Anda di halaman 1dari 3

Abdullah bin umar bin khattab

Abdullah bin Umar bin al-Khattab (‫ )عبد هللا بن عمربن الخطاب‬610–693 M adalah seorang Sahabat
Nabi dan merupakan periwayat hadis yang terkenal. Ia adalah anak dari Khalifah kedua, Umar
bin Khattab. Ibunya bernama zainab
Ibnu Umar masuk Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan
ikut hijrah ke Madinah bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya
dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang diikutinya
adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah,
dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad
meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya
di Afrika.
Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk menjabat sebagai hakim, tetapi ia
tidak mau menerimanya. Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya
membai'atnya menjadi khalifah, tetapi ia juga menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam
pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi
dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu
telah menjadi penguasa Makkah.
ibnu Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadist terbanyak kedua setelah Abu Hurairah,
yaitu sebanyak 2.630 hadits, karena ia selalu mengikuti ke mana Rasulullah pergi.
Bahkan Aisyah istri Rasulullah pernah memujinya dan berkata:"Tak seorang pun mengikuti jejak
langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu
Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadist Nabi. Demikian pula dalam
mengeluarkan fatwa, ia senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, karenanya ia tidak
mau melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada kesempatan
lainnya. Di antara para Tabi'in, yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah
anaknya Salim dan hamba sahayanya, Nafi'.
Kesalehan Ibnu Umar sering mendapatkan pujian dari kalangan sahabat Nabi dan kaum
muslimin lainnya. Jabir bin Abdullah berkata: " Tidak ada di antara kami disenangi oleh dunia
dan dunia senang kepadanya, kecuali Umar dan putranya Abdullah." Abu Salamah bin
Abdurrahman mengatakan: "Ibnu Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar
hidup pada masa banyak orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibnu Umar hidup pada
masa yang tidak ada seorang pun yang sebanding dengan dia".
Ibnu Umar adalah seorang pedagang sukses dan kaya raya, tetapi juga banyak berderma. Ia hidup
sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia kehilangan pengelihatannya pada masa tuanya.
Ia wafat dalam usia lebih dari 80 tahun, dan merupakan salah satu sahabat yang paling akhir
yang meninggal di kota Makkah.
ibnu Qutaibah ad-Dīnawarī, al-Imāmah was Sīyāsah, vol. 1, hlm. 73.
Abu hurairah
Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi ‫ عبدالرحمن بن صخر األذدي‬lahir 598 - wafat 678 (57H), yang lebih
dikenal dengan panggilan Abu Hurairah (‫)أبو هريرة‬, adalah seorang Sahabat Nabi yang terkenal
dan merupakan periwayat hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh
kaum Islam Sunni.
Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin Amin dan ada pula
yang mengatakan nama aslinya ialah Abdur Rahman bin Shakhr.[1]
Abu Hurairah berasal dari kabilah Bani Daus dari Yaman. Ia diperkirakan lahir 21 tahun
sebelum hijrah, dan sejak kecil sudah menjadi yatim. Ketika mudanya ia bekerja pada Basrah
binti Ghazwan, yang kemudian setelah masuk Islam dinikahinya. Nama aslinya pada masa
jahiliyah adalah Abdus-Syams (hamba matahari) dan ia dipanggil sebagai Abu
Hurairah (ayah/pemilik kucing) karena suka merawat dan memelihara kucing.
Diriwayatkan atsar oleh Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang mauquf hingga Abu Hurairah.
Abdullaah bin Raafi' berkata, "Aku bertanya kepada Abu Hurairah, "Mengapa engkau bernama
kuniyah Abu Hurairah?" Ia menjawab, "Apakah yang kau khawatirkan dariku?" Aku berkata,
"Benar, demi Allah, sungguh aku khawatir terhadapmu." Abu Hurairah berkata, "Aku dahulu
bekerja menggembalakan kambing keluargaku dan di sisiku ada seekor kucing kecil (Hurairah).
Lalu ketika malam tiba aku menaruhnya di sebatang pohon, jika hari telah siang aku pergi ke
pohon itu dan aku bermain-main dengannya, maka aku diberi kuniyah Abu Hurairah (bapaknya
si kucing kecil)
Thufail bin Amru ad-Dausi, seorang pemimpin Bani Daus, kembali ke kampungnya setelah
bertemu dengan Nabi Muhammad dan menjadi muslim. Ia menyerukan untuk masuk Islam, dan
Abu Hurairah segera menyatakan ketertarikannya meskipun sebagian besar kaumnya saat itu
menolak. Ketika Abu Hurairah pergi bersama Thufail bin Amru ke Makkah, Nabi Muhammad
mengubah nama Abu Hurairah menjadi Abdurrahman (hamba Maha Pengasih). Ia tinggal
bersama kaumnya beberapa tahun setelah menjadi muslim, sebelum bergabung dengan
kaum muhajirin di Madinah tahun 629. Abu Hurairah pernah meminta Nabi untuk mendoakan
agar ibunya masuk Islam, yang akhirnya terjadi. Ia selalu menyertai Nabi Muhammad sampai
dengan wafatnya Nabi tahun 632 di Madinah.
Abu Hurairah meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits, meskipun diketahui
dalam biografi sahih Al-Bukhari bahwa Abu Hurairah baru mengenal Nabi Muhammad 3 tahun
sebelum Nabi Muhammad meninggal dunia.[3] Bahkan salah satu sahabat paling dekat Nabi
Muhammad, Abu Bakar, hanya meriwayatkan 142 hadits. Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu
Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki dengan judul Fatawa' Abi Hurairah.
Namun begitu, ketidakseimbangan antar jumlah hadits dan waktunya yang terbatas bersama Nabi
Muhammad membuat sejumlah penulis mempertanyakan keakuratan hadits dari Abu
Huraihah. Abdullah Saeed memaparkan bahwa Khalifah Umar bin Khattab tercatat pernah
beberapa kali mengancam Abu Hurairah dengan hukuman apabila ia ditemukan mengutip Nabi
Muhammad dengan semena-mena. Memungkinkan juga jumlah besar riwayat Abu Huraihah
tidak disebabkan oleh Abu Hurairah sendiri, namun penulis-penulis lain yang setelah masa
hidupnya mengatasnamakan Abu Hurairah untuk hadits-hadits tambahan yang kurang kukuh.
Abu Hurairah termasuk salah satu di antara kaum fakir muhajirin yang tidak memiliki keluarga
dan harta kekayaan, yang disebut Ahlush Shuffah, yaitu tempat tinggal mereka di depan Masjid
Nabawi. Abu Hurairah mempunyai empat anak laki-laki yang bernama Al-Muharrir, Muharriz,
Abdurrahman dan Bilal, serta seorang anak perempuan yang menikah dengan Said bin
Musayyib,[7] yaitu salah seorang tokoh tabi'in terkemuka.
ada tahun 678 atau tahun 57 H, Abu Hurairah jatuh sakit, meninggal di Madinah, dan
dimakamkan di Jannatul Baqi.

Abdullah
bin umar Abu
bin hurairah
khattab

Sejak Anak
kecil khalifah
yatim Umar

Masa Masa
Hidup Hidup
610-693 598-678

6.530 Lebih
Hadist 5.000
Hadist

Anda mungkin juga menyukai