Anda di halaman 1dari 7

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

REVIEW SEMINAR NASIONAL

IDA AYU INDIRA WAHYU PRAMESWARI P.G

NIM. 2280511061

KELAS B

MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022
SEMINAR NASIONAL
“Keamanan Berwisata Dalam Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan”
Pengaturan Realisasi Komitmen Pariwisata Berkelanjutan Dalam Perdagangan
Jasa Pariwisata”
Oleh : Lukas Banu
Denpasar, 18 November 2022
Latar Belakang:
Perdagangan Jasa Pariwisata terdiri dari 2 sistem utama yaitu Sistem Internal dan Sistem
Eksternal. Adapun Sistem Internal Pariwisata terdiri dari Pemasok Jasa Pariwisata,
Konsumen Jasa Pariwisata dan Jasa Pariwisata itu sendiri. Kemudian Sistem Eksternal
Pariwisata adalah sistem perdagangan jasa pariwisata (non-pasar) yang berpengaruh
terhadap keberlangsungan penyelenggaraan perdagangan jasa pariwisata seperti alam,
ruang, kebuadayaan, pemerintahan, Lembaga-lembaga Kesehatan, kepolisian, keuangan
dan lain sebagainya.

Kesiapan Pemerintah Dalam Menciptakan Pariwisata Berkelanjutan


Pada tahun 2022, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Republik Indonesia yang dimaksud menentukan 5 (destinasi) pariwisata super prioritas
(DPSP) yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika
(Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) , dan Likupang (Sulawesi
Utara). Serta semakin bertambhanya jumlah kunjungan wisatawan di satu sisi
memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain negara Indonesia
dihadapkan dengan tantangan untuk menjamin keamanan bagi para wisatawan.
Dalam menciptakan keamanan berwisata dalam Pariwisata berkelanjutan, hal
tersebut diatur dalam Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berklanjutan. Adapun substansi dari Perpres tersebut
amsih bersifat teknis dimana dalamnya hanya mengatur mengenai perencanaan
perwujudan tujuan pembangunan berkelanjutan yang nantinya akan diakomidur dalam
Peta Jalan Nasional yang memuat kebijakan strategis tahapan-tahapan dalam mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan dari 2017 hingga 2030.
Adapun pembangunan berkelanjutan itu sendiri diatur dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 yakni Konsep pembangunan berkelanjutan juga ditemukan dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup sebagaimana juga mengalami perubahan dengan hadirnya Undang-Undang Cipta
kerja. Serta definisi pembangunan berkelanjutan itu sendiri diatur dalam Pasal 1 angka 3
yang menekankan pada upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan,
sosial dan ekonomi untuk menjamin keutuhan lingkungan, keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan dan mutu hidup generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Pada
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pasal 4 menyebutkan ada
4 (empat) tujuan yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat yaitu: mengingatkan
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemisikanan
serta mengatasi pengangguran.

Realisasi Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan


Pada Undang-Undang Kepariwisataan sebagaimana terdapat beberapa
perubahan melalui UU Cipta Kerja dapat ditemukan dalam pasal 26 ayat 1 yang
mewajibkan pengusaha pariwisata untuk memelihara lingkungan yang sehat, bersih
dan asri serta memelihara kelestarian alam dan budaya. Kemudian berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas sebagaimana juga
mengalami perubahan dengan hadirnya Undang-Undang Cipta kerja. Pada Pasal 74
ayat 1 mengatur tentang kewajiban perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Secara lebih jelas Pasal 1angka 3 menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup adalah komitmen
perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Pergeseran Filosofis Dari Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan


Pengertian pariwisata berkelanjutan di atas ternyata tidak hanya berfokus
kepada kelestarian lingungan hidup semata melainkan juga perlu memperhatikan
komunitas atau orang-orang yang tinggal di wilayah di mana pusat pariwisata itu
berada. Pergeseran Filosofis pariwisata berkelanjutan tersebut sesungguhnya
membuat konsep pariwisata berkelanjutan lebih komperhensif. Walaupun demikian
baik para pemangku kebijakan serta pelaku pariwisata belum memahami dengan
benar tentang maksud yang terkandung di dalam konsep pariwisata berkelajutan.

PERANAN PECALANG DALAM MENJAGA KEAMANAN DESA ADAT DI


BALI UNTUK MEWUJUDKAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
Oleh :
Dr. Ni Wayan Umi Martina, SH, MH
Denpasar, 18 November 2022

Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Pertimbangan Ekonomi, sosial, adat,


budaya dan agama ,serta pertimbangan ekologi yang proporsional. Pacalang: Satuan
tugas keamanan tradisional Bali yg dibentukoleh Desa Adat yg mempunyai tugas
untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah di wewidangan Desa Adat, baik
untuk aktivitas sehari-hari, kegiatan upacara adat dan Agama. Pacalang merupakan
salah satu kearifan lokal masyarakat Bali dalam konteks keamanan dan ketertiban
yang dalam prakteknya menjaga keamanan berkoordinasi dan bersinergi dengan
Kepolisian, Hansip, Bimas dan penjaga keamanan lainnya yang ada di wilayah Desa
Adat setempat.
Hubungan Keamanan dan Pariwisata
Keamanan merupakan syarat utama yang dibutuhkan oleh Wisatawan dalam
konteks melakukan suatu kunjungan wisata; Pariwisata merupakan salah sektor yang
sangat rentan dan sensitif dengan isu-isu yang berkaitan dengan keamanan dalam arti
luas: kejadian-kejadian negatif, perang, terosisme, kesehatan, bencana alam, kondisi
dan situasi politik, sikap masyarakat, narkotika, pemberitaan dari media masa, serta
hal-hal lainnya yang mengganggu keamanan dan kenyamanan dalam suatu kunjungan
wisata.

Pengaturan Keamanan di dalam UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan:


Pasal 20 huruf c; Pasal 23 ayat (1) huruf a; Pasal 24 huruf b; Pasal 25 huruf c;
Pasal 26 huruf d; dan Pasal 28 huruf k. Pengaturan keamanan didalam UU
Kepariwisataan mengatur keamanan dalam arti luas dan tidak dijelaskan Definisi
keamanan secara jelas, tegas, dan terperinci yang berpotensi mengandung problematik
normatif norma kabur dan Probematik Filosophis. Pengaturan Sanksi Pidana di dalam
UU Kepariwisatan hanya terhadap pelanggaran Pasal 27, sehingga pelanggaran
terhadap Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 28, tidak dapat
dihukum pidana atau dikenakan Sanksi Pidana berdasarkan UU Kepariwisataan.

Solusi Problematik Normatif Norma:


 Teori Keadilan : John Rawls, Jeremy Bentham dan Teori Keadilan Bung Karno
(Teori Keadilan Pancasila:sosio-demokrasi dan sosionasionalisme)
 Teori Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan (Stufenbau Theory) Hans
Kelsen (Azas Lex Superior Derogat Legi Imperiory, peraturan perundang-
undangan yg lebih tinggi melumpuhkan peraturan perundang-undangan yg lebih
rendah) untuk Uji Validitas Norma;
 Teori Hukum Dengan Orientasi Kebijakan (Policy Oriented Theory of Law oleh
McDougal dan Harold D. Laswell) disebut juga Constructive Theory of Law or
Contextual Theory of Law sebagai dasar Uji Konteks.

Solusi Problematik Normatif Norma Hukum


Problematik Normatif Norma Kabur pengaturan Keamanan di dlm
UUKepariwisataan dengan Uji Konteks tentang Konsep dan definisi Keamanan,
Interpretasi konsep keamanan, dan formulasi konsep baru keamanan yg
mempertimbangkan karakter obyeknya secara utuh yaitu mempertimbangkan aspek
ekonomi, sosial, budaya,agama, politik, dan hak asasi manusia. Uji kesesuaian Nilai
Keamanan dalam UU Kepariwisataan, perlu ditambahkan filosophis Melindungi
segenap Bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di dalam konsideran menimbang
dalam UU Kepariwisataan.

Problematik Normatif Pengaturan Pacalang di dlm Hukum Nasional & Hukum


Adat Bali:
1. Pengaturan Pacalang di dlm Hukum Nasional: Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
Negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat serta
hak- hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dg perkembangan
masyrakat dan prinsip NKRI yg diatur dlm UU;
2. UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah: Pasal 1 angka 43, Pasal 2 ayat
(2), Pasal 10 ayat (1) huruf c, Pasal 25 ayat (1) huruf a, dan Pasal 36 ayat (1) huruf
Pengaturan Pacalang dalam Hukum Nasional tidak diatur secara tegas, jelas
dan terperinci:
1. Pacalang sebagai Bagian dari Desa Adat di Bali, sebagai Masyarakat Hukum
Adat yg diakui berdasarkan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
2. Pengaturan Pacalang di dlm Hukum Nasional diatur dalam Pengaturan Desa Adat
yg diatur dlm UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Pacalang dlm melaksanakan tugas dan fungsi menjaga keamanan dlm Desa Adat
setempat, melakukan berkoordinasi dengan Kepolisian, sehingga Pacalang dlm
menjalankan tugasnya tidak boleh bertentangan atau melanggar Peraturan
Perundang-undangan yg mengatur tentang Keamanan, salah satunya UU Kepolisian
sebagai salah satu dasar hukumnya.

Pengaturan Pacalang Dala Pasal 14m Perda Provinsi Bali No.4 Tahun 2019
tentang Desa Adat di Bali: Pasal 1 angka 20: Pacalang Desa Adat atau Jaga Bhaya
Desa Adat atau sebutan lain yg selanjutnya disebut Pacalang adalah satuan tugas
keamanan tradisional Bali yg dibentuk oleh Desa Adat yg mempunyai tugas untuk
menjaga keamanan dan ketertiban wilayah di wewidangan Desa Adat; Pasal 5: Desa
Adat sebagai Subyek Hukum dalam sistem Pemerintahan Provinsi Bali; Pasal 6 ;
Pasal 8 ayat (1), Pasal 12; pasal 13 ayat (1) dan ayat (2); Pasal 14, Pasal 15; Pasal 18;
Pasal 21, Pasal 22 huruf g; Pasal 23, Pasal 24 huruf e, huruf i, dan huruf k; Pasal 26;
Pasal 28 ayat (2) huruf a; Pasal 31 huruf e.

Problematik Normatif Pengaturan Pecalang dalam Hukum Adat Bali dan Solusi
Pengaturan Pacalang dlm Awig-Awig Desa Adat yg tertulis dan tidak tertulis,
seharusnya setiap Desa Adat mempunyai Awig-Awig yang tertulis dan Awig-awig yg
tidak tertulis sebainya dan seharusnya dibuat secara terlis sebagaimana Ketentuan dari
Perda Provinsi Bali No. 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat Di Bali. Pengaturan
Pacalang dlm Perarem Desa Adat yg tertulis dan tidak tertulis, seharusnya setiap
Desa Adat mempunyai Perarem tertulis yaitu Perarem Pengele tentang Pacalang,
sebagaimana Ketentuan Perda Provinsi Bali No. 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali.
Peran Pacalang Dalam Menjaga Keamanan Desa Adat untuk mewujudkan Pariwisata
Berkelanjutan yakni pacalang menjaga keamanan aktivitas adat, agama, dan kegiatan
masyarakat lainnya dalam Wewidangan Desa Adat dengan berkoordinasi dengan Kepolisian
dan bersinergi dg lembaga keamanan lainnya: Satpol PP, Linmas, Hansip, dan Satpam, dll.
Pacalang juga dilibatkan dan berpartisipasi dalam menjaga keamanan kegiatan-kegiatan yang
bersifat Nasional dan Internasional yang diselenggarakan di Bali Kongres PDI Perjuangan
Tahun 1988, Sidang Bom Bali, Pertemuan Puncak Pimpinan Negara-Negara Asean,
Pertemuan G 20 di Nusa Dua, Peranan Pacalang tersebut dapat dijadikan Role Models dalam
mewujydkan Pariwisata Berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai