Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERKEMBANGAN KONDISI

SAHAM SYARIAH DI INDONESIA


SEBELUM DAN SAAT ADANYA
PANDEMI COVID

Dosen Pengampu :

Dr. Renny Oktafia, SE, MEI

Disusun Oleh :

Nurmala Erlyawati
20012010324

Kelas : Manajemen Keuangan Syariah - E

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


Jawa Timur Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Manajemen
2022/2023

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah


memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan analisis ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Analisis tentang
“Perkembangan kondisi saham syariah di Indonesia Sebelum dan saat adanya
Covid-19 ”. Analisis ini disusun untuk memenuhi tugas Ibu Dr. Renny Oktafia,
SE, MEI. pada mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah - E di UPN
“Veteran” Jawa Timur. Selain itu, penulis juga berharap agar Analisis ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang topik yang dibahas serta
pengalaman bagi penulis mengenai permasalahan yang disebutkan. Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Renny Oktafia, SE,
MEI atas tugas yang telah diberikan ini dapat menjadi media pembelajaran
mandiri yang menumbuhkan kreativitas mahasiswa terkait bidang yang kami
pelajari. Kami juga mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini. Hal tersebut dibutuhkan sebagai pembanding serta
evaluasi terhadap hasil yang telah terbentuk.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
D. KESIMPULAN.......................................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pandemi virus Corona (Covid-19) merupakan pandemi global di abad ke-21 yang
berbahaya dan telah merenggut jutaan nyawa di seluruh dunia. Virus Corona ini pertama
kali diberitakan pada tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok dan merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2)
dengan gejala yang beragam mulai dari yang ringan hingga mematikan(Kumar et al.,
2021). Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh lembaga kesehatan China dalam
mengendalikan penularan, SARS-CoV2 ini tetap dapat menyebar keseluruh dunia dalam
kurun waktu yang sangat singkat. Dengan tingkat penularan yang tinggi ini membuat
World Health Organization (WHO) mendeklarasikannya sebagai pandemi global pada
Maret, 2020.(World Health Organization (WHO), 2020).

Pandemi global Covid-19 menciptakan distribusi spasial yang berbeda-beda,


Diketahui beberapa negara mengalami pertumbuhan dan penyebaran virus yang terbatas,
sementara yang lain menderita penularan yang meluas dan pertumbuhan infeksi yang
hampir eksponensial.(Wang et al., 2022). Indonesia merupakan salah satu negara dengan
kasus penyebaran Covid-19 yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan situasi WHO
Indonesia, dimana pertama kali kasus covid-19 terdeteksi dan diumumkan oleh Presiden
Indonesia Joko Widodo, pada 02 Maret 2020, terdapat dua kasus pertama yang
dikonfirmasi di Indonesia.

Penyebaran Covid-19 di Indonesia sangatlah dinamis dan signifikan, hal ini


dikarenakan dari berbagai faktor salah satunya kurangnya perhatian masyarakat dalam
menghadapi dan mencegah peningkatan penyebaran Covid-19. Bagaimana tidak terbilang
menjadi penyebaran yang begitu cepat, dalam kurun waktu satu bulan yaitu pada tanggal
30 April, Pemerintah Indonesia mengumumkan 10.118 kasus terkonfirmasi COVID-19,
792 kematian, dan 1.522 kasus sembuh dari COVID-19, di 34 provinsi.(World Health
Organization (WHO), 2020).

3
Penyebaran yang begitu dinamis dan cepat, menjadikan permasalahan tersendiri
bagi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan-kebijakan serta putusan-
putusan yang dilakukan pemerintah guna menanggulangi penyebaran Covid-19.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan tersebut tentunya untuk
menekan angka persebaran Covid-19, akan tetapi kebijakan tersebut justru menjadi
bumerang sendiri bagi pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Sebagaimana
kehidupan sebelumnya yang menjalankan kehidupan dengan saling berinteraksi satu sama
lain harus dibatasi bahkan dihentikan melalui kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB).

Sektor-sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik, pendidikan, maupun


pariwisata sangat merasakan dampak yang begitu besar dari adanya kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Perekonomian negara menjadi salah satu aspek kehidupan
yang terdampak oleh adanya pandemi Covid-19. salah satu dampak yang dirasakan
perekonomian Indonesia adalah anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia. Hal ini diakibatkan adanya penjualan secara besar- besaran oleh
investor karena kekhawatiran atas virus Corona.

