JEMBATAN BALOK T
TERHADAP DESAIN PENULANGAN GIRDER
Oleh
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Teknik
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
ABSTRAK
Oleh
balok girder berada dalam keadaan atau miring, sedangkan desain baku dari
jembatan beton bertulang BM-100 memodelkan balok girder dalam keadaan datar.
Metode perhitungan yaitu dengan cara numerik dengan program Microsoft Excel
perubahan gaya dalam yaitu pengurangan gaya momen serta gaya geser dan
Halaman
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Jembatan .............................................................................................. 5
C. Beton .................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ....................................................................................... 87
B. Saran .................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lahan dan merupakan salah satu cara efektif untuk mengurai kemacetan
berada diatas dan melayang dengan tumpuan, lengkung vertikal ini terjadi
pada daerah peralihan dari permukaan jalan yang datar ke jalan layang dan
sebaliknya.
Akibat adanya lengkung vertikal pada jembatan dan jalan layang, perletakan
balok girder tidak lagi datar atau kemiringan 0%, melainkan akan terjadinya
2
terhadap balok tersebut karena adanya gaya aksial searah sumbu balok girder
girder. Kemiringan memanjang pada balok girder tidak serta merta bisa
vertikal yang besar pada kelandaian maksimum standar jalan antar kota, dan
berdasarkan Modul 3 desain geometrik dan bangunan atas pada materi survey
Juli 2002. Banyak faktor yang menyebabkan lengkung vertikal pada jembatan
dan jalan layang harus dibatasi seperti faktor desain struktur jembatan,
pembangunan.
Oleh karena itu, menarik untuk diteliti apakah kemiringan memanjang pada
jembatan atau jalan layang merupakan sebuah permasalahan atau sama sekali
girder, dan jika memiliki pengaruh terhadap desain struktur balok girder
B. Rumusan Masalah
Jembatan dan Fly Over yang memiliki lengkung vertikal akan menyebabkan
posisi girder dalam keadaan miring. Seperti diketahui bahwa sudah ada
gambar desain baku tentang girder jembatan balok T yang memiliki panjang
desain girder dalam keadaan miring dengan desain girder dalam keadaan
datar. Dalam kajian ini akan dibahas mengenai analisis pengaruh kemiringan
C. Tujuan Penelitian
terhadap gaya dalam balok dan kebutuhan jumlah tulangan pada girder
jembatan.
D. Batasan Masalah
Masalah pada kajian ini dibatasi pada analisa perbandingan penulangan pada
balok girder jembatan pada kondisi datar dengan penulangan balok girder
beton bertulang.
E. Manfaat Penelitian
A. Jembatan
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan
air / lalu lintas biasa). Jembatan merupakan salah satu dari instrumen sirkulasi
B. Pembebanan Jembatan
1. Berat Sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian tersebut dan
elemen - elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini
(RSNI T-02-2005).
digunakan nilai berat isi untuk bahan – bahan bangunan tersebut pada
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
Beban lalu lintas merupakan seluruh beban hidup, arah vertikal dan
lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
iring– iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D"
lalu lintas rencana dimana jumlah maksimum lajur lalu lintas untuk
Intensitas beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang
a) Bila L ≤ 30 m; q = 9 kPa
dengan pengertian:
Panjang yang dibebani L adalah panjang total BTR yang bekerja pada
BGT kedua yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah
komponen BTR dan BGT dari beban "D" pada arah melintang harus
berikut :
a. Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m,
intensitas 100 % .
b. Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban "D" harus
c. Beban lajur lalu lintas rencana yang membentuk strip ini bisa
harus ditempatkan pada seluruh lebar sisa dari jalur dengan intensitas
sebesar 50 %.
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as
diterapkan per lajur lalu lintas rencana seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.
jembatan.
Pengaruh gaya – gaya dalam arah memanjang jembatan akibat gaya rem,
rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut yang memenuhi
semua jalur lalu lintas yang ada dan dalam satu jurusan.
11
4. Beban Angin
luas bagian-bagian sisi jembatan dan luas bidang vertikal beban hidup.
Angin tekan pada badan vertikal muka angin sebesar 100 kg/m2, dan
jembatan rangka diambil sebesar 30% luas bidang sisi jembatan yang
50% tehadap luas bidang dan untuk beban hidup diambil sebesar
jembatan yang terjadi bersamaan dengan beban angin yang sama besar
5. Beban Gempa
pengaruh suatu gaya horizontal pada konstruksi yang ditinjau dan perlu
ditinjau pula gaya – gaya lain yang berpengaruh seperti gaya gesek pada
C. Beton
agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau bahan tambahan
Modulus elastisitas beton (Ec), nilainya tergantung pada mutu beton yang
Ec = 4700 √
D. Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa
2002). Beton memiliki sifat utama yaitu kuat terhadap beban tekan, sehingga
untuk dapat mengetahui kuat tekan beton, pada umumnya ditinjau dari kuat
E. Teori Balok T
Untuk merancang antara balok dan lantai yang dicor secara monolit akan
terjadi interaksi sebagai suatu kesatuan dalam menahan momen lentur positif,
sehingga pelat akan bereaksi sebagai sayap desak dan balok sebagai
badannya. Interaksi antara flens dan balok yang menjadi satu kesatuan dengan
15
Untuk menganalisis balok T perlu diketahui lebar efektif (be) balok tersebut,
be ≤ ¼ Ln
be ≤ bw + 8 * ts
be ≤ s
F. Kuat Rencana
dan asumsi dari tata cara ini, dengan suatu faktor reduksi kekuatan , faktor
G. Analisis Balok T
yaitu :
c. Menghitung gaya tekan yang tersedia apabila hanya daerah flens saja
sebagai berikut :
a= + hf
Y=
Kemudian, z = d – y
sebagai berikut :
ρ=
Asumsi : f’s = fy
Cc = 0,85 f’c . a . bf
Ts = Cc + Cs
19
a=
c = a / β1
Jika ε’s ε’y = fy/ Es, berarti asumsi semula salah, maka perhitungan
Jika ε’s ε’y = fy/ Es, berarti asumsi semula benar, maka
Cc = 0,85 f’c . a . bf
Mn = Cc (d – a/2) + Cs (d – d’s)
Ø Mn ≥ Mu
Cc = 0,85 f’c . a . bf
Ts = Cc + Cs
√
c.1.2 =
a = β1 . c
Cc = 0,85 f’c . a . bf
Mn = Cc (d – a/2) + Cs (d – d’s)
Ø Mn ≥ Mu
Ts = As . fy
As . fy = 0,85 f’c . a . bw + t (bf – bw) . 0,85 f’c + A’s (fy – 0,85 f’c)
– –
a=
c = a / β1
21
Jika ε’s ≥ ε’y = fy/ Es, berarti asumsi semula salah, maka
Jika ε’s ε’y = fy/ Es, berarti asumsi semula benar, maka
0,003 Es . A’s . d
Ts = As . fy
Ts = Cc1 + Cc2 + Cs
√
c.1.2 =
a = β1 . c
Dan Ø Mn ≥ Mu
Vn ≥ Vu
Vn = Vc + Vs
geser Vu yang nilainya sama dengan gaya geser yang dihitung pada
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton untuk komponen struktur non-
Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur
berlaku,
√
Vc = ( ) . bw . d
√
Vc = ( ) . bw . d
√
Vc = ( ) . bw . d
Tapi tidak kurang dari nol, dengan Nu adalah negative untuk tarik.
4. Tegangan Gabungan
Sering kali terjadi elemen struktur mengalami tidak hanya momen lentur
murni atau gaya aksial murni, tetapi juga kombinasi kedua-duanya. Hal
ini sering terjadi dalam konteks mendesain kolom atau dalam balok
(Schodek, 1998).
aksial dan momen lentur yang kemudian dapat diurai untuk memisahkan
antara tegangan yang terjadi akibat gaya aksial seperti pada Gambar 9,
dan tegangan yang terjadi akibat momen lentur seperti pada Gambar 10.
Gambar 12. Tegangan akibat Momen Lentur dan Gaya Aksial Tekan
H. Program Analisis
bantu untuk mendesain maupun menganalisis suatu struktur. Saat ini program
efektif dan efisien dalam perencanaan, selain itu penggunaan program analisis
cukup kompleks. Program tersebut terdiri dari banyak macam dan fungsi
antara lain Microsoft Excel dan Structural Analysis Program SAP 2000.
terhadap sel-sel secara tersebut, di mana hanya sel yang berkaitan dengan
sel tersebut saja yang akan diperbarui nilainya (di mana program-
Excel juga menawarkan fitur pengolahan grafik yang sangat baik sehingga
penelitian ini.
dijalankan.
III. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus
yang dilakukan yaitu metode numerik dengan bantuan program Microsoft Excel
digunakan untuk mendesain tulangan lentur dan geser pada balok T jembatan.
gaya-gaya dalam, defleksi, dan lain-lain. Dari hasil yang didapat dari program
penulangan balok yaitu penulangan lentur dan geser berdasarkan panjang bentang
dua program agar perhitungan dari masing masing program dapat terkontrol.
29
A. Pemodelan Struktur
Model struktur jembatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jembatan
penelitian ini ditinjau pada satu bentang saja yang ditumpu oleh dua buah
tiang (pier) jembatan. Jembatan diasumsikan dua lajur dua arah, dengan lebar
3,5 meter untuk masing-masing lajur sehingga lebar total jalur lalu lintas
8. Tebal Slab = 20 cm
sebagai berikut:
Pada metode numerik dengan bantuan program SAP 2000 dilakukan sebagai
berikut:
1. Pemodelan jembatan
4. Proses analisis.
Analisis hasil dari penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil
desain tulangan lentur dan geser pada balok T jembatan, tulangan yang
E. Model Pembebanan
pengambilan data.
33
F. Model Jembatan
dan 25 m. Dengan lebar total jembatan adalah 9 meter dengan 5 buah balok T
girder. Pada penelitian ini ditinjau pada satu bentang saja yang ditumpu oleh
Gambar 17.
9m
1m 7m 1m
2,5 m
2m 2m 2m 2m
Sd Sd Sd Sd Sd Sd
1m
7m 9m
1m
Keterangan :
yang diperinci.
35
ANALISIS
NUMERIK
Gaya-gaya Dalam,
Gaya-gaya Dalam,
Defleksi, dll.
Defleksi
Perbandingan Gaya-gaya
Dalam
PEMBAHASAN DAN
KESIMPULAN
SELESAI
MULAI
Pendefinisian Bahan
Data Bahan :
1. Mutu Beton
2. Mutu Baja
3. Specific Gravity
Pembebanan Jembatan
Data Pembebanan :
1. Berat Sendiri
2. Beban Mati Tambahan
3. Beban Lalu Lintas
4. Gaya Rem
5. Beban Angin
6. Beban Gempa
Analisis
Analisis dilakukan berdasarkan
Kombinasi Pembebanan terbesar
SELESAI
MULAI
Pendefinisian Bahan
Data Bahan :
1. Mutu Beton
2. Mutu Baja
3. Specific Gravity
Pembebanan Jembatan
Data Pembebanan :
1. Berat Sendiri
2. Beban Mati Tambahan
3. Beban Lalu Lintas
4. Gaya Rem
5. Beban Angin
6. Beban Gempa
Analisis
Analisis dilakukan berdasarkan masing-
masing pembebanan
SELESAI
A. Kesimpulan
kondisi datar untuk semua bentang yang didesain yaitu bentang 15 meter,
masing – masing poin penelitian seperi gaya momen, gaya geser, gaya
4. Kemiringan pada balok memberi dampak pada gaya momen yaitu berupa
pengurangan gaya saat balok dalam keadaan miring, dan semakin besar
88
5. Kemiringan pada balok memberi dampak pada gaya geser yaitu berupa
pengurangan gaya saat balok dalam keadaan miring, hal tersebut identik
dengan prilaku gaya momen karena gaya geser dipengaruhi oleh gaya
gaya normal karena gaya normal dipengaruhi oleh gaya sejajar dengan
sumbu balok, sehingga saat gaya tegak lurus balok terjadi pengurangan
gaya normal tarik yang terjadi akibat balok dalam keadaan miring
B. Saran
3. Perlu adanya pemahaman lebih mendalam dan kajian studi pustaka yang
Anonim, 1991. ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SK SNI T-15-1991-03)”. Badan Standarisasi Nasional.
Anonim, 2002. ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-2847-2002)”. Badan Standarisasi Nasional.
Murdock, L. J., dan Brook K. M., (diterjemahkan oleh Stephanus Hendrako), 1999.
”Bahan dan Praktek Beton”. Edisi kelima, Penerbit Erlangga, Bandung.
Supriyadi, B., dan Muntohar, A.S.. 2007. “Jembatan”. Edisi pertama. Penerbit: Beta
Offset
A. Bentang 20 meter
model struktur berdasarkan desain yang telah ditentukan, dalam hal ini
pemodelan hanya pada bagian balok saja, sedangkan pelat beton diasumsikan
sebagai beban.
yang ada, tumpuan terdiri dari sendi pada ujung yang satu, dan tumpuan
Balok girder dan balok diafragma didefinisikan agar menjadi beban dari
berat sendiri struktur yang sudah termasuk dalam pembebanan dead load
pada SAP2000.
5. Mendefinisikan Beban
SAP2000 dan program Ms. Excel, yaitu pada pembebanan Berat Sendiri
(MS) jika pada Ms. Excel Berat sendiri terdiri dari berat pelat, berat balok
Berat sendiri hanya terdiri dari berat pelat saja, karna berat balok sudah
Pembebanan.
Frame section yang telah dibuat diaplikasikan pada model struktur sesuai
dengan model jembatan yang telah dibuat, dimana terdiri dari balok girder
melintang jembatan.
Pada tahap ini dilakukan pengecekan apakah pengaplikasian balok pada model
periode alami yang terjadi, dimana periode alami tidak boleh lebih dari 1.
Gambar 9. Memilih Opsi Analisis dari struktur
joint pada model struktur tersebut, lakukan Unlock Model agar bisa dilakukan
Pada pembebanan ini berat Balok girder dan Balok diafragma sudah
Untuk input berat sendiri pelat sama dengan yang dilakukan pada
Untuk input Beban mati tambahan sama dengan yang dilakukan pada
adalah
c. Beban Lajur D
Excel dimana pembebanan hanya pada balok Girder saja, namun pada
balok tepi nilai beban berbeda dengan balok yang berada ditengah.
Q1 = ½ qTD x 0.5 m
= 0.5 x 9 x 0.5
= 2.25 kN/m
= 16.875 kN/m
Q3 = qTD x 2m
=9x2
= 18 kN/m
Pa = 50 kN
Pb = 225 kN
Pc = 225 kN
Jumlah Girder
ng = 5 buah
Gaya rem
HTB = 250 kN
Jarak antara Girder
S = 2.00 meter
Gaya rem untuk Lt ≤ 80 m :
TTB = HTB / ng
= 50 kN
f. Beban Angin
g. Beban Gempa
B. Hasil analisis