Anda di halaman 1dari 41

EKSPOSISI KEJADIAN 15:1-21

TENTANG PERJANJIAN SULUH DAN RELEVANSINYA


BAGI KARYA PENEBUSAN

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Teologi (S.Th)
Program Studi Teologi-Akademik

Nama : Satriany Dewi Polona


NIM : 2016202017

Jakarta 10 Oktober 2020

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI ARASTAMAR


(SETIA) 2020
HALAMAN PENGESAHAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Setelah memeriksa dan meneliti secara seksama serta mengetahui proses penelitian
dan cara menyusun skripsi yang dilakukan oleh SATRIANY DEWI POLONA P yang
berjudul EKSPOSISI TENTANG PERJANJIAN SULUH DAN RELEVANSINYA
BAGI KARYA PENEBUSAN (KEJADIAN 15:1-21), maka dengan ini menyatakan
bahwa skripsi ini diterima dan disahkan sebagai bagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar SARJANA TEOLOGI (S.Th) dari SEKOLAH TINGGI
TEOLOGIA INJILI ARASTAMAR (SETIA) JAKARTA.

Diterima dan disahkan pada tanggal


15 Oktober 2020

Ketua Sekolah Tinggi Teologia Injili Arastamar (SETIA) Jakarta


Ketua

Dr. Dyulius Thomas Bilo, M.Th.


NIDN: 2315037501

i
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Setelah memeriksa dan meneliti secara seksama hasil proses perbaikan penelitian dan
cara penyusunan skripsi yang dilakukan oleh SATRIANY DEWI POLONA P yang
berjudul EKSPOSISI TENTANG PERJANJIAN SULUH DAN RELEVANSINYA
BAGI KARYA PENEBUSAN (KEJADIAN 15:1-21) yang telah diuji dalam sidang
skripsi pada....... Oktober 2020, maka dengan ini dinyatakan bahwa skripsi ini disetujui
oleh TIM PENGUJI sebagai bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar
SARJANA TEOLOGI (S.Th) dari SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA INJILI
ARASTAMAR (SETIA) JAKARTA.
Disetujui tanggal, 15 Oktober 2020

Ketua

..................................
NIDN:

Sekretaris

..................................
NIDN:

Anggota

..................................
NIDN:

ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

Dosen pembimbing telah menerima hasil penelitian yang berjudul EKSPOSISI


TENTANG PERJANJIAN SULUH DAN RELEVANSINYA BAGI KARYA
PENEBUSAN (KEJADIAN 15: 1-21), yang telah dipersiapkan dan diserahkan oleh
SATRIANY DEWI POLONA P, untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
mencapai gelar SARJANA TEOLOGI (S.Th) dari SEKOLAH TINGGI
THEOLOGIA INJILI ARASTAMAR (SETIA)

Disetujui pada tanggal, 15 Oktober 2020

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Pdt. Dr. Jonidius Illu, M.Th Pdt. Ronaully Marbun,


M.Th
NIDN: 2312127601 NIDN: 2310077301

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Sekolah Tinggi Teologia Injili
Arastamar (SETIA) JAKARTA, seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian – bagian tertentu dalam penulisan Skripsi ini yang saya kutip
dari hasil karya orang lain, telah dituliskan secara jelas sumbernya sesuai denga norma,
kaidah dan etika penulisan karya ilmiah yang berlaku serta telah dibuktikan
pengecekannya dengan menggunakan sistem aplikasi pencegahan plagiat dan respositori
yang ditentukan oleh institusi dibawah bimbingan dosen pembimbing, dan pemantauan
tim akademik dan LPMI.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh, sebagian atau bagian – bagian
tertentu skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat, saya bersedia
menerima sanksi ini dari lembaga dan pihak yang berwenang lainnya sesuai dengan
peraturan lembaga dan perundang-undangan yang berlaku dengan tidak melibatkan
pihak manapun.

Jakarta, 15 Oktober 2020

iv
ABSTRAK
Polona, Dewi, Satriany
2020, Eksposisi Tentang Perjanjian Suluh (Kejadian
15:1-21) dan Relevansinya Bagi Karya Penebusan.
Sekolah Tinggi Teologia Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
Skripsi, S.Th,
Karya penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus Anak Allah Yang Tunggal
itu dilakukan dengan cara menebus dosa-dosa manusia dan bagi yang percaya kepada-
Nya diselamatkan. Gambaran karya tersebut sudah dituliskan dalam Perjanjian Lama di
kitab Kejadian 15 ini yang ditandai dengan perjanjian suluh. Skripsi Eksposisi Tentang
Perjanjian Suluh (Kej. 15:1-21) dan Relevansinya Bagi Karya Penebusan ini membahas
perjanjian Allah dengan Abraham, namun belum semua orang Kristen memahami kisah
perjanjian antara Allah dengan Abraham, karena ada anggapan perjanjian itu hanya
berlaku bagi masa kehidupan Abraham bersama dengan bangsa Israel dan ini
merupakan sejarah. Pertanyaan bagi orang Kristen saat ini adalah apa makna dari
perjanjian suluh dan apa tujuan dari perjanjian itu? lalu, bagaimana cara orang Kristen
memahami perjanjian tersebut? dan mengapa perjanjian Allah dengan Abraham disebut
sebagai perjanjian suluh?
Berdasarkan permasalahan di atas, maka skripsi ini betujuan untuk: pertama,
memberikan penjelasan tentang makna perjanjian suluh dalam Perjanjian Lama, kedua
untuk menjelaskan kepada orang Kristen untuk memahami pentingnya mengerti
Perjanjian Suluh yang menggambarkan karya penebusan, ketiga untuk menjelaskan
relevansinya bagi orang Kristen
Penulisan skripsi ini penting karena masih ada orang Kristen yang belum memahami
makna dari perjanjian suluh yaitu perjanjian Allah dengan Abraham dan perjanjian ini
juga merupakan gambaran yang digenapi di perjanjian baru melalui karya penebusan
Yesus Kristus, karena itu penting untuk orang Kristen khususnya para pengajar,
pengkhotbah juga mahasiswa teologi memberikan perhatian yang sungguh akan
pengajaran Alkitab dengan tidak melihat Perjanjian Lama sebagai isi dari sejarah
melainkan tetap melihat firman Allah yang dituliskan untuk menuntun dan
menyelamatkan.
Penulisan skripsi ini diuraikan berdasarkan hasil penelitian secara literatur
(kepustakaan) dengan memakai metode analisis biblika dan dogmatika dengan tujuan
menjelaskan makna secara ilmiah.

Jumlah kata : 272 kata


Dosen Pembimbing I : Pdt. Dr. Jonidius Illu, M.Th.
Dosen Pembimbing II : Pdt. Ronaully Marbun, M.Th.

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN LEMBAGA PENDIDIKAN...................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING........................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................................................v
HALAMAN MOTTO................................................................................................................vi
ABSTRAK.................................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................viii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................................4
C. Pembatasan Masalah........................................................................................................5
D. Rumusan Masalah............................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.............................................................................................................5
F. Hipotesis...........................................................................................................................6
G. Manfaat Penelitian...........................................................................................................6
H. Metodologi Penelitian......................................................................................................6
I. Sistematika Penulisan......................................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN SULUH
A. Definisi Perjanjian Suluh.................................................................................................9
B. Isi dan Penegasan Pribadi Abraham................................................................................11
1. Latar Belakang Pribadi Abraham..............................................................................11
2. Isi Perjanjian Suluh...................................................................................................13
3. Pentingnya Perjanjian Suluh.....................................................................................15
C. Waktu Pembuatab Perjanjian Suluh................................................................................17
D. Makna Teologi Perjanjian Suluh.....................................................................................18
1. Ketaatan akan Perintah Allah....................................................................................18
2. Ketekunan Iman Abraham........................................................................................19
3. Penebusan Adalah Janji Keselamatan.......................................................................21
BAB III EKSPOSISI KEJADIAN 15:1-21
A. Konteks Dekat
1. Panggilan dan Perjanjian Allah Kepada Abraham (Kej. 12:1-3)..............................24
2. Penegasan Janji (Kej. 13:14:18)................................................................................25
3. Allah Memberikan Perjanjian dengan Tanda “Sunat” (Kej. 17:1-22)......................27
B. Konteks Jauh
1. Awal Mula Perjanjian Allah dengan Manusia (Kej. 2- Kej.9)..................................30

vi
2. Perjanjian Allah Kepada Keturunan Abraham dan Penggenapannya dalam
PB..............................................................................................................................31
3. Hubungan Perjanjian Suluh dan Penebusan..............................................................34
C. Eksposisi Kejadian 1-16..................................................................................................34
D. Eksposisi Kejadian 15:7-21............................................................................................40
E. Kesimpulan.....................................................................................................................46
BAB IV PERJANJIAN SULUH DAN RELEVANSINYA BAGI KARYA
PENEBUSAN
A. Yesus Kristus Penggenapan Karya Penebusan Perjanjian Lama....................................49
B. Yesus Kristus Adalah Penghubung Antara PL dan PB...................................................57
C. Perjanjian Suluh Adalah Perjanjian Yang Kekal............................................................58
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................................................61
B. SARAN...........................................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................64
BIODATA..................................................................................................................................66

vii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan membahas: latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat
penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan dalam
penelitian.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Allah adalah Mahakudus (Qadosh) dan Mahakuasa, Ia juga menciptakan manusia
sebagai makhluk ciptaan-Nya menurut gambar dan rupa-Nya, serta mereka mendapatkan
kuasa (hak kepemilikan dan hak kekuasaan atas segala alam semesta (Kej 1:26-28). Sejak
manusia jatuh ke dalam dosa mengakibatkan hubungan manusia dengan Allah menjadi
rusak. Dalam peristiwa ini yang tertulis dalam Perjanjian Lama, Christopher J.H. Wright
berpendapat, “Kitab Kejadian menceritakan tragedi kejatuhan manusia ke dalam
pemberontakan, ketidaktaatan dan dosa lalu sebagai akibatnya diperhadapkan dengan
kehancuran total”.1 Manusia menjadi berada di bawah kuasa iblis yang adalah penguasa
kerajaan angkasa dan manusia dikuasai olehnya, sehingga menjadi sasaran murka Allah
yang dahsyat (Ef 2:2-3). Setelah jatuh dalam dosa, manusia menjadi makhluk yang tidak
mampu secara total, maka telah kehilangan kualifikasi untuk membuat perjanjian dengan
Allah Mahakudus dan Mahakuasa. Pada dasarnya semua manusia berusaha mencari cara
untuk mendapatkan keselamatan bagi dirinya sendiri dimulai dari kejatuhan manusia
pertama kali di Taman Eden, tetapi tidak bisa jika permohonan pengampunan dosa hanya
dilakukan dengan cara yang sudah menjadi tradisi. Allah Penebus adalah Allah Pencipta!
“Berapa nilai Penebusan, bila dunia dipisahkan dari sang Pencipta yang murah hati dan
menopang segala sesuatu?”2 Dalam pertanyaan ini menjadi satu bukti bahwa ada harga
yang layak atau hal yang dapat memerdekakan dan seringkali umat pilihan Allah di zaman
Perjanjian Lama tidak menghargai segala cara yang Allah lakukan untuk membebaskan
mereka dari perbudakan, dari kelaparan, juga dari tulah-tulah yang akhirnya membawa
mereka keluar dari Mesir (Kel. 12:51).
Pendapat yang berbeda dituliskan melalui teorinya oleh dua orang teolog bernama
Origenes (185-254 AD) dan Augustine, menyatakan bahwa “setan menawan manusia,
maka biaya penebusan harus dibayar bukan pada Allah melainkan pada Setan”.3
Respon dari pandangan di atas berbeda dengan yang Alkitab tuliskan, bahwa setiap
korban yang digunakan untuk menebus kesalahan agar beroleh pengampunan, maka
sepantasnya berikan korban terbaik bagi Allah (Im 4:1-35; Bil 15:22-31). Teori yang
berikan oleh kedua teolog justru sangat kontradiksi dan tidak alkitabiah. Abraham Park
dalam bukunya menuliskan bahwa,
Penebusan dalam bahasa Yunani ditulis λύτρωσις (lutrosis: kelepasan, NKJV: redemption
‘penebusan’ – Luk 1:68) arti utama dari kata – kata tersebut adalah hal membeli dengan
membayar suatu harga sehingga menjadikan sesuatu sebagai hak milik. Namun Perjanjian
1
Christopher J.H. Wright,Hidup Sebagai Umat Allah(Jakarta: BPK Gunung Mulia,2016),32.
2
Willem VanGemeren,Progres Penebusan (Surabaya: Momentum, 2016), 60.
3
Paul Enns,The Moody Handbook (Malang: Literatur SAAT,2003), 395.

viii
Lama dalam Imamat 16:6-10, 20 – 22, 26 pekerjaan penebusan digambarkan oleh kambing
dalam bahasa Ibraninya ‫ ֲעזָאזֵל‬Azazel yang berarti pemindahan total).4
Dua kitab Perjanjian dalam Alkitab saling berkaitan, namun masalahnya muncul ketika
Perjanjian Baru mengambil tempat beriringan dengan Perjanjian Lama sebagai bagian dari
kanon5. Dalam kehidupan di zaman Perjanjian Lama pun kepimpinannya adalah Teokrasi
dan berbeda dengan kehidupan di zaman Perjanjian Baru, lalu sebagian orang percaya
memahami bahwa yang sebelumnya hanya sejarah dan kedatangan Yesus ke dunia itulah
dimulainya penebusan. Beberapa perjanjian Allah dengan manusia dimulai dari Kejadian
3:15 dan berkembang Perjanjian dengan Nuh (Kej 6:18; 9:8-17), Perjanjian dengan Abram
(Kej 12:1-3), Perjanjian Sinai (Kel 20:22) ini adalah daya penggerak yang menyelesaikan
sejarah Penebusan dan dasar dari kegiatan penebusan yang terperinci yang bernama
pemeliharaan Allah.6 Salah satu dari beberapa perjanjian Allah dengan manusia diatas yang
menjadi titik pusat dari sejarah penebusan dimulai dari Perjanjian Allah dengan Abram,
yang terbagi dalam tujuh kali perjanjian. Dalam perjanjian yang keempat itulah yang
menjadi sejarah Allah menyelamatkan manusia (Kej. 15) dan disebut Perjanjian Suluh.7
Menurut diskusi dengan Abraham Park perjanjian suluh adalah perjanjian yang
melakukan ekspresi tegas dari kehendak Allah yang ditandai dengan bentuk persembahan
korban dan melalui persembahan korban itulah Allah hadir yang digambarkan melalui
suluh berapi yang lewat sebagai tanda Allah akan menggenapi perjanjian-Nya kepada
Abram dan keturunan-Nya.
Beberapa buku tafsiran hanya menafsirkan tentang janji dalam perjanjian (kovenan)
antara Allah dengan Abram, tetapi ada hal yang perlu di ungkapkan yang berhubungan
dengan perjanjian antara Allah dengan Abram yang memiliki penggenapan dalam
perjanjian baru.
Dengan demikian, melalui penjelasan masalah di atas membuktikan bahwa orang
Kristen penting untuk memahami isi dari kitab Perjanjian Lama yang menuliskan
Perjanjian Allah dengan Abram yang ditandai secara khusus sebagai Perjanjian Suluh dan
bukti dari tujuan penebusan Allah kepada manusia. sejarah Penebusan dan juga
mengajarkan untuk menghargai hadirat Allah melalui Perjanjian Suluh. Maka melalui
pemaparan di atas penulis mengangkat judul “Eksposisi Kejadian 15:1-21 Tentang
Perjanjian Suluh Dan Relevansinya Bagi Karya Penebusan”. Dengan harapan orang
Kristen bisa memahami bahwa Perjanjian Lama bukan hanya berbicara tentang sejarah,
silsilah atau tradisi-tradisi kuno melainkan menjadi suatu pembelajaran yang penting bahwa
perjanjian yang Allah buat kepada manusia adalah tujuan bagi karya Penebusan di dunia.

B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
4
Abraham Park, Pertemuan Yang terlupakan, 26 dan 31.
5
Willem VanGemeren, Progres Penebusan, 7.
6
Abraham Park,Pemeliharaan yang Misterius dan Ajaib(Jakarta: Grasindo YayasanDamai
Sejahtera Utama,2013),25.
7
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,50.

ix
1. Sebagian orang Kristen kurang memahami janji dalam Perjanjian antara Allah
kepada manusia.
2. Sebagian orang Kristen kurang memahami bahwa Perjanjian Allah kepada
Abraham ditandai dengan Perjanjian Suluh merupakan gambaran dari karya
Penebusan.
3. Sebagian orang percaya kurang memahami bahwa Perjanjian Suluh
mengungkapkan penyelenggaraan dalam sejarah penebusan.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam point
dua yaitu belum semua orang percaya memahami bahwa Perjanjian Allah kepada Abraham
ditandai dengan perjanjian suluh merupakan gambaran dari karya penebusan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang Perjanjian Suluh dalam Perjanjian Lama ?
2. Bagaimana cara orang percaya dapat memahami bahwa perjanjian suluh
merupakan gambaran dari karya penebusan ?
3. Bagaimana relevansinya bagi orang Kristen ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan bagaimana Perjanjian Suluh dalam Perjanjian Lama
2. Untuk menjelaskan bagaimana cara agar orang Kristen dapat memahami
pentingnya mengerti Perjanjian Suluh yaitu Perjanjian Allah dengan Abraham
yang menggambarkan karya penebusan
3. Untuk menjelaskan relevansinya bagi orang Kristen

F. Hipotesis
Jika orang Kristen memahami Perjanjian Suluh adalah gambaran dari karya Penebusan
Allah, maka orang Kristen yakin bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pribadi yang
sudah hadir sebagai Perjanjian Suluh.

G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis : untuk memperkaya pemahaman orang Kristen dan juga
pembelajar tentang Perjanjian Suluh sesuai dengan kebenaran Firman
Tuhan.
2. Manfaat Praktis:
a. Manfaat bagi institusi: dapat berguna sebagai referensi pendukung
khususnya mahasiswa teologi untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat bagi pembaca: memberikan pemahaman tentang janji-janji
Allah dalam Perjanjian Lama yang merupakan penggenapan janji
Allah dalam Perjanjian Baru untuk menebus dosa-dosa manusia.

x
c. Manfaat bagi pribadi: penulis dapat menjadikan tulisan ini sebagai
pengetahuan dan pedoman di bidang teologi.
G. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian proposal skripsi ini adalah penelitian literatur
(Library research) yaitu menggunakan buku-buku sesuai judul karya ilmiah.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan sesuai topik yang dibahas dalam proposal, maka penulis
menuliskan sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I: Bab ini penulis akan membahas beberapa hal sebagai berikut: Latar bel akang
masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, pembatasan masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN SULUH
A. Definisi Perjanjian Suluh
B. Isi dan Penegasan Perjanjian Suluh
1. Latar Belakang Pribadi Abram
2. Isi Perjanjian Suluh
3. Pentingnya Perjanjian Suluh
C. Waktu Pembuatan Perjanjian Suluh
D. Makna Teologi Perjanjian Suluh
1. Ketaatan akan Perintah Allah
2. Ketekunan Iman Abram
3. Penebusan adalah Jaminan Keselamatan
BAB III EKSPOSISI KEJADIAN 15:1-21
A. Konteks Dekat
1. Panggilan dan Perjanjian Allah kepada Abram (Kej. 12:1-3)
2. Penegasan Janji (Kej. 13:14-18)
3. Allah memberikan Perjanjian dengan tanda “sunat” (Kej. 17:1-22)
B. Konteks Jauh
1. Awal Mula Perjanjian Allah dengan Manusia (Kejadian 2 – Kejadian 9)
2. Perjanjian Allah kepada Keturunan Abraham dan Penggenapannya dalam PB
3. Hubungan Perjanjian Suluh dan Penebusan
C. Eksposisi Kejadian 15:1-6
D. Eksposisi Kejadian 15:7-21
E. Kesimpulan
BAB IV PERJANJIAN SULUH DAN RELEVANSINYA BAGI KARYA
PENEBUSAN
A. Yesus Kristus Penggenapan Penebusan Dalam Perjanjian Lama
B. Yesus Kristus Adalah Penghubung Antara PL dan PB
C. Perjanjian Suluh Adalah Perjanjian Kekal

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

xi
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA

BAB II KAJIAN TEORI


TENTANG PERJANJIAN SULUH

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan kajian teori tentang perjanjian suluh yang
terbagi pada beberapa point yaitu definisi perjanjian suluh, isi perjanjian suluh, waktu
pembuatan perjanjian suluh dan makna teologi perjanjian suluh.

A. Definisi Perjanjian Suluh


Perjanjian berasal dari kata dasar janji artinya ucapan yang menyatakan kesediaan
dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu;
persetujuan antara dua pihak (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu)8. Dalam bahasa Ibrani kata perjanjian (bĕrȋt)
menunjuk pada sebuah kesepakatan bersama antara dua pihak, tetapi tidak lagi dua pihak
melainkan sepihak karena hanya Allah myang berdaulat (Kej. 6:18) 9. Kata ini menjadi kata
kerja kunci yang selalu direnungkan Israel yaitu ‘bersumpah’ (šb) dalam Ulangan 6:2310.
Kitab Kejadian menjadi narasi para leluhur yang mengungkapkan tentang janji.
Abraham Park memberikan pendapat tambahan lagi dalam bukunya yaitu kata bĕrȋt juga
mempunyai arti ‘membelah’ yang digunakan untuk mengekspresikan sebuah praktik
penyembelihan korban lalu dibelah menjadi dua bagian yang sama di wilayah Timur, ketika
sebuah perjanjian penting dibuat (Kej 15:10; Yer 34:18). Hal ini memiliki arti jika satu dari
antara dua pihak yang berikrar tidak menjaga kewajibannya sesuai dengan perjanjian
tersebut, maka ia akan dibelah menjadi dua bagian seperti korban11.
Claus Westerman berpendapat bahwa janji yang diberikan dalam narasi Kitab Kejadian
hanya wacana asli tentang janji Allah (Kej 18:1-15), sebab berbeda dari kebanyakan janji
lain12. Kasus – kasus yang terdapat dalam Alkitab biasanya ditambahkan pada narasi
menimbulkan pemahaman bahwa isi narasi tersebut tanpa janji.
Albercht Alt juga memberi perhatian khusus pada narasi tentang janji-janji dalam Kitab
Kejadian dan menegaskan bahwa janji ini adalah tanda khusus dari Allah. 13
Moshe Weinfeld juga mengemukakan bahwa sumpah dari pihak Allah yang hendak
memberikan tanpa syarat kepada Israel satu karunia berupa tanah atau seruba dengan hibah
tanah14.

8
https://kbbi.web.id/perjanjian.
9
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan(Jakarta:Grasindo Yayasan Damai Sejahtera Utama,
2012),42.
10
Walter Brueggemann,Teologi Perjanjian Lama(Maumere: Ledalero, 2009),252.
11
Abraham Park, Pertemuan Yang Terlupakan, 43.
12
Claus Westermann,The Promise To The Father:Studies On The Patriachal Narratives
(Philadelphia, Fortress Press,1980),11-12.
13
Albrecht Alt,The God Of The Fathers, Essays On Old Testament History And Religion(Oxford
Blackwell,1966),1-77.
14
Moses Weinfeld,The Covenant od Grant In The Old Testament And In The Ancient Near East

xii
Moltmann, Clines (1978: 111-118) memberikan pendapatnya yaitu janji lebih dari pada
pengharapan, karena pengharapan bersifat realistis serta melihat kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi dalam dunia nyata saat- saat ini, tetapi janji hanya melihat
kemungkinan dan hanya mungkin bagi Allah yang berjanji itu.
Sumpah atau janji dalam Perjanjian Lama khusus di Kitab Kejadian bukanlah janji yang
umum, yang terlihat kurang konkrit dan khusus melainkan sebaliknya. Substansi pada kata
tersebut dapat diuraikan dalam dua kata yakni memberkati dan memberi, maka kedua kata
inilah menjadi dua kata kerja yang dikuasai dengan kedaulatan Allah15. David L. Baker
berpendapat bahwa, “Setiap janji dapat ditepati atau pun penggenapannya dapat ditunda.
Bagaimana halnya dengan janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama? Sejauh mana janji-janji
itu telah digenapi dan sejauh mana penggenapan itu ditemukan khususnya dalam Perjanjian
Baru ? Lalu, kata suluh pengertiannya dalam KBBI adalah barang yang dipakai untuk
menerangi contohnya seperti obor, tetapi suluh dari pandangan sejarah Israel merupakan
pemulihan bangsa Israel.
Abraham Park memberikan pendapat dalam bukunya bahwa, “perjanjian suluh adalah
janji yang berkenaan dengan keturunan Abram secara rohani yaitu orang - orang yang
diselamatkan dengan iman yang percaya kepada Yesus Kristus” (Rm 9:7-8; Gal 3:7; 27-
29).16
Menurut ahli teologi, Erich Sauer mengatakan dalam bukunya bahwa, “Dari sudut
pandang sejarah penebusan, ini merupakan pembuatan perjanjian terpenting di Perjanjian
Lama (Kej 15:9-18)17 dan terdapat dua aspek yang menjadi alasan penting jika perjanjian
suluh sangat kongkrit dalam penyelenggaraan sejarah penebusan yaitu ‘suluh’
melambangkan hadirat Allah lewat potongan-potongan daging tersebut, yang kedua karena
perjanjian tersebut adalah janji yang paling nyata unuk membangun Kerajaan Allah.”
Perjanjian suluh bukan saja semata – mata terbatas diketurunan Abraham atau
perjanjian sejarah yang sudah berlalu, melainkan perjanjian yang digenapkan kepada semua
orang percaya melalui karya penebusan Kristus .
B. Isi Perjanjian Suluh
1. Latar Belakang Tentang Pribadi Abram
Abraham atau bernama asli Abram merupakan generasi ke sepuluh dari Nuh melalui
Sem anak dari Terah dan dilahirkan 352 tahun setelah air bah pada tahun 2018 SM18 yang
terletak di Ur-Kasdim (bagian tenggara kota Bagdad/ ibukota negara Irak) (Kej.
11:10-32). Meskipun Abraham yang pertama disebutkan diantara ketiga putra Terah, tapi ia
bukan putra sulung (Kej. 11:26). Namun, namanya seringkali disebut dibandingkan dengan
putra – putra ayahnya, karena kesetiaanya. Menurut penemuan arkeologis, Ur adalah kota
penyembahan berhala tersebar luas dengan berpusatkan pada benda – benda alam seperti
bulan dan bintang. Begitu juga dengan ayahnya Terah juga terpengaruh menyembah
berhala (Yos 24:2-3; 14-15), tapi sebagai seorang pribadi yang sanggup mempertaruhkan
seluruh kenyamanan dan keamanan tersebut Abraham memilih untuk mengikuti yang
Tuhan katakan kepadanya untuk pergi dari tempat tinggalnya menerima panggilan Allah.
Dengan iman Abraham ketika ia dipanggil , taat dan pergi ke suatu tempat yang akan dia
15
Walter Bruggemann,254.
16
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,51.
17
Erich Sauer,The Dawn of World Redemption(Grand Rapids:Eerdmans,1951),98.
18
Hinson David F,Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab(Jakarta:BPK Gunung Mulia,2004),49.

xiii
terima untuk sebagai sebuah warisan, juga ia hidup beriman sebagai orang asing di tanah
perjanjian. Abraham adalah tokoh kira – kira 2000 tahun setelah Adam, lalu Yesus Kristus
dilahirkan sebagai keturunan Abraham (Mat. 1:1). Hal ini menyatakan bahwa Abram
adalah tokoh yang menjadi titik tolak pekerjaan penyelamatan sejak Adam. Usia Abram 75
tahun (Kej. 12:4) saat pertama kali menerima janji dari Allah bahwa ia akan menjadi
“bangsa yang besar. Kemudian dia meninggalkan negerinya di belakang dalam ketaatan
kepada Tuhan dan butuh waktu 25 tahun bagi Abram untuk memiliki anak melalui istrinya,
Sarah, tetapi Alkitab menyatakan bahwa, terlepas dari ini periode waktu yang besar, iman
Abraham tidak goyah. Roma 4: 18-22 juga menegaskan bahwa “Melawan semua harapan,
Abraham dengan harapan percaya ... Tanpa melemah dalam imannya, ia menghadapi
kenyataan bahwa tubuhnya sudah mati - sejak berusia sekitar seratus tahun dan bahwa
rahim Sarah juga mati. Namun dia tidak goyah melalui ketidakpercayaan tentang janji
Tuhan, tetapi diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah, sepenuhnya diyakinkan
bahwa Tuhan berkuasa untuk melakukan apa yang telah dijanjikan kepadanya. Inilah
sebabnya mengapa hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” Karena ia
memegang imannya dalam janji Allah akan seorang putra, Abram dinyatakan sebagai orang
benar. Sampai masa akhir hidupnya pun Abram Allah menubuatkan kepada Abram
bahwa,“Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera, engkau akan
dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu (Kej. 15:15).” Sesuai dengan nubuat ini
Abraham mencapai 175 tahun dan dikuburkan dengan Sejahtera di gua Makhpela (Kej.
25:7-10). Abraham hidup taat akan perintah Tuhan, tepat sesuai dengan firman Tuhan
yaitu,”Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya
keselamatan dari pada-Ku” (Mzm. 91:16), maka sungguh berkat panjang umur yang
dinubuatkan dan dijanjikannya Allah telah digenapi.

2. Isi Dan Penegasan Perjanjian Suluh


Perjanjian suluh Allah yang dibuat dengan Abram di Kejadian 15 adalah perjanjian
tentang ‘keturunan’ Abram di ‘tanah Kanaan’. Dalam janji Allah kepada Abram juga
menjanjikan pemilihan dan kejayaan keturunan saleh dan akan menanggung
penyelenggaraan sejarah penebusan dari Allah. Kejadian 15:1-6 menjelaskan dengan jelas
tentang janji ‘keturunan Allah’ dan karena Abraham percaya tentang janji ‘keturunan’
Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai ‘kebenaran’ (Kej. 15:6). Sejarah
penebusan sebelum perjanjian suluh adalah proses pemilihan satu orang, yaitu ‘keturunan
yang saleh’ dilanjutkan setelah perjanjian suluh menyampaikan bahwa ‘seorang’ keturunan
yang saleh tersebut akan membentuk sebuah bangsa dan memenuhi seluruh bumi, sehingga
Kerajaan Allah disempurnakan (Kej. 15:5), hal ini merupakan bukti bahwa melalui satu
indvidu juga beserta keluarganya dari sebuah bangsa sampai berkembang ke seluruh dunia
dan titik balik ini dibuat perjanjian suluh. Dalam perjanjian tanah berisi janji bahwa tanah
Kanaan akan diberikan kepada keturunan saleh yang akan menanggung penyelanggaraan
sejarah penebusan dari Allah (Kej. 15:7-21). Janji bahwa keturunan Abram akan menjadi
orang asing dalam suatu negeri yang bukan kepunyaannya dan akan diperbudak dan
dianiaya empat ratus tahun lamanya dan bahwa keturunan yang keempat akan kembali ke
Kanaan.
Penegasan perjanjian suluh setelah Allah memberikan isi perjanjian tersebut yang
ditegaskan melalui ‘perapian yang berasap’ dalam bahasa Ibraninya adalah tannûr āšān:

xiv
‫( תַ ּנ֤ ּור עָׁשָ ֙ן‬Kej. 15:17a). hal tersebut menunjuk kepada tungku peleburan yang digunakan
untuk melebur dan memurnikan besi19. Benda ini merupakan bayangan kesengsaraan besar
yang akan diderita oleh unsur Israel dikemudian hari. Emas yang telah dilebur di
dalam tungku peleburan akan menjadi emas murni (Ayb. 23:10). Empat ratus kehidupan
yang panjang dan suram di Mesir bagaikan berada di dalam dapur peleburan besi di Mesir
inilah yang merupakan proses pemurnian yang dikehendaki Allah untuk melatih umat
Israel menjadi emas murni. Lalu, muncul juga suluh yang berapi dan dalam bahasa
Ibraninya ‫ ֵ֔אׁש ) ְול ִַּפ֣יד‬: lappȋd ‘ēš) lewat diantara potongan – potongan daging korban
tersebut (Kej. 15:17b)20. Rupa nyata dari suluh yang berapi dengan terang menerangi
sekelilingnya yang gelap, merupakan jaminan yang sangat kuat bahwa Allah dengan pasti
akan menggenapkan segala pekerjaan yang telah dijanjikan-Nya dengan Abram. Api pada
umumnya digunakan untuk menyimbolkan hadirat Allah yang mulia dan penampilan Allah
(Yes. 10:17; 62:1). Suluh yang muncul dalam perjanjian dengan Abram mewakili dengan
jelas hadirat Allah dan suluh berapi yang lewat diantara potongan – potongan daging
kurban tersebut adalah Allah sendiri dan semua ini menunjukkan bahwa Allah sendiri
yang bertanggung jawab sepenuhnya atas perjanjian tersebut. Dalam penampilan perapian
yang berasap dan suluh yang berapi merupakan suatu tipologi penebusan dimulai dari
keturunan Abraham dan berhubungan langsung dengan darah Kristus. Gambaran tersebut
terbagi dengan menegaskan tiga bukti fakta yang ditulis oleh Abraham Park dalam bukunya
bahwa,
“Pertama, meskipun jawaban Allah seakan ditangguhkan,tetapi jika selalu menanti-nantikan
janji Allah sambil mengusir kuasa kegelapan yang menghalangi jawaban seperti burung buas
(Kej. 15:11a) maka pasti akan mengalami hadirat Allah. Kedua, sekalipun orang – orang
kudus berada di dalam pencobaan bagaikan api, lalu pelatihan yang sangat berat dan gelap
gulita sampai orang tidak dapat melihat ke depan bagaikan berada dalam perapian yang
berasap pasti akan menang karena hadirat Allah yang ikut dalam kesesakan itu seperti rupa
suluh yang berapi selalu menerangi dalam kegelapan (Kej. 15:17). Ketiga, perapian yang
berasap dan suluh yang berapi akan saling melengkapi dan bekerja bersama sampai karya
penebusan dan penyelamatan orang – orang kudus diselesaikan karena keduanya merupakan
hasil pemeliharaan Allah yang dibangun di atas kasih-Nya yang besar 21.

Semua pernyataan perjanjian suluh melalui “perapian yang berasap” yang adalah sebuah
alat yang menguji dan memurnikan untuk menyempurnakan keselamatan dan “suluh yang
berapi” adalah sebuah simbol penghiburan besar dari Allah atas kasihNya yang menyertai
umat manusia. Hal inilah yang memperlihatkan fakta bahwa firman Tuhan pasti digenapi
dengan sejarah melalui penggenapan perjanjian suluh yang memberikan gambaran sejarah
penebusan22.
3. Pentingnya Perjanjian Suluh
Perjanjian suluh pada dasarnya telah tergenapi ketika bangsa Israel masuk ke tanah
Kanaan, tetapi perjanjian ini masih dan akan terus digenapi di masa yang akan datang23.
19
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,54-55.
20
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,54-56.
21
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan, 57.
22
Abraham Park,Silsilah Di Kitab Kejadian (Jakarta:Yayasan Damai Sejahtera Utama,2007), 242.
23
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan, 373.

xv
Ada atribut kekal dari perjanjian tersebut yang diekspresikan tentang atribut – atribut kekal
dalam Mazmur 105 yang lebih jelas ditulis dalam Mazmur 105:8-9 menyatakan bahwa,”Ia
ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, firman yang diperintahkanNya
kepada seribu angkatan, yang diikat-Nya dengan Abraham dan akan sumpah-Nya kepada
Ishak.” Arti dari kata Ibrani perjanjian-Nya adalah bĕrȋtô atau His covenant menyiratkan
sifat dan pengesahan perjanjian TUHAN yang dibuat dengan Abram secara sepihak
(unilateral ‘satu arah’) dan berdaulat, maka Allah menjamin bahwa Ia yang bertanggung
jawab untuk selama-lamanya.
Kata ‘seribu angkatan’ menunjuk pada generasi secara harfiah juga sebuah ekspresi
simbolis dari sebuah periode yang abadi tanpa batas yaitu kekal (Kel. 20:26; Ul. 7:9; 1 Taw
16:15), dan begitu juga kata ‘selama – lamanya’ memiliki makna yang sama yaitu sebuah
ekspresi yang menampilkan atribut kekalan. Oleh sebab itu, perjanjian suluh bukanlah
perjanjian yang telah berlalu lama khususnya untuk Abram dan keturunannya, tetapi masih
berlaku bagi orang – orang kudus hari ini yaitu keturunan Abram dalam iman (Rm. 4:16;
Gal 3:7-9, 26-29) dan perjanjian suluh masih akan terus digenapi karena ini merupakan
firman yang diperintahkan oleh Allah dan Allah bukanlah manusia sehingga “Ia berdusta
bukan anak manusia sehingga ia menyesal, masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya
atau berbicara tidak menepatinya ?” (Bil. 23:19) serta menggenapi firman yang diucapkan-
Nya serta mengingat perjanjian-Nya (Mzm. 105:8).
Perjanjian Allah dengan Abraham juga menjanjikan tanah Kanaan sebagai pusaka umat
Israel keturunan – keturunan Abraham (Mzm. 105:11), namun batas – batas yang dijanjikan
Allah dalam perjanjian suluh baru ditaklukan pada masa pemerintahan raja Daud dan raja
Salomo (1Raj. 4:21; 1Taw 9:26). Setelah pemerintahan raja Salomo bangsa Israel tidak
dapat bergerak maju untuk sepenuhnya menguasai Kanaan karena perbuatan dosanya
kepada Allah yang ditegaskan dengan menjaga ketetapan-Nya, melakukan, dan menaati
hukum taurat-Nya d (Mzm 105:44-45), lalu akibatnya bangsa Israel diusir dari Kanaan dan
dibelenggu dan dibawa sebagai tawanan Babel24. Tanah Kanaan merupakan bayangan dari
kerajaan sorga yang akan dimiliki oleh keturunan – keturunan Abraham yang percaya pada
Yesus Kritus (Rm. 4:16; Gal 3:7-9, 26-29). Kanan adalah milik pusaka yang diberikan
kepada keturunan – keturunan Abraham, maka Kerajaan Sorga juga adalah milik pusaka
yang diberikan Allah kepada orang – orang kudus. Milik pusaka adalah kerajaan yang telah
dijanjikan-Nya kepada barang siapa yang mengasihi Dia (Yak. 2:5) dan suatu bagian yang
tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu (1 Ptr 1:4).

C. Waktu Perjanjian Suluh Dibuat


Latar belakang waktu perjanjian ini secara sepintas, jika dilihat dari pasal sebelum dan
sesudahnya (Kej. 12:4; 16:3) Abram berumur 85 tahun saat mengambil Hagar menjadi
istrinya, lalu ketika memperanakan Ismael Abram berumur 86 tahun, karena itu perjanjian
suluh dibuat ketika Abram berumur 84 tahun sebelum ia mengambil Hagar menjadi
istrinya25. Dalam Kejadian pasal 15 perjanjian suluh dibuat setelah Abram menyelamatkan
keponakannya dalam perang melawan raja – raja utara dan selatan Kanaan, lalu di lanjutkan
dengan pertemuannya dengan Melkisedek (Kej. 14). Allah menjanjikan Abram bahwa

24
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,375.
25
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,63.

xvi
keturunannya akan menjadi orang asing di sebuah negeri yang bukan kepunyaannya
ditandai dengan perbudakan dan penganiayaan yang dialami selama 400 tahun (Kej. 15:13)
juga bersama dengan keturunan keempat atau empat generasi yang akan kembali ke tanah
Kanaan (Kej. 15:16). Banyak para teolog atau para penafsir Alkitab pun juga memberikan
pandangannya tentang dua hal yang saling berkaitan dengan makna yang sama 26. Dalam
400 tahun dan 4 generasi ini adalah dua hal yang cocok juga akurat dengan tidak
memisahakan dua hal tersebut sebab itulah tahun perjanjian suluh dibuat dengan dihitung
mundur dari tahun eksodus27. Menurut Abraham Park dalam bukunya pandangan teologis
tahun eksodus terdapat dua perhitungan yaitu “Teori tahun – tahun periode awal” dan
“Teori tahun – tahun periode akhir”, tetapi banyak pendapat yang didukung oleh para ahli
teologi sekarang ini perjanjian suluh dalam Kejadian 15:1-21 dinyatakan terjadi pada
“Teori tahun-tahun periode awal” karena sekitar abad 15 SM saat Pentatuk Musa dicatat.
Pada teori tahun – tahun periode awal ini melihat bahwa eksodus terjadi di tahun 1446 SM
di masa pemerintahan Amenhotep II seorang raja Mesir 28 yang memiliki masa jabatan
tahun (1454-1419 SM)29.

D. Makna Teologi Perjanjian Suluh


1. Ketaatan akan Perintah Allah
Dalam perjanjian suluh hanya Allah yang melewati potongan – potongan daging tersebut
dan hal ini menjadi alasan bahwa setelah kejatuhan manusia dalam dosa, umat manusia
menjadi makhluk yang tidak mampu secara total dan telah kehilangan kualifikasi untuk
membuat perjanjian dengan Allah Mahakuasa dan Mahakudus 30. Makna teologis Kejadian
15:1-21 adalah taat akan perintah dan panggilan Allah. Taat dalam bahasa ibraninya adalah
“shema’ artinya taat atau ketaatan yang merupakan sikap tunduk kepada wewenang,
menjalankan yang diperintahkan, mematuhi yang akan segala tuntutan, atau menjauhkan
diri dari apa yang dilarang.31Pangilan dan perintah adalah tindakan Allah dan semuanya
hanya berasal dari Allah saja. Jika panggilan dan perintah yang Allah katakan kepada
Abram (ay. 1 dan 2) dilakukan seturut dengan kehendak-Nya, maka orang percaya akan
mengerti dan terus mengingat akan kemurnian kedaulatan karya keselamatan Allah.
Manusia tidak boleh takut karena Allah selalu melindungi umat-Nya. Dalam hidup ini
manusia juga dituntut untuk memiliki suatu hubungan yang intim dengan Allah. Abram
menunjukkan hal itu disaat dia peka mendengarkan suara Allah dan Allah telah
menentukan terlebih dahulu apa yang akan terjadi di masa mendatang dalam setiap
kehidupan orang yang percaya kepada-Nya. Allah menyertakan beberapa tanda dalam janji-
Nya kepada Abram. Kepercayaan dibutuhkan dalam Allah memberikan kebenaran pada
manusia. Allah menyatakan kembali diriNya dan Tuhan tidak akan pernah melupakan janji-

26
Paul Yonggi Cho,Genesis Exegesis Vol.1(Seoul: Seoul Word Press,1998), 246.
27
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,60.
28
Eui Won Kim,The History Of The Old Testament(Seoul:The Korea Society for Reformed Faith and
Action,1998),140.
29
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan, 60-61.
30
Abraham Park,Pertemuan Yang Terlupakan,92.
31
Rita Wahyu,Shema:TAAT-TUNDUK-PATUH-DENGAR,Sarapan Pagi,Jakarta,2006 di akses pada
tanggal 17 September 2020
https://www.sarapanpagi.org/taat-patuh-dengar-v3119.html

xvii
Nya. Keraguan akan menghambat setiap berkat Tuhan yang akan diberikan-Nya kepada
umat-Nya. Beberapa hal yang harus dikorbankan untuk menyatakan diri Allah. Korban itu
haruslah bersih dan tanpa noda. Allah memberikan hukuman bagi umat-Nya untuk
menyatakan diri Allah bahwa ia berkuasa, tetapi pada waktunya Ia menolong umat itu
kembali dan memberkati umat itu. Setiap belas kasihan, kemurahan hati dan kasih-Nya
yang tak terbatas Allah membuat perjanjian sepihak dengan umat-Nya karena Ia lebih
dahulu mengasihi setiap orang yang percaya kepada-Nya (1 Yoh. 4:10,19).
2. Ketekunan Iman Abram
Iman bukanlah tindakan Allah karena bukan Allah yang percaya kepada Kristus demi
untuk keselamatan, tetapi orang berdosalah yang harus percaya. Begitu juga dalam
kehidupan Abraham yang memiliki iman yang teguh akan janji Allah melalui
perbuatannya. Selama bertahun-tahun Abram mengikut Tuhan, tetapi tanda-tanda
penggenapan janji Tuhan pun belum terlihat sama sekali. Bahkan Abram telah berpikir
bahwa mungkin bukan anak kandungnya yang dimaksudkan oleh Tuhan. Maka dia memilih
Eliezer sebagai anak angkat dan akan menurunkan nama keluar Abram. Pada bagian ini,
maka Tuhan kembali berbicara dan mengingatkan tentang janji Allah dan Abram
memperlihatkan bahwa dia benar-benar beriman kepada Tuhan. Abram percaya dengan
janji Tuhan tersebut dan dengan apa yang dilakukan Abram itu, Tuhan melihat itu adalah
sebuah kebenaran. Ini adalah iman yang begitu luar biasa dari Abram. Tidak pernah terbesit
olehnya untuk menyembah allah lain dan meninggalkan seluruh janji-janji Tuhan tersebut.
Tidak pernah ada keinginan Abram untuk menemukan janji dari allah lain yang lebih
realistis secara pikiran manusia. Dia percaya bahwa Allah akan menggenapi seluruh
rencana yang sudah dijanjikan oleh Tuhan. Bagi Abram Allah adalah pribadi yang dapat
dipercaya meskipun dia hanya melihat sedikit bagian dari janji Allah yang tergenapi.
Abram hanya melihat bahwa dia akhirnya memiliki keturunan yang menjadi cikal bakal
bangsa yang besar tersebut, tetapi sama sekali Abram tidak melihat bangsa yang besar
tersebut. Dia hanya menikmati sedikit dari janji Tuhan, namun dia tetap percaya bahwa
Allah adalah pribadi yang dapat dipercaya. Inilah yang dikatakan oleh Yakobus dengan
mengatakan bahwa ujian terhadap iman akan mendatangkan ketekunan. Abram
mengajarkan tentang bagaimana untuk menjadi orang yang tekun di dalam iman kepada
Allah terhadap ujian, cobaan, masalah dan kesulitan yang dihadapi seharusnya tidak
membuat mundur dari janji dan kehendak Tuhan.
Selain itu dalam bagian ini juga ditemukan sebuah prinsip bahwa Tuhan adalah Tuhan
yang senantiasa menolong umat-Nya untuk beriman kepada-Nya. Pada bagian ini Tuhan
perlu mengingatkan kembali janji ini kepada Abram karena mungkin Abram bisa saja akan
mulai meragukan janji Tuhan. Bahkan Allah sendiri berani bersumpah untuk meyakinkan
Abram. Perjanjian ini adalah perjanjian antara Allah dan umat-Nya, namun ketika Allah
bersumpah akan menggenapkan perjanjian-Nya maka Allah menempatkan diri lebih rendah
dari umat-Nya itu. Hal ini terbukti dengan apa yang dilakukan Allah ketika meminta Abram
memotong binatang menjadi dua bagian dan kemudian Allah melewati potongan binatang
tersebut. Artinya Allah bersumpah bahwa Allah akan mengalami nasib yang tragis seperti
binatang tersebut jikalau Tuhan tidak menepati janji-Nya. Namun Tuhan tidak meminta
Abram untuk bersumpah dengan cara yang sama. Hal yang dilakukan Abram merupakan

xviii
teladan yang perlu dilakukan oleh semua orang percaya bahwa iman yang dimilikinya dan
tetap hidup dalam kebenaran dan ketaatan akan Allah, karena kebenaran yang berdasarkan
iman merupakan kasih karunia (Rm. 4:16). Iman dan kasih karunia saling melengkapi satu
sama lain, lalu iman secara total berpadanan dengan fakta sebagai dasar pembenaran. Hal
istimewa yang Abram dapatkan adalah dibenarkan oleh iman merupakan suatu
keistimewaan Injil kasih karunia, karena jika dibenarkan oleh iman, maka membangkitkan
pengharapan di dalam hati dan iman bukan hanya suatu respon dalam hati, melainkan dari
kesungguhan untuk mempertaruhkan hidupnya kepada Allah untuk mendapatkan
keselamatan.
3. Penebusan adalah Jaminan Keselamatan
Pada Kejadian 15:7-18 merupakan kalimat bentuk perintah dan juga berkat yang
ditandai dengan perjanjian lewat korban bakaran. Jaminan yang Allah lakukan kepada
Abram adalah keturunan dan tanah yang menjadi gambaran bahwa Allah menebus umat
manusia lewat keturunan Abram (ay. 13-16). Suluh yang melewati pada korban bakaran
dalam perapian yang berasap itulah perjanjian dan tanda jaminan akan janji Allah kepada
Abram. Kehidupan Abram sebagai orang pilihan Allah dan biasa disebut juga sebagai Bapa
orang percaya inilah yang menerima akan janji dari Karya Penebusan itu. Dalam Perjanjian
Lama penting manusia memiliki perbuatan yang menjadi cara mengimani dan percaya akan
janji Allah, seperti yang Abram lakukan. Pengalaman Abram merupakan perbuatan yang
dibenarkan karena ia percaya kepada Allah (Kej. 15:6) dan ayat ini dikutip juga dalam
perjanjian baru (Rm 4:3,9,22; Gal 3:6; Yak 2:23). Iman Abramlah yang diperhitungkan
sebagai kebenaran dan menjadi dasar pembenaran dirinya dan iman itulah yang telah
diterima Allah sebagai penggenapan yang penuh dan sempurna. Begitu juga bukan hanya
Abram melainkan semua orang percaya lainnya dibenarkan berdasarkan iman dan hanya
karena iman. Namun, jika manusia dibenarkan beralaskan iman, maka pernyataan untuk
digunakan adalah dengan mengandalkan iman. Perbuatan yang didasari dengan iman
membentuk kebenaran dalam diri manusia. Jika dibandingkan dengan kehidupan Abraham,
ia menjaga kehidupannya dengan ketaatan, ketekunan beriman kepada Allah sehingga ia
menerima janji dan berkat untuk kehidupannya, namun dalam perjanjian baru manusia
dibenarkan dalam Kristus (Kis 13:39; Rm 8:1; Gal 2:17), dan juga dibenarkan melalui
pengorbanan dan karya penebusan Kristus (Rm 3:24; 5:9; 8:33-34). Kristus adalah Penebus
yang sempurna dan bukan hanya pembenaran yang bisa dimiliki oleh orang percaya dari-
Nya. Maknanya adalah penggenapan Kristus satu kali untuk selamanya itulah yang menjadi
pusat pembenaran. Hubungannya yang menjadi penting dalam perjanjian suluh adalah
kehidupan Abram yang hidup beriman kepada Allah itulah yang membuat perintah dengan
memberikan persembahan korban kepada Allah diterima. Pentingnya menjadi orang
percaya menjaga sikap dan perbuatan di hadapan Allah, karena hal itulah yang membuat
manusia menerima janji akan penebusan tersebut. Dalam kehidupan orang percaya bukan
hanya menerima penggenapan penebusan yang Allah berikan melalui Putra Tunggal-Nya
yang mati di kayu salib, melainkan mampu melakukan penerapan penebusan itu yaitu
melalui pembenaran yang di lakukan dengan Kristus melalui pengorbanan-Nya.
Jaminan penebusan dalam perjanjian Allah akan Abram adalah keturunannya yang
banyak seperti bintang – bintang di langit dan dibebaskannya bangsa Israel dari perbudakan
dan dibawa kepada tanah perjanjian. Hal inilah yang menjadi gambaran kepada orang

xix
percaya bahwa jaminan yang diberikan Allah kepada Abram dan keturunannya adalah
jaminan penebusan yang di nubuatkan untuk kehidupan di masa yang akan datang
(Perjanjian Baru).
BAB III
EKSPOSISI KEJADIAN 15:1-21

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang eksposisi Kejadian 15:1-21 yang terbagi
pada point – point di antaranya yaitu kontek dekat, kontek jauh, eksposisi Kejadian 15:1-6
dan eksposisi Kejadian 15: 7-21.
A. Konteks Dekat
1. Panggilan Dan Perjanjian Allah Kepada Abram (Kej. 12: 1 – 3)
Dalam pasal sebelum dan sesudahnya penekanan tentang perjanjian Allah dengan
Abram dan merupakan perjanjian tak bersyarat pada Kejadian 12:1-3 diawali panggilan
yang berisi kalimat perintah, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari
rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kej. 12:1). Panggilan
Allah kepada Abram dalam kondisi keluarga Abram yang hidup yang menyembah berhala,
maka panggilan ini bukan hanya sekedar panggilan melainkan memiliki arti penting bahwa
Allah ingin menjadikannya sebagai bapak beriman yang memulai dengan menaati perintah
Allah yang bertujuan untuk penebusan umat manusia. Keputusan iman yang teguh untuk
sepenuhnya taat akan perintah Allah ini yang membuat Abram menerima perjanjian dengan
Allah untuk menerima hasil dari ketaatannya. Janji-Nya kepada Abram dan bentuk
perintah Allah juga mengungkapkan sebuah konsekuensi yang baik kepada hambaNya
bahwa Ia akan, “memberkati engkau serta membuat namamu masyur dan engkau akan
menjadi berkat” (ayat 2). Charles F. Preiffer dan Everett F. Harrison menyatakan bahwa,
“Janji yang di katakan adalah Allah membentengi Abram secara kokoh dengan janji – janji
perjanjian berupa kemakmuran, banyak keturunan, kemasyhuran, serta berkat ilahi yang
diberikan kepada Abram sebagai jaminan bahwa dirinya dapat memperoleh segala sesuatu
yang ia inginkan”32. Perjanjian Allah dengan Abram ini juga bukan hanya berisi janji yang
indah, tetapi Matthew Henry mengatakan bahwa, “Hal ini dirancang baik untuk menguji
iman dan ketaatannya maupun untuk memisahkan dan mengkhususkan dirinya bagi Allah,
juga untuk pelayanan-pelayanan dan kebaikan-kebaikan khusus yang dirancang untuk masa
selanjutnya”33.

2. Penegasan Janji (Kej. 13:14-18)


Penegasan janji yang kembali diberikan Allah kepada Abram pun dinyatakan kembali
dalam janji-janji itu sendiri, yang dengannya sekarang Allah menghibur dan memperkaya
Abram. Dua hal yang diyakinkan-Nya kepada Abram, yaitu negeri yang baik dan keturunan
yang sangat banyak untuk menikmatinya. Pemberian tanah yang baik, tanah yang terkenal
mengatasi semua tanah lain, sebab tanah itu akan menjadi tanah suci, dan tanah Imanuel.
Allah di sini menunjukkan tanah itu kepada Abram, seperti yang sudah dijanjikan-Nya
(Kej. 12:1), dan setelah itu ia menunjukkannya kepada Musa dari puncak gunung Pisga.
32
Charles F. Preiffer dan Everett F. Harrison,The Wycliffe Bible Commentary,62-64.
33
https://alkitab.sabda.org/commentary

xx
Lot melayangkan pandangnya dan melihat seluruh Lembah Yordan (ay. 10), dan ia pergi ke
sana untuk menikmati apa yang dilihatnya: “Marilah,” firman Allah kepada Abram,
“Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah, lihatlah yang menjadi milikmu”. Perhatikanlah, apa
yang ingin ditunjukkan Allah kepada kita adalah lebih baik dan lebih diinginkan secara tak
terbatas dari pada apa pun yang bisa ditawarkan oleh dunia kepada pandangan kita. Yang
bisa dipandang oleh mata iman jauh lebih kaya dan lebih indah daripada yang bisa
dipandang oleh mata indrawi. Orang-orang yang baginya Kanaan sorgawi dirancangkan di
dunia nanti adakalanya, dengan iman, diizinkan mendapat penghiburan dengan melihat
Kanaan itu dalam kehidupannya sekarang. Sebab, semua manusia memperhatikan yang tak
kelihatan, sebagai hal yang nyata, meskipun jauh. Ia mengamankan tanah ini bagi Abram
dan keturunannya untuk selama-lamanya (ay. 15) Itu akan Kuberikan kepadamu; dan lagi
(ay. 17) kepadamulah akan Kuberikan negeri itu. Setiap pengulangan dari janji itu
merupakan pengesahannya. Kepadamu dan kepada keturunanmu, bukan kepada Lot dan
kepada keturunannya sehingga tidak akan mendapat warisan di tanah ini, karena itu Allah
Sang Pemelihara yang mengaturnya sedemikian rupa supaya Lot dipisahkan dari Abram
terlebih dahulu, dan kemudian pemberian itu diteguhkan kepada Abram dan kepada
keturunannya. Demikianlah Allah sering kali mendatangkan kebaikan dari kejahatan, dan
menjadikan dosa-dosa serta kebodohan-kebodohan manusia tunduk pada rancangan-
rancangan-Nya sendiri yang bijak dan kudus. Kepadamu dan kepada keturunanmu –
kepadamu untuk tinggal di situ sebagai orang asing, kepada keturunanmu untuk berdiam
dan memerintah di situ sebagai pemilik. Kepadamu, yakni, kepada keturunanmu yang
diberikannya negeri itu kepadanya dan kepada keturunannya untuk selama-lamanya
menunjukkan bahwa negeri itu merupakan pelambang dari Kanaan sorgawi, yang diberikan
kepada keturunan Abram secara rohani untuk selama-lamanya. Ia memberi Abram tanda
kepemilikan akan tanah itu, meskipun itu merupakan hak kepemilikan di masa depan:
“Bersiaplah, jalanilah negeri itu (ay. 17). Masuklah, dan milikilah itu, tinjaulah bidang-
bidang tanah itu, maka semua itu akan tampak lebih baik dari pada apabila dilihat dari
jauh.” Perhatikanlah, Allah secara lebih berlimpah ingin menunjukkan kepada ahli waris
janji itu bahwa kovenan-Nya tidak bisa diubah, dan bahwa berkat-berkat dari kovenan itu
tak ternilai harganya. Inilah janji tentang keturunan yang sangat banyak yang akan mengisi
negeri yang baik ini, sehingga negeri itu tidak akan terhilang karena tidak adanya ahli waris
(ay. 16) dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, yakni,
“Mereka akan bertambah banyak secara luar biasa, dan, secara keseluruhan, mereka akan
menjadi kumpulan orang yang sedemikian besarnya sehingga tidak dapat dihitung siapa
pun.” Janji untuk hal ini diberikan Allah di sini kepadanya. Perhatikanlah, Allah yang sama
yang menyediakan warisan, menyediakan juga ahli warisnya dan yang sudah
mempersiapkan tanah suci, juga mempersiapkan keturunan suci serta yang memberikan
kemuliaan, memberikan juga anugerah untuk membuat pantas menerima kemuliaan. Yang
terakhir, yang dilakukan Abram sesudah Allah meneguhkan janji itu kepadanya (ay. 18)
adalah Ia memindahkan kemahnya. Allah menyuruhnya berjalan mengelilingi negeri itu,
maksudnya, “Jangan berpikir untuk menetap di sana, tetapi bersiaplah untuk selalu
berpindah-pindah, dan untuk berjalan melewatinya menuju Kanaan yang lebih baik.”
Dengan mematuhi kehendak Allah dalam hal ini, ia memindahkan kemahnya, menegaskan
dirinya sendiri untuk hidup sebagai peziarah. Didirikannyalah mezbah di situ, sebagai
pertanda rasa syukurnya kepada Allah atas lawatan baik yang diadakan-Nya kepadanya.

xxi
Perhatikanlah, apabila Allah menjumpai kita dengan janji-janji yang penuh rahmat, Ia
berharap agar kita melayani-Nya dengan puji-pujian kita dengan penuh kerendahan hati.

3. Allah memberikan tanda “sunat” (Kej. 17:1-22)


Pernyataan yang ingin mengungkapkan kesetiaan Allah kepada hamba-Nya yang hidup
taat kepadanya. Pada ayat 1 sampai ayat 3 Allah Yang Mahakuasa (‘ ͤ l šadday) merupakan
pembuat perjanjian itu kepada Abram. Tanda perjanjian sunat adalah pengulangan kembali
perjanjian yang telah Allah buat kepada Abram setelah 14 tahun sebelumnya dan ini bukan
perjanjian yang biasa melainkan perjanjian yang kekal. Waktu ketika Allah mengadakan
lawatan yang penuh rahmat ini kepada Abram: Ketika ia berumur sembilan puluh sembilan
tahun, tiga belas tahun penuh setelah kelahiran Ismael. Kelihatannya begitu lama sejak
penampakan-penampakan Allah yang luar biasa kepada Abram berselang. Dan selama itu
semua persekutuan yang dimilikinya dengan Allah hanyalah melalui cara biasa berupa
ketetapan-ketetapan ibadah dan pemeliharaan-pemeliharaan ilahi dan sebagian penghiburan
yang khusus tidak datang seperti makanan sehari-hari. Tidak, bahkan untuk orang-orang
kudus yang terbaik sekalipun, tetapi diberi penghiburan-penghiburan itu secara berselang.
Di seberang sorga sini diberi makanan yang cukup, dan bukan pesta yang berkelanjutan.
Begitu lama janji tentang Ishak ditunda, untuk menegur tindakan Abram yang terlalu
terburu-buru menikahi Hagar, karena Abram dan Sarai sudah sangat renta, maka kuasa
Allah, dalam hal ini, bisa lebih diagungkan, dan imannya lebih diuji. Anak yang begitu
lama dinanti-nantikan itu boleh menjadi Ishak, anak laki-laki yang sesungguhnya. Cara
Allah membuat kovenan ini dengan Abram: TUHAN menampakkan diri kepada Abram,
dalam Shekinah, semacam penampakan langsung dari hadirat Allah yang mulia kepadanya.
Perhatikanlah, Allah pertama-tama menyatakan diri-Nya kepada kita, dan membiarkan kita
melihat-Nya dengan iman, lalu mengikat kita ke dalam kovenan dengan-Nya. Sikap tubuh
Abram dalam kesempatan ini: Sujudlah Abram sementara Allah berfirman kepadanya (ay.
3). Sebagai orang yang diliputi oleh kemilau kemuliaan ilahi, dan yang tidak tahan
memandangnya, meskipun ia sudah melihatnya beberapa kali sebelumnya. Daniel dan
Yohanes pun berbuat serupa, walaupun juga sudah terbiasa dengan penglihatan-penglihatan
akan Yang Mahakuasa atau, sebagai orang yang malu pada dirinya sendiri, dan yang
mukanya merah padam memikirkan kehormatan-kehormatan yang diberikan kepada
seseorang yang begitu tidak layak. Ia memandang dirinya dengan kerendahan hati, dan
memandang Allah dengan hormat, dan, sebagai pertanda dari keduanya, ia bersujud,
mengambil sikap memuja. Allah dengan penuh rahmat merendahkan diri-Nya untuk
berbicara dengan orang-orang yang diajak untuk mengikat kovenan dengan-Nya dan
bersekutu dengan-Nya. Ia berbicara melalui firman-Nya dan Ia berbicara melalui Roh-Nya.
Kehormatan ini didapatkan oleh semua orang kudus-Nya. Orang-orang yang dibawa masuk
untuk bersekutu dengan Allah itu, sudah seharusnya, bersikap sangat rendah hati dan sangat
hormat ketika datang mendekat kepada-Nya. Orang-orang yang ingin menerima
penghiburan dari Allah harus menetapkan diri untuk memberikan kemuliaan kepada Allah
dan menyembah Dia di bawah tumpuan kaki-Nya. Maksud dari kovenan yang diletakkan
sebagai dasar yang di atasnya segala hal lain dibangun. Maksud itu tidak lain selain
kovenan anugerah yang masih dibuat dengan semua orang percaya dalam Yesus Kristus
(ay. 1). Akulah Allah Yang Mahakuasa. Dengan nama inilah Ia lebih memilih menyatakan
diri-Nya kepada Abram daripada dengan nama TUHAN atau Yehovah (KJV). Ia

xxii
menggunakannya kepada Yakub Itu adalah nama Allah yang paling banyak digunakan di
seluruh Kitab Ayub, setidak-tidaknya dalam percakapan-percakapan dalam kitab itu.
Setelah Musa, nama Yehovah lebih sering digunakan, dan nama ini, El-shaddai, sangat
jarang. Nama itu menunjukkan kekuatan Allah yang mahakuasa, entah, Sebagai Penuntut
balas, dari sdh “Ia menghancurkan,” begitu menurut sebagian orang dan berpendapat
bahwa Allah mengambil gelar ini berdasarkan kehancuran dunia lama. Sebagai Pemberi
yang murah hati, untuk kata asr “yang” dan dy “mencukupi.” Ia adalah Allah yang
mencukupi. Atau, sebagaimana yang tertulis dalam terjemahan bahasa Inggris lama dengan
penuh makna, Akulah Allah yang Maha mencukupi. Ia mencukupi pada diri-Nya. Ia adalah
diri yang Maha mencukupi dengan sendirinya. Ia memiliki segalanya, dan tidak
memerlukan apa pun. Ia mencukupi bagi kita, jika kita terikat kovenan dengan-Nya: kita
mempunyai segalanya di dalam Dia, dan kita mempunyai apa yang cukup di dalam Dia,
cukup untuk memuaskan keinginan-keinginan kita yang terbesar, cukup untuk
menyediakan kekurangan dari semua hal lain, dan cukup untuk menjamin bagi kita
kebahagiaan jiwa kita yang kekal. Kovenan itu timbal balik: Hiduplah di hadapan-Ku
dengan tidak bercela, yaitu, lurus dan tulus hati. Sebab dalam hal inilah kovenan anugerah
diatur dengan baik, bahwa ketulusan hati adalah kesempurnaan Injil kita. Berjalan dengan
lurus hati bersama Allah merupakan syarat agar kita memiliki kepentingan di dalam segala
kecukupan-Nya. Jika kita mengabaikan Allah, atau menyembunyikan sesuatu dari-Nya,
maka kita kehilangan keuntungan dan penghiburan dari hubungan kita dengan Sang
Mahakuasa.

B. Konteks Jauh
1. Awal Mula Perjanjian Allah dengan Manusia (Kej. 2 – Kej. 9)
Hubungan antara Allah dengan manusia terputus ketika Adam dan Hawa tidak menaati
firman-Nya melalui perbuatannya yang memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik
dan yang jahat (Kej. 2:17). Wahyu pertama tentang Perjanjian pertama adalah, “Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya (Kej. 3:15). Kalimat yang mengungkapkan ‘engkau akan meremukkan tumitnya’
menunjukkan bahwa Yesus akan dipakukan di salib34 dan hal ini merupakan perjanjian
yang menampakan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia yang jatuh dalam dosa
dan dapat disebut juga sebagai perjanjian kasih karunia yaitu dengan tujuan penebusan
manusia. Dalam segala bentuk perjanjian yang di lakukan Allah kepada manusia juga
diakibatkan karena perbuatan manusia yang semakin jahat dan bertambah banyak (Kej. 6:
1a), Allah memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera (Kej. 6:14). Ketika air bah
menutupi seluruh dunia dan segala makhluk hidup yang bergerak di bumi mati dan hanya
Nuh beserta semua yang bersama – sama dengannya dalam bahtera itu yang hidup, Allah
membuat perjanjian dengan Nuh dan keturunannya yang ditandai dengan pelangi (Kej. 9:1-
19). Perjanjian ini adalah janji Allah untuk memelihara umat manusia dengan menjadikan
pelangi yang ada dalam awan sebagai tanda sampai waktu penyempurnaan, sehingga tanpa
menghakimi lagi umat manusia dengan air bah (Kej. 9:18-17). Perjanjian Allah dengan Nuh
34
Abraham Park, Janji Dari Perjanjian Yang Kekal (Jakarta:Yayasan Damai Sejahtera
Utama,2014),52.

xxiii
ini juga merupakan gambaran tentang penyelamatan manusia disempurnakan, bahkan
segala sesuatu akan dipulihkan (Kis 3:21; Rm 8:18-23)35.

2. Perjanjian Allah kepada Keturunan Abram dan Penggenapannya dalam PB


Setelah itu perjanjian Allah itu juga berlanjut pada putra dari Abram yaitu Ishak yang
luput dari tuntutan Allah hanya karena mukjizat (Kej 22: 1-14) dan iman Abram. Sementara
menurut Ibrani 11:11-12 memberikan puji-pujian kepada iman Abraham terhadap janji
bahwa ia akan memperoleh keturunan yang banyak. Namun dilihat dari realitas perkawinan
Abram dan Sarah, dan hubungannya dengan Allah, tampaknya agak berbeda dengan
gambaran iman yang sempurna. Pernyataan Paulus dalam Roma 4:18-21 The New Bible
Commentary, Paulus mengutarakan “bahwa Abram bukan hanya seorang yang sempurna
atau tanpa punya keraguan sedikit pun, tetapi bahwa sikap hatinya tetap satu dalam iman
dan pengharapan akan janji Allah dan janji itu kembali diikrarkan kepada Abram yang
diteruskan kepada generasi berikutnya (Kej 26:3-5)36. Soren Kierkegaard dalam bukunya
menuliskan bahwa Abram sebagai “pahlawan iman” 37 dan surat Yakobus menuliskan
bahwa sesungguhnya iman itu harus disertai perbuatan yang sepadan dengan iman itu jika
tidak pada hakekatnya iman itu adalah iman yang mati (Yak 2:17). Janji yang diberikan
kepada Ishak adalah untuk menepati janji yang telah dibuat Allah kepada Abraham (Kej.
17:21). Abraham mengalami kegagalan – kegagalan rohani, tetapi semua itu selalu singkat
dan selalu diikuti kemenangan yang membenarkan seperti yang dicantukan dalam Ibrani
11. Ketika ia tidak mengerti semua proses alam yang melaluinya adalah seluruh janji Allah
yang akan digenapi, namun Abraham penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk
melaksanakan apa yang telah Allah janjikan kepadanya. Peristiwa itu dituliskan dalam
Roma 4:20-22 menyatakan bahwa, “tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena
ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah dengan
penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebegai kebenaran.” Melalui karya Allah iman
Abraham semakin diperbaharui dan diperkuat sehingga kehidupannya menjadi berkenan di
hadapan Allah. Perjanjian Allah dengan Abraham juga diikatkan pada bangsa Israel
seluruhnya secara resmi dan nyata di Gunung Sinai dan hukum Taurat diberikan sebagai
hukum perjanjian38. Generasi berikutnya dalam keturunannya yaitu Yakub yang menang
atas Esau saudaranya, karena kualitas moral untuk janji (Kej. 27:1-40) dan akhirnya Yakub
menerima janji dari Allah melalui mimpinya (Kej. 28:13-15). Janji – janji yang tertulis
dengan beraneka tetaplah memiliki makna yang sama yaitu ditujukan kepada tanah,
penyertaan di tandai dengan kata “Aku menyertai engkau”, serta berkat bagi bangsa –
bangsa. Dan, menurut Westermann Kejadian 48: 1-22 merupakan janji atau sumpah yang di
lakukan Yakub kepada anak – anak putranya Yusuf, Efraim dan Manasye 39. Perjanjian
35
Abraham Park,Pelita Perjanjian Yang Tak Terpadamkan(Jakarta: Grasindo Yayasan Damai
Sejahtera Utama,2013),38.
36
Walter Brueggeman,Teologi Perjanjian Lama(Maumere:Penerbit Ledalero,2009),255.
37
Soren Kierkegaard,Fear and Trembling, Translated by W. Lowrie(Princeton University Press,
Princeton, 1941), hal 64
38
Jan A. Boersema,Berteologi Abad XXI(Literatur Perkantas, 2015), 725.
39
Claus Westermann,The Way Of The Promise Through The Old Testament(ed. Bernhard W.
Anderson, London: SCM Press, 1964),200-224.

xxiv
suluh yang dibuat dalam zaman kehidupan Yusuf (waktu ia meninggal) adalah ia membuat
keturunannya bersumpah bahwa mereka pasti akan membawa tulangnya bersama mereka
ke tanah Kanaan disaat mereka meninggalkan Mesir dan menguburkan tulangnya disana
(Kej. 50:25). Permintaan Yusuf inilah yang merupakan bentuk imannya yang teguh tentang
janji Allah tentang Kanaan yang adalah tanah perjanjian. Hal ini juga yang dituliskan dalam
Ibrani 11:22 bahwa,” karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang
keluarnya orang – orang Israel dan memberi pesan tentang tulang belulangnya.” Kitab
kejadian merupakan pemahaman darurat tentang janji Allah yang mulia kepada generasi –
generasi pertama sampai ke generasi Israel. Kata ‘memberkati’ menyingkapkan kuasa
Allah atas kehidupan yang secara erat berkaitan dengan gelombang generasi yang berikut.
Dalam Perjanjian baru menyatakan bahwa manusia tidak bisa menyenangkan Allah tanpa
iman (Ibr. 11: 6). Lester Sumrall dalam bukunya memaparkan bahwa, “Faith is not to
benefit ourselves altogether, but to please God. What then is faith? It is a knowledge of
God. The amount of your faith is in direct relationship to your experience and knowledge of
God40. Iman bukan untuk menguntungkan diri sendiri sama sekali, tetapi untuk
menyenangkan Tuhan.

3. Hubungan Perjanjian Suluh dan Penebusan


Pada perjanjian Allah dengan Abraham memiliki makna tentang perjanjian berkat dan
penebusan, karena Allah berjanji melalui Abraham untuk memberkatinya dan
keturunannya. Janji ini juga dipertegas dalam Yeremia 31:31-34 yaitu mengantisipasi
pengampunan dosa yang dijanjikan itu dan Ibrani 8: 6-13 karena janji ini juga berkaitan
dengan ‘berkat rohani dan penebusan Israel’.41 Unsur penting dari perjanjian Abraham
adalah penggenapan di masa yang akan datang yaitu kerajaan Mesias akan berkuasa. Bukti
dari unsur – unsur di atas adalah Israel sebagai sebuah negara yang akan memiliki tanah
perjanjian itu di masa yang akan datang. Salah satu kitab yang menerima visi itu adalah
kitab Yehezkiel bahwa kepemilikan tanah yang dijanjikan kepada Abraham yaitu di masa
depan saat Israel dipulihkan dan kembali ke tanah perjanjian itu (Yeh. 20:33-37; 40-42;
36:1-37:28). Wahyu progresif Allah pada zaman Abraham adalah Allah bertindak untuk
menyelesaikan masalah atas dosa manusia dan Allah yang tidak berhubungan langsung
dengan manusia, melainkan Allah berhubungan secara pribadi pada orang yang memang
sudah di pilih Allah.42 Janji Allah pun yang melalui berkat dan keturunan Abraham
merupakan suatu berkat yang memiliki makna pengampunan dosa di dalamnya (Yer 31:34).

C. Eksposisi Kejadian 15:1-6 (Kovenan Allah dengan Abram)


Kovenan yang dibangun antara Allah dan Abram adalah sebuah kovenan yang
mengandung janji – janji43. Jaminan yang bersifat umum tentang kebaikan Allah serta
kehendak atas kebaikan Allah terhadap Abram. Dalam Kejadian 15:1 (versi mudah dibaca)
“setelah semua hal itu terjadi firman TUHAN datang kepada Abram dalam suatu

40
Lester Sumrall,Abraham Faith Under Siege(United States of America, LeSEA Publishing
Company: 1985),7
41
J. Dwight Pentecost,Things To Come(Grand Rapids: Zondervan,1965),71
42
Paul Enns,The Moody Handbook of Theology,59.
43
Matthew Henry,Tafsiran Matthew Henry Kitab Kejadian(Surabaya:Momentum,2014),341.

xxv
penglihatan, Allah berkata, “Abram, jangan takut ! Aku mempertahankan engkau, dan
memberikan upah yang besar kepadamu.” Ketika Allah membuat perjanjian ini dengan
Abram adalah setelah Abram melakukan perbuatan baik yang terkenal dengan
menyelamatkan sahabat-sahabat dan sesamanya dari bahaya. Sebuah perbuatan yang
dilakukan tanpa bayaran dan suap. Setelah itu, Allah melakukan kunjungan kehormatan ini
yaitu jika barangsiapa yang menunjukkan kebaikan terhadap sesama manusia akan
memperoleh kebaikan dari Allah dan juga setelah kemenangan yang ia peroleh atas
keempat raja itu, Allah datang mengunjunginya. Maksudnya supaya Abram tidak terlampau
mabuk kemenangan, dan Allah ingin menyatakan bahwa Ia memiliki hal-hal yang lebih
baik dalam perbendaharaan-Nya untuk diberikan kepada Abram. Percakapan penuh
kepercayaan akan berkat-berkat rohani merupakan sarana istimewa untuk menjaga supaya
kita tidak terlampau terseret oleh kesenangan-kesenangan dunia yang bersifat sementara.
Anugerah-anugerah pemeliharaan ilahi yang diberikan secara umum tidak dapat
dibandingkan dengan kovenan kasih itu. Pada masa kesulitan yang dialami Abraham
dengan Lot, Tuhan menampakkan diri melalui penglihatan atau mahªzeh atau visi (Kej.
15:1) dan kata ini muncul di Bilangan 24:4,16; Yehezkiel 13:7. Penglihatan selalu mengacu
pada suatu penglihatan yang diprakarsai oleh Allah dan juga dapat dikatakan sebagai mimpi
(prophetic sleep = tidur dalam keadaan menerima nubuat). Sarana yang dipakai Allah untuk
berkomunikasi dengan Abram meyakinkannya bahwa dalam kesengsaraan Allah menjadi
“perisai dan upahmu … sangat besar” dan dalam terjemahan lama menulis “Akulah
perisaimu dan pahalamu yang amat besar”44. Cara Allah bercakap-cakap dengan Abram:
Datanglah firman TUHAN kepada Abram (artinya, Allah menyatakan diri-Nya kepada
Abram) dalam suatu penglihatan. Menurut dugaan, ketika itu Abram sedang dalam keadaan
terbangun dan sadar. Kemudian datanglah penglihatan (penglihatan dari kemuliaan hadirat
Allah sebagaimana digambarkan dalam teologi Yudaisme) atau beberapa tanda kehadiran
kemuliaan ilahi yang dapat dirasakan. Cara-cara pewahyuan ilahi diubah dalam bentuk
yang dapat ditangkap oleh pancaindra Jaminan yang melimpah diberikan Allah dalam
perkenan-Nya kepada Abram. Ia memanggilnya dengan nama Abram, sebuah panggilan
kehormatan baginya. Panggilan itu membuat namanya agung, dan juga menjadi sebuah
dorongan dan pertolongan besar bagi imannya. Firman Allah yang baik membawa kebaikan
bagi kita apabila firman itu disampaikan secara khusus oleh Roh Kudus kepada kita, dan
dimasukkan ke dalam hati kita. Firman itu berkata, hai semua orang (Yes. 55:1), Roh Allah
memperingatkan keadaan hati Abram yang tidak tenang Janganlah takut, Abram. Abram
mungkin takut kalau-kalau keempat raja yang telah ia kalahkan akan kembali bersekutu,
dan menghancurkannya. “Tidak,” Allah berfirman, “Janganlah takut. Jangan takut akan
pembalasan mereka, juga akan iri hati sesamamu. Aku akan menjagamu.” Makna dari
pernyataan di atas adalah jika ada iman yang besar, kemungkinan juga ada banyak
ketakutan di sana (2 Kor. 7:5.), lalu Allah juga memedulikan ketakutan umat-Nya,
walaupun dengan cara yang sangat tersembunyi, dan memperhatikan kesesakan jiwa
mereka (Mzm. 31:8). Hal ini juga merupakan kehendak Allah supaya umatnya jangan
pernah membuka pintu bagi masuknya godaan ketakutan, apa pun yang terjadi. Biarkan
semua orang berdosa di Sion ketakutan, tetapi janganlah engkau takut, Abram. Allah
menjamin keselamatan dan kebahagiaan Abram, supaya ia selalu dalam keadaan seperti itu.

44
Yune Sun Park,Tafsiran Kitab Kejadian(Jawa Timur:Departemen Literatur YPPII,1968),117.

xxvi
Kalimat pada Akulah perisaimu, atau dengan cara yang lebih mendalam, Aku menjadi
perisai bagimu, selalu hadir bersamamu, benar-benar menjagamu. Bukan saja Allah Israel,
melainkan juga Allah bagi Israel (1Taw. 17:24). Dalam ungkapan kata perisai (mencegah
kekuawatiran) menyatakan bahwa Allah menjadi perisai yang mencegah ketakutan dan
kekuawatiran karena Ia sendiri menjadi upah yang sangat besar (reward= mengganti dan
menebus) akan melindunginya dan akan menggenapi semua janji perjanjian itu kepadanya,
tetapi tanggapan Abram menunjukan akan keprihatinnya juga ketakutannya atau
keraguannya yang mendalam karena ia tidak mempunyai anak dan ahli waris. Hal ini
merupakan penyataan Allah yang kelima kepada bapa leluhur ini45. Seharusnya, semua
ketakutan mereka yang membingungkan dan menyiksa dapat dibungkam dengan mengingat
bahwa Allah sendiri merupakan dan akan menjadi sebuah perisai bagi umat-Nya, untuk
menjaga mereka dari semua kejahatan yang merusak, sebuah perisai yang selalu siap bagi
mereka, serta menjadi benteng di sekeliling mereka. Berbahagia seperti Allah sendirilah
yang membuat ia berbahagia seperti dalam ungkapan Aku akan menjadi upahmu yang
sangat besar. Bukan saja sebagai pemberi upah kepadamu, melainkan menjadi upahmu.
Abram telah menolak dengan sopan semua upah yang ditawarkan raja Sodom kepadanya,
dan di sini Allah berkata kepadanya bahwa ia tidak akan rugi apa pun karena penolakannya
itu. Rasul Paulus mengatakan bahwa “upah ketaatan dan penyangkalan diri yang dilakukan
dengan penuh kepercayaan akan sangat besar (1Kor. 2:9)”, lalu Allah sendiri menjadi
kebahagiaan yang dipilih dan dijanjikan bagi jiwa-jiwa yang kudus – yang dipilih dalam
dunia ini, dijanjikan untuk keadaan yang lebih baik. Ia menjadi bagian milik pusaka dan
piala mereka.
Pernyataan khusus tentang tujuan kasih-Nya dengan diberikan banyak hal kepada
Abram (ay. 2-6) salah satunya dijanjikan seorang ahli waris. Pada ayat yang ke-2 Abram
menjawab pernyataan Allah dengan kalimat bahwa “yang akan mewarisi rumahku ialah
Eliezer, orang Damsyik itu” dan dilanjutkan dengan saran Abram kepada Allah (ayat 3)
yaitu menyarankan Eliezer seorang yang lahir di rumahnya (ben bȇṯȋ ) menjadi ahli
warisnya. Secara harfiah ben bȇṯȋ memiliki makna “anak dari rumahku”, jika dilihat
keadaan yang dialami Abram tidak mempunyai anak dianggap sebagai tragedi terbesar oleh
kaum wanita timur tetapi Abram ragu dengan ahli waris laki – laki yang akan mewarisi
harta bendanya juga terutama berkat – berkat masa depan yang dijanjikan oleh Allah.
Naluri manusiawi Abram pun mulai menyimpulkan bahwa ia dan Sara sudah melampui
batas – batas kemampuan untuk memiliki keturunan, karena itulah mereka mengadopsi
seorang anak laki-laki untuk menjadi ahli waris46, namun Allah tidak mau menggunakan
cara ini untuk menggenapi janjiNya kepada Abram yang di tegaskan dalam (ay. 4) bahwa,
“Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu karena yang akan menjadi ahli warisnya adalah
anak dari keturunannya sendiri, bukan seorang hamba yang diadopsi. Allah kembali
menguatkan iman Abram dan memperluas penglihatannya (ay. 5) dengan cara melihat
permukaan langit yang amat luas dan “hitunglah bintang-bintang”. Ini merupakan salah
satu cara yang baik untuk setiap orang percaya yang sedang mengalami kekecewaan dan
kesukaran. Jika dilihat, langit Palestina tidak tertutup oleh bahan-bahan polusi dan bintang-
bintang pada malam hari sangat indah. Pengalaman yang sama juga dinayatakan Daud

45
H.C. Leupold, Exposition Of Genesis Vol. 1(Canada: Baker Book House,1967),471.
46
John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian(Malang:Gandum Mas,2014),197.

xxvii
sehingga ia menyatakan,”Langit menceritakan kemuliaan Allah” (Mzm. 19:1). Allah
menjanjikan Abram keturunan yang tak terhitung banyaknya seperti bintang-bintang inilah
yang memperkokoh imannya kembali.
Kepercayaan Abram yang teguh terhadap janji yang sekarang dibuat Allah kepadanya,
serta perkenan Allah atas imannya. Dan, pada ayat yang ke-6 dalam kalimat ‘percayalah
Abram kepada TUHAN” merupakan hasil dari iman sejati yang tidak mengesampingkan
proses alami, tetapi sungguh – sungguh mengakui bahwa Allah lebih dari semua proses
alami dan dapat mengubahnya supaya sesuatu dengan rencana Allah. Artinya ia
mempercayai kebenaran janji yang sekarang dibuat Allah, bersandar pada kuasa yang yang
tidak dapat ditolak serta kesetiaan Dia yang telah berjanji. Setiap orang-orang yang
merindukan penghiburan dari janji-janji Allah, harus menggabungkan iman mereka dengan
janji-janji itu. Rasul Paulus mengagungkan iman Abram ini, dan menjadikannya sebagai
contoh yang istimewa (Rm. 4:19-21). Imannya tidak menjadi lemah, ia tidak bimbang
terhadap janji itu, ia diperkuat dalam imannya, dan ia penuh dengan keyakinan. Allah
mengerjakan iman seperti itu dalam diri kita masing-masing! Sebagian orang berpendapat
bahwa kepercayaan Abram kepada TUHAN dihargai. Allah tidak saja berjanji, tetapi telah
menjanjikan Tuhan Yesus, Pengantara kovenan baru, dan Abram percaya kepada-Nya.
Artinya, ia menerima dan memegang teguh wahyu ilahi mengenai diri-Nya, dan ia
bersukacita telah melihat hari-Nya, walaupun dari jarak waktu yang sangat jauh (Yoh.
8:56). Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Artinya, karena hal ini
ia diperkenan Allah, sama seperti bapa-bapa leluhur lainnya, dengan jalan iman ia
memperoleh kesaksian bahwa ia benar (Ibr. 11:4). Hal ini sangat ditekankan dalam
Perjanjian Baru untuk membuktikan bahwa kita dibenarkan oleh iman tanpa melakukan
hukum Taurat (Rm. 4:3; Gal. 3:6), karena Abram telah dibenarkan sementara ia belum
disunat. Apabila Abram yang begitu kaya dalam perbuatan baik, tidak dibenarkan oleh
perbuatan baik, tetapi hanya oleh iman, apa lagi kita yang sangat miskin dalam perbuatan
baik. Iman ini, yang dikaitkan kepada Abram karena kebenaran ini, sebenarnya merupakan
penghormatan Allah kepadanya. Sebab sebelumnya ia telah berjuang melawan
ketidakpercayaannya (ay. 2), dan kemudian ia tampil sebagai seorang pemenang, dengan
demikian ia dimahkotai, dan juga dihormati. Tindakan yang berdasarkan iman untuk
menerima dan ketergantungan pada janji anugerah dan kemuliaan Allah di dalam dan
melalui Kristus sesuai ketentuan kovenan baru, akan memberikan kita hak semua berkat
yang terkandung di dalam janji itu. Semua orang percaya dibenarkan sama seperti Abram
dibenarkan, dan imannyalah yang diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Ketika
Abram percaya, maka Allah membenarkannya dan peristiwa ini sebagai tindakan pertama
dari iman yang menyelamatkan.

D. Ekposisi Kejadian 15:7 – 21


Penegasan kembali antara janji Allah kepada Abram setelah ahli waris yaitu negeri yang
dijanjikan “untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu” hal ini merupakan
hak yang paling manis dan pasti (ayat 7). Ini merupakan bentuk pemeliharaan Allah dalam
sebuah rancangan Allah yang bersifat rahasia agar dinyatakan melalui belas kasihan Allah
dan kemuliaan-Nya. Pada ayat yang ke 8 dituliskan bahwa Abram meminta tanda “dari
manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya? Pertanyaan ini tidak bersumber dari

xxviii
ketidakpercayaan akan kuasa atau janji Allah, melainkan untuk mengokohkan, meneguhkan
imannya sendiri, dan juga untuk meresmikan janji kepada keturunannya supaya mereka
juga dapat percaya47. Semua orang membutuhkan dan merindukan pertolongan dari Allah
untuk meneguhkan iman kita dan dalam Perjanjian Lama memakai berbagai sakramen
menjadi tanda-tanda peringatan yang telah ditetapkan (Hak. 6:36-40; 2 Raj. 20:8-10; Yes
7:11-12). Perintah Allah kepada Abram untuk mempersiapkan persembahan dan korban
menjadi tanda baginya (ayat 9-11). Yune Sun Park mengatakan bahwa, “Segala cara yang
dilakukan Abram ini merupakan upacara peneguhan perjanjian yang Allah lakukan
terhadap Abram dan tindakan yang Allah lakukan adalah tindakan yang mengandung
sumpah bahwa Allah akan menggenapi perjanjian itu dengan teguh atau dengan kata lain
sumpah bahwa orang yang melanggar perjanjian itu akan dipotong seperti binatang-
binatang itu dipotong (Yer. 34:18-21)”48. Dalam kalimat selanjutnya Abram bertanya ‘dari
manakah aku tahu bahwa aku akan memilikinya’ memiliki makna bahwa Allah tidak
menunjukkan suatu mujizat atau tanda, melainkan Allah menyelenggarakan upacara
perjanjian. Dasar dari perjanjian Allah adalah kesejatian Firman-Nya, karena mujizat
berawal dari Firman Allah yang menyempurnakan iman (Rm. 10:17; Mrk. 5:34; Luk. 8:48;
Luk. 18:42). Secara manusiawi seakan Abram mengharapkan sebuah tanda yang ajaib dari
sorga, tetapi Allah memberinya tanda di atas persembahan korban itu melalui penentuan
setiap binatang yang digunakan dalam persembahan korban semuanya harus berumur tiga
tahun, karena saat umur itulah binatang-binatang sedang berada pada puncak pertumbuhan
dan kekuatannya dan maknanya adalah Allah harus dilayani dengan kepunyaan yang
terbaik sebab Allah adalah yang terbaik. Dalam melakukan persiapan yang sudah
ditentukan Allah, lalu ia memotong binatang-binatang itu menjadi dua, sesuai upacara yang
dilakukan untuk meneguhkan perjanjian antara Allah dengan Abram (ayat 10). Sementara
menunggu Allah menangguhkan kehadiranNya untuk mengakui serta menerima
persembahannya, namun harapannya penundaan akan korbannya kepada Allah mulai
muncul lagi ketika burung – burung buas hinggap di daging binatang – binatang untuk
memangsanya dan Abram pun mengusirnya (ayat 11). Begitu juga dalam hidup sebagai
orang percaya, memampukan korban – korban rohani yang dimiliki tidak ada lagi yang
memangsanya serta merusakannya dan menjadikan tidak berkenan bagi Allah, melainkan
menjaga dan memelihara sampai pengharapan dalam iman tetap terjadi.
Nubuat tentang keturunan Abram di tegaskan di ayat yang ke 12 sampai 16. Diawali
dengan “menjelang matahari terbenam” (ay. 12), Abram “tertidurlah … dengan nyenyak”
dalam meliputi kegelapan yang mengerikan, ungkapan yang sama juga diterjemahkan
sebagai “tertidur dengan nyenyak” yang dipakai juga di Kejadian 2:21 untuk menerangkan
keadaan tidak sadar Adam yang disebabkan oleh Allah pada waktu penciptaan Hawa.
Gambaran tertidur nyenyak Abram pun belum begitu jelas disebabkan Allah, tetapi
kemungkinan sekali terjadi seperti itu (bdk.1 Sam 26:12). Sifat gelap gulita yang
meliputinya tidak diterangkan, tetapi untuk mengingatkan Abram akan kesulitan-kesulitan
besar yang telah dialami anak-cucunya di Mesir (ayat 13). Cara Allah memberitahukan
kepada Abram bahwa keturunannya akan tinggal di negeri asing selama sekitar empat ratus
tahun, kemudian akan dibebaskan dan akan “keluar dengan harta benda yang banyak” (ay.

47
Matthew Henry,Tafsiran Kitab Kejadian,352.
48
Yune Sun Park, Tafsiran Kitab Kejadian,123.

xxix
14). Ini adalah suatu nubuat yang benar-benar digenapi (ay. 15) serta menjelaskan bahwa
setelah keturunannya mempunyai keturunan keempat, mereka akan memasuki tanah
Kanaan dan menaklukan penduduknya,”sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu
belum genap (ay. 16), karena hal ini juga membantu menempatkan perang penaklukan pada
segi yang betul seperti aksi militer di bawah pimpinan Yosua tidak semata – mata bersifat
kemiliteran atau kebangsaan melainkan juga bersifat hukum.
Pada ayat 17-21 menegaskan bahwa janji dalam perjanjian antara Allah dengan Abram
disahkan. Setelah melewati penantian yang panjang ditandai dengan terbenamnya matahari
suatu penyembahan melalui korban bakaran itulah terlihatlah perapian yang berasap dan
suluh yang berapi lewat diantara potongan – potongan daging itu (ayat 17) yang dalam
bahasa Ibraninya adalah,
‫אֲׁשר‬
֣ ֶ ‫ׁש ָּ֔בָאה ַו ֲעל ָ ָ֖טה ָה ָי֑ה ְו ִה ֵּ֙נה תַ ּנ֤ ּור עָׁשָ ֙ן ְול ִַּפ֣יד אֵ֔ ׁש‬
֙ ֶ‫ַּׁש֙מ‬
ֶ ‫ַוי ִ ְ֤הי ה‬
‫ָע ַ֔בר ֵ ּ֖בין‬
)Gen. 15:17 BHS( ‫ּגז ִ ָ֥רים הָאֵ ּֽלֶה׃‬ ְ ‫ַה‬
“way-hî haš-še-meš bā-’āh wa-‘ă-lā-ṭāh hā-yāh wə-hin-nêh ṯan-nūr ashan wə-lap-pîḏ ’êš ’ă-
šer ‘ā-ḇar bên hag-gə-zā-rîm hā-’êl-leh.”
“And it came to pass when the sun went [down] and dark it was that behold there appeared
a firepot smoking and a torch burning that passed between pieces these.”
“Dan terjadilah ketika matahari terbenam dan gelap itulah yang terlihat di sana muncul
sebotol api yang berasap dan obor yang menyala yang melewati di antara potongan –
potongan ini”.
Perapian yang berasap (tannûr āšān: ‫ׁש ֙ן‬ ָ ‫ ) תַ ּנ֤ ּור ָע‬atau a firepot smoking menggambarkan
penderitaan keturunannya di negeri Mesir. Tannur sendiri adalah dapur – pembakar roti.
Dalam perjanjian lama keberadaan keturunannya yang ada di Mesir dituliskan seperti
berada di peleburan besi (Ul. 4:20), dapur kesengsaraan (Yes. 48:10) dan matanya pun
digelapkan sehingga tidak dapat melihat akhir kesengsaraannya, sementara mereka sendiri
telah kehilangan pengertian tentang yang akan Allah lakukan untuk mereka, sementara
awan dan kegelapan berada di sekitar mereka. Gambaran tentang perapian yang berasap ini
merupakan penglihatan yang penuh rahasia, namun istilah perapian yang berasap adalah
tanda kehadiran Allah yang hidup.
Menurut Yune Sun Park dalam bukunya menyatakan bahwa perapian yang berasap itu
berbentuk seperti awan dan membawa kegelapan, maka ini adalah simbol yang
melambangkan penghakiman (Yeh. 10:2-4 dan Why. 15:8)49.
Suluh yang berapi ‫ ֵ֔אׁש ) ְול ִַּפ֣יד‬: lappȋd ‘ēš) atau a torch burning merupakan gambaran
penghiburan dalam penderitaan yang ditunjukkan Allah kepada Abram di saat yang sama
ketika ditunjukkan perapian yang berasap, bias juga diartikan sebagai tanda keselamatan.
Terang pada suluh yang berapi lewat menggambarkan pembebasan keluar dari perapian.
Keselamatan yang diberikan seperti suluh yang menyala (Yes. 62:1) yaitu saat Allah turun
untuk membebaskan yang tampil di dalam semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan
api (Kel. 3:2). Lalu, suluh juga menunjukkan arah di dalam asap itu, namun seringkali
disebut bahwa Firman Allah adalah suluh. Firman inilah yang datang kepada Abram
49
Yune Sun Park,Tafsiran Kitab Kejadian,126.

xxx
dengan terang bersinar dalam gelap, suluh yang menyala inilah juga melambangkan tiang
awan dan tiang api yang kemudian memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir (Kel. 13:21-
22). Suluh yang menyala itu juga menggambarkan penghancuran musuh – musuh yang
menawan dalam perapian dengan waktu lama (Zak. 12:6). Lewatnya perapian yang berasap
dan suluh yang bernyala diantara potongan – potongan daging itu menegaskan bahwa
kovenan Allah sedang dibuat dengan Abram dan memiliki penghiburan yang teguh karena
ia semakin di yakinkan bahwa yang dijanjikan Allah pasti digenapi. Perjanjian – perjanjian
Allah dengan manusia dibuat melalui pengorbanan (Mzm. 50:5) oleh Kristus korban yang
Agung dan tidak ada persetujuan tanpa pendamaian.
Penjelasan serta penegasan perjanjian itu tertulis lagi di ayat 18 bahwa, “Pada hari
itulah, hari yang tidak pernah dilupakan, TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram,
memberikan sebuah janji kepada Abram dengan berfirman, Kepada keturunanmulah
Kuberikan negeri ini” merupakan pengulangan janji yang terakhir atas anugerah itu. Allah
telah memberikan janji mengenai hal itu dan hak – haknya diberikan dan dimeterai dan
tidak dapat diubah lagi juga hak kepemilikan yang pasti diberikan tepat pada waktunya.
Janji – janji Allah adalah anugerah Allah dan yang diberikan Allah adalah pasti karena
“Barangsiapa percaya, ia beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:36). Kepastian janji Allah
kepada Abram juga dilakukan dengan menyebutkan sebanyak sepuluh bangsa dan suku
(ayat 19-21), bangsa – bangsa yang harus diusir untuk membuka ruang bagi keturunan
Abram. Dalam ayat 19 orang kain (Kenit) merupakan suatu bangsa setengah pengembara
yang berkedudukan di sebelah kota Arad (diantara kota Arad dan gunung Usdum) (Bil.
24:21), orang Kedmon (orang Timur) biasa disebut dengan bani-kedem (Ayb 1:3; 18:20),
lalu orang Het (Hetit) adalah bangsa Hetit yang berkedudukan di Asia kecil dan membina
suatu Negara besar dan berkuasa sejak 1800 sebelum Masehi 50. Perjanjian Lama seringkali
menuliskan orang Het sebagai penduduk asli Palestina. Orang Feris (Perissi) hanya dikenal
sebagai penduduk dusun, lalu orang Refaim (Raksasa) telah disebutkan pada Kejadian 14:5
sebagai penduduk kota Asyterot-Karnaim. Orang Amori biasanya disebut sebagai istilah
pengumpul untuk semua penduduk asli Kanaan. Nama Kanaan berasal dari bahasa Horit
yang berarti ‘Tanah-Merah-bungur’, juga orang Girgasi disebut sebagai nama suku bangsa
yang terdaftar juga dalam penduduk asli Palestina, lalu orang Yebus adalah penduduk asli
kota Yerusalem sebelum diduduki dan dinamai kembali oleh Daud 51. Pada masa
pemerintahan Daud dan Salomo wilayah hukum kekuasan yang diberikan Allah meluas
melampui batas – batas ini (2 Taw. 9:26) dan negeri yang di anugerahkan itu digambarkan
dalam batas yang seluas – luasnya, karena negeri ini melambangkan milik pusaka sorgawi
yang akan datang, yang tentangnya dikatakan bahwa tempat itu sangat luas. Semua yang
dilakukan ini untuk mengagungkan kasih Allah kepada Abram dan keturunan-Nya dengan
memberikan kepada satu bangsa itu milik pusaka yang dimiliki oleh banyak bangsa.
E. Kesimpulan
Dalam pasal ini sebuah perjanjian resmi yang diadakan antara Allah dan Abram
perihal sebuah wasiat yang harus ditegakkan diantara kedua belah pihak. Pada pasal
sebelumnya Abram tengah berada di medan perang bersama raja-raja, lalu dilanjutkan lagi
didapati Abram sedang berada di atas gunung bersama Allah. Kehormatan dimiliki orang-
50
Walter Lempp,Tafsiran Alkitab Kejadian(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1980),142.
51
Walter Lempp,Tafsiran Alkitab Kejadian,143.

xxxi
orang besar di dunia ini, tetapi “kehormatan ini dimiliki oleh semua orang kudus.” Kovenan
yang harus dibangun antara Allah dan Abram adalah sebuah kovenan yang mengandung
janji-janji yang merupakan sebuah jaminan bersifat umum perihal kebaikan Allah serta
kemauan baik-Nya terhadap Abram (ay. 1), lalu sebuah pernyataan khusus perihal tujuan
kasih-Nya mengenai Abram dalam dua hal yaitu Bahwa Allah akan memberikan banyak
hal kepada Abram (ay. 2-6). Bahwa Allah akan memberikan negeri Kanaan kepadanya
sebagai milik pusaka (ay. 7-21). Sebuah negeri tanpa seorang ahli waris, atau seorang ahli
waris tanpa negeri, hanyalah penghiburan setengah bagian bagi Abram. Namun, Allah
memastikan kedua hal ini kepadanya, dan yang dinyatakan-Nya dengan tegas untuk
keduanya, keturunan yang dijanjikan serta tanah yang dijanjikan. Sungguh penghiburan
yang luar biasa bagi orang percaya yang agung ini. Keduanya merupakan gambaran dari
dua berkat yang tidak ternilai, yaitu Kristus dan sorga. Dengan demikian kita mempunyai
alasan untuk berpendapat bahwa Abram menaruh perhatian pada keduanya.
Pasal ini juga memiliki dua kesatuan yaitu pada ayat yang 1-6 dan 7-21 yang keduanya
memiliki makna yang berlainan. Dalam kesatuan yang pertama hanya ada pembicaraan
rohani dalam hati Abram dan Allah, lalu dalam kesatuan yang kedua dilakukan secara acara
adat yaitu mempersembahkan korban bakaran yang dipotong masing-masing hewan itu
menjadi dua bagian, lalu selama itu Abram tertidur. Kesatuan pertama itu kepercayaan
diperlihatkan sebagai keputusan hati yang diambil secara sadar dan dalam kesatuan yang
kedua kepercayaan diperlihatkan sebagai penerimaan perjanjian dengan Allah namun
dalam keadaan yang tidak sadar (tertidur). Abram tidak berbicara sepatah katapun juga,
melainkan diikut-sertakan oleh usaha dan kegiatan Allah semata-mata. Abram diberi
kepastian, tetapi karena kelainan dan pertentangan kedua kesatuan ayat di atas, maka kedua
kesatuan tersebut memperlengkapi dan memperlihatkan keputusan secara rohani manusia
kepercayaan berdasarkan keputusan Allah. Jan A. Boersema dalam bukunya menyatakan
bahwa, “Di dalam semuanya itu manusia dapat menemui Allah melalui satu pribadi yaitu
Abram dan melalui dan melalui anaknya yaitu Ishak untuk menggenapi rencana-Nya untuk
memulihkan hubungan dengan semua bangsa di dunia. Selama 17 abad, keselamatan
hanya Dia berikan kepada Israel. Tetapi, Dia tidak pernah melupakan tujuan-Nya yang lebih
jauh dan lebih luas: penyataan kebenaran dalam semua bahasa,suku, dan bangsa di dunia. Masa
sempit melalui Israel yang penuh penebusan berkat darah binatang dipakai Allah untuk
menuntun umat manusia ke darah penebusan yang benar karena darah binatang – binatang
tidak mencukupi. Kebenaran itu sudah jelas pada kehidupan Abraham bahwa, “Allah yang
akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku (Kej. 22:8), maka
satu – satunya anak Abraham yaitu Ishak ternyata juga tidak cukup untuk menebus
manusia, melainkan Yesus Kristus.” 52

BAB IV
PERJANJIAN SULUH DAN RELEVANSINYA
BAGI KARYA PENEBUSAN

A. Yesus Kristus Penggenapan Karya Penebusan Perjanjian Lama


Yesus Kristus merupakan satu – satunya Jalan untuk memulihkan hubungan manusa
dengan Allah. Pendamaian adalah perubahan dari hubungan Allah dengan manusia yang
52
Jan A. Boersema,Berteolgi Abad XXI,62.

xxxii
menjadi jarak pemisah. Manusia yang semestinya bergaul dengan Allah dan berkuasa atas
segala makhluk lain (Kej. 1:26,28; 2:15), tetapi karena manusia jatuh dalam dosa ,
hubungan dengan Allah bukan hanya terputus dan hancur, tetapi hubungan tersebut menjadi
bermusuhan dengan Allah sehingga manusia menjadi seteru Allah (Rm. 5:10). Kejatuhan
manusia dalam dosa telah membawa ketidakmampuan sepenuhnya dalam segi rohani,
bahkan kehilangan kemampuan berpikir untuk menjadikan hubungannya dengan Allah
menjadi bersahabat kembali karena masih hidup dalam perbuatan daging.
Allah adalah Mahakudus dan tidak bisa membiarkan manusia untuk jatuh dalam dosa,
maka di Perjanjian Lama Allah memerintahkan setiap umat yang datang ke hadapan-Nya
dengan mempersembahkan korban yang tidak bercela. Salah satu contohnya adalah dalam
perjanjian Allah dengan Abram yang ditandai melalui perjanjian suluh. Selain ketaataan
dan ketekunan Abram dalam perintah Allah yang ia lakukan, juga korban – korban yang
diberikan kepada Allah pun merupakan korban yang terbaik (yang sungguh, yang tidak
menjijikkan, bukan binatang – binatang yang buta, yang tidak sakit, atau pun yang tidak
timpang) (Yes. 1:1-17) agar berkenan di hadapan Allah sehingga ia dapat menerima dan
mengalami secara langsung kehadiran Allah. Persembahan korban yang diberikan dalam
Perjanjian Lama merupakan gambaran korban yang akan digenapi oleh Yesus Kristus
dikemudian hari (Perjanjian Baru). Yesus Kristus adalah Anak Domba53 yang tak bercela
dan tak bernoda bahkan Ia adalah Persembahan sempurna tanpa ada sedikit pun dosa (1 Ptr.
1:19), Ia tidak berbuat dosa (1 Ptr. 2:22) atau mengenal dosa (2 Kor. 5:21) dan di dalam Dia
tidak terdapat kesalahan (Ibr. 7:26).
Yesus Kristus, dalam firman Tuhan, yaitu Alkitab. Ratusan tahun sebelum Yesus lahir,
para nabi dari Perjanjian Lama (PL) telah banyak berbicara tentang pesan Allah kepada
manusia. Pesan itu adalah bahwa Allah akan mengirimkan seorang Juru Selamat (yang
akan membebaskan manusia dari dosa dan seseorang yang benar-benar di hadapan Allah)
ke dalam dunia. Mereka tidak hanya membicarakan prosesi kedatangan-Nya, tetapi juga
hal-hal tertentu yang akan terjadi dalam kehidupan-Nya. "Tentang Dialah semua nabi
bersaksi, bahwa barang siapa yang percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan
dosa karena nama- Nya." (Kis. 10:43) Ayat tersebut adalah perkataan Rasul Petrus ketika
berkhotbah di hadapan sekelompok orang. Dia mengingatkan mereka akan semua yang
telah dikatakan para nabi tentang Yesus dan bagaimana keselamatan (menjadi benar di
hadapan Allah) dapat diterima lewat iman dalam Yesus. Artinya, semua hal yang
berhubungan dengan diri-Nya telah diberitahukan (dinubuatkan) jauh sebelum ia lahir ke
dalam dunia ini. Tempat kelahiran-Nya telah dinubuatkan sebelumnya (Mik. 5: 1). Mikha
menyampaikan kata-kata ini lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Yesus berkembang.
Memang mustahil bagi manusia bisa mempunyai pengetahuan seperti itu. Hanya oleh Roh
Kudus yang bisa memberitahukannya. Melalui Matius 2: 1-6 kita tahu bahwa Yesus adalah
orang yang menggenapi nubuat dalam Perjanjian Lama ini. Perawan yang akan Melahirkan
Telah Dinubuatkan (Yes. 7:14). Ketika Yesaya Berbicara tentang seorang perawan yang
akan melahirkan Yesus, ia sama sekali tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Ini juga
merupakan sesuatu yang mustahil bahwa seorang bayi dapat dilahirkan, jika bukan karena
kuasa dari Allah yang menyebabkan perkara itu bisa terjadi. Tetapi dari Lukas 1: 26-35 ,
kita tahu bagaimana Maria, seorang perawan (dia belum menikah), menjadi ibu Yesus.

53
John Murray,Penggenapan dan Penerapan Penebusan(Surabaya:Penerbit Momentum,2018), 28.

xxxiii
Meskipun Yusuf diketahui sebagai ayah Yesus, firman Allah mengajarkan dengan jelas
kepada kita bahwa Yusuf dan Maria tidak hidup bersama sebagai suami istri sampai Yesus
lahir. Kita belajar hal ini dalam Matius 1: 18-25 . Semuanya terjadi tepat seperti yang Allah
firmankan Allah lewat Nabi Yesaya. Yesus mempunyai Roh Kudus yang telah dinubuatkan
(Yes. 42: 1). Janji yang telah diucapkan oleh Yesaya ini benar-benar digenapi. Yesus
dipenuhi Roh Allah, yang disebut Roh Kudus dalam PB. Bacalah dengan teliti Yohanes 1:
32-34 . Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena
Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa Tercipta Anak dan telah
menyerahkan segala sesuatu kepada- Nya " (Yoh. 3:34-35). Penolakan Manusia akan Yesus
telah Dinubuatkan (Yes. 53: 3). Sudah bertahun-tahun orang Israel menantikan seorang
Juru Selamat datang dinubuatkan oleh para nabi. Tetapi mereka tidak tahu seperti apa Juru
Selamat yang akan memutuskan Allah kepada mereka. Mereka mengharapkan seorang Juru
Selamat yang bisa menyelamatkan mereka dari musuh-musuh Israel dan memberikan
kekayaan dan kuasa yang besar. Tapi Allah mengutus Yesus bukan untuk melakukan
keinginan manusia tapi untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka. Karena itu
Yesus memberitahukan tentang dosa manusia dan kebutuhan untuk berpaling dari dosa-
dosa mereka. Manusia menjadi menolak Yesus. Nubuat ini telah disampaikan lama
sebelum terjadi dan dari Perjanjian Baru kita telah menjelaskan akan pemerintah dan
pemimpin agama mengatur