PENDAHULUAN
Pembahasan tentang hukum taklifi adalah salah satu dari beberapa kajian
Ushul Fiqh. Bahkan salah satu tujuan utama dari studi Ushul Fiqh adalah
bagaimana menyimpulkan hukum taklifi dalam pembahasan ini, maka pada
pembahasan ini akan dipaparkan penjelasan tentang hal-hal tersebut.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hukum Taklifi.
2. Untuk mengetahui pembagian-pembagian dalam Hukum Taklifi.
HUKUM TAKLIFI | 1
BAB II
PEMBAHASAN
ص ٰيىة َ َو ٰاحُىا ه
)ٔٔٓ : اىز ٰکىة َ (اىبقشة َوا َ ِق ٍْ َُىا اى ه
" Dan laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat " (QS. Al-Baqarah 2: Ayat
110)
1
. Dr. Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), (hlm. 31.)
2
. Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), (hlm. 138.)
HUKUM TAKLIFI | 2
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)
َ
)ٔٔ : (اىحخشاث...ًَل ٌَ ْضخ َْش قَ ْى ًٌ ِ ٍّ ِْ قَ ْى...
"... Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain..." (QS. Al-Hujurat
49: Ayat 11)
َ صا ٰٓ َء
)۲:ٖٕص ِبٍْل (اإلصشا ِ َاىز ٰ ّٰٓى اِّههٗ َماَُ ف
َ احشَت ۗ َو ّ ِ َو ََل ح َ ْق َشبُىا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan
keji, dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 32)
HUKUM TAKLIFI | 3
paksaan. Oleh karena itu ulama ushul mengatakan, “pemberian nama Hukum
Taklifi adalah secara „ Taghlib‟, yakni mengalahkan salah satu diantara dua
atau beberapa hal.”3
3
. Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), (hlm. 140)
4
. Syekh Muhammad Al-Khudhori Biek, Terjemah Ushul ‘Fiqh, (Pekalongan: Raja Murah), (hlm.
44)
5
. Dr. Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), (hlm. 35)
6
. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh , (Jakarta: Kencan, Jilid I, 2008), (hlm. 310)
HUKUM TAKLIFI | 4
"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-'Ankabut 29:
Ayat 45)
Pembagian Wajib
Wajib ditinjau dari segi orang yang dibebani kewajiban hukum, maka
dibagi menjadi:
a. Wajib „Aini (Fardhu „Ain)
Yaitu kewajiban yang disebabkan kepada setiap orang yang
sudah baligh berakal (mukallaf) tanpa kecuali. Kewajiban seperti ini
tidak bisa gugur, kecuali dilakukannya sendiri. Misalnya, kewajiban
melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan puasa di bulan
ramadhan, dan melaksanakan haji bagi yang mampu.
Berkaitan dengan kewajiban ini, muncullah suatu pertanyaan,
jika waktu tidak mampu melakukan sendiri atau telah meninggal
dunia, apakah bisa gugur kewajiban itu?
Ulama Ushul Fiqh membagi hal tersebut dalam tiga kategori:
7
. H.Satria Efendi, M Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2009), (hlm.44-45)
HUKUM TAKLIFI | 5
b. Wajib Kifa‟i (Fardhu Kifayah)
Yaitu kewajiban yang dibebankan kepada seluruh mukallaf,
namun bila mana telah dilaksanakan oleh sebagian umat Islam, maka
kewajiban itu sudah terpenuhi sehingga orang yang ikut
melaksanakannya tidak lagi diwajibkan untuk melaksanakannya.
Misalkan pelaksanakan salat jenazah.
Dilihat dari segi jumlah atau kadar yang telah ditentukan, maka wajib
dibagi menjadi:
a. Wajib Muhaddad, yaitu kewajiban yang telah ditentukan kadarnya,
misalkan kadar fitrah, kadar (nishab) zakat mal.
HUKUM TAKLIFI | 6
b. Wajib Ghairu Muhaddad, yaitu kewajiban yang pelaksanaannya yang
tidak di tentukan ukurannya, misalnya nafkah untuk keluarga tidak
ditentukan kadarnya, tergantung kemampuan suami.
2.2.2. Nadb/Mandub/Sunah
Secara etimolgis mandub berarti yang disuruh, atau sesuatu yang
diizinkan dengannya.8 Sedangkan secara terminologis menurut Abdul
Wahab Khallaf Mandu yaitu:9
“Mandub yaitu Tuntutan kepada seorang mukallaf untuk mengerjakan
sesuatu secara tidak pasti”.
ٰٓ ٰۤ
َ ٰيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ٰۤ ْوا اِذَا تَدَا َي ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن ا ِٰلى ا َ َج ٍل ُّم
ُس ًّمى فَا ْكتُبُ ْوه
)ٕ۸ٕ: (اىبقشة
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya... "
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 282)
8
. Muhammad bin Shalih bin Muhammad Al-Utsaimin, Al-Ushul Fi Ilmi Al-Ushul (Libanon: Dar Al-
Fikr, Tth), (hlm. 11)
9
. Dr. Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), (hlm. 40)
HUKUM TAKLIFI | 7
Pembagian Sunah
Dilihat dari selalu atau tidak selalunya, Nabi melakukan perbuatan
sunah, maka sunah dibagi kepada:
a. Sunnah Muakkad, yaitu sunah-sunah yang selalu dikerjakan oleh Nabi
Saw, disamping ada keterangan bahwa perbuatan itu, bukan perbuatan
fardu, contohnya salat witir.
b. Sunnah Ghairu Muakkad, yaitu yang dilakukan oleh Nabi Saw, tetapi
tidak terus-menerus dilakukan, contohnya memberi sedekah kepada
orang miskin, salat sunah empat rakaat sebelum zuhur dan sebelum
asar. Untuk perbuatan seperti ini digunakan kata nafal mustahab,
ihsan, tathawu.
HUKUM TAKLIFI | 8
2.2.3. Tahrim/ Mahrum / Haram
Secara etimologis haram berarti sesuatu yang dilarang. Secara
terminologis haram berarti :10
“Tuntutan Syari (Allah dan Rasul-nya) kepada seorang mukallaf untuk
meninggalkannya secara pasti, (dengan arti yang dituntut harus
meninggalkannya).”
10
Dr. Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), (hlm. 40)
HUKUM TAKLIFI | 9
Contohnya seperti firman Allah surah An-Nisa' 4: Ayat 29 :
ِ ٰٰۤيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُ ٰۤ ْوا ا َ ْم َوالَـ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ِب ْال َب
َاط ِل ا َّ َِٰۤل ا َ ْن ت َ ُك ْون
اّٰلل َكانَ بِ ُك ْم َ ُاض ِ ّم ْن ُك ْم ۗ َو ََل ت َ ْقتُلُ ٰۤ ْوا ا َ ْنـف
َ س ُك ْم ۗ ا َِّن ه ٍ ارة ً َع ْن ت َ َر
َ تِ َج
َر ِح ْي ًما
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 29)
Oleh karena itu, hukum-hukum haram yang didasarkan pada dalil zhanni
mereka sebut makruh tanjih.
Pembagian Haram
Haram terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Haram li-dzatihi, yaitu perbuatan yang diharamkan oleh Allah, karena
bahaya tersebut terdapat pada perbuatan ini sendiri, seperti haramnya
makan bangkai, minum khmar, berzina, dan mencuri. Bahaya tersebut
berhubungan langsung dengan lima hal yang harus dijaga (adh-
daruriyat al-khamas), yaitu badan, keturunan, harta benda, akal dan
agama.
2. Haram li-ghairihi yaitu perbuatan yang dilarang oleh syara‟, di mana
adanya larangan tersebut bukan terletak pada perbuatan itu sendiri,
tetapi perbuatan itu dapat menimbulkan haram lidzatihi, contohnya
jual beli barang-barang secara riba diharamkan, karena dapat
menimbulkan riba, yang diharamkan dzatiah-nya. Contoh lain
poligami dengan perempuan yang masih ada hubungan mahram
dengan istri adalah haram, karena dapat menyebabkan putusnya
hubungan persaudaraan yang dilarang oleh Allah swt, sedangkan
memutus tali persaudaraan haram dzatiah-nya.
HUKUM TAKLIFI | 10
2.2.4. Karahah /Makruh
Secara etimologis makruh berarti yang dimurkai atau dibenci.
Sedangkan secara terminologis makruh menurut Abdul Wahab Khallaf
yaitu:
Pembagian Makruh
1. Makruh Tahrim, yaitu sesuatu yang dilarang oleh syariat tetapi dalil
yang melarangnya itu dzanni al-wurud, tidak bersifat pasti. Contohnya
hadis larangan meminang wanita yang sudah dipinang oleh orang lain.
HUKUM TAKLIFI | 11
Hadis tersebut berbunyi:
2.2.5. Ibahah/Mubah
Secara etimologis mubah berarti yang diumumkan dan diizinkan
dengannya, sedangkan secara terminologis, mubah adalah :
11
. Dr. Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), (hlm. 46)
12
. H. Satria Efendi, M Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2009), (hlm. 58-59)
13
. Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Al- Mustashfa, (Beirut : Dar Al-Fikr, Tth, Jilid I) (hlm. 172)
HUKUM TAKLIFI | 12
Dalam hal ini sebenarnya tidak ada tuntutan, baik mengerjakan atau
meninggalkan. Ia tidak diperintahkan. Bila seseorang mengerjakan ia
tidak diberi ganjaran dan tidak pula diancam atas perbuatannya itu.
Hukum dalam bentuk ini disebut ibahah. Pengaruh titah ini terhadap
perbuatan disebut juga ibahah, sedangkan perbuatan yang diberi pilihan
disebut mubah. Misalnya, ketika ada cekcok yang berkepanjangan dalam
rumah tangga dan di khawatirkan tidak lagi dapat hidup bersama, maka
boleh(mubah) bagi seorang istri membayar sejumlah uang kepada suami
agar suaminya itu menceraikannya, sesuai petunjuk Allah swt. Dalam
firman-Nya pada surah al-baqarah (2) Ayat 292:
ان ۗ َو ََل ٍ س َ اك ۢ بِ َم ْع ُر ْوفٍ ا َ ْو ت َ ْس ِر ْي ٌح ۢ بِا ِْح ٌ س َ لط ََل ُق َم َّر ٰت ِن ۖ فَا ِْم َّ َ ا
َ ک ْم ا َ ْن تَأ ْ ُخذُ ْوا ِم َّما ٰٓ ٰات َ ْيت ُ ُم ْو ُه َّن
شيْــئًا ا َّ َِٰۤل ا َ ْن يَّخَافَا ٰٓ ا َ ََّل يُ ِق ْي َما ُ َي ِح ُّل لَـ
اّٰلل ۗ فَا ِْن ِخ ْفت ُ ْم ا َ ََّل يُ ِق ْي َما ُحد ُْودَ ه
اّٰلل ۙ ِ فَ ََل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما فِ ْي َما ِ ُحد ُْودَ ه
ِ ت ِب ٖه ۗ تِ ْل َك ُحد ُْودُ ه
اّٰلل فَ ََل ت َ ْعتَد ُْوهَا ۚ َو َم ْن يَّت َ َعدَّ ُحد ُْودَ ه
ِاّٰلل ْ َا ْفتَد
)ٕ۸ٕ: الظ ِل ُم (اىبقشة ولئِ َك ُه ُم ه ٰٓ ٰ ُ فَا
"Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa
keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka
keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri)
untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barang siapa melanggar hukum-hukum Allah,
mereka itulah orang-orang zalim." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 292)
HUKUM TAKLIFI | 13
Pembagian Mubah
HUKUM TAKLIFI | 14
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Hukum Taklifi adalah hukum yang menuntut kepada mukallaf untuk
berbuat, menuntut untuk tidak berbuat atau menghendaki agar mukallaf
memilih berbuat atau tidak. Menurut Jumhur ulama ushul fiqh, Hukum
Taklifi ada lima macam yaitu, Ijab (wajib), Nadb (sunah), Tahrim (haram),
Karahah (Makruh), dan Takhyir (boleh memilih). Pengaruhnya dalam
perbuatan ialah wujub (kewajiban), nadb (sunnah), hurmah (keharaman),
karahah (makruh), Ibahah (mubah).Masing-masing dari kelima tersebut
memiliki pembagian ditinjau dari beberapa segi oleh beberapa imam.
3.2. SARAN
Saran kami kepada pembaca dan masyarakat yaitu hendaklah kita
sebagai hamba allah selalu melakukan apapun kewajiban kita dan
meninggalkan segala hal yang diharamkan oleh Allah SWT., karena seperti
yang di katakan ayat-ayat al-quran di atas, jika kita melakukan apa yang tidak
disukai-Nya atau yang diharamkan-Nya di akhirat kelak kita akan mendapat
siksa yang pedih, dan hendaklah kita melaksanakan apa yang di sunnahkan-
Nya agar kita bisa semakin dekat dan selalu mengingat Allah SWT.
HUKUM TAKLIFI | 15
DAFTAR PUSTAKA
HUKUM TAKLIFI | 16