Anda di halaman 1dari 5

Sickness & Sick Role

Rezky Fajar II 170510190010


Apa itu Sickness?
○ Sickness bukan hanya kondisi, tetapi terkait tatanan sosial yang lebih besar → Perspektif
fungsional, masyarakat dipandang mirip dengan tubuh manusia.
○ Sickness = 1) Konsep/Dimensi sosiologis; 2) Deviasi (penyimpangan dari norma sosial)
(Durkheim, 1938); 3) Moral dan tanggung jawab terhadap penyimpangan; 4) Peran (sick
role).
○ Sickness merupakan penerimaan sosial, terhadap 'orang yang sedang mengalami
kesakitan’ (illness atau disease) (Wardhana, 2016). Keadaan sickness, orang dibenarkan
untuk melepas tanggung jawab, peran atau kebiasaan.
○ Sickness melihat sakit dari pandangan masyarakat atau masyarakat memandang
individu yang sakit dan mendiagosa inidividu tersebut dengan pandangan sakit menurut
budaya mereka.
○ Karena sebuah penyimpangan, maka akan berkaitan dengan tanggung jawab mencari
kesembuhan melalui pengobatan (kontrol sosial).
○ Sickness akan senantiasa berkelindan dengan stigma/pelabelan (Zola, 1983: 276-278).
○ Dalam beberapa kondisi tertentu, sickness merupakan tindakan yang berpotensi untuk
mengancam tatanan yang sudah mapan → Penolakan untuk mengatasi permasalahan,
bantuan aktual, dsb. (Freund, 2003).

1
Sickness & Sick Role

Apa itu Sick Role?


• Dipopulerkan oleh Parsons (1951), peran individu yang telah memperoleh penerimaan
sosial atas penyakitnya, untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam mencari
kesembuhan.
• Deskripsi harapan sosial (sembuh dan menjalankan fungsi normalnya) yang
mempengaruhi perilaku (mencari kesembuhan) – sick role behaviour.
• Sick role akan senantiasa berkelindan dengan peran medis seperti dokter atau jasa
pengobatan tradisional yang berfungsi sebagai kontrol sosial terhadap penyimpangan
(sickness).
• Contoh: Seseorang yang mengalami penyakit Pneoumonia (radang paru-paru basah),
tidak akan diharapkan untuk bekerja. Orang tersebut tidak akan dikenakan sanksi
atau pertanggung jawaban secara langsung. Dengan alasan jenis penyakit tersebut
dapat diterima. Namun sebagai gantinya orang tersebut harus berupaya dalam mencari
kesembuhan dengan melakukan perawatan ke rumah sakit, dengan harapan ketika
sembuh, ia dapat menjalankan pekerjaannya dan fungsi sosialnya kembali.

2
Sickness & Sick Role
Kekeliruan dalam pendekatan Sick Role (Freund, 2003)
1. Tidak harus bersifat sementara
• Parsons → Cenderung mengarah kepada illnes yang sifatnya temporer, tanpa
memperhatikan illnes kronis yang memerlukan waktu penyembuhan yang relatif lama.
• Illnes kronis = kesalahan atau tanggung jawab penderitanya. Dampaknya → sulit untuk
bernegosiasi untuk terbebas dari peran normal.
• ‘Perlukah orang yang cacat sejak lahir diperlakukan sebagai orang sakit?’

2. Tidak selalu bersifat sukarela


• Parsons → Orang sakit termotivasi untuk mengambil sick role, namun kenyataannya terdapat
beberapa kelompok masyarakat yang enggan untuk melakukan pengobatan ≠ sukarela.
• Contoh: wanita kelas bawah skotlandia enggan untuk menjadi sick role, karena
bersinggungan dengan moral negatif (‘berbaring’,’menyerah’).
• Alih-alih memperoleh manfaat, sick role bagi beberapa kalangan akan membuatnya lebih
buruk.
• Kebanyakan sick role ini ditempatkan oleh orang lain. Misalnya dokter kepada pasien atau
orang tua kepada anak. Oleh karena itu fungsi kontrol sosial = memaksa.
• Berbanding terbalik, sebagian orang justru sangat sulit sekali untuk masuk kedalam sick
role (legitimasi).
• Sick Role = proses sosial politik.

3
Sickness & Sick Role
Kekeliruan dalam pendekatan Sick Role (Freund, 2003)
3. Keragaman dalam legitimasi sick role
• Parsons → sistem nilai tunggal, namun kenyataannya sistem tersebut sangat bervariasi.
Dapat didasarkan pada gender, kelas, dsb.
• Contoh: Pekerja tidak terampil tidak dibayar ketika harinya dipakai untuk sakit, berbeda
dengan ‘pekerja kerah putih’ yang tetap memperoleh bayararan.
• Ekspetasi budaya terhadap peran sik juga beragam.

4. Keragaman tanggung jawab


• Parsons → sakit bukan tanggung jawab orang yang menyimpang. Namun kenyataannya
sakit dapat menjadi tanggung jawab individu dan sering disertai sanksi (Freidson, 1970).
• Contoh: Penyakit menular seksual.
• Ada juga secara teknis bukan kesalahan orang sakit, akan tetapi dalam praktiknya dipengaruhi
oleh stigma.
• Contoh: Morbus Hansen (Kusta), epilepsi dan AIDS yang berkonotasi dengan keburukan
serta kejahatan
• Dampaknya: orang semakin memperoleh diskriminasi dalam pekerjaaan, larangan
pernikahan, asuransi, dsb.
• Stigma akan senantiasa berubah sejalan dengan perkembangan waktu, misalnya abad ke-19
penyakit Tuberkulosis (TBC) dianggap sebagai sickness yang romantis, namun kemudian
berubah menjadi penyakit yang harus dihindari.

4
Sickness & Sick Role

Rekomendasi

Freund, P. E. S., McGuire, M. B., & Podhurst, L. S.


(2003). Health, illness, and the social body: A
critical sociology. Prentice Hall. Hlm. 124-145

Chapter 6. The socials meanings of sickness.


Dapat diakses dalam tautan:
https://digitalcommons.trinity.edu/mono/6/

Rujukan
• Freund, P. E. S., McGuire, M. B., & Podhurst, L. S. (2003). Health, illness, and the social body:
A critical sociology. Prentice Hall. Hlm. 124-145
• Wardhana, Made. (2016). Filsafat Kedokteran. Vaikuntha International Publication. Hlm. 84-85.
• Irwan. (2017). Etika dan Perilaku Kesehatan. CV. ABSOLUTE MEDIA. Hlm. 134-135.
• Miskiyah, M. I. 2015. “Illnes, Desease, Sicknes dalam Antropologi kesehatan”.
http://blog.unnes.ac.id/murifa/2015/11/18/illnes-desease-sicknes-dalam-antropologi-kesehatan/
Diunduh 9 maret 2022.
5

Anda mungkin juga menyukai