Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH VERBAL BULLYING PADA VARIETY SHOW


TERHADAP PENINGKATAN SIKAP SCHADENFREUDE
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR

MUH IRFAN
1971041083

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul:

PENGARUH VERBAL BULLYING PADA VARIETY SHOW TERHADAP


PENINGKATAN SIKAP SCHADENFREUDE MAHASISWA FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Atas Nama:
Nama : MUH IRFAN
NIM : 1971041083
Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa proposal skripsi ini telah diperiksa dan memenuhi persyaratan
untuk dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Negeri Makassar.

Makassar,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

NIP. NIP.
Mengetahui,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar

Dr. Muh. Daud, M.Si


NIP : 196401011991031008

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
A. Schadenfreude ............................................................................................... 7
B. Verbal Bullying ............................................................................................. 10
C. Variety Show ................................................................................................. 13
D. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................................... 13
E. Kerangka Pikir .............................................................................................. 17
F. Hipotesis ........................................................................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 18
A. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................... 18
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................................... 18
C. Desain Penelitian .......................................................................................... 18
D. Kriteria Partisipan ......................................................................................... 19
E. Material dan Apartus .................................................................................... 20
F. Pilot Test ....................................................................................................... 21
G. Teknik Analisis Data .................................................................................... 21
H. Tahapan dan Prosedur .................................................................................. 21
I. Jadwal Kegiatan ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
Lampiran Kuesioner .............................................................................................. 26
Lampiran Data Awal ............................................................................................. 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukannya yang populer dengan berbagai inovasi konten acara yang

menarik, menjadikan program tayangan televisi berpotensi besar dalam

membentuk cara berpikir masyarakat melalui pesan-pesan yang

disampaikannya. Riswandi (2013) menjelaskan tentang teori peniruan yang

memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan

kemampuan afektifnya. Dalam konteks komunikasi massa, media massa

menyajikan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya.

Beberapa penelitian sebelumnya menitikberatkan tujuan atas penemuan

verbal bullying pada variety show di Indonesia menunjukkan adanya suatu

kelaziman untuk menampilkan berbagai bentuk kekerasan verbal dengan dalih

sebagai lelucon agar masyarakat terhibur dan tertarik (N.F 2020; Putra, 2015;

Wijayanti; 2019). Hal ini membuktikan bahwa berbagai sajian program acara

akan dianggap menarik, apabila dibungkus dengan candaan berupa verbal

bullying sehingga mampu menyenangkan hati penonton. Para host dalam

program acara variety show Dahsyat menciptakan keakraban di studio dengan

saling mencela sebagai lelucon, bahkan host bernama Dede kerap dibully oleh

host lain atas dasar unsur kesengajaan yang bertujuan menghibur pemirsa agar

acaranya menjadi seru dan tidak membosankan (Nurfatihah, 2015).

Imitasi terhadap suatu perilaku negatif seperti verbal bullying dapat terus

menerus berkembang, selama sumber tiruan tersebut masih dianggap sebagai hal

1
2

yang wajar untuk dijadikan bahan candaan. Pengemasan konten variety show

berupa lelucon agar masyarakat terhibur, justru berubah ke arah bersenang-

bersenang melihat orang lain tersiksa (schadenfreude) sehingga dapat mengikis

simpati para pelakunya. Hal ini justru dapat memberi isyarat bahwa dunia

pertelevisian merupakan salah satu cikal bakal penyalur perundungan secara

verbal yang dapat ditiru dan ditanggapi dengan canda tawa.

Pada umumnya masyarakat tahu bahwa bullying jenis apapun bukanlah hal

yang patut untuk ditertawakan, karena terdapat korban yang semestinya

mendapat keadilan atas perlakuan yang diterimanya bukannya menjadi objek

perundungan yang berkedok candaan. Kekerasan verbal biasanya berupa

perilaku verbal dimana pelaku melakukan pola komunikasi, termasuk hinaan dan

pelecehan. Ada kekerasan verbal yang terjadi dengan sengaja salah satunya

adalah candaan yang dikemas dalam skenario yaang diatur sedemikian rupa,

namun pada kenyataannya hampir semua eksekusinya dilakukan secara tidak

disadari atau tidak disengaja melakukan verbal bullying.

Hal ini terjadi karena hal tersebut tidak disadari bahwa apa yang telah

dilakukan adalah kekerasan karena hal tersebut anggap perilaku itu normal dan

hanya lelucon. Pelecehan verbal yang banyak terjadi di masyarakat biasanya

dilakukan dalam bentuk julukan yang terkesan diskriminatif seperti warna kulit,

ras, bentuk tubuh, kebiasaan, kelemahan. Mengumpat, berteriak, dan mengejek

dengan nada tertentu yang tampak menunduk.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 35 mahasiswa aktif di

Universitas Negeri Makassar. Sebagian besar pernah dan menyukai menonton


3

varietyshow dengan alasan lucu dan menyenagkan. Terdapat 2 dari 10

mahasiswa tertawa melihat perilaku konyol pemain yang saling melontarkan

kata kata yang secara tidak langsung merupakan bentuk ejekan. Sebagian besar

partisipan sadar candaan yang mengarah pada fisik, ras dan perilaku oranglain

adalah hal yang tidak wajar, namun mereka tak menyadari tertawa saat ada

lawakan yang mengarah pada hal tersebut.

Disisi lain 13 dari semua partisipan tertawa ketika ada seseorang yang

mengejek orang lain serta 19 partisipan mengakui pernah mengejek orang lain

dengan sebutan nama hewan, tolol, tidak tau diri, nasib (jomblo, miskin dll) serta

ejekan bodyshamming, misal gendut, kurus, jelek dll. Hal lain yang didapatkan

dari survei ini bahwa sebagaian besar responden tertawa ketika melihat oranglain

terjatuh atau sedang sial. Terdapat 3 dari 35 partisipan merasa senang melihat

orang lain dipermainkan serta 9 dari 35 partisipan adalah pelaku yang meraa

senang mempermainkan oranglain dengan alasan bercanda. Hal inilah yang

menjadi hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Secara tidak langsung

perilaku Schadenfrude telah nampak dari perilaku tersebut.

Fenomena yang terjadi di pertelevisian Indonesia adalah komersialisasi

penonton. Dalam industri televisi saat ini, khususnya program hiburan, ada

kecenderungan untuk mengkomersialkan masalah pribadi yang bernilai

ekonomi, dan bahkan aib dan privasi pemirsa. Khusus bagi eksekutif TV, ini

merupakan peluang besar bagi produk untuk dijual kepada pengiklan, yang

bersedia membayar pihak TV untuk jangka waktu iklan (Burton, 2008; Mufid,

2009; dan Halim, 2013).


4

Mosco (Setianingrum, 2019) Salah satu tanda komersialisasi di mana “nilai

jual” suatu acara dijual di pasar dan menjadi nilai tukar yang lebih besar adalah

eksploitasi rasa malu dan privasi baik bagi publik maupun pemirsa, seperti yang

tampak di layar TV, terutama pada acara hiburan (variety show). Salah satu

fungsi televisi adalah berbagi, mendidik, dan menghibur informasi. Namun

kenyataannya, pemirsa TV Indonesia paling tertarik dengan program

infotainment dan hiburan yang menyebarkan aib dan kesengsaraan orang lain.

Pengawasan oleh pemerintah atau lembaga yang menaungi pertelevisian

Indonesia sangat diperlukan agar fungsi televisi tidak menyimpang dari

esensinya. Media televisi adalah salah satu akses dalam menonton berbagai hal.

Hal ini dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Disengaja atau tidak

disadari, media televisi juga mendorong terjadinya tindak kekerasan seperti

perkelahian yang terjadi di beberapa daerah lain dengan menunjukkan cara-cara

over-publikasi teroris, aksi brutal, perusakan dan pembakaran.

Penelitian yang menyangkut verbal bullying sudah banyak diteliti

sebelumnya (Suciartini & Sumartini, 2019; Putri, Ismaya, & Fardani 2021;

Pratiwi, Herlina, & Utami 2021). Namun, belum ditemukan penelitian yang

mengaitkan antara perundungan secara verbal dengan schadenfreude atau

kesenangan yang diperoleh atas kemalangan yang diderita oleh orang lain

(Syahid, Ghozali, Febriyani, Munip, & Khotimah, 2021). Padahal karakteristik

tayangan yang mendominasi di Indonesia berupa candaan dibalut dengan

perundungan perlu mendapat perhatian yang lebih karena sangat berpotensi


5

mengikis simpati dan empati masyarakat dengan “menyenangkan diri di atas

kemalangan orang lain”.

Hal tersebut menunjukkan bahwa verbal bullying dapat dilegalkan demi

kesenangan pihak lain. Melalui temuan ini nantinya, diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pengemasan konten pada program pertelevisian Indonesia dalam

memberi tayangan yang menghibur dan edukatif tanpa menyentuh ranah

bullying dengan berlindung dibalik humor demi kesenangan dan menarik minat

penonton.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini

ialah apakah ada pengaruh verbal bullying berkedok candaan terhadap

peningkatan sikap schadenfreude masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk

mengetahui pengaruh verbal bullying berkedok candaan terhadap peningkatan

sikap schadenfreude masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan terkait wujud verbal bullying berkedok candaan yang

terdapat pada variety show. Serta memberikan pemahaman tentang

pengaruh verbal bullying berkedok candaan terhadap peningkatan sikap

schadenfreude masyarakat.
6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi subjek penelitian ialah dapat mengetahui bentuk kekerasan verbal

dan perilaku Schadenfreude . Memberi masukan dan informasi

mengenai ancaman kekerasan verbal (verbal abuse) pada tayangan

Variety show dalam bentuk candaan yang dapat menimbulkan

munculnya perilaku senang melihat penderitaan orang lain

(Schadenfreude ).

b. Memberi masukan bagi KPI sebagai dasar dalam mengembangkan

kebijakan dalam penayangan variety show.

c. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi referensi dalam menkali lebih

dalam terkait variabel verbal bullying dan schadenfreude .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Schadenfreude

Jika ada hal baik yang terjadi pada seseorang maupun kelompok tertentu

dapat membuat kita senang dan gembira, sedangkan hal buruk yang menimpa

pada orang atau kelompok lain membuat kita turut berempati maka ekspresi

schadenfreude melihat keberuntungan maupun kemalangan orang lain dari

perspektif yang justru berlawanan (Syahid, Ghozali, Febriyani, Munip, &

Khotimah, 2021). Ven (2018) memandang schadenfreude bergerak dari adanya

hal positif yang membuat si schadenfroh justru merasa bahwa hal tersebut perlu

ditanggapi secara berlawanan (negatif). Terdapat suatu sinyal yang timbul

dengan diliputi rasa iri terhadap kesuksesan orang lain atau berupa perasaan

senang terhadap penderitaan yang orang lain rasakan. Schadenfreude

berkembang sebagai tanggapan emosional atas suasana yang dianggap penuh

dengan ketidakadilan sebagai respon terhadap suasana yang dipandang enggan

untuk berbuat keadilan (Tsoory, Kirschenbaum, & Zviely, 2014).

Schadenfreude memiliki penyebutan yang berbeda-beda di beberapa

negara. Masyarakat Melanesia yang tinggal di Nissan, Atoll, Papua Nugini

menyebutnya dengan istilah “Banbanam” atau “menertawakan rasa sakit orang

lain”. Mereka menyadari bahwa hal tersebut sebenarnya tidak patut untuk

dilakukan, akan tetapi mereka tetap melakukannya bahkan dengan cara yang

tidak wajar seperti mengejek atau menertawakan saingannya meskipun ia sudah

meninggal (Smith, 2018). Lebih lanjut dijelaskan oleh Smith bahwa terdapat

7
8

istilah joe maligne dalam bahasa Prancis yang berarti “kesenangan yang

mengerikan dalam penderitaan orang lain” seperti “mengatakan hal-hal yang

buruk dan tidak menyenangkan tentang seseorang”; kemudian terdapat istilah

skadefryd dalam bahasa Denmark yang berarti “senang dengan kemalangan

orang lain”. Dan hal tersebut merupakan pemaknaan atas kenikmatan terhadap

kemalangan orang lain.

Abdillah (2019) menjelaskan bahwa iri hati memprediksi schadenfreude

ketika ada kesamaan antara target schadenfreude dan orang yang iri. Lebih

lanjut dikemukakan berdasarkan hasil temuannya bahwa schadenfreude adalah

kondisi emosi sebagai respon psikologis multi penentuan, yang dapat

ditimbulkan oleh perasaan permusuhan dan rasa iri hati. Meskipun dapat

dipengaruhi oleh permusuhan dan iri hati, akan tetapi kedua reaksi emosi

psikologis tersebut mungkin tidak diperlukan untuk memunculkan

schadenfreude , tetapi mereka mungkin cukup untuk memberikan kepuasan atau

kesenangan atas kemalangan orang lain.

“Schadenfreude is a positive emotion of joy over another’s misfortune. It is

a passive, other-caused emotion (its target is another person), involving

perceiver-target incongruence: A person feels joy (positively valenced effect)

over discomfort or pain (negative outcomes) of another” (Li, McAllister, Ilies,

& Gloor, 2019). Menurut pendapat tersebut schadenfreude adalah emosi positif

kegembiraan atas kemalangan orang lain. Ini adalah emosi pasif yang

disebabkan oleh orang lain (targetnya adalah orang lain), yang melibatkan

ketidaksesuaian target pengamat: seseorang merasakan kegembiraan (efek


9

bervalensi positif) atas ketidaknyamanan atau rasa sakit (hasil negatif) orang

lain.

Smith (2013) Dalam bukunya The Joy Of Happiness menyebutkan empat aspek

Schadenfreude yakni:

1. Kesenangan Oportunistik (Oppotrtunistic Pleasure) Smith menggunakan istilah

oportunistik dan disertai dengan kegembiraan. Kenikmatan oportunistik adalah

kesenangan dari kesengsaraan orang lain yang disebabkan oleh kelalaian sendiri,

bukan dilakukan oleh orang jahat (penjahat Schadenjoy). Misalnya, jika seorang

saingan kelas mendapat nilai buruk pada ujian. Kegagalan saingan membuat

Anda bahagia dan mendapat manfaat dari peringkat di atasnya. Kegagalannya

adalah karena kesalahan yang dia buat sendiri yang tidak mempersiapkan diri

untuk ujian. Emosi Tersembunyi Menurut Smith, Schadenfroh seringkali tidak

menyadari aspek ini karena emosi ini muncul bersamaan dengan rasa syukur atas

keberhasilan ketika orang lain mengalami kegagalan. Kita tahu bahwa bersyukur

adalah emosi positif karena bersyukur adalah cara kita bersyukur kepada Tuhan

atas berkat yang Tuhan berikan kepada kita. Tapi syukur adalah ketika kita

menghargai kesedihan dan kesengsaraan yang dialami orang lain. Misalnya,

Anda bersyukur bahwa teman Anda melakukan pekerjaan yang buruk.

2. Kebenaran dan karma, sukacita ini muncul sebagai akibat dari penderitaan orang

lain. Itu dianggap sebagai karma dari tindakannya dan orang tersebut pantas

mendapatkan ketidakbahagiaan. Misalnya, jika saingan Anda melakukan

kesalahan sendiri, mereka merasa pantas mendapat nilai buruk karena tidak

siap menghadapi ujian.


10

3. Bentuk Ketenangan (Form of respite) Ketika orang yang selalu cemburu merasa

kesusahan dan bahagia, inilah Schadenfreude yang dianggap sebagai bentuk

ketenangan orang yang selalu cemburu. Kegembiraan itu datang dari

kesengsaraan orang lain, tetapi membuat hati bahagia karena kemuliaan.

B. Verbal Bullying

Bullying atau perundungan akhir-akhir ini sering kali terjadi di kalangan

masyarakat. Olweus (Fitrian, Loekmono, & Setyorini ,2019) menjelaskan bahwa

perundungan merupakan tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seseorang

secara repetitif dan bermaksud untuk mengatakan sesuatu untuk menyakiti orang

yang jarang bisa membela diri sendiri dari perlakuan serupa. Tindakan

perundungan terdiri atas tiga komponen yaitu diantaranya tindakan menyakiti

seseorang, tindakan yang sama secara repetitif, dan terdapat ketidakseimbangan

kekuatan antara korban dan pelaku perundungan.

Jenis-jenis perundungan yang dialami seseorang pun beragam, baik itu

perundungan secara fisik, sosial, psikis, ataupun verbal. Perundungan secara

verbal atau dikenal dengan istilah verbal bullying/verbal abuse merupakan

bentuk bentuk pengusikan lewat perkataan secara terus-menerus yang dialami

oleh seseorang.

Menurut Wang (2010) aspek-aspek bullying meliputi:

1. Aspek fisik seperti memukul, menendang, mendorong dan perlakuan

kekerasan terhadap fisik lainny

2. Aspek verbal seperti memanggil nama dengan julukan/intonasi yang kasar,

mengolok-olok, menggoda dengan tujuan menyakiti dan lain-lain


11

3. Aspek sosial seper dikeluarkan atau dikucilkan dari kelompok sosial,

diabaikan, menggunjing dan menghasut

4. Aspek dunia maya atau cyber bullying menggunakan sosial media.

Lestari (2013) lebih lanjut berpendapat bahwa verbal abuse terjadi ketika

seseorang menggunakan bahasa lisan untuk mendapatkan kekuasaan atas

korbannya. Sedangkan menurut Coloroso (Zakiyah, Humaedi, & Santoso, 2017)

juga berpendapat verbal abuse adalah bentuk penindasan yang paling umum

digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki laki berupa julukan

nama, celaan, fitnah, kritik kejam, dan penghinaan. Sejalan dengan itu Sucipto

(2012) juga berpendapat bahwa verbal abuse adalah perkataan seperti berteriak,

meledek, mengata-ngatai, name calling, mengumpat, memarahi, dan memaki.

Bullying verbal itu seperti memaki, berkata kotor, menjuluki nama korban karna

aneh atau lucu (Kurnia, Astuti & Yusuf, 2019).

Doering (2015) menyatakan “Repeated name-calling and insults are very

hurtful. People who are bullied can start to believe what they hear, even if it isn't

true” yang dapat diartikan bahwa pemanggilan nama dan penghinaan yang

berulang-ulang akan sangat menyakitkan. Orang yang diintimidasi dapat mulai

mempercayai apa yang mereka dengar, meskipun itu tidak benar.

Hudi & Astuti (2019) menjelaskan bahwa kegiatan bullying atau

perundungan yang paling banyak terjadi di lingkungan sekolah atau kampus

yang bahkan tidak disadari oleh pelaku adalah bullying secara verbal, seperti

menyebut nama yang tidak benar seperti gendut, kurus, dan sebagainya. Pelaku

sering menganggap bullying verbal sebagai lelucon, mereka bahkan tidak


12

menyadari bahwa korban bullying verbal mereka dapat merasa tidak nyaman

untuk "lelucon" tersebut.

Setianingrum (2019) Kekerasan verbal biasanya berupa perilaku verbal

dimana pelaku melakukan pola komunikasi, termasuk hinaan dan pelecehan.

Ada kekerasan verbal yang terjadi dengan sengaja salah satunya adalah candaan

yang dikemas dalam skenario yaang diatur sedemikian rupa, namun pada

kenyataannya hampir semua eksekusinya dilakukan secara tidak disadari atau

tidak disengaja melakukan verbal abuse atau verbal bullying. Hal ini terjadi

karena hal tersebut tidak disadari bahwa apa yang telah dilakukan adalah

kekerasan karena hal tersebut anggap perilaku itu normal dan hanya lelucon.

Pelecehan verbal yang banyak terjadi di masyarakat biasanya dilakukan dalam

bentuk julukan yang terkesan diskriminatif seperti warna kulit, ras, bentuk

tubuh, kebiasaan, kelemahan. Memaki, membentak, mengejek dengan

menggunakan nada suara tertentu yang terkesan merendahkan dengan

mengasosiasikan pada binatang, umpatan, hiperbola, eufinisme, dan disfemisme.

Dalam “Etika Komunikasi, Manipulasi Media, Kekerasan dan

Pornografi” (Haryatmoko, 2007), Sophie Jehel memberikan penjelasan tentang

temuan American Psychological Association tentang kekerasan media televisi

di Amerika Serikat. Ini menggambarkan sesuatu yang membutuhkan perhatian

serius: kekerasan dapat mengintensifkan perilaku agresif. Kedua, penyajian

program kekerasan yang berulang dapat membuat orang tidak peka terhadap

kekerasan dan membuat korban menderita. Ketiga, menonton dengan kekerasan


13

dapat meningkatkan rasa takut dan, sebagai akibatnya, membangkitkan

pandangan tentang betapa berbahayanya dunia ini.

C. Variety Show

Variety show adalah acara hiburan dengan beragam format melingkupi

penampilan musik, komedi, olahraga dan lain-lain. Sedangkan, Arti kata variety

show dalam Kamus Bahasa Inggris Indonesia adalah komedi. Naratama (2013)

Variety show adalah format acara televisi yang mengkombinasikan berbagai

format lainnya seperti Talk Show, Magazine Show, Quiz, Permainan, Music

Concert, Drama, dan Sit-Kom. Adapun contoh tayangan variety show yang ada

di Indonesia seperti Pesbukers, Rumpi, Opera Van Java, Lawa Club, Brownies

dll.

D. Keterkaitan Antar Variabel

Penelitian yang menyangkut verbal bullying sudah banyak diteliti

sebelumnya (Suciartini dan Sumartini, 2019; Putri dkk., 2021; Pratiwi dkk.,

2021), namun belum ditemukan penelitian yang mengaitkan antara

perundungan secara verbal dengan schadenfreude atau kesenangan yang

diperoleh atas kemalangan yang diderita oleh orang lain (Syahid dkk., 2021).

Padahal karakteristik tayangan yang mendominasi di Indonesia berupa candaan

dibalut dengan perundungan perlu mendapat perhatian yang lebih karena sangat

berpotensi mengikis simpati dan empati masyarakat dengan “menyenangkan

diri di atas kemalangan orang lain”. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian

berikut.
14

Verbal bullying adalah bentuk paling sering terjadi di usia remaja hingga

dewasa awal. Di samping itu, cyber bullying pada usia remaja hingga dewasa

muda kejadiannya semakin meningkat dari 9 persen menjadi 18 persen seiring

dengan kemajuan teknologi internet dan berkembangnya media sosial. Dalam

cyber bullying sendiri kekerasan verbal adalah hal yang mendominasi. Tanpa

disadari bahwa rasa senang saat melihat atau mendengar kata kata yang

memberikan pelabelan konyol terhadap seseorang telah membawa kita dalam

perilaku scahdenfreude. Emosi Tersembunyi Menurut Smith, Schadenfroh

seringkali tidak menyadari aspek ini karena emosi ini muncul bersamaan

dengan rasa syukur atas keberhasilan ketika orang lain mengalami kegagalan.

Penelitian yang dilakukan oleh Setianingrum (2019) terkait “Kekerasan

Verbal dan Nonverbal pada Tayangan Reality Show” Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui bentuk-bentuk Kekerasan Verbal dan Non Verbal yang

muncul dalam Reality Show “Rumah Uya” dan seberapa besar frekuensi

kekerasan tersebut, dan penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui

perubahan kekerasan pada tayangan “Rumah Uya” episode Cluster tiga minggu

setelah menerima teguran dan teguran tertulis dari KPI. Dimana hasilnya

ditemukan bahwa terdapat kekerasan secara verbal dalam tayangan tersebut

berupa pelanggaran privasi yang menyebabkan rasa malu dan sebagainya.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Putra (2015) analisis isi kekerasan

verbal pada tayangan Pesbukers di ANTV. Dari hasil penelitian, 1.396 pola

komunikasi, termasuk kekerasan verbal, mencapai jumlah kecocokan 1.394

dalam lima kategori. Kekerasan verbal didominasi oleh 679 (48,63%) kategori
15

ejekan, dan kekerasan Disfemisme menempati urutan kedua sebanyak 193

(13,82%). Kekerasan eufemistik dibesar-besarkan 184 kali (13,18%) dan 149

kali (10,67%) di urutan ke-4, bahkan 191 kali (13,68%), yaitu kekerasan verbal.

Berdasarkan temuan dalam beberapa penelitian sebelumnya

menemukan bahwa intensitas kekersan verbal yang digunakan oleh pemain

dalam variety show menujukakkan intensitas yang cukup tinggi. Penggunaan

kata teresebut kemudian memancing tawa dari para penonton yang tanpa

disadari rasa gembira tersebut karna melihat adanya ketidakberuntungan orang

lain meski dibalut dalam acara komedi.

Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Rachminingsih (2011) tentang

kekerasan verbal dan non verbal dalam tayangan curhat dengan Anjas. Dari sini

peneliti mengasumsikan bahwa acara Curhat dengan Anjas ini sarat akan unsur

kekerasan didalamnya. Maka rumusan masalah dalam penelitian adalah

seberapa besar frekuensi kemunculan kekerasan verbal dan non verbal dalam

acara Curhat dengan Anjas di TPI edisi 13-14 Agustus 2009. Kekerasan adalah

perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau

kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan non verbal adalah kekerasan

yang dilakukan dengan menggunakan tindakan secara langsung seperti

memukul dan menendang. Kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan

kata-kata yang diucapkan lewat mulut atau ditulis lewat kata-kata (mengumpat,

menghina, mencemooh). Hasilnya menunujukkan Frekuensi kemunculan dari

10 bentuk kekerasan tersebut muncul sebanyak 286 kali, 10 kali adegan

memukul, 5 kali adegan menendang, 21 kali adegan mendorong, 159 kali


16

adegan tunjuk jari, 6 kali adegan pelecehan, 23 kali umpatan, 24 kali hiperbol,

14 kali eufisme, 5 kali disfemisme, dan 19 kali stigmatisasi.

Penelitian tentang perilaku shadenfreude sendiri pernah diteliti oleh

Firdaus (2021) Mengenai pengaruh self esteem terhadap schadenfreude pada

remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh bila

hipotesis penelitian diterima, berarti harga diri berpengaruh terhadap emosi

remaja Schadenfreud, hal itu berkorelasi positif dan signifikan. Bentuk

pengaruh dalam penelitian ini adalah semakin tinggi harga diri remaja, semakin

banyak kesenangan yang mereka hasilkan. Di sisi lain, hal berikut berlaku:

Semakin rendah harga diri remaja, semakin sedikit kegembiraan yang mereka

hasilkan.

Berdasarkan temuan penelitian di atas bahwa rasa gembira yang dapat

di hasilkan dari tayangan variety show secara tidak langsung dapat

mempengaruhi munculnya perilaku Schadenfreude . Sehingga pada penelitian

ini peneliti tertarik mengorelasikan antara pengaruh verbal bullying pada

tayangan variety show terhadap peningkatan perilaku scahdenfreude pada

remaja.
17

E. Kerangka Pikir

Verbal Bullying Peningkatan


dalam Variety Schadenfreude
Show

Tertawa (Joy)

Variety Show

Verbal Bullying
Subjek

Peningkatan
Schadenfreude?

Gambar 1. Kerangka Pikir

F. Hipotesis

H0 = Tidak terdapat pengaruh verbal abuse pada tayangan variety show terhadap

peningkatan perilaku schadenfreude pada remaja.

H1 = Terdapat pengaruh verbal abuse pada tayangan variety show terhadap

peningkatan perilaku schadenfreude pada remaja.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Varibel Terikat : Perilaku Schadenfreude

2. Varibel Bebas : Verbal abuse pada tayangan Variety Show

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Varibel Terikat

Perilaku Schadenfreude secara operasional di definisikan melalui

instrumen alat ukur Shadenfreude dari Cattel (1996)

2. Varibel Bebas

Verbal abuse pada tayangan Variety show didefinisikan secara operasional

yakni perilaku yang berupa pemberian nama panggilan yang berkesan

diskriminatif misalnya warna kulit, ras, bentuk badan, kebiasaan dan

kelemahan. Memaki, membentak, mengejek dengan menggunakan nada

suara tertentu yang terkesan merendahkan dengan mengasosiasikan pada

binatang, umpatan, hiperbola, eufinisme, dan disfemisme.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif dengan rancangan metode eksperimen one-group prestest-posttest

design. Selain itu, wawancara klinis dilakukan dalam penelitian ini untuk

mendapatkan gambaran klinis tentang kehidupan subjek (Yusainy, 2016).

Pendekatan penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis studi empiris yang

18
19

dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang valid.Instrumen pada penelitian

ini menggunakan skala yang berguna untuk mengetahui gambaran

schadenfreude subjek berdasarkan pengaruh IV.

Firdaus (2021) Instrumen yang digunakan untuk mengukur schadenfreude

peneliti menggunakan uji plot score Cattell tahun 1966 yang telah diterjemahkan

dan dimodifikasi dengan alasan instrument bisa digunakan oleh subjek tanpa

kesulitan. Skala dengan reliabilitas 0.941 dan terdiri dari 24 item soal yang

menunjukan pernah dan tidak pernah dilakukan oleh subjek, meliputi: Selalu (S),

Sering (S), Pernah (P) dan Tidak Pernah (TP). Dari hasil uji reliabilitas

ditemukan 0 item gugur dengan 24 item tersisa dan reliabilitas yang sangat baik.

Sedangnkan video perlakuan yakni kumpulan video reality show yang

mengandung verbal bullying melalui candaan.

D. Kriteria Partisipan

Peneliti mengambil populasi mahasiswa Fakultas Pasikologi dikarenakan

mahasiswa adalah masa peralihan remaja ke usia dewasa yang berusia 17-22

tahun yang memiliki intensitas menonton variety show tinggi dan sangat rentan

dengan verbal bullying serta pada usia ini krisis identitas kerap kali terjadi.

Partisipan dari penelitian ini yaitu angkatan 2019. Hudi & Astuti (2019)

menjelaskan bahwa kegiatan bullying atau perundungan yang paling banyak

terjadi di lingkungan sekolah atau kampus yang bahkan tidak disadari oleh

pelaku adalah bullying secara verbal, seperti menyebut nama yang tidak benar

seperti gendut, kurus, dan sebagainya.


20

Pelaku sering menganggap bullying verbal sebagai lelucon, mereka bahkan

tidak menyadari bahwa korban bullying verbal mereka dapat merasa tidak

nyaman untuk "lelucon" tersebut. Adapun jumlah kelompoknya yakni terdiri

atas satu kelompok yang semuanya mendapatkan perlakuan secara eksperimen.

Adapun sampelnya akan diamiel secara random.

E. Material dan Apartus

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Pemberian perlakuan ke partisipan dengan menggunakan desain pra dan

post test.

2. Skala: Skala yang digunakan yaitu skala Schadenfreude yang telah valid

dan melewati uji validasi.

3. Dokumentasi: Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan

data dengan mengumpulkan dokumentasi sebagai penunjang dari teknik (a)

baik berupa video, foto dan rekaman suara yang tentunya sesuai dengan

persetujuan dengan partisipan.

Adapun peralatan yang digunakan yaitu LCD Proyektor, ruangan, kursi, sound

system dan Micropohone. Selain itu material lainnya meliputi informed consent,

kuesioner/skala pengukuran, observational checklist, lembar manipulation

check.
21

F. Pilot Test

Pada rancangan proposal ini belum dilakukan pilot tes untuk menguji

validitas dan reliabilitas alat ukur, namun skala ini memiliki indeks reliabilitas

0.941 (Firdaus, 2021). Selain itu, telah diilakukan uji tempat dan waktu sebanyak

10 responden mengenai alur pelaksaan eksperimen yang menghasilkan sekitar

30 menit waktu pemberian stimulus dan kurang lebih 60 menit yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan eksperimen ini.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic

non parametric yaitu the wilcoxon signed-rank-test dengan membandingkan

skor subjek sebelum dan setelah pemberian perlakuan melalui bantuan program

SPSS versi 23 for windows (Myers, 2011). Selain itu, untuk mendapatkan skala

dengan validitas yang baik maka akan dilakukan ulang uji validitas ahli.

H. Tahapan dan Prosedur

1. Tahapan persiapan penelitian yaitu tahapan pertama dimana pada tahap ini

peneliti mencari topik atau fenomena yang banyak terjadi di kehidupan

sehari-hari sebagai bukti bahwa penelitian ini layak dilakukan. Kemudian

selanjutnya peneliti mendalami materi yang berkaitan dengan fenomena

yang telah ditemukan sebelumnya. Setelah itu penyusunan proposal

penelitian sebagai acuan pada pelaksanaan penelitian.

2. Tahap penelitian, tahap ini peneliti menggunakan try out terpakai yaitu

dalam menguji skala yang dilakukan bersamaan dengan uji hasil.

Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran skala atau alat ukur kepada


22

subjek yang memenuhi kriteria penelitian yang telah ditentukan

sebelumnya. Proses penyebaran skala atau alat menggunakan Google Form

dan disebar secara daring. Selanjutnya, dilakukan pemilihan video variety

show yang sesuai dengan topik penelitian

3. Persiapan penelitian meliputi setting ruangan, layar LCD, Speaker dan

Laptop.

4. Pelaksanaan penelitian meliputi perkenalan peneliti, pengisian inform

consent, pemberian instruksi, pemberian pra test, pemberian stimulus

(video kompilasi variety show)

5. Tahap Evaluasi yaitu tahap terakhir atau tahap setelah penelitian. Tahap ini

merupakan proses analisis data yang diperoleh dari hasil skala yang telah

disebarkan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya peneliti mengolah data

sekaligus menganalisis data menggunakan aplikasi SPSS.


23

I. Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Tahap Pelaksanaan Penelitian


September Oktober November
No. Jenis Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Pembimbingan
2. Ujian Proposal
3. Revisi Proposal
4. Uji Coba Alat Ukur
5. Tahap Penelitian
6. Tahap Analisis Data
7. Penyusunal Skripsi
8. Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, A. (2019). Pengaruh iri hati terhadap munculnya schadenfreude . IJIP:


Indonesian Journal of Islamic Psychology. 1 (2):285-309.
Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Edisi ke-1. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan validitas. Edisi ke-1. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Burton, (2008); Mufid, (2009); dan Halim, (2013). Pemirsa dan Perdagangan
Manusia dalam Infotainment di
https://www.hidayatullah.com/artikel/ghazwul-
fikr/read/2015/2015/11/05/82767/pemirsa-dan-perdagangan-manusia-
dalam-infotainmen.html (diakses 23 Juli 2022)
Creswell, J.W., dan Creswell, J.D. (2017). Research design: Qualitative,
quantitative, and mixed methods approaches. Sage publications.
Doering, A.F. (2015). Insults Aren't Funny: What to Do About Verbal Bullying.
Edisi ke-1. Picture Window Books. USA.
Firdaus, B.M. (2021). Pengaruh self-esteem terhadap schadenfreude pada remaja.
Disertasi. Universitas Muhammadiyah Malang.
Fitrian, F.D., Loekmono, L. dan Setyorini, S. (2019). Menurunkan perilaku pelaku
perundungan verbal melalui teknik role play pada siswa SMP Kristen 02
Salatiga. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and
Application. 8 (2):91-95.
Haryatmoko. (2007). Etika Komunikasi, Manipulasi Media, Kekerasan dan
Pornografi. Yogyakarta: Kanisius
Hudi, I.R. dan Astuti, S.I. (2019). Experience and meaning obtained by bullying
victim in SMAN 3 Salatiga, Indonesia. European Journal of Education
Studies. 6 (8):280-292.
Kurnia, Astuti, I. dan Yusuf, A. (2019). Perilaku bullying verbal pada peserta didik
kelas IX SMP LKIA Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa. 8 (3):1-9.
Latifah, F. (2012). Hubungan karakteristik anak usia sekolah dengan kejadian
bullying di Sekolah Dasar X di Bogor. Skripsi. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Lestari, D. (2013). Menurunkan perilaku bullying verbal melalui pendekatan
konseling singkat berfokus solusi. Jurnal Pendidikan Penabur. 21 (12):21-
36.
Li, X., McAllister, D.J., Ilies, R. dan Gloor, J.L. (2019). Schadenfreude : A
counternormative observer response to workplace mistreatment. Academy
of Management Review. 44 (2):360-376.
Naratama. (2013). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo.
N, F.F.A. dan AL, L.F. (2020). Dampak kekerasan verbal dalam tayangan komedi
“Pesbukers” (episode 14-16, tahun 2019) bagi anak usia 10 tahun. Jurnal
Komunikasi, Masyarakat dan Keamanan (KOMASKAM). 2 (1):16-31.
Nurfatihah, S. (2015). Produksi program televisi (Studi kasus acara variety show
Dahsyat di RCTI). Skripsi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

24
25

Pratiwi, I., Herlina, H. dan Utami, G.T. (2021). Gambaran perilaku bullying verbal
pada siswa sekolah dasar: Literature Review. Jurnal Jurusan Keperawatan
Poltekkes III. 6 (1):51-68.
Putra, S. A. (2015). Analisis Isi Kekerasan Verbal pada tayangan PESBUKERS di
ANTV. EJournal Ilmu Komunikasi, 3, 284.
Putra, S.A. (2015). Analisis isi kekerasan verbal pada tayangan Pesbukers di
ANTV. EJournal Ilmu Komunikasi. 3 (1):281-294.
Putri, S.R., Ismaya, E.A. dan Fardani, M.A. (2021). Fenomena verbal bullying di
masyarakat Pedawang. Jurnal Kajian Penelitian Dan Pendidikan Dan
Pembelajaran. 5 (2):792-796.
Rachminingsih, T. L. (2011). Kekerasan Verbal dan Non Verbal dalam Tayangan
Curhat dengan Anjas (Analisis Isi Tayangan Curhat Dengan Anjas Di Tpi
Tanggal 13-14 Agustus Tahun 2009) (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).
Riswandi. (2013). Psikologi Komunikasi. Edisi ke-1. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Setianingrum, E. (2019). Kekerasan Verbal dan Nonverbal pada Tayangan Reality
Show (Analisis Isi pada Tayangan “Rumah Uya” di TRANS7) (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Smith, R.H. dan Dijk, V.W.W. (2018). Schadenfreude and Gluckschmerz. Emotion
Review. 10 (4):293-304.
Suciartini, N.N.A. dan Sumartini, N.L.P.U. (2019). Verbal bullying dalam media
sosial. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia. 6 (2):152-171.
Suciati, S., Werdiningsih, Y.K., W. dan Septiana, I. (2015). Efek bullying dalam
program komedi televisi terhadap karakter remaja di Semarang. Seminar
Nasional Hasil-Hasil Penelitian (SNHP-IV) Lembaga Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pgri Semarang. 22 Desember
2014, Semarang, Indonesia. pp.5-10.
Sucipto. (2012). Bullying dan upaya meminimalisasikannya. Jurnal Universitas
Muria Kudus:Psikopedagogia. 1 (1).
Syahid, A., Ghozali, A., Febriyani, D.S.L.S., Munip, L.M.S.M. dan Khotimah, M.
(2021). Schadenfreude & Glücksschmerz. Edisi ke-1. Haja Mandiri.
Jakarta. Indonesia.
Tsoory, S.S.G., Kirschenbaum, D.A. dan Zviely, N.B. (2014). There is no joy like
malicious joy: Schadenfreude in young children. PloS one. 9 (7), e100233.
Ven, N.V.D. (2018). Schadenfreude and gluckschmerz are emotional signals of
(im) balance. Emotion Review. 10 (4):305-306.
Wijayanti, C.R. (2019). Bullying pada talent perempuan di media televisi (studi
kasus program pesbukers ANTV episode 4 maret sampai 8 maret 2019).
Skripsi. Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Salatiga.
Zakiyah, E.Z., Humaedi, S. dan Santoso, M.B. 2017. Faktor yang mempengaruhi
remaja melakukan bullying. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. 4 (2):129-389.
26

Lampiran Kuesioner

Skala Schadenfreude (Catell, R. B, 1966)


No Pertanyaan Selalu Sering Pernah Tidak
Pernah
1 Saya merasa senang ketika teman
sekelas saya tidak bisa mengerjakan
ujian dengan baik.
2 Saya merasa gembira saat mengetahui
perpisahan orang lain.
3 Saya merasa senang setelah
mengetahui seorang selebriti
mengalami kehancuran.
4 Saya sering merasa gembira melihat
kemalangan orang lain.
5 Saya merasa puas bila rekan
kerja gagal mendapatkan
promosi.
6 Saya merasa senang ketika mengetahui
seseorang gagal dalam ujian.
7 Sikap saya membaik ketika seseorang
yang saya kenal tambah gemuk.
8 Saya merasa puas saat orang lain
mengalami kehancuran.
9 Saya membayangkan tentang bagaimana
orang yang saya kenal bisa gagal.
10 Saya tidak bisa menahan senyum ketika
saya melihat seseorang menginjak
genangan air.
11 Saya tertawa melihat orang-orang mengejar
27

bus.
12 Saya mencari gosip.
13 Saya ingat dan berbagi detail tentang
kemalangan orang lain.
14 Saya cenderung membaca artikel berita
tentang skandal politik daripada
kesuksesan politik.
15 Gosip lebih menyenangkan ketika orang
yang saya bicarakan terpengaruh secara
negatif.
16 Saya cenderung mengklik artikel berita
tentang skandal selebriti daripada
kegiatan amal.
17 Pikiran saya membaik ketika mendengar
gosip.
18 Ketika seseorang yang saya kenal atau
ikuti di media sosial mendapatkan
potongan rambut yang tidak menarik,
saya senang membicarakannya dengan
orang lain.
19 Ketika saya melihat seseorang dengan
mata panda, saya pikir lucu.
20 Lucu melihat orang-orang yang memiliki
gips atau menggunakan kruk.
21 Saya suka melihat kecelakaan mobil di
pinggir jalan.
22 Saya tertawa sendiri ketika seseorang yang
saya kenal kehilangan sesuatu yang penting
bagi mereka.
23 Merasa terhibur ketika seseorang tidak
28

lolos masuk perguruan tinggi.

24 Merasa terhibur ketika seseorang


mengadakan acara, dan hamper tidak ada
yang datang.
Timestamp Email Nama atau Inisial Usia (Ex: 18) Fakultas Apakah anda tahu istilahApakah
variety Anda
show pernah menonton
Apakah Anda
tayangan
menyukai
varietySeberapa
menonton
show seri
tayangan
ng Andavarimenont
Vari
ety eshow
tyoshow
n varieapaty show
yang seri
Lawakan
ng AndayangTonton
mengarahApakah
ke ranaAndafisikpernah
, ras, dantertawa
Apakah
perilaketi
kuAnda
orang
ka adapernah
laiseseorang
n apakah
tertawa
Apakah
halyangketteAnda
rsebut
ikmengej
a melpernah
waj
iheatkaorang
teman
rtertmenurut
Apakah
awalaAnda
inatauAnda
Andaterjmerasa
atuhpernah
atausenang
mengej
sedang
JikasaatYAeksiteman
seperti
amell ihatAnda
apa
orangejelakanApakah
in diyang
permaiAnda
Andankanpernah
berikanmemberi
ApakahkanAndalabelpernah
namamemanggi
yangApakah
konyollAnda
seseorang
kepada
pernahorang
dengan
merasa
lainpanggi
senanglanjimenggunakan
ka mempermainama
nkan orang
binatanglain untuk sekedar candaan.
7/29/2022 7:17:02 Muhammadaras759@gmaiMuh.Aras
l.com 22 FT Ya Ya Ya 3 Lapor Pak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 7:20:11 Hasniar809@gmail.comNiar 22 FT Ya Ya Ya 4 Exo ladder Tidak Ya Ya Tidak Ya Hanya tertawa Ya Ya Tidak
7/29/2022 7:43:12 nadiainci00@gmail.comNN 22 FPSI Ya Ya Ya 4 Running man Tidak Tidak Ya Tidak Ya Mengulangi perkataannyaYayang menurut saya lucuTiddan
ak mengomentari periTidlaakkunya yang absurd
7/29/2022 8:37:57 nabilahafizhah07@gmailBi.comla 21 FPSI Ya Ya Ya 2 Running man Tidak Tidak Ya Tidak Ya Kambing Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 8:46:29 firaalfiraa14@gmail.comMA 21 FPSI Ya Ya Ya 3 korea Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak
7/29/2022 9:24:45 ibunga256@gmail.com Ibunga Tang 21 FISH Ya Ya Tidak 2 Brownis Tidak Tidak Tidak Tidak Ya SETANGGG Tidak Ya Tidak
7/29/2022 9:33:33 putri.amaliah.arifin@gmaiPAl.com 20 FPSI Ya Ya Ya 4 komedi Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya
Lampiran Data Awal

7/29/2022 9:50:23 ulil.abzar15@gmail.comUlil 21 FPSI Ya Ya Ya 2 Knowing brothers Tidak Tidak Ya Tidak Ya Suatu hal yang lucu Ya Tidak Tidak
7/29/2022 9:57:40 hassahgland2003@gmaiGll.com
en 18 FIK Ya Ya Ya 4 The King of Mask, RunniTingdakman Ya Ya Ya Ya tolol hehehe (tpi tidak baperan
Ya ji saya temanku kak)
Ya Ya
7/29/2022 10:03:54 Putrisabrina2706@gmaiPl.com 19 FIP Ya Ya Ya 3 Breakout - NET Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 10:07:42 Ebymursal@gmail.com B 22 FPSI Ya Ya Ya 3 The return of supermanTidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 10:10:00 dinwolo231@gmail.comMujahidin 18 FEB Ya Ya Ya 3 Tuning man Tidak Ya Ya Tidak Ya Seperti saat sedang sialYadan menertawakan nyaTisaat
dak kembali ke kost (hanya
Tidak untuk teman dekat)
7/29/2022 10:17:55 nirmayanti180@gmail.comN 21 FPSI Ya Ya Ya 4 Run BTS Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 10:21:42 Fadilaparisa@gmail.comFp 22 FPSI Ya Ya Ya 3 Tonight show Tidak Ya Ya Ya Ya Tentang tingkahnya yanfYamemalukan Ya Ya
7/29/2022 10:25:38 yadindadwi@gmail.comADY 22 FPSI Ya Ya Ya 4 Korea Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
7/29/2022 10:25:51 kresnamayora@gmail.comKM 22 FIP Ya Ya Ya 4 Tonight show, ini talk show,
Tidakdll Ya Ya Tidak Ya Tergantung situasinya Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 10:29:12 amiracollegestuff@gmaiAl.com 19 FPSI Ya Ya Ya 3 pesbukers, mario teguh,Tikidcakk andy, new family 100,
Ya eat bulaga sctv, dll Ya Tidak Ya ejekan hanya sebatas teman
Ya dekat dan tidak mengarah Tidak ke sesuatu yg sangat
Tidak menyinggu perihal keluarga, ekonomi dsb
7/29/2022 10:30:24 editamrin85@gmail.comErdi 21 FISH Ya Ya Ya 3 Overa Van Java Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ejek candaan saja Ya Tidak Ya
7/29/2022 10:38:26 amaliyahn73@gmail.comNurul Amaliyah 22 FIP Ya Ya Ya 4 Running man, new journeyTidakto the west, knowingTibrother
dak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 10:39:51 @alfyyahpiaaa@gmail.cPioma 18 FIK Ya Ya Ya 4 Vartiety show korea ( NctTidrelakay cam 24 hr, Nct lYaife, nct word 2020, weeklYay idol with nct) Tidak Ya Jika curshnya lewat (cieYa-cie) ejekan seperti itu leTibidhakmengarah ke main-mai
Ya n
7/29/2022 10:40:14 alestaaary23@gmail.comAy 21 FEB Ya Ya Ya 4 Running man Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak
7/29/2022 10:41:06 novrianaluthfiar@gmail.cNLR
om 20 FPSI Ya Ya Ya 4 Running man Tidak Tidak Tidak Tidak Ya seperti sifat mereka yangTidmungki
ak n terlalu berlebiTihdanak Tidak
7/29/2022 10:52:12 mukminah0808@gmail.cMMom 19 FPSI Ya Ya Ya 4 lebih ke Variety show Korea
Tidak: The return of Superman,
Ya Arcade Earth, 2Yadays & 1 night, KnowingYaBros, Sixth Sense, RunniTidnakg man, Exchange Tidak Tidak Ya
7/29/2022 11:19:09 maudyadonia@gmail.comMaudy 19 FIP Tidak Tidak Tidak 1 Tidak ada Tidak Tidak Tidak Tidak Ya memberikan nama yg tidTiakdaklayak kemudian ditertTiadwakanak Tidak
7/29/2022 11:22:12 nurulmuchlisah05@gmaiNMl.com 20 FPSI Ya Ya Ya 5 Running man, weekly idolTi,dknowi
ak ng brothers, vidTieodakdari channel yt idol Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
7/29/2022 11:23:01 Divanuzaibah@gmail.comDiva 20 FPSI Ya Ya Ya 5 Knowing Brother & GoinTigdSevent
ak een Tidak Tidak Tidak Tidak - Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 13:24:13 sit irahmah153@gmail.comR 19 FPSI Ya Ya Ya 3 Stan up comedy Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak tau diri Tidak Ya Ya
7/29/2022 15:33:28 nurulwahdania27@gmaiWahda
l.com 21 FEB Ya Ya Ya 3 Running Man Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
7/29/2022 15:36:31 qalzuma.h@gmail.com S 20 FEB Tidak Tidak Tidak 1 Ga ada Tidak Tidak Ya Tidak Ya cie jmblo Ya Tidak Tidak
7/29/2022 17:33:40 tzikranramadhan@gmailZRT .com 18 FPSI Ya Ya Tidak 2 Hitam putih Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak
7/29/2022 19:27:51 fahrarabiah12@gmail.comr 20 FPSI Ya Ya Ya 3 weekly idol Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
7/30/2022 4:26:51 nurhikmah220300@gmaiNHl.com 22 FBS Ya Ya Ya 4 Lapor Pak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Saya pernah mengejek teman
Tidak SMP yang saya anggap Tidak "salah kostum" Tidak
29

7/30/2022 18:14:31 rezkypratama2803@gmaiRezky l.com 19 FPSI Ya Ya Ya 4 Running Man (South Korea)


Tidakdan Laptop Si UnyilTi(Idnakdonesia) Tidak Tidak Tidak - Tidak Tidak Tidak
7/31/2022 10:22:31 drafika445@gmail.comfika 18 FIK Ya Ya Tidak 3 tidak ada Tidak Ya Ya Tidak Ya gendut Ya Ya Ya
7/31/2022 10:47:56 nursyafikafitri0601@gmaiNFl.com 21 FEB Ya Ya Ya 2 Ini talkshow Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

Anda mungkin juga menyukai