GARRY HARTANTO
0906636680
Garry Hartanto
0906636680
NPM : 0906636680
Tanda Tangan :
ii
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Karya Akhir ini tepat
pada waktunya. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Hubungan Internasional pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Garry Hartanto
iv
1) Dra. Suzie Sri Suparin S. Sudarman M.A selaku pembimbing penulis yang
sangat berjasa dalam mengarahkan pemikiran, memberikan kritik, dan
menyuntikkan semangat kepada penulis,
2) Edy Prasetyono S.Sos, MIS, Ph.D, atas kesediaannya menjadi penguji ahli
serta kritik dan sarannya selama sidang yang sangat membangun,
3) Dra. Nurul Isnaeni MA, selaku Ketua Program S1 dan pemimpin sidang dan
Aninda Rahmasari S.Sos., M.Litt, selaku sekretaris sidang atas kritik dan
sarannya semasa sidang,
4) Andi Widjajanto S.Sos., M.Sc, selaku pembimbing akademis selama masa
studi di HIUI,
5) Seluruh dosen, asisten dan staff Departemen HI UI yang tidak dapat
disebutkan satu persatu,
6) Orang tua dan adik penulis yang sudah memberikan dukungan moral dan
materil kepada penulis dalam menyelesaikan studinya di Universitas
Indonesia
7) Keluarga HI UI 2009 : Pettisa, Dwinta, Aswin, Indi, Gesa, Catur, Afu, Arlina,
Candini, Aline, Uwi, Pandu, Darang, Tintin, dicki, Fahmi, Lia, Imung,
Hindun, Ladia, Jeklin, Iman, Doni, Indah, Mikha, Ryan, Kiki, Sandi, Vale,
Richard, Widy, Ponda, Tama, Iqbal, Natali, Arif, Husni, hana, ipeh, Bagus
dan Zein atas canda tawa, cerita dan semangat yang terukir selama ini,
vi
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Garry Hartanto
NPM : 0906636680
Program Studi : S-1 Reguler Ilmu Hubungan Internasional
Departemen : Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Tugas Karya Akhir
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Yang menyatakan
Garry Hartanto
vii
ABSTRACT
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
ix Universitas Indonesia
4. KESIMPULAN......................................................................................................59
DAFTAR REFERENSI.............................................................................................62
x Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Perbandingan Kekuatan Militer AS, Cina, dan Rusia tahun 2008..............35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.4 Nilai dan Komposisi Import Energi Cina dari Rusia...............................41
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Anggaran Militer Negara-Negara Anggota SCO 1996-2012 (dalam juta
US$).............................................................................................................................30
Gambar 3.5 Tingkat kemiskinan Cina, Rusia, Kyrgistan, dan Kazhakstan 1996-
2008.............................................................................................................................49
xi Universitas Indonesia
Asia Tengah merupakan wilayah pusat dari benua Asia yang terhampar dari
Laut Kaspia di bagian barat sampai kepada negara Cina di bagian Timur serta
Federasi Rusia di bagian Utara sampai Afghanistan di bagian Selatan. Wilayah ini
juga mencakup sedikit teritori Iran, Mongolia dan Tibet. Karena memiliki wilayah
yang sangat luas, sampai saat ini tidak ada pengertian resmi tentang wilayah mana
saja yang termasuk wilayah kawasan Asia Tengah. Namun, dalam pengertian
modern, Asia Tengah biasanya ditautkan ke dalam konteks lima negara bekas
pecahan Uni Soviet, yakni, Kazhakhstan, Kyrgiztan, Tajikistan, Turkmenistan, dan
Uzbekistan. Akhiran –stan dalam nama negara-negara tersebut merupakan
peninggalan kebudayaan Persia yang memiliki arti ‘Tanah dari’. 1
1
Touraj Atabaki dan Sanjyot Mehendale, Central Asia and The Caucasus Transnationalism
and Dispora, (New York: Rouledge, 2005), hal.66
2
Ibid
3
World Bank, “GDP of Kazhakstan”, diakses dari
http://data.worldbank.org/country/kazakhstan pada 14 November 2012 pukul 13:43 WIB
4
Gul Jammas Hussain, “Trilateral triangle”, diakses dari
http://www.tehrantimes.com/guljammas-writings/98101-trilaterals-triangulating-in-pakistan
pada 21 November 2012 pukul 13:21 WIB
5
Patrick Jackson, “Profile: Putin’s Foreign Minister Lavrov”, diakses dari
http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/6242774.stm pada 21 November 2012 pukul 14:22 WIB
Di sisi lainnya, SCO merupakan salah satu bentuk dari sebuah rezim
internasional baru untuk menciptakan perdamaian di Asia Tengah. Hal ini akan
penulis analisis dengan konsep liberalisme institusional. Lebih dari itu, negara yang
tergabung di dalam SCO merupakan negara yang masing-masing memiliki identitas-
identitasnya sendiri. Dalam bagian konstruktivisme akan dibahas bagaimana
identitas-identitas ini kemudian dapat melebur menjadi satu identitas yakni SCO.
Selain identitas, akan dibahas interest apa yang kemudian menjadi insentif bagi
negara anggota SCO untuk tetap mempertahankan kerjasama ini.
Secara garis besar, penulis akan menganalisis SCO melalui tiga pandangan
dalam ilmu hubungan internasional, yakni realisme defensif, liberalisme
institusionalisme dan konstruktivisme. Melalui realisme defensif akan dilihat SCO
sebagai perimbangan kekuatan organisasi keamanan lainnya. Lewat liberalisme
institusional akan dilihat SCO sebagai institusi sebagai dampak globalisasi untuk
mencapai absolute gain. Terakhir, akan dianalisis SCO dari sudut pandang
konstruktivisme dengan melihat perubahan identitas dan interest dari tiap negara
anggotanya.
Realisme merupakan salah satu pendekatan atau kerangka teori dalam ilmu
hubungan internasional yang paling awal serta memiliki pengertian yang sangat
beragam. Walaupun pandangan beberapa analis dan peneliti memiliki perbedaan satu
dengan yang lainnya, namun umumnya, realist memiliki asumsi dasar yang sama
terhadap realisme. Asumsi-asumsi tersebut antara lain 1) Negara sebagai aktor
uniter, 2) Sistem Internasional bersifat anarkis, 3) Negara bertindak berdasarkan
tindakan rasional, dan 4) power dan keamanan merupakan tujuan utama negara. 6
Realisme dapat dibagi ke dalam beberapa tipologi dasar. Antara lain Realisme
Klasik yang berpendapat bahwa sifat dasar manusia adalah jahat dan akan berusaha
untuk mencapai kepentingannya atau power. Pencetus pandangan ini antara lain ialah
E.H. Carr. Lalu muncul pandangan Neorealisme atau Realisme struktural yang
6
Jack Donelly, Realism and International Relations, (UK: Cambridge University Press, 2000),
hal.9
Phenomena Explains State Policy and Behavior State Policy and Behavior
7
Liu Feng dan Zhang Ruizhuang, “The Typologies of Realism” dalam Chinese Journal of
International Politics Vol 1 (1), 2006, hal.119
Warning given.
Sumber : Robert Jervis, “Cooperation Under the Security Dilemma” dalam World Politics Journal Vol
30 (2), 1978, hal. 167-214
Dari tabel di atas dapat dilihat empat kemungkinan dunia bagi Jervis. Tabel
pertama menunjukkan negara yang tidak jelas intensinya dan memiliki keuntungan.
Karena intensinya yang tidak jelas, maka akan sangat mungkin terjadi mispersepsi
dan ekpektasi yang rendah. Ditambah insentif untuk melakukan pembelotan yang
tinggi, maka security dilemma tidak terjadi. Menyerang lebih dulu merupakan aksi
yang paling menguntungkan dan arm race adalah kebijakan yang dilakukan. 11
11
Ibid
Tabel ketiga menunjukkan dominasi negara ofensif serta intensi yang jelas
dari negara ofensif tersebut. bila negara ofensif memiliki cukup kekuatan maka akan
terjadi perang. Bila tidak maka status-quo dan kooperasi mungkin saja terjadi.
Namun security dilemma tidak terjadi karena salah satu negara sudah mempunyai
intensi ofensif. Ekspetasi antar negara rendah dan insentif pembelotan yang juga
tinggi. 13
12
Ibid
13
Ibid
14
Ibid
15
Tang, Opcit, hal. 600
Ide dari teori ini muncul pertama kali dari pemikiran John Locke, Hugo
Grotius, dan Immanuel Kant. Terutama Kant, berasumsi bahwa perdamaian adalah
sebuah proses natural dalam diri tiap individu dalam mencapai self-interestnya. Kant
juga percaya pada individu yang dapat memitigasi dan menanggulangi konflik lewat
struktur pemerintahan bersama. Pandangan Kant ini kemudian dikenal dengan
perspektif liberalisme institusional.16
16
Immanuel Kant, Kant’s political Writings, (UK: Cambridge University Press,1970), hal.76
Sumber : Immanuel Kant, “Perpetual Peace: A Philosophical Sketch” dalam Kant’s political Writings
(UK: Cambridge University Press,1970), hal.76
17
Robert O. Keohane, “After Hegemony: Cooperation and Discord” dalam the World Political
Economy, (New Jersey : Princeton University Press,1984), hal. 35-52
Pertimbangan biaya juga merupakan salah satu yang paling penting dalam
membuat suatu institusi. Dengan institusi, biaya yang dikeluarkan untuk menghadapi
ancaman lebih kecil. Apalagi bila yang dihadapi merupakan common threat. Oleh
karena itu, institusi dapat dipandang sebagai tempat fasilitasi kerjasama untuk
mengejar kepentingan bersama. 19
Krasner yang seorang realist juga berpendapat bahwa untuk mewadahi semua
kepentingan, lebih baik dibentuk sebuah rezim internasional. Rezim internasional
18
Ibid
19
Ibid
20
Robert O. Keohane, “International Institutions: Two Approaches” dalam International
Studies Quarterly, Vol. 32 (4), 1988, hal. 379-396
21
Keohane, Opcit, hal. 47
Lebih jauh lagi Grieco menjelaskan bahwa lewat pasar yang terintegrasi,
keamanan dan kepentingan politik dapat dicapai. Terdapat beberapa kepentingan
politik dan strategi dalam kebijakan pasar ini. Yang pertama negara dapat
mengkalkulasi seberapa besar kekuatan teknologi dan sumber daya negaranya
sehingga bisa tercapai pertumbuhan ekonomi yang menciptakan keamanan dan
menambah kekuatan negara. Yang kedua, kesempatan untuk mempengaruhi arah
ekonomi dan politik negara lainnya. Ketiga, memperkuat ikatan kerjasama sehingga
22
Stephen Krasner, International Regimes, (Ithaca: Cornell University Press, 1981), hal 27
23
Joseph M. Grieco dan G. John Ikenberry, State Power and world Markets, (New York:
W.W Norton & Company, 2003), hal. 293-297
Tulisan Krasner dan Grieco merupakan kritik atas teori neoliberal institusional
Keohane. Krasner memandang institusi sebagai alat bagi negara Great Powers untuk
menanamkan pengaruhnya di dunia internasional tanpa melakukan pergerakan militer
masif. Karena menurutnya, sebesar apapun kekuatan Great Power saat ini, mereka
tidak akan mampu mengokupasi semua negara di dunia yang berjumlah 190 lebih. Di
satu sisi, Grieco lebih menekankan pada kekuatan negara (state power) dalam suatu
institusi atau rezim. Menurutnya, rezim atau institusi, hanyalah tempat untuk
mendapatkan relative gain yang terselubung. Jadi, kedua kritik ini memandang rezim
atau institusi dengan esensi yang berbeda walaupun dengan bentuk yang sama.
24
Joseph M. Grieco, “Anarchy and The Limits of Cooperation : A Realist Critique of the
Newest Liberalism Institutionalism” dalam International Organization Vol 42 (3), 2003, hal.
485-507
25
Ibid
26
Alexander Wendt, “Anarchy is what state make of it: the social construction of power
politics” dalam International organization journal Vol 46 (2),1992, hal. 391-425
27
Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink, “International Norm Dynamic and Political Change”
dalam International Organization Journal Vol 52 (4), 1998, hal. 887-917
Teori Konstruktivis ini secara singkat menjelaskan beberapa hal. Pertama ide
dari perspektif ini memberikan pemahaman konteks yang lebih luas daripada satu
pengertian saja. Artinya dalam memandang suatu kasus, konstruktivis tidak
28
melakukan generalisisasi dan terpaku pada asumsi-asumsi yang kaku.
28
Wendt, Opcit, hal 398
29
Ibid
Menurut para konstruktivis lagi, hubungan yang terjalin oleh para aktor
dalam ilmu hubungan internasional adalah hubungan yang saling membangun
(mutually constituted). Mereka melihat hubungan antara agen dan struktur dan
bagaimana struktur mempengaruhi aktor dan sebaliknya. Proses hubungan ini, seiring
berjalannya waktu, terus berevolusi dan hasil akhirnya sangat dipengaruhi oleh situasi
budaya, sosial, dan politik. Hal inilah yang dalam tulisan Wendt disebut
knowledgeable practices constituted subject di mana seorang aktor berubah menjadi
subjek ketika muncul saling pengertian di antara mereka. Hal ini pula yang Wendt
personifikasikan dalam kisah Alter Ego. 32
31
Ibid
32
Ibid
Tipping Point
Tahap pertama ialah Norms Emergence. Di dalam tahap ini, seorang agen
perubahan akan mengusulkan norma baru yang mempunyai nilai kuat. Agen tersebut
disebut Norm Entrepreneur. Motivasi dari agen tersebut bisa berupa empati,
komitmen, atau idealisme tertentu. Dalam organisasi internasional, satu atau dua
negara dapat menjadi agen perubahannya yang akhirnya mempengaruhi critical mass
atau massa penting yang dapat melegitimasi norma yang dibawa lewat persuasi
33
Finnemore dan Sikkink, Opcit, hal.894
34
Ibid
Tahap kedua disebut Norms Cascade. Dalam tahap ini terjadi proses
imitasi oleh anggota yang berusaha dipengaruhi sebelumnya oleh agen perubah.
Proses ini biasanya dilakukan oleh negara dalam platform organisasi internasional.
Motivasi ikutnya aktor ke dalam norma tersebut bervariasi. Antara lain, adanya
tekanan untuk ikut bekerjasama, keinginan untuk memperkuat legitimasinya di dunia
internasional, atau mencapai kepuasan dan kepentingan tertentu. Tugas utama agen
perubah adalah menjadikan aktor yang tidak setuju dengan norma menjadi patuh. Hal
ini dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya pelaksanaan treaty, emulasi,
pujian normatif, pengucilan, dan sosialisasi. 36
35
Ibid
36
Ibid
37
Ibid
39
Julie Boland, Learning From The Shanghai Cooperation Organization's 'Peace Mission-
2010' Exercise, (USA:The Brookings Institution,2010), hal.33
40
BRIDGES, “China Intensifies Regional Trade Talks”, diakses dari
www.ictsd.org/weekly/03-10-01/story3.html pada 14 November 2012 pukul 14:56 WIB
Selain dalam area terorisme, SCO juga sangat serius dalam pencegahan
perdagangan manusia dan obat-obatan terlarang. Negara-negara di SCO yakin bahwa
produksi obat-obatan terlarang di Afghanistan semakin meningkat meskipun terdapat
tentara militer barat di kawsan tersebut. Secara statistic pula,aliran obat terlarang dari
Afghanistan semakin meningkat dan membahayakan keamanan di kawasan Asia
Tengah. Oleh karena itu, dalam pertemuannya di Tashkent pada tahun 2004 disetujui
Agreement on Cooperation in Combating Illcit Trafficking of Narcotic Drugs,
Psychotropic substance, and their precursors. 43
41
Matthew Brummer, “The Shanghai Cooperation Organization and Iran: A Power-full Union”
dalam Journal of International Affairs Vol 60 (2), 2007, hal.66
42
Alexander Lukin, “The Shanghai Cooperation Organization:What next?” dalam Russia in
Global Affairs Vol 5 (3),2007, hal.142
43
Ibid
44
Shanghai Cooperation Organization, “Shanghai Cooperation Organization Charter Article
3”, diakses dari http://www.sectsco.org/news_detail.asp?id=96&LanguageID=2 pada 13
November 2012 pukul 14:55 WIB
Pada pertemuan terbaru di Beijing pada tahun 2012 ini, SCO kembali
menunjukkan dirinya sebagai organisasi yang focus pada bidang keamanan. Hal ini
ditandai dengan disepakatinya Treaty on the non-Proliferation of Nuclear Weapons
yang berisi perjanjian zona bebas nuklir di kawasan Asia Tengah. Selain itu,
disepakati pula bahwa tindakan unilateral di Timur Tengah sebagai sesuatu yang
tidak dapat diterima. Hal ini mengacu kepada tindakan AS di Afghanistan dan Iran. 46
45
China View, “CNPC Completes Acquisition of Petrokazakhstan”, diakses dari
http://news.xinhuanet.com/english/2005-10/27/content_3690493.htm pada 14 November
2012 pukul 13:42 WIB
46
Strategic Culture Foundation, “The SCO 2012-on the way to New World Order”, diakses
dari http://www.strategic-culture.org/news/2012/06/08/sco-2012-shanghai-summit-way-new-
world-order.html pada 17 November 2012 pukul 13:54 WIB
Kazakhstan US$ 1,7 US$ 216 0.745 (68th) Kazakh Partai Uniter-
(Astana) Miliar Miliar (63%), Dominan,
Russian Presidensial
(23%)
Dilihat dari kriteria pertama yaitu ideologi, negara di dalam SCO merupakan
negara-negara yang terbuka terhadap kerjasama terutama dilihat dari ideologi
ekonominya. perubahan besar yang terjadi pada politik Rusia semenjak jatuhnya Uni
Soviet serta reformasi ekonomi Deng Xiaoping di Cina telah membawa mereka ke
dalam ideologi ekonomi yang lebih liberal. Perubahan ideologi ini praktis terjadi
karena kondisi dunia yang sudah berubah. Perubahan dunia tersebut tidak
memungkinkan negara untuk mencapai kapasitas ekonomi yang tinggi tanpa
melakukan kerjasama dan melakukan perdagangan dengan negara lain. Hal inilah
yang kemudian mengubah kedua negara Great Powers di dalam SCO ini untuk lebih
49
UNDP, “Human development Indices”, diakses dari http://hdr.undp.org/en/data/explorer/
pada 22 Desember 2012 pukul 13:55 WIB
50
World Bank, “World Development Indicator”, diakses dari
http://siteresources.worldbank.org/DATASTATISTICS/Resources/GNIPC.pdf pada 22
Desember 2012 Pukul 17:34 WIB
51
C.J Chivers dan Ethan Wilensky-Lanford, “Uzbeks Say Troops Shot Recklessly at
Civilans”, diakses dari
http://www.nytimes.com/2005/05/17/international/asia/17uzbek.html?_r=0 pada 22 Desember
2012 pukul 13:12 WIB
52
Stefan Nicola, “Expert: Kyrgisztan could face civil war”, diakses dari
http://www.upi.com/Top_News/Special/2010/04/09/Expert-Kyrgysztan-could-face-civil-
war/UPI-78531270835021/ pada 23 Desember 2012 pukul 13:45 WIB
53
BBC News, “Scores Killed in China Protest”, diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-
pacific/8135203.stm pada 22 Desember 2012 pukul 22:31 WIB
54
Jia Qingquo, “The success of Shanghai Five”, diakses dari
http://www.comw.org/cmp/fulltext/0110jia.htm pada 22 Desember 2012 pukul 23:34 WIB
Uzbekistan
80000
China, P. R.
60000 Russia
40000
20000
Grafik 3.1 Anggaran Militer Negara Anggota SCO 1996-2012 (dalam juta US$)
5,0
4,5
4,0 Kazakhstan
3,5 Kyrgyzstan
3,0 Tajikistan
Persentase
Turkmenistan
2,5
Uzbekistan
2,0
China, P. R.
1,5
Russia
1,0
0,5
0,0
Pada bagian ini akan dibahas ada tidaknya security dilemma yang dialami oleh
negara-negara SCO. Beberapa indikator yang mendasarinya adalah insentif untuk
melakukan kooperasi dan pembelotan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
kerjasama atau tidak, serta ekspektasi negara-negara tersebut. Kemudian keadaan di
SCO akan dicocokkan ke dalam empat dunia Jervis. Dengan melihat intensi ofensif-
defensif seperti yang sudah dijelaskan dalam subbab pertama serta negara mana yang
memiliki keuntungan dalam keadaan ini.
Bila dilihat dari segi insentif dan biaya, melakukan kerjasama di SCO akan
sangat menguntungkan. Terutama untuk menjaga stabilitas keamanan di kawasan ini
serta menjaga perimbangan kekuatan dunia. Negara-negara di Asia Tengah
merupakan wilayah yang sarat akan konflik baik internal maupun eksternal. cikal
bakal pembentukan Shanghai Five, yang kemudian menjadi SCO, pun didasari atas
konflik perbatasan antara negara-negara Asia Tengah dengan Rusia dan Cina
terutama. Cina mengalami konflik perbatasan dengan hampir semua negara Asia
Tengah yang baru merdeka paska runtuhnya Uni Soviet. Perebutan alokasi sumber
daya atas Laut Kaspia juga sempat terjadi antara Kazhakstan dan Rusia. Selain itu,
kebijakan Perestroika sempat menimbulkan gejolak di Almaty yang kemudian
Dari segi ekspektasi dan persepsi, negara-negara di SCO memiliki nilai yang
cukup tinggi. Argumen ini didasari oleh grafik pengeluaran militer negara-negara di
Asia Tengah yang cenderung stagnan bahkan menurun dilihat dari persentase GDP.
Hal ini membuktikan bahwa tidak ada keterdesakkan untuk mengutamakan anggaran
militer bagi keperluan perang terbuka. Kenaikan grafik militer dilihat dari anggran
riil, dapat disebabkan oleh kemajuan teknologi dan kapabilitas ekonomi serta
kerjasama.
55
Igor Rotar, “Group of Five Without Yeltsin: Statement on Development of Mutual Trust To
Be Signed in Almaty Today” dalam Moscow Nezavisimaya Gazeta,Vol 3 (2), 1998, hal.10
Oleh karena itu, jelaslah bahwa negara yang mempunyai keuntungan dalam
SCO adalah Cina dan Rusia, serta mereka berkarakter lebih defensif. Sesuai dengan
tipologi empat dunia Jervis, maka akan terjadi security dilemma di mana postur
ofensif-defensif tidak dapat dibedakan dan negara defensif memiliki posisi
menguntungkan. Keadaan ini kemudian memungkinkan terjadinya kooperasi antar
negara-negara di Asia Tengah. Beberapa pengaturan keamanan diperlukan. Untuk itu,
56
Frederick W Stakelbeck, Jr, “The Shanghai Cooperation Organization”, Front Page
Magazine. 8 Agustus 2005, hal.7
Submarines 71 63 48
Selain itu, dalam pertemuan kepala negara pada tahun 2005, negara Asia
Tengah juga sepakat bahwa keberadaan Amerika tidak dibutuhkan lagi di
Afghanistan. Salah satu langkah yang tercatat ialah ketika diktator Karimov
memberikan pesan kepada AS untuk segera mengosongkan karshi-Kanhabad, basis
57
Patrick G Moore, “China Gets its Pound of Russian Flesh”, Asia Times Ed. 24 Maret 2006,
hal.24
58
Jim Nichol, “Uzbekistan’s Closure of the Airbase at Karshi-Khanabad: Context and
Implications” dalam Congressional Research Service, 2005, hal.35
59
Erich Marquardt, “The Significance of Sino-Russian Military Exercises” dalam Power and
Interest News Report, 2006, hal.3-27
Sumber : Business Insider, “The 15 Maps That Explain The Entire World”,
diakses dari http://www.businessinsider.com/the-15-maps-that-explain-the-world-in-
2012-2012-6?op=1 pada 22 November 2012 pukul 18:56 WIB
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa intensi negara-
negara di SCO tidak jelas namun cenderung defensif. Cina dan Rusia pun begitu.
Keduanya merupakan negara yang memiliki posisi lebih menguntungkan
dibandingkan dengan yang lain. Hal ini pada akhirnya memunculkan kondisi Security
Dilemma, dimana negara-negara yang cenderung defensif saling khawatir dengan
intensi negara lainnya. Maka terjadilah aksi balance of power antara Great powers
60
Mark R. Brawley, The Political Economy of Balance of Power Theory, (California: Stanford
University Press, 2004), hal. 76-98
Pembahasan pada bagian ini akan dimulai dengan mengaitkan tiga kondisi
yang memungkinkan terjadinya perdamaian menurut Kant yakni adanya institusi,
demokrasi, dan ketergantungan ekonomi. Kemudian akan dibahas pula motivasi dasar
pembentukkan SCO dengan menggunakan asumsi dasar neoliberal institusionalisme
Keohane. Penjelasan ini kemudian akan dibandingkan dengan penjelasan Regime
Development Krasner serta hubungan pasar dan negara Grieco untuk melihat esensi
negara-negara SCO dalam melakukan kerjasama ini.
Dalam bagian ini, akan dibahas apakah SCO merupakan sebuah perkumpulan
negara yang ruled-based, small group, ataukah regional cooperation. Bila SCO
merupakan perkumpulan negara yang ruled-based atau regional cooperation, maka
SCO dapat dikatakan sebuah institusi. Lalu akan dilihat apakah SCO merupakan
institusi yang demokratis dilihat dari indeks demokrasi negara-negara tersebut.
Setelah itu akan dilihat ketergantungan ekonomi yang tercipta di dalam SCO.
SCO berdiri pada tahun 2001, setelah sebelumnya bernama Shanghai Five.
Saat masih berbentuk Shanghai Five, SCO dapat dikatakan sebagai rezim keamanan
karena hanya membicarakan masalah keamanan.saja. Beberapa perjanjian yang
dibentuk pada masa ini ialah Deepening Military Trust in Border Regions dan
Military Forces in Border Regions. Lewat perjanjian ini, beberapa perdamaian atas
masalah perbatasan pun dicapai, antara lain, perdamaian Cina-Kazhakstan pada tahun
Selain itu, dalam bidang budaya dan sosial, kerjasama keenam negara itu juga
ditingkatkan dengan adanya pameran kebudayaan bergilir antara negara SCO serta
kerjasama pertukaran pelajar dan kebudayaan. Puncaknya pada tahun 2012, diadakan
pertemuan pertama menteri kebudayaan dan pendidikan negara-negara SCO. 62 Hal
ini membuktikan bahwa SCO sudah memperlebar cakupannya dan sudah masuk ke
dalam ranah institusi. Sesuai dengan saran Keohane bahwa institusi harus
terspesialisasi agar dapat melimitasi otoritas, SCO juga memiliki spesialisasi dalam
bidang keamanan. Namun melihat tanda-tanda pelebaran isu yang dilakukan SCO,
limit otoritas yang disebut oleh Keohane mungkin saja tidak akan terjadi.SCO pada
akhirnya menjelma menjadi kerjasama regional yang mencakup semua isu di semua
lini yang terjadi di negara ini. Tentang prospek SCO ke depannya, akan dibahas
dalam subbab berikutnya.
Indeks ini didasarkan pada pemilihan nasional yang adil, tingkat keamanan
pemilih, pengaruh asing terhadap pemerintah dan kapabilitas pegawai sipil untuk
mengimplementasikan kebijakan.64 Indeks negara-negara di SCO cukup rendah
karena mayoritas negara-negara di SCO ini menerapkan sistem pemerintahan yang
dipengaruhi oleh satu partai tunggal. Dengan sistem ini, kebebasan individu dalam
pemilihan umum dipertanyakan. Selain itu, negara-negara seperti Kazhakstan,
Uzbekistan dan Tajikistan banyak dipengaruhi kebijakan dalam negerinya oleh Rusia.
Sebagai contoh kebijakan Islam Karimov, presiden Uzbekistan, yang mengusir
pangkalan militer Amerika Serikat di kawasannya atas perintah Putin lewat SCO.
Bila dilihat dari ketergantungan ekonomi, antar negara di Asia Tengah dan
Rusia cukup bergantung pada pembelian energi dari Cina. Di sisi lainnya, Cina sangat
membutuhkan pasokan energi dari negara-negara Asia Tengah. Sebagai contoh, di
63
Economist Intelligence Unit, Democracy Under Stress, (London: EIU, 2011), hal. 5-7
64
Ibid
Gambar 3.4 Nilai dan Komposisi Import energi Cina dari Rusia
Ancaman AS sendiri cukup nyata di kawasan ini. Sejak tahun 2002 tentara AS
digerakkan ke Afghanistan untuk menurunkan pemerintahan Taliban. Atas dasar
menghentikan terorisme, ektrimisme, dan separatisme, SCO memberikan izin kepada
AS untuk menempati wilayahnya sebagai pangkalan militer. Pangkalan militer utama
AS di wilayah ini ialah di negara Uzbekistan, Tajikistan dan Kyrgistan. Namun
setelah perang itu usai pada tahun 2004, tentara AS tetap berada disana. Pada tahun
2005, SCO setuju keberadaan AS tidak diperlukan lagi dan meminta kepala negara
Uzbekistan, Kyrgistan, dan Tajikistan untuk meminta AS keluar dari kawasan Asia
Tengah. 66 Pada tahun 2009, pangkalan militer AS terakhir di Ganci Air Base diminta
mundur oleh presiden Kurmanbek Bakiyev. 67 Dari sisi lain, baik Cina dan Rusia
saling mengamankan dirinya akan pengaruh negara dalam SCO itu sendiri dengan
adanya perjanjian Non-aggression di SCO. Perjanjian ini tidak mengizinkan adanya
intervensi unilateral negara-negara SCO terhadap anggota lainnya.
65
Keohane, Opcit, hal.11
66
Xinhua, “Kyrgyzstan Supports SCO's Goal of Regional Peace”, Prosperity 7 April 2005,
hal.12
67
Jefferson E. Turner, Shanghai Cooperation Organization: Paper Tiger or regional
Powerhouse?, (California: Navel Postgraduate School, 2005), hal.33
68
EU Bilateral Trade Report, Kazhakstan, (Brussels: European Union, 2011), hal. 4
69
Keohane, Opcit, hal.15
70
Shanghai Cooperation Organization, “SCO in brief”, diakses dari http://www.sectsco.org/fk-
03.html pada 23 Desember 2012 pukul 16:44 WIB
71
Shanghai Cooperation Organization, “Declaration on the Establishment of the Shanghai
Cooperation Organization”,diakses dari
http://www.ecrats.com/en/normative_documents/2006 pada 22 Desember 2012 pukul 13:56
WIB
72
Ibid
73
Ibid
74
Stephen D Krasner, “Structural Causes and Regime Consequences: Regimes as
Intervening Variables” dalam International Organization Vol 36 (2),1982, hal.186
75
Ibid
76
Ibid
Selain itu, SCO juga jelas mengacu pada dilema keengganan. Hal ini terlihat
dari banyaknya konvensi dan pasal-pasal yang memuat tentang penanggulangan
terorisme, separatisme, dan ekstimisme. Konvensi-konvensi tersebut membuktikan
bahwa SCO juga mengupayakan tindakan-tindakan preventif akan ancaman bersama.
Pada dasarnya, selain karena akan menganggu kestabilan Asia Tengah, tidak
amannya wilayah ini akan membuat Rusia dan Cina dipertanyakan kekuatannya di
dunia global serta memberikan AS alasan untuk masuk ke dalam wilayah tersebut.
Selain itu, kerjasama yang timbul dalam SCO, sangat menguntungkan negara
kecil yang ada karena dapat ikut menunggangi kekuatan besar yang ada. Bagi negara
besar, keuntungan ekonomi yang didapat lewat perizinan jalur pipa juga sangat besar.
Sebagai Contoh, Sino-Kyrgiz Good Neighborly treaty sangat membantu Kyrgiztan
yang memiliki kekuatan militer lemah untuk berlindung di bawah Cina 78. Dengan ini
Kyrgiztan tidak perlu membangun kekuatan militernya dalam waktu dekat. Di lain
pihak, pipa energi yang menuju Cina diperbolehkan melewati Kyrgiztan. Sedangkan,
perjanjian kerjasama India sebagai observer dan Cina dalam SCO juga sangat
menguntungkan Cina karena barang manufakturnya dapat dipasarkan di India dan
77
SCO Charter, Opcit
78
Turner, Opcit, hal. 99
Lalu dari segi norma, peraturan-peraturan SCO dibuat tanpa ikatan hukum
yang jelas dan prinsip non-intervensi. Dalam statuta-statuta SCO, secara jelas
dinyatakan bahwa antara negara SCO tidak akan saling mencampuri urusan internal
negara anggotanya. 82 Implementasinya tercermin jelas pada kasus Rusia dan Georgia
dimana SCO tidak melakukan aksi apapun dan tidak menyatakan hal apapun tentang
konflik yang terjadi. Padahal negara-negara lainnya termasuk PBB mengecam hal
tersebut. Asas tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota SCO terlihat
tidak sejalan dengan asumsi neoliberal institusional yang mengatakan bahwa
pembentukan institusi akan membatasi kedaulatan dan otonomi suatu negara.
Sebaliknya, SCO membuktikan bahwa kedaulatan negara anggota justru semakin
ditingkatkan bukan dibatasi. Dalam tulisannya tentang SCO: Tackling the Three
Evils, Stephen Aris berpendapat bahwa SCO telah mempraktikkan Sovereignty
Enhancement bukan Sovereignty pooling. 83 Selain itu statuta yang disepakati dalam
SCO menandakan penggabungan antara struktur formal dan informal. Meskipun
memiliki mekanisme formal dalam pengerjaan dan isi statutanya, namun tidak
ditemukan sebuah aturan yang legally binding dalam konvensi-konvensi yang SCO
79
Ibid
80
Richard Komaiko, The Great Game, (Illinois: University of Illinois, 2006), hal 77
81
Ibid
82
SCO Charter, Opcit, hal.4
83
Stephen Aris, “The Shanghai Cooperation Organization: “Tackling the Three Evils”’, dalam
Europe Asia Studies Vol 61 (3), 2009, hal. 460
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa SCO sangat sarat akan self-
interest dan pertarungan kekuatan politik. Hal inilah yang disebut Grieco sebagai
relative gain dalam sebuah institusi. Menurutnya, sekecil apapun relative gain akan
tetap didapat oleh negara-negara di dalam institusi tersebut. Lebih jauh lagi, Grieco
menjelaskan bagaimana pasar yang terintegrasi akan sangat menguntungkan bagi
pencapaian kekuatan negara. SCO sendiri masih membicarakan terbentuknya SCO
business Council and Development Fund sejak tahun 2005. Keengganan negara-
negara untuk tidak menyetujuinya lagi-lagi didasarkan pada self-interest untuk tidak
saling tergantung secara formal dan kuat secara ekonomi. namun integrasi
perdagangan energi sudah dilakukan lewat joint club pada tahun 2006. Sesuai dengan
pendapat Grieco, joint club yang diinisiasi di dalam SCO mampu menambah
kekuatan negara. Sebagai contoh bagaimana Rusia menagalami pertumbuhan
ekonomi seperti yang dijelaskan pada subbab pertama. Yang kedua, integrasi ini
membuat setiap negara memiliki porsi bairgaining- nya sendiri-sendiri yang secara
tidak langsung meningkatkan kekuatan negara. Ketiga, kerjasama ini mampu
meningkatkan kesejahteraan yang menurut Grieco & Ikenberry merupakan salah satu
tujuan utama negara. Sebagai contoh, bagaimana asupan energi yang tinggi mampu
menggerakkan perekonomian Cina dan membuat tingkat kemiskinan di negara ini
menurun.
Selain adanya masalah perang antar etnik secara internal, kawasan Asia
Tengah juga rawan akan masuknya ektrimis dari negara tetangga seperti Afghanistan
dan Pakistan. Beberapa bom bunuh diri pun terjadi pada tahun 1999 serta 2002 di
Kyrgiztan dan Uzbekistan. Kebanyakan aksi tersebut dilakukan oleh militan ektrimis
Islam dengan menyerang kedutaan AS dan Israel atau komunitas muslim lain yang
dianggap bersebrangan dengan mereka. 85 Selain itu terdapat permasalahan etnik
Uyghur di Cina serta masalah perdagangan obat-obatan terlarang di Rusia.
84
Anna Matveeva dan Antonio Giustozzi, The SCO: A Regional Organization in The Making,
(Moscow : CSRC,2008), hal.2
85
Ibid
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Cina dan Rusia merupakan agent of
change atau Norm Entrepreneurs yang pertama kali memunculkan ide tentang
organisasi keamanan di Asia Tengah. Pemicunya merupakan masalah keamanan yang
terjadi di kawasan ini. Motivasi dari keduanya untuk mendirikan organisasi ini ialah
meningkatkan stabilitas dan keamanan. Hal inilah yang disebut komitmen dalam
tahap norm emergence.
Dalam menyebarkan norma tersebut, Rusia dan Cina harus membuat critical
mass (negara Asia Tengah lainnya) merasa norma ini appropriate. Untuk itu, Cina
dan Rusia menginisiasi dilaksanakannya pertemuan Shanghai Five di Shanghai pada
26 April 1996. Dalam pertemuan itu disepakati Confidence Building Measures yang
menyepakati ditarik mundurnya tentara dan persenjataan sepanjang 100 Km
perbatasan. Hal ini akhirnya menyelesaikan masalah perbatasan antara Cina dan
Kazhakstan dan Cina dengan Rusia. Selain itu disepakati pengurangan latihan militer
di daerah perbatasan.
Jika melihat dari motivasi negara kecil di Asia Tengah seperti Kazhakstan dan
Uzbekiztan, mereka mungkin tidak memiliki pilihan selain bergabung dengan
organisasi ini. Inilah yang disebut konformitas dalam teori norms dynamic. Mereka
tidak memiliki pilihan karena kapabilitasnya yang masih kalah. Untuk itu akan lebih
aman bila mereka turut masuk dalam kerjasama ini.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat perubahan negara Asia Tengah yang
bukan lagi menjadi objek melainkan subjek dalam organisasi SCO. Proses interaksi
yang terjadi terus menerus dalam SCO telah meng-internalisasi mereka dan
mengubah pandangan mereka tentang apa yang appropriate menjadi satu identitas
kumpulan negara-negara penjaga keamanan di Asia Tengah bernama SCO.
86
Shanghai Cooperation Organization, “The Shanghai Convention on Combating Terrorism,
Separatism and Extremism”, diakses dari http://www.sectsco.org/EN/show.asp?id=68 pada
27 Desember 2012 pukul 12:45 WIB
Keempat negara ini juga memiliki kekayaan alam yang sangat masif dan
beragam. Kazhakstan ialah negara penghasil minyak bumi dan gas alam terbesar
diantara keempatnya. Hasil minyak bumi Kazhakstan mengambil 65 % bagian
keseluruhan eksport dan 24 % dari total GDP. Selain itu terdapat Kyrgiztan yang
kaya akan batu – batu mineral termasuk emas. 43% angka eksport Kyrgiztan
merupakan eksport emas. Namun demikian negara ini masih tercatat sebagai negara
termiskin di Asia Tengah akibat tingkat korupsi yang tinggi. 88
Ciri khas kekayaan alam yang melimpah ini telah membawa Asia Tengah
dipandang sebagai kawasan kaya energi. Keberadaannya semakin penting di masa
mendatang mengingat pasokan energi dunia yang kian menipis. Interest awal
terbentuknya SCO ini juga sedikit banyak mengalami perubahan. Dari awalnya
bertujuan untuk membangun stabilitas di wilayah tersebut, menjadi tujuan yang lebih
pragmatis yakni mengejar kepentingan nasional akan kebutuhan energi. Seperti yang
diketahui, Cina yang sedang bertumbuh sangat membutuhkan energi sedangkan
negara-negara lainnya termasuk Rusia memiliki kepentingan untuk menjaga
pertumbuhan Cina menjadi hegemoni dengan membangun hubungan saling
ketergantungan di bidang energi.
87
Turner, Opcit, hal.102
88
World Bank, “Energy and Mining data”, diakses dari http://data.worldbank.org/ pada 27
November 2012 pukul 02:20 WIB
89
Ibid
Pembahasan ini juga melibatkan negara observer penting dalam SCO yakni
Iran dan India. Seperti yang diketahui, Rusia dan Cina memiliki hubungan
perdagangan yang erat dengan Iran dalam bidang energi. Cina sendiri tercatat
merupakan importir nomor satu Iran dalam bidang minyak dan gas. Nilai kontrak
keduanya mencapai 120 Milliar dolar. 91 Rusia sendiri lewat Gazprom dan Lukoil
memiliki operasi yang cukup substansial di Iran. Cina juga membangun kerjasama
energi dengan Kazhakstan dengan membangun pipa minyak dari Atasu hingga
Alanshankou sepanjang 988 km. kerjasama ini terjadi antara perusahaan minyak
nasional Cina CNPC dan Petrokazhakstan. 92
Perubahan Interest dalam SCO yang tadinya berfokus pada keamanan dan
kemudian menjadi perdagangan energi semakin menguatkan argumen Finnemore dan
Sikkink yang menagatakan bahwa Norma dan rasionalitas tidak dapat dipisahkan.
Cina dan Rusia memainkan strategic Social construction dengan menciptakan norma
bersama, memberi arti di dalamnya, dan membentuk kooperasi untuk
memaksimalisasi kepentingan mereka. Ikut ke dalam norma dalam SCO merupakan
pilihan rasional.
90
Turner, Opcit, hal.67
91
Gills, Opcit, hal.38
92
China View, “CNPC Completes Acquisition of Petrokazakhstan” diakses dari
http://news.xinhuanet.com/english/2005-10/27/content_3690493.htm pada 14 November
2012 pukul 13:42 WIB
Setelah runtuhnya tembok Berlin pada tahun 1991, Uni Soviet terpecah
menjadi beberapa negara dan mengubah namanya menjadi Federasi Rusia. Sebagai
suksesor Uni Soviet, Rusia mendapatkan hak-hak yang dimiliki oleh Uni Soviet
sebelumnya di dunia internasional salah satunya ialah kedudukannya di organisasi-
organisasi internasional.
Boris Yeltsin pun didaulat sebagai presiden Rusia pada tahun 1991 dalam
pemilihan umum langsung pertama sepanjang sejarah Rusia. Setelah terpilih, Yeltsin
mencanangkan program pembaruan yang berorientasi pasar. Program itu diberi nama
“Shock Therapy”. Program ini akhirnya memprivatisasi sekitar 225.000 perusahaan
negara yang dimiliki oleh Rusia. Kontrol terhadap harga dan nilai tukar pun
kemudian melemah. Selain itu dilakukan liberalisasi perdagangan di semua lini.
Dengan dilakukannya program diatas, kebijakan ekonomi Rusia resmi berganti
menjadi ekonomi berorientasi pasar. Pergantian orientasi ekonomi ini ialah hasil
rekomendasi dari Amerika Serikat dan International Monetary Fund.93
Dalam kebijakan luar negerinya, Rusia lebih ditandai dengan ikutnya Rusia ke
dalam international mainstream. Rusia kemudian ikut dalam organisasi dunia seperti
93
Lynn D.Nelson et al, Radical Reforms in Yeltsin’s Russia: Political, Economic, and Social
Dimensions, (USA: ME Sharpe,1994), hal. 21
Pada tahun 1999, Presiden Yeltsin mengundurkan diri dan digantikan oleh
Vladimir Putin. Kebijakan Luar Negeri Rusia di tangan Putin mulai terlihat
pragmatismnya dengan usahanya meminimalisasi konflik terbuka dengan Barat.
Namun demikian di satu sisi, Putin tetap berusaha menjadikan Rusia sebagai salah
satu kekuatan besar di dunia yang multipolar termasuk dengan ikut membentuk SCO.
Sampai kepada titik ini, kebijakan politik dalam dan luar negeri Rusia setelah
runtuhnya Uni Soviet lebih didasarkan kepada pragmatisme semata. Bahkan Putin,
secara tegas menyatakan orientasi politik luar negeri Rusia berdasarkan pada
pragmatism, efektifitas ekonomi, dan kepentingan nasional.94
Pragmatisme Rusia dalam kebijakan luar negeri terhadap negara lain juga
terlihat dari kerjasama melawan terorisme dengan AS dan kemitraan dengan negara
lainnya. Hal ini dilakukan dengan membentuk kerjasama BRIC yang lebih didorong
oleh motif ekonomi. Selain BRIC, Rusia juga masuk ke dalam Shanghai Cooperation
Organization yang menekankan kerjasama dalam bidang energi dengan Cina dan
negara Asia Tengah. 95
94
Vladimir Putin, Annual Address to the federal Assembly of the Russian Federation,
Kremlin, 8 Juli 2000
95
Michael Sturmer, Putin and The rise of Russia, (London: Riverhead,2012), hal.57
96
Davis Shambaugh. Deng Xiaoping: portrait of a chinese stateman, (UK : Oxford, 1995),
hal.102
97
Philip Short, Mao: A life, (USA: Owl Books, 2001), hal. 32
98
Shambaugh, Opcit, hal.103
Dari sudut pandang Liberalisme, SCO hanya memenuhi sebagian dari tiga
kondisi perdamaian yang dikemukakan oleh Kant. Tingkat demokrasi negara-negara
SCO masih sangat rendah. Kesesuaian terlihat dari fakta bahwa SCO dibentuk
berdasarkan pertimbangan biaya untuk mencapai absolute gain. Selain itu, SCO juga
Selain itu, konstruktivisme juga menjelaskan mengapa Rusia dan Cina masuk
ke dalam SCO dari level analisis yang berbeda, yakni dari level individu. Perubahan
pemimpin dalam tubuh Rusia dan Cina akhirnya mengubah landasan politik dan
ekonomi negara tersebut dan mengubah identitasnya. Identitas baru inilah yang
memungkinkan negara tersebut ingin masuk ke dalam kerangka kerjasama SCO.
Artinya, individu mempengaruhi kebijakan luar negeri.
Aris, S. (2009). The Shanghai Cooperation Organization: “Tackling the Three Evils". Europe
Asia Studies, 61(3), 460.
BBC News. (2012, Desember 22). Scores Killed in China Protest. Retrieved from
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8135203.stm
Boland, J. (2010). Learning From The Shanghai Cooperation Organization's 'Peace Mission-
2010' Exercise. USA: The Brookings Institution.
Brawley, M. R. (2004). The Political Economy of Balance of Power Theory. Balance of Power:
Theory and Practice in the 21st Century, 76-98.
BRIDGES. (2012, November 14). China Intensifies Regional Trade Talks. Retrieved from
www.ictsd.org/weekly/03-10-01/story3.html
Brummer, M. (2007). The Shanghai Cooperation Organization and Iran: A Power-full Union.
Journal of International Affairs, 60(2), 66.
Business Insider. (2012, Desember 22). The 15 Maps That Explain The Entire World.
Retrieved from http://www.businessinsider.com/the-15-maps-that-explain-the-
world-in-2012-2012-6?op=1
Chivers, C., & Wilensky-Lanford, E. (2012, Desember 22). Uzbeks Say Troops Shot Recklessly
at Civilans. Retrieved from
http://www.nytimes.com/2005/05/17/international/asia/17uzbek.html?_r=0
D.Nelson, L. (1994). Radical Reforms in Yeltsin’s Russia: Political, Economic, and Social
Dimensions. USA: ME Sharpe.
Donelly, J. (2000). Realism and International Relations. UK: Cambridge University Press.
Finnemore, M., & Sikkink, K. (1998). International Norm Dynamic and Political Change.
International Organization Journal, 52(4), 887-917.
Gill, B. (2010). The Rising Star: China’s New Security Diplomacy. Washington: Brookings.
Global Fire Power. (2012, Desember 22). Countries Comparison. Retrieved from
http://www.globalfirepower.com/countries-comparison-detail.asp
Grieco, J. M. (2003). Anarchy and The Limits of Cooperation : “A Realist Critique of the
Newest Liberalism Institutionalism”. International Organization, 42(3), 485-507.
Grieco, J. M., & Ikenberry, G. J. (2003). State Power and world Markets. New York: W.W
Norton & Company.
Jackson, P. (2007). Profile: Putin’s Foreign Minister Lavrov. Retrieved November 21, 2012,
from http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/6242774.stm
Jervis, R. (1978). Cooperation Under the Security Dilemma. World Politics Journal, 30(2),
167-214.
Kant, I. (1970). Perpetual Peace: A Philosophical Sketch. In Kant’s political Writings (pp. 6-
20). UK: Cambridge University Press.
Keohane, R. O. (1984). After Hegemony: Cooperation and Discord. In the World Political
Economy (pp. 35-52). New Jersey: Princeton University Press.
Kydd, A. (1997). Sheep in Sheep’s Clothing: Why Security Seekers Do Not Fight Each Other.
Security Studies Journal, 7(2), 114-155.
Marquardt, E. (2006). The Significance of Sino-Russian Military Exercises. Power and Interest
News Report, pp. 3-27.
Matveeva, A., & Giustozzi, A. (2008). The SCO: A Regional Organization in The Making.
Moscow: CSRC.
Moore, P. G. (24 Maret 2006). China Gets its Pound of Russian Flesh. Asia Times , 24.
Nicola, S. (2012, Desember 23). Expert: Kyrgisztan could face civil war. Retrieved from
http://www.upi.com/Top_News/Special/2010/04/09/Expert-Kyrgysztan-could-face-
civil-war/UPI-78531270835021/
Putin, V. (8 Juli 2000). Annual Address to the federal Assembly of the Russian Federation.
Qingquo, J. (2012, Desember 22). The success of Shanghai Five. Retrieved from
http://www.comw.org/cmp/fulltext/0110jia.htm
Rotar, I. (1998). Group of Five Without Yeltsin: Statement on Development of Mutual Trust
To Be Signed in Almaty Today. Moscow Nezavisimaya Gazeta, 10.
Shanghai Cooperation Organization. (2012, Desember 23). SCO in brief. Retrieved from
http://www.sectsco.org/fk-03.html
Shiping, T. (2009). The Security Dilemma: A Conceptual Analysis. Security Studies, 18(3), 594.
Strategic Culture Foundation. (2012, November 17). The SCO 2012-on the way to New World
Order. Retrieved from http://www.strategic-culture.org/news/2012/06/08/sco-
2012-shanghai-summit-way-new-world-order.html
UNDP. (2012, Desember 26). Central Asia Poverty Rate. Retrieved from
http://hdr.undp.org/en/data/build/
Wendt, A. (1992). Anarchy is what state make of it: the social construction of power politics.
International organization journal, 46(2), 391-425.
World Bank. (2012, Desember 27). Energy and Mining data. Retrieved from
http://data.worldbank.org/
World Bank. (2012, Desember 22). World Development Indicator. Retrieved from
http://siteresources.worldbank.org/DATASTATISTICS/Resources/GNIPC.pdf
Xin hua. (7 April 2005). Kyrgyzstan Supports SCO's Goal of Regional Peace, Prosperity . 12.
Organization
The heads of state of the Republic of Kazakhstan, the People’s Republic of China, the
Kyrgyz Republic, the Russian Federation, the Republic of Tajikistan and the
Republic of Uzbekistan,
Highly appraise the positive role played by the “Shanghai Five”, in the five years
since its founding, in promoting and deepening mutual trust, relations of friendship
and good-neighborliness among the member states, consolidating regional security
and stability and facilitating common development;
Unanimously recognize that the founding and development of the “Shanghai Five”
have conformed to the post cold-war historic trend that mankind aspires to peace and
development, shown the great potentiality of peaceful and friendly coexistence, unity
and cooperation realized through mutual respect and confidence by countries with
different civilization backgrounds and traditional cultures;
Point out, in particular, that the two agreements signed by the five heads of state of
the Republic of Kazakhstan, the People’s Republic of China, the Kyrgyz Republic,
the Russian Federation and the Republic of Tajikistan respectively in Shanghai in
1996 and in Moscow in 1997, on confidence-building in the military sphere in border
areas and on mutual reduction of military forces in the border areas, and the summary
documents signed during their meetings in Alma-Ata (1998), Bishkek (1999),
Dushanbe (2000), have made important contributions to preserving regional and
world peace, security and stability, greatly enriched contemporary diplomatic and
regional cooperation practices and exerted extensive and positive influence in the
international society;
Firmly believe that against a background of the rapid development of the process of
political multipolarization and information globalization in the 21st century, it is
conducive to the member states more effectively jointly making use of the
opportunities and replying to the new challenges and threats;
2. The purposes of the SCO are: strengthening mutual trust and good-neighborly
friendship among the member states; encouraging effective cooperation among the
member states in political, economic and trade, scientific and technological, cultural,
educational, energy, communications, environment and other fields; devoting
themselves jointly to preserving and safeguarding regional peace, security and
stability; and establishing a democratic, fair and rational new international political
and economic order.
3. The SCO shall hold a formal meeting of heads of state of the member states a
year, hold meetings of heads of government regularly; the meetings shall be held in
rotation among the member states. With a view to expanding and strengthening
cooperation in all fields, in additionto the established meeting mechanisms for the
leaders of the relevant departments, new meeting mechanisms may be set up in
accordance with circumstances, and permanent and temporary experts’ groups may
be formed to study work plans and proposals for further developing cooperation.
4. The “Shanghai Spirit” formed during the “Shanghai Five” process, with “mutual
trust, mutual benefit, equality, consultation, respect for multicivilizations, striving for
common development” as its basic contents, has been precious treasure accumulated
in the cooperation among the countries of the region in recent years. This spirit
should be carried forward so that it will become the norm governing relations among
the SCO member states in the new century.
5. The SCO member states shall abide by strictly the purposes and principles of the
Charter of the United Nations, mutually respect independence, sovereignty and
territorial integrity, not interfere in each other’s internal affairs, not use or threaten to
use force against each other, adhere to equality and mutual benefit, resolve all
6. The SCO has been evolved on the basis of the two agreements signed respectively
in 1996 in Shanghai and in 1997 in Moscow on confidence-building in the military
sphere in the border areas and on mutual reduction of military forces in border areas.
Its cooperation has been expanded to political, economic and trade, cultural, scientific
and technological, and other areas. The principles embodied in the above-mentioned
agreements have determined the basis of the mutual relations among the SCO
member states.
7. The SCO adheres to the principle of non-alignment, does not target any other
country or region, and is open to the outside. It is ready to develop various forms of
dialogue, exchanges and cooperation with other countries, international and regional
organizations. On the basis of consensus, it shall admit as its new members those
countries which recognize the cooperation purposes and tasks within the framework
of the organization, the principles expounded in Article 6 of the this declaration and
other articles, and whose joining will facilitate the realization of cooperation.
8. The SCO sets special store by and makes all necessary efforts to ensure regional
security. The member states will cooperate closely to implement the Shanghai
Convention on Combating Terrorism, Separatism and Extremism, including setting
up an Anti-terrorist Center of the SCO in Bishkek. Moreover, relevant multilateral
cooperation documents will be formulated to restrain illegal weapons and narcotics
smuggling, illegal immigration and other criminal activities.
9. The SCO will make use of the huge potential and extensive opportunities in the
mutually beneficial cooperation in economic and trade fields among its member
states, strive to enhance further development of both bilateral and multilateral
cooperation among the member states and plurality of this cooperation. For this
purpose, a negotiating process on trade and investment facilitation will be initiated
within the framework of the SCO to formulate an outline of long-term, multilateral
economic and trade cooperation and relevant documents will be signed.
11. To coordinate the cooperation of the departments in charge of the SCO member
states and organize their mutual collaboration, a State Coordinators’ Council of the
SCO member states is hereby set up and foreign ministers of the SCO member states
will approve the council’s temporary rules to regulate its activities.
The heads of state instruct the State Coordinators’ Council, on the basis of this
declaration and the documents signed by the heads of state of the “Shanghai Five”, to
start drafting the Charter of the Shanghai Cooperation Organization which, among
other things, shall clearly enunciate the purposes, goals and tasks of future
cooperation of the SCO, the principle and procedures for the admission of new
members, legal effect of the decisions made and the way to conduct mutual
coordination with other international organizations. The document will be signed at
the 2002 meeting of heads of state.
Summarizing the past and looking forward into the future, the heads of state firmly
believe that the founding of the SCO marks the entry into a brand new development
phase for the cooperation of the member states. This is in conformity with the trend
of the times, the realities of this region and the fundamental interests of the peoples of
the member states.
The People's Republic of China, the Republic of Kazakhstan, the Kyrgyz Republic,
the Russian Federation, the Republic of Tajikistan and the Republic of Uzbekistan
being the founding states of the Shanghai Cooperation Organization (hereinafter SCO
or the Organization),
Being convinced that the establishment of SCO will facilitate more efficient
common use of opening possibilities and counteracting new challenges and threats;
Considering that interaction within SCO will promote the realization of a huge
potential of good neighborliness, unity and cooperation between States and their
peoples;
Proceeding from the spirit of mutual trust, mutual advantage, equality, mutual
consultations, respect for cultural variety and aspiration for joint development that
was clearly established at the meeting of heads of six States in 2001 in Shanghai;
Noting that the compliance with the principles set out in the Agreement between the
People's Republic of China, the Republic of Kazakhstan, the Kyrgyz Republic, the
Russian Federation and the Republic of Tajikistan on Strengthening Confidence in
the Military Field in the Border Area of 26 April, 1996, and in the Agreement
between the People's Republic of China, the Republic of Kazakhstan, the Kyrgyz
Republic, the Russian Federation and the Republic of Tajikistan on Mutual
Reductions of Armed Forces in the Border Area of 24 April , 1997, as well as in the
documents signed at summits of heads of the People's Republic of China, the
Republic of Kazakhstan, the Kyrgyz Republic, the Russian Federation, the Republic
of Tajikistan and the Republic of Uzbekistan in the period from 1998 to 2001, has
made an important contribution to the maintenance of peace, security and stability in
the region and in the world;
Reaffirming our adherence to the goals and principles of the Charter of the United
Nations, other commonly acknowledged principles and rules of international law
Article 1
to strengthen mutual trust, friendship and good neighborliness between the member
States;
to encourage the efficient regional cooperation in such spheres as politics, trade and
economy, defense, law enforcement, environment protection, culture, science and
technology, education, energy, transport, credit and finance, and also other spheres of
common interest;
to maintain and develop relations with other States and international organizations;
Article 2
Principles
equality of all member States, search of common positions on the basis of mutual
understanding and respect for opinions of each of them;
SCO being not directed against other States and international organizations;
Article 3
Areas of Cooperation
The SCO member States may expand the spheres of cooperation by mutual
agreement.
Article 4
Bodies
1. For the implementation of goals and objectives of the present Charter the
following bodies shall operate within the Organization:
2. The functions and working procedures for the SCO bodies, other than the
Regional Counter-terrorist Structure, shall be governed by appropriate provisions
adopted by the Council of Heads of State.
3. The Council of Heads of State may decide to establish other SCO bodies. New
bodies shall be established by the adoption of additional protocols to the present
Charter which enter into force in the procedure, set forth in Article 21 of this Charter.
Article 5
The Council of Heads of State shall be the supreme SCO body. It shall determine
priorities and define major areas of activities of the Organization, decide upon the
fundamental issues of its internal arrangement and functioning and its interaction
with other States and international organizations, as well as consider the most topical
international issues.
The Council shall hold its regular meetings once a year. A meeting of the Council of
Heads of State shall be chaired by the head of State organizing this regular meeting.
The venue of a regular meeting of the Council shall generally be determined in the
Russian alphabetic order of names of the SCO member States.
Article 6
The Council of Heads of Government (Prime Ministers) shall approve the budget of
the Organization, consider and decide upon major issues related to particular,
especially economic, spheres of interaction within the Organization.
The Council shall hold its regular meetings once a year. A meeting of the Council
shall be chaired by the head of Government (Prime Minister) of the State on whose
territory the meeting takes place.
The Council of Ministers of Foreign Affairs shall consider issues related to day-to-
day activities of the Organization, preparation of meetings of the Council of Heads of
State and holding of consultations on international problems within the Organization.
The Council may, as appropriate, make statements on behalf of SCO.
The Council shall generally meet one month prior to a meeting of the Council of
Heads of State. Extraordinary meetings of the Council of Ministers of Foreign Affairs
shall be convened on the initiative of at least two member States and upon consent of
ministers of foreign affairs of all other member States. The venue of a regular or
extraordinary meeting of the Council shall be determined by mutual agreement.
The Council shall be chaired by the minister of foreign affairs of the member State
on whose territory the regular meeting of the Council of Heads of State takes place,
during the period starting from the date of the last ordinary meeting of the Council of
Heads of State to the date of the next ordinary meeting of the Council of Heads of
State.
The Chairman of the Council of Ministers of Foreign Affairs shall represent the
Organization in its external contacts, in accordance with the Rules of Procedure of the
Council.
Article 8
According to decisions of the Council of Heads of State and the Council of Heads of
Government (Prime Ministers) heads of branch ministries and/or agencies of the
member States shall hold, on a regular basis, meetings for consideration of particular
issues of interaction in respective fields within SCO.
A meeting shall be chaired by the head of a respective ministry and/or agency of the
State organizing the meeting. The venue and date of a meeting shall be agreed upon
in advance.
Article 9
The Council of National Coordinators shall be a SCO body that coordinates and
directs day-to-day activities of the Organization. It shall make the necessary
preparation for the meetings of the Council of Heads of State, the Council of Heads
of Government (Prime Ministers) and the Council of Ministers of Foreign Affairs.
National coordinators shall be appointed by each member State in accordance with its
internal rules and procedures.
The Council shall hold its meetings at least three times a year. A meeting of the
Council shall be chaired by the national coordinator of the member State on whose
territory the regular meeting of the Council of Heads of State takes place, from the
date of the last ordinary meeting of the Council of Heads of State to the date of the
next ordinary meeting of the Council of Heads of State.
The Chairman of the Council of National Coordinators may on the instruction of the
Chairman of the Council of Ministers of Foreign Affairs represent the Organization in
its external contacts, in accordance with the Rules of Procedure of the Council of
National Coordinators.
Article 10
Its main objectives and functions, principles of its constitution and financing, as well
as its rules of procedure shall be governed by a separate international treaty
concluded by the member States, and other necessary instruments adopted by them.
Secretariat
The Executive Secretary shall be appointed from among the nationals of member
States on a rotational basis in the Russian alphabetic order of the member States'
names for a period of three years without a right to be reappointed for another period.
The Secretariat officials shall be recruited from among nationals of the member
States on a quota basis.
The Executive Secretary, his deputies and other Secretariat officials in fulfilling
their official duties should not request or receive instructions from any member State
and/or government, organization or physical persons. They should refrain from any
actions that might affect their status as international officials reporting to SCO only.
The member States shall undertake to respect the international character of the
duties of the Executive Secretary, his deputies and Secretariat staff and not to exert
any influence upon them as they perform their official functions.
The SCO Secretariat shall be located at Beijing (the People's Republic of China).
Article 12
Financing
Article 13
Membership
The SCO membership shall be open for other States in the region that undertake to
respect the objectives and principles of this Charter and to comply with the provisions
of other international treaties and instruments adopted in the framework of SCO.
The admission of new members to SCO shall be decided upon by the Council of
Heads of State on the basis of a representation made by the Council of Ministers of
Foreign Affairs in response to an official request from the State concerned addressed
to the acting Chairman of the Council of Ministers of Foreign Affairs.
SCO membership of a member State violating the provisions of this Charter and/or
systematically failing to meet its obligations under international treaties and
instruments, concluded in the framework of SCO, may be suspended by a decision of
the Council of Heads of State adopted on the basis of a representation made by the
Council of Ministers of Foreign Affairs. If this State goes on violating its obligations,
the Council of Heads of State may take a decision to expel it from SCO as of the date
fixed by the Council itself.
Any member State shall be entitled to withdraw from SCO by transmitting to the
Depositary an official notification of its withdrawal from this Charter no later than
twelve months before the date of withdrawal. The obligations arising from
participation in this Charter and other instruments adopted within the framework of
SCO shall be binding for the corresponding States until they are completely fulfilled.
Article 14
SCO may grant to the State or international organization concerned the status of a
dialogue partner or observer. The rules and procedures for granting such a status shall
be established by a special agreement of member States.
This Charter shall not affect the rights and obligations of the member States under
other international treaties in which they participate.
Article 15
Legal Capacity
As a subject of international law, SCO shall have international legal capacity. It shall
have such a legal capacity in the territory of each member State, which is required to
achieve its goals and objectives.
SCO shall enjoy the rights of a legal person and may in particular:
- conclude treaties;
Article 16
Decisions-Taking Procedure
The SCO bodies shall take decisions by agreement without vote and their decisions
shall be considered adopted if no member State has raised objections during the vote
(consensus), except for the decisions on suspension of membership or expulsion from
the Organization that shall be taken by “consensus minus one vote of the member
State concerned”.
Article 17
Implementation of Decisions
The decisions taken by the SCO bodies shall be implemented by the member States
in accordance with the procedures set out in their national legislation.
Control of the compliance with obligations of the member States to implement this
Charter, other agreements and decisions adopted within SCO shall be exercised by
the SCO bodies within their competence.
Article 18
Permanent Representatives
In accordance with their domestic rules and procedures, the member States shall
appoint their permanent representatives to the SCO Secretariat, which will be
members of the diplomatic staff of the embassies of the member States in Beijing.
Article 19
SCO and its officials shall enjoy in the territories of all member States the privileges
and immunities which are necessary for fulfilling functions and achieving goals of the
Organization.
Article 20
Languages
The official and working languages of SCO shall be Russian and Chinese.
Article 21
This Charter shall be subject to ratification by signatory States and shall enter into
force on the thirtieth day following the date of the deposit of the fourth instrument of
ratification.
For a State which signed this Charter and ratified it thereafter it shall enter into force
on the date of the deposit of its instrument of ratification with the Depositary.
Upon its entering into force this Charter shall be open for accession by any State.
For each acceding State this Charter shall enter into force on the thirtieth day
following the date of receiving by the Depositary of appropriate instruments of
accession.
Article 22
Settlement of Disputes
Article 23
Article 24
Reservations
No reservations can be made to this Charter which contradict the principles, goals
and objectives of the Organization and could prevent any SCO body from performing
its functions. If at least two thirds of member States have objections the reservations
must be considered as contradicting the principles, goals and objectives of the
Organization or preventing any body from performing its functions and being null
and void.
Article 25
Depositary
Article 26
Registration
Pursuant to Article 102 of the Charter of the United Nations, this Charter is subject
to registration with the Secretariat of the United Nations.
Done at Saint-Petersburg the seventh day of June 2002 in a single original in the
Chinese and Russian languages, both texts being equally authoritative.
The original copy of this Charter shall be deposited with the Depositary who will
circulate its certified copies to all signatory State.