengan pengulangan pemutaran film tersebut. Pengertian yang diperoleh audien
dari melihat film akan lebih banyak manfaatnya bila diikuti dengan aktivitas lanjutan.
Aktivitas tersebut dapat berupa: membaca buku tentang masalah yang ditonton jika buku
tersebut tersedia, membuat karangan tentang apa yang telah ditonton, mengunjungi lokasi di
mana film tersebut dibuat, jika dipandang perlu adakan tes atau kuis tentang materi layanan
bimbingan yang disajikan lewat film tersebut

7. Keunggulan dan Kelemahan Media Film


a. Keunggulan Film
1. Menarik perhatian.
2. Dapat menunjukkan langkah atau tahapan yang diperlukan untuk melakukan tugas
tertentu.
3. Dapat menayangkan peristiwa atau acara yang telah terjadi.
4. Dapat dipercepat dan diperlambat untuk menganalisis tindakan atau pertumbuhan
tertentu.
5. Dapat diperbesar agar dapat dilihat dengan mudah.
6. Dapat diperpendek dan diperpanjang waktunya.
7. Dapat memotret kenyataan.
8. Dapat menimbulkan emosi.
9. Dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan secara jelas dan cermat.
b. Kelemahan Film
1. Mahal.
2. Jika digunakan kurang tepat akan berdampak kurang baik.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 67


DAFTAR PUSTAKA

Gladding, S.T (1991). Group Work: A Counseling Specialty. New York: Merrilll

Hartina, S. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama

Kurnanto, M.E.(2013). Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta

Michael lee Powel, Group Cinematherapy: using metaphor to enchance adolescent selft-
esteem, The Art in Psychoterapy 33 (2006), 247.

Natawidjajaja, R. (2009). Konseling Kelompok (Konsep Dasar dan Pendekatan). Bandung.


Rizqi Press

Prayitno (2017) Layananan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Yang Berhasil) Jakarta:
Ghalia Indonesia

Prayitno (1995) Layananan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia

Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi Press

Santosa, S. (1999). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 68


Materi Tambahan Latihan Permainan

A. RANGKAIAN NAMA

Permainan ini berintikan penggabungan atau perangkaian nama dari semua anggota
kelompok, yang juga melibatkan pemimpin kelompok

Tujuan dan nilai kelompok

1. Permainan ini dilaksanakan pada awal kegiatan kelompok (Tahap Pembentukan), agar
semua peserta mengenal dan hafal nama semua anggota kelompok, dan dengan
demikian akan meningkatkan keakraban dan kebersanmaan antar anggota kelompok.
2. Permainan ini menuntut pemusatan perhatian dan dapat membawa suasana yang
menggembirakan, sehingga suasana kelompok menjadi lebih hangat dan
menyenangkan.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 69


3. Setiap anggota kelompok (termasuk pemimpin kelompok) berusaha mengenal dan
menyebutkan dengan benar nama-nama semua anggota kelompok; dengan demikian
semua anggota akan merasa diakui oleh anggota lainnya. Permainan ini mendorong
dikembangkannya "perasaan dalam kelompok" untuk semua anggota kelompok.
Permainan ini melibatkan seluruh anggota kelompok, termasuk pemimpin kelompok.

Cara bermain

1. Semua anggota kelompok dan pemimpin kelompokberada di tempat duduk yang


disusun dengan membentuk lingkaran.
2. Pemimpin kelompok menjelaskan jalannya permainan, yaitu:

➔ Mula-mula salah seorang anggota kelompok, sebagai orang pertama,


menyebutkan namanya sendiri, misalnya Amin.
➔ Kemudian, arah ke kiri atau ke kanan, anggota kelompok lainnya, sebagai orang
kedua, menyebutkan nama anggota yang telah mengemukakan nama sebelumnya,
(yaitu Amin) dan langsung disambungkan dengan nama sendiri; misalnya, nama
orang kedua Budiansyah; maka orang kedua menyebutkan Amin-Budiansyah.
➔ Selanjutnya orang ketiga, dan seterusnya, satu per satu mengkaitkan nama-nama
yang telah tersebut terdahulu dengan namanya sendiri.
➔ Semua anggota kelompok mendapatkan giliran untuk menyebutkan nama semua
anggota kelompok dan namanya sendiri, sehingga semua nama itu menjadi
terangkai.

Percobaan
Anggota kelompok diajak rnencoba permainan tersebut. Pemimpin kelompok menunjuk
salah seorang anggota untuk rnemulainya, dilanjutkan oleh anggota berikutnya. Apabila
pelaksanaannya sudah betul, permainan dapat dilanjutkan, dan apabila belum betul
dijelaskan kembali. Di waktu menyebutkan nama anggota lainnya, anggota yang
menyebutkan nama itu harus melihat wajah anggota yang namanya sedang disebutkan.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 70


Bermain sebenarnya.

Setelah dicobakan ternyata berhasil, permainan dilaksanakan secara lengkap. Semua


anggota kelompok menyiapkan diri dan menyimak dengan baik untuk menunggu giliran
merangkai nama: Begitu selanjutnya sampai semua anggota kelompok mendapat
kesempatan untuk merangkaikan nama-nama anggota kelompoknya secara tepat dan
lengkap.

Catatan khusus

1. Putaran rangkaian nama itu dapat dilakukan beberapa kali sampai semua anggota
kelompok, termasuk pemimpin kelompok benar-benar hafal nama semua anggota
kelompok.
2. Dalam putaran pertama hendaknya diusahakan agar pemimpin kelornpok mendapat
giliran terakhir untuk merangkaikan nama itu; dengan demiki, pemimpin kelornpok
diwajibkan sejak awal menghafal seluruh nama anggota kelompoknya.
3. Permainan amat efektif untuk para anggota kelompok yang baru pertama kali
bertemu.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 71


B. DOT KELIPATAN TIGA

Permainan ini berintikan hitungan (angka): satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Setiap
kelipatan "tiga", angka diganti dengan ucapan "dot"

Tujuan dan nilai kelompok

1. Pada kegiatan awal (Tahap Pembentukan) permainan ini dapat membawa suasana
gembira dan menyenangkan untuk membina suasana keakraban dan kebersamaan
diantara para anggota kelompok.
2. Pada kegiatan-kegiatan yang sudah lanjut permainan ini dapat membawa suasana
kelompok yang dalam keadaan tegang menjadi mencair; suasana yang lemah menjadi
bersemangat kembali.

Pemain
Semua anggota kelompok; pemimpin kelompok tidak ikut bermain melainkan menjadi
pengelola permainan
Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 72
Cara bermain

1. Tempat duduk diatur melingkar jika permainan dilaksanakan dengan duduk; jika
berdiri, juga berbentuk lingkaran.
2. Pembimbing Kelompok menjelaskan jalannya permainan, yaitu:

➔ Anggota kelompok secara berurutan mengucapkan hitungan satu, dua, dan seterusnya
➔ Barangsiapa yang mendapatkan bilangan kelipatan tiga (3, 6, 9, dan seterusnya), maka
peserta tersebut, menggantinya dengan kata "dot".

Percobaan
Anggota kelompok diajak mencoba permainan ini. Pemimpin kelompok meminta salah
seorang peserta memulai hitungan ... "satu" untuk peserta pertama, "dua"
peserta kedua, "dot" peserta ketiga dan seterusnya sehingga semua anggota kelompok
mendapatkan giliran.

Permainan sebenamya

Setelah dicobakan permainan ini ternyata berhasil, maka dilaksanakan permainan sebenamya.
Nantinya, bagi peserta yang tidak tepat di dalam menghitung dan/ atau tidaktepat mengganti
kata "Dot", maka peserta tersebut diberi kesempatan untuk "menampilkan kebolehannya"
seperti menyanyi, menari, melawak, atau yang lainnya.

Catatan khusus

1. Untuk pengganti bilangan ganjil (kelipatan 3) kata-kata "Dot", dapat diganti dengan
kata-kata yang mungkin lebi menarik lainnya, seperti "Tit", "Bes" dan seterusnya.
2. Permainan ini akan lebih meriah apabila anggota kelompok terdiri dari laki-laki dan
perempuan.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 73


3. ANAK KEMBAR

Permainan ini berintikan gerakan untuk mendapatkan tempat duduk dengan mengikuti sebuah
ceritera tentang dua orang anak kembar yang namanya hampir sama.

Tujuan dan nilai kelompok

1. Bila permainan ini dilakukan pada pertemuan awal kegiatan kelompok dimana para
anggota belum saling mengenal (Tahap Pembentukan), maka permainan ini dapat
mengakrabkan dan menumbuhkan suasana kebersamaan di antara anggota kelompok.
2. Bila permainan ini dilakukan di antara kegiatan kelompok yang telah berlangsung
lama (misalnya di antara diskusi atau pembahasan masalah oleh para anggota
kelompok), permainan ini dapat menghilangkan ketegangan yang ditimbulkan oleh
keseriusan kegiatan diskusi dan pembahasan tersebut, sehingga kegiatan kelompok
selanjutnya akan tetap berjalan dengan dengan mantap.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 74


Pemain
Semua anggota kelompok; pemimpin menjadi pemandu permainan

Cara bermain

1. Tempat duduk disusun melingkar; satu orang tidak memdapat tempat duduk.
2. Pemain berdiri membelakangi kursi.
3. Para peserta dipersilakan duduk. Peserta yang· tidak mendapat tempat duduk berada
di luar garis lingkaran dan bersiap-siap mengintai kursi yang kosong. Nantinya,
anggota yang tidak kebagian kursi berusaha "merebut" sebuah kursi yang akan
menjadi tempat duduknya.
4. Pemimpin kelompok menjelaskan jalannya permainan yaitu:

➔ Kepada mereka (para peserta) akan dikemukakan suatu ceritera tentang dua orang
anak kembar, misalnya benama Ana dan Ani (bisa diganti dengan nama lain seperti
yana dan yani, fandi dan fanda dll)
➔ Jika dalam ceritera tersebut nama Ana diucapkan, maka para peserta harus
bergerak dan duduk selang satu kursi di sebelah kiri; sebaliknya bila disebut nama
Ani, maka para peserta bergerak dan duduk selang satu kursi di sebelah kanan;
sedangkan bila disebut nama Ana dan Ani dalam satu rangkaian atau disebut nama
lain, maka para peserta tidak bergerak dan tetap duduk di tempat semula.
➔ Anggota yang tidak mendapatkan tempat duduk berusaha mendapatkan tempat
duduk sewaktu pergerakan ke kiri atau ke kanan.

Percobaan
anggota diajak mencoba melaksanakan permainan ini. Pemimpin kelompok mengemukakan
ceritera anak kembar, misalnya: "Dalam suatu keluarga ada sepasang anak kembar yang
diberi nama Ana dan Ani." Kedua anak ini rukun, bermain bersama, bepergian bersama-sama
pula. Pada suatu hari sang lbu memanggil "A ... ni, coba pergi temui kakakmu yang bernama
A…nsor di kamar si A ... na" dan seterusnya.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 75


Permainan sebenarnya

Setelah percobaan lancar, maka diadakan permainan sebenarnya. Dalam proses permainan,
peserta yang tidak mendapat tempat duduk dapat diberi kesempatan untuk menampilkan
kebolehannya, seperti: menyanyi, membaca puisi, menari, berpidato, dan sebagainya.

Catatan Khusus

1. Nama si anak kembar dapat diganti misalnya Ratna dan Ratni, atau Amran dan Amrin
atau lainnya. Demikian pula ceriteranya dapat disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta dan suasana kelompok.
2. Berdasarkan pertimbangan tertentu, permainan ini sebaiknya dilakukan oleh sejumlah
peserta yang berjenis kelamin sama.
3. Jarak antara tempat duduk yang melingkar diusahakan lebih longgar

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 76


4. MENGAPA KARENA

Permainan ini berintikan pembuatan dua buah kalimat. Kalimat pertama dimulai dari kata
"Mengapa", dan kalimat kedua dimulai dari kata "Karena". Kedua kalimat itu nantinya
digabungkan.

Tujuan dan nilai kelompok

1. Untuk menciptakan suasana gembira dan santai, guna mengurangi ketegangan.


2. Pengembangan daya nalar antara isi dua kalimat yang dibuat oleh para peserta.
3. Permainan ini dapat dilaksanakan di antara kegiatan kelompok yang telah berlangsung
lama (misalnya diantara diskusi pembahasan topik atau masalah oleh para anggota
kelompok) untuk menghilangkan ketegangan yang ditimbulkan oleh keseriusan
kegiatan diskusi pembahasan topik atau masalah tersebut.
4. Permainan ini dapat menimbulkan kegembiraan, kehangatan, kebersamaan, serta
kegairahan sehingga kegiatan kelompok semakin mantap.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 77


5. Apabila dilaksanakan pada awal kegiatan (Tahap Pembentukan), para anggota cepat
saling mengenal dan cepat akrab.

Pemain dan kelengkapan


Semua anggota kelompok; pemimpin kelompok memandu jalannya kegiatan; kertas dan
pensil/ bolpoint

Cara bermain

1. Anggota kelompok dibagi menjadi dua regu.


2. Antara kedua regu berdiri menjadi dua baris yang sejajar dan berhadap-hadapan.
3. Regu pertarna menulis sebuah kalimat dimulai dengan kata: "Mengapa .... " Regu
kedua menulis kalimat dimulai dengan kata: "Karena .... "
4. Anggtoa regu yang berhadapan saling menukarkan kertas yang berisi kalimat yang
telah dituliskan itu. Kalimat yang dimulai "Mengapa" dibacakan, disambung dengan
kalimat yang diawali "Karena". Pembacaan itu dilakukan dengan gaya "yang satu
bertanya "mengapa" dan yang lain menjawab "karena". Pembacaan kalimat dimulai
dari anggota barisan paling kanah. Demikian berturut-turut sampai semua kalimat
dibacakan.

Catatan khusus

1. Apabila isi kalimat yang dibacakan oleh pasangan tertentu kurang ada kaitannya,
maka pasangan tersebut diberi kesempatan "menampilkan kebolehan", seperti menari,
menyanyi, dan lain sebagainya.
2. Permainan akan lebih menarik apabila kelompok beranggotakan laki-laki dan
perempuan yang dapat berpasangan dalam membacakan kalimat-·kalimat "Mengapa
.... Karena .... "

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 78


5. SIAPA SAYA

Permainan ini berintikan pengenalan dan pernahaman peran seorang tokoh, baik nasional
maupun internasional.

Tujuan dan nilai kelompok

1. Untuk menciptakan suasana gembira serta membina keakraban para peserta.


2. Memadukan pemusatan perhatian dalam mensarikan cerita dari beberapa peserta.
3. Memahami peran seorang tokoh, negarawan, pahlawan baik nasional maupun
internasional.
4. Bila permainan ini dilakukan pada pertemuan awal (Tahap Pembentukan) akan dapat
mengakrabkan dan menumbuhkan suasana kebersamaan di antara anggota kelompok.
5. Bila permainan ini dilakukan di antara kegiatan kelompok (misalnya diantara diskusi
atau pembahasan masalah oleh para anggota kelompok) permainan ini dapat
menghilangkan ketegangan yang ditimbulkan akibat keseriusan kegiatan diskusi.
6. Di samping itu, kegembiraan, kehangatan dan suasana kebersarnaan dapat terjaga.
Selanjutnya kegiatan diskusi dapat berjalan dengan bergairah dan mantap.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 79


Pemain dan kelengkapan
Semua anggota kelompok; pemimpin kelompok memandu jalanknya kegiatan; kertas
bertuliskan nama seorang tokoh; alat untuk menempelkan kertas di pungggung salah seorang
peserta.

Cara bermain

1. Salah seorang anggota secara sukarela menjadi pemeran "Siapa Saya".


2. Peserta pemeran sementara meninggalkan tempat permainan.
3. Peserta lainnya bermusyawarah untuk menetapkan tokoh yang namanya akan ditulis
dalam kertas yang akan ditempelkan di punggung pemeran.
4. Memusyawarahkan cara memberi komentar tentang tokoh yang namanya dipasang di
punggung pemeran. Masing-masing peserta menyediakan satu komentar tentang jenis
pekerjaan, sifat dan hal-hal khusus tertentu dari tokoh yang dimaksudkan itu.
5. Pemeran dipanggil dan di punggungnya dipasang kertas yang bertuliskan nama tokoh
yang telah disepakati. Pemeran tidak diberi tahu nama tokoh yang namanya dituliskan
di punggungnya.
6. Pemeran menemui satu persatu anggota kelompok dan menanyakan "siapa saya"
dengan meminta komentar tentang tokoh yang namanya ada di punggungnya.
7. Peserta yang didatangi memberikan komentar, misalnya "Anda adalah seorang tokoh
yang berusaha meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia"'.
8. Dengan komentar dari peserta tadi pemeran berusaha menebak "Siapa Saya", yaitu
tokoh yang namanya tertulis di punggungnya sesuai dengan komentar yang diutarakan
oleh temannya. Bila pemeran sudah dapat menerka, dapat langsung menyebutkan
nama tokoh yang dimaksud.
9. Bila pemeran belum dapat menerkanya, ia pindah ke peserta berikutnya; begitu
selanjutnya.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 80


10. Apabila semua peserta telah menyampaikan komentarnya ternyata pemeran tidak
dapat atau salah menerka "siapa saya", pemeran diberi kesempatan "menampilkan
kebolehannya", yaitu rnenyanyi, menari, baca puisi, dan sebagainya.

Catatan khusus
Isi komentar yang diberikan terhadap tokoh yang dimaksudkan itu hendaknya bersifat positif
dan konstruktif.

Bimbingan Kelompok (Rusnawati Ellis, S.Psi., M.Pd) Page 81

Anda mungkin juga menyukai