Salah satu nya adanya saham syariah, akan tetapi saham syariah tetap bisa
bertahan walaupun ekonomi sedang anjlok dikarenakan saham syariah memiliki kekuatan
transaksi sehingga tetap stabil dan instrumen syariah lebih less volatile. saham syariah
tercatat jauh lebih baik dalam menghadapi krisis dan terjadi resesi ekonomi secara dapat
dilihat dari sisi pengelolaan dan risiko jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang
menerapkan prinsip konvensional.

Saham syariah merupakan salah satu instrument investasi yang terdapat di dalam
pasar modal syariah. Saham syariah sendiri merupakan bukti kepemilikan seorang
investor atas suatu perusahaan berbentuk dalam sertifikat yang diaman didalamnya
terdapat prinsip-prinsip yang tidak bertentangan dengan syariah. Perkembangan pasar
modal syariah sendiri di Indonesia telah terjadi sejak terbitnya reksadana syariah pada
tahun 1997. Pada saat ini terdapat 3 indeks saham syariah di Bursa Efek Indonesia yaitu
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII) dan Jakarta Islamic
Index 70 (JII70 Index) (BEI, 2021).

4
Pasar modal syariah sendiri merupakan bagian dari pasar modal di Indonesia.
Dimana Transaksi yang terjadi mengikuti perkembangan pasar modal pada umumnya,
yang tidak pernah terlepas dari risiko dan return yang tidak dapat dipastikan kapan
terjadinya. Harga saham yang tidak pernah lepas dari fluktuasi sama seperti halnya
komoditas yang dijual mengikuti hukum permintaan dan penawaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka terdapat rumusan
masalah sebagai berikut : Apakah terdapat perbedaan terhadap harga saham sebelum dan saat
adanya pandemic Covid-19?.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut peneliti perlu mencapi tujuan dalam mengetahui
perbandingan harga saham pada sebelum dan saat adanya pandemi Covid-19.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Dampak pandemi Covid-19 terhadap harga saham sejak diberitakan adanya vaksin
serta obat yang dapat mengatasi virus corona memicu kenaikan harga saham yang cukup
tinggi dari sector Kesehatan, salah satunya saham farmasi. PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT
Kimia Farma Tbk (KAEF) yang keduanya merupakan anak usaha dari PT Bio Farma terbang
melejit mencapai ratusan persen.  Indonesia Farma Tbk disingkat Indofarma Tbk (INAF)
didirikan tanggal 02 Januari 1996 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1983. Kantor pusat dan pabrik Indofarma Tbk terletak di Jalan Indofarma No.1, Cibitung,
Bekasi 17530 – Indonesia. Pada awalnya, INAF merupakan sebuah pabrik obat yang
didirikan pada tahun 1918 dengan nama pabrik Obat Manggarai.

Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai ini diambil alih oleh Pemerintah Republik
Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini
diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik indonesia (PP) No.20 tahun 1981, Pemerintah menetapkan
Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perseroan Umum Indonesia Farma
(Perum Indofarma). Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma
diubah menjadi Perusahaan (Persero). Pada tanggal 30 Maret 2001, INAF memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
INAF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 596.875.000 Saham Seri B dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 April 2001.

PT Indofarma Tbk (INAF) telah melaksanakan Kuasi-reorganisasi pada tanggal 30


September 2011 sesuai dengan peraturan yang berlaku dan PSAK No.51 (Revisi 2003)
“Akuntansi Kuasi-Reorganisasi” yang menghasilkan penghapusan defisit sebesar
Rp57.661.903.925 dan kenaikan penilaian kembali nilai wajar aset bersih sebesar Rp
260.955.748.932 yang terdiri dari aset tetap sebesar Rp252.089.087.407 dan aset tidak lancar
yang akan ditinggalkan sebesar Rp8.866.661.523. Saat ini PT Indofarma Tbk (INAF)
dipresidenni oleh Arief Pramuhanto. Saat ini total saham yang terdaftar pada PT Indofarma

6
Tbk (INAF) adalah sebesar 3.096.875.000 terdapat juga saham penawaran sebesar
596.875.000, Harga penawaran saham pada PT Indofarma saat ini mencapai 250 (IDR).

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) merupakan perusahaan Farmasi pertama yang didirikan
oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1917. Nama perusahaan ini pada awalnya
adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi
atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah
Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus
1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02 Tahun 2020 tanggal
28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053 tanggal 28 Februari serta
tertuang dalam Akta Risalah RUPSLB Nomor 18 tanggal 18 September 2019, terjadi
perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia
Farma Tbk, efektif per tanggal 28 Februari 2020. Holding BUMN Farmasi memperkuat fokus
bisnis Kimia Farma dan menjadi fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan di masa datang. Pada
saat ini total saham yang terdapat pada PT Kimia Farma Tbk sebesar 5.554.000.000 terdapat
juga saham penawaran sebesar 500.000.000. Harga penawaran saham pada PT Kimia Farma
Tbk saat ini mencapai 200 (IDR).

Adanya Virus Covid-19 menjadi dampak positif bagi kedua perusahaan, bagaimana
tidak PT Indofarma Tbk dan PT Kimia Farma Tbk yang bergerak pada sector saham Farmasi
mengalami kenaikan yang sangat signifikan tercatat pada saat pandemi Covid-19 ada, dan
kebutuhan akan berbagai obat-obatan, vaksin dll melonjak naik. Pada saat pandemi Covid-19
Saham emiten farmasi BUMN ini ditutup karena melesat 19,42% di level Rp 535/saham
dengan nilai transaksi Rp 12,01 miliar dan volume perdagangan 23,06 juta saham. Saham PT
Indofarma Tbk (INAF) lagi-lagi menguat 16,82% di level Rp 625/saham. PT Kimia Farma
Tbk mengalami kenaikan Saham sebesar 11,21% di level Rp 645/saham dengan nilai
transaksi Rp 12,01 miliar, volume perdagangan 17,94 juta saham jelang penutupan sesi II dan
akhirnya ditutup Rp 665/saham.

7
Pada saat ini Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) naik 9,02% di level Rp
725/saham. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) sama-sama masuk
holding BUMN Farmasi yang dipimpin PT Bio Farma (Persero).

Dari sini terlihat bahwa Covid-19 membawa dampak positif kepada kinerja saham
syariah disector farmasi dan sampai saat ini masyarakat masih sangat membutuhkan obat-
obatan dan lainnya dari farmasi (CNBC Indonesia, 2020). Pada awal Maret 2020, meskipun
Covid telah memasuki Indonesia, kegiatan perdangan saham syariah cenderung stabil untuk
saham PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Tetapi sejak berlakunya
work form home yang ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 16 Maret menyebabkan
kepanikan diantara beberapa masyarakat, dikarenakan banyaknya perusahaan yang
menerapkan system work from home. Pada hari pertama semenjak diberlakukan kebijakan
work from home oleh pemerintah saham PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk
(KAEF) hampir tidak memiliki volume di perdagangan saham.

Midesia (2020) menyatakan bahwa telah terjadi penurunan harga saham oleh PT
Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tersebut pada keesokan harinya.

Harga saham PT Indofarma Tbk (INAF) pada tanggal 16 Maret 2020 sebesar Rp 565
lalu turun di hari berikutnya sebesar Rp 530 dan pada tanggal 18 Maret 2020 harganya turun
mencapai Rp 515. Penurunan terjadi dalam beberapa hari saja sampai tanggal 20 Maret 2020
setelah itu melonjak sangat tinggi menjadi Rp 3.260/saham hingga penutupan perdagangan
Jumat, 27 November 2020 sudah naik 277,01 % sejak awal tahun 2021.

8
Terhitung sejak awal tahun, harga saham PT Kimia Farmasi Tbk (KAEF) telah
meningkat sebesar 169,60%. Selama enam bulan terakhir, harga saham KAEF naik tajam
menjadi 249,22%. Intan (2020) menyatakan bahwa ia tidak merasa heran kepada saham PT
Kimia Farmasi Tbk (KAEF) yang memang menjadi saham yang bergerak di sepanjang tahun
2020 ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa PT Kimia Farmasi Tbk (KAEF)
telah membantu menembus 10,2 poin yang berkontribusi langsung terhadap IHSG yang
dimana Rp 19 triliun telah disebutkan sebagai kapitalisasi pasar yang telah dicapai.

Naik turunnya saham tidak semerta-merta hanya karena kedatangan vaksin Covid-19
saja, naik turunnya saham ternyata dapat juga dipengaruhi oleh kegiatan dari korporasi
perusahaan, proyek yang dikerjakan saat itu dan dimasa depan, kebijakan dari pemerintah,
fundamental dari makro ekonomi serta bagaimana fluktuasi kurs dari rupiah terhadap mata
uang asing, terdaapat juga sentimen-sentimen yang membuat para investor merasa panik.
Setelah meneliti lebih lanjut dampak Covid-19 tanpa disadari membawa banyak dampak
positif kepada emiten di sector Consumer Goods Industry. Karena pada saat pandemic Covid
masyarakat sangat membutuhkan stok obat-obatan untuk menanggulangi virus Covid-19,
dikarenakannya akan diberlakukannya kebijakan pemerintah yaitu work from home dan
social distancing yang dapat mengurangi aktivitas diluar rumah.

Pada tanggal 1 Mei 2020 terjadi pernurunan saham PT Indofarma Tbk (INAF) dari
bulan sebelumnya sebesar Rp 100. Untuk selisih harga pada awal Maret-Desember
mengalami gain sebesar Rp 2.950. Dapat terlihat bahwa kinerja pada saham PT Indofarma
Tbk (INAF) terjadi peningkatan dikarenakan pada masa pandemi obat-obatan lebih sering
dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan sebelum adanya Covid-19 serta pengadaan vaksin

9
Covid-19 yang dipercepat. Berbeda pada saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF), saham PT
Kimia Farma Tbk (KAEF) terjadi penurunan pada tanggal 1 Juni 2020 sebesar Rp 40. Selisih
harga pada awal bulan Maret-Desember mengalami gain sebesar Rp 2.940. Terlihat bahwa
kinerja pada saham PT Kimia Farma Tbk KAEF terjadi peningkatan.

Memang di waktu-waktu seperti pandemi ramai diperbincangkan karena banyaknya


harga saham yang mengalami penurunan sebagian dari pemegang saham telah menjual
sahamnya karena mereka berpikiran khawatir untuk kedepannya apakah saham-saham
tersebut akan lebih turun nilainya. Saraswati (2020) menyatakan dalam momentum ini
seharusnya para investor dapat memanfaatkannya karena memiliki peluang dalam membeli
saham dengan harga ketika turun. Karena sebenarnya bisa saja kondisi seperti ini tidak akan
selamanya tetapi hanya sementara. Tetapi dengan adanya saham syariah yang menekankan
bahwa lebih stabil dibandingkan dengan saham konvensional ini telah terbukti oleh saham
dari PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF), hebatnya lagi saham
syariah ini lebih less volatile.

Terbukti harga saham PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
langsung mengalami kenaikan yang tinggi sampai saham PT Indofarma Tbk (INAF)
mengalami suspend beberapa hari karena tingginya kenaikan dalam sehari. Terbukti bahwa
saham syariah tetap bisa bertahan di tengah ekonomi yang sedang anjlok akibat Covid-19.
Hal ini dikarenakan saham syariah memiliki kekuatan transaksi sehingga tetap stabil dan
instrumen syariah yang lebih less volatile.

10
BAB III

PENUTUP

D. KESIMPULAN

Setelah pandemi Covid-19 memasuki Indonesia semua sector mengalami penurunan


ditambah dengan diterapkannya work from home dan social distancing untuk upaya
mengurangi penyebaran Covid-19. Menyebabkan sektor ekonomi dan berbagai sektor lainnya
mengalami penurunan yang tajam terlebih lagi pada sektor pasar modal yang berdampak
kepada nilai IHSG. Dampak pandemi Covid-19 terhadap harga saham sejak diberitakan
adanya vaksin serta obat yang dapat mengatasi virus corona memicu kenaikan harga saham
yang cukup tinggi dari sector Kesehatan, salah satunya saham farmasi. PT Indofarma Tbk
dan PT Kimia Farma Tbk yang keduanya merupakan anak usaha dari PT Bio Farma terbang
melejit mencapai ratusan persen. Adanya Virus Covid-19 menjadi dampak positif bagi kedua
perusahaan, bagaimana tidak PT Indofarma Tbk dan PT Kimia Farma Tbk yang bergerak
pada sector saham Farmasi mengalami kenaikan yang sangat signifikan tercatat pada saat
pandemi Covid-19 ada, dan kebutuhan akan berbagai obat-obatan, vaksin dll melonjak naik.
Naik turunnya saham tidak semerta-merta hanya karena kedatangan vaksin Covid-19 saja.

Saham syariah menekankan bahwa lebih stabil dibandingkan dengan saham


konvensional ini telah terbukti oleh saham dari PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia
Farma Tbk (KAEF), hebatnya lagi saham syariah ini lebih less volatile. Terbukti harga saham
PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) langsung mengalami kenaikan
yang tinggi sampai saham PT Indofarma Tbk (INAF) mengalami suspend beberapa hari
karena tingginya kenaikan dalam sehari. Terbukti bahwa saham syariah tetap bisa bertahan di
tengah ekonomi yang sedang anjlok akibat Covid-19.

11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200303094622-17-141993/ri-tangani-corona-saham-
indofarma-dkk-meroket-lagi-nih
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/696-Article%20Text-1400-1-10-20201218.pdf
https://britama.com/index.php/2012/11/sejarah-dan-profil-singkat-inaf/
https://www.kimiafarma.co.id/id/sejarah-kimia-farma
1772-6949-1-PB.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai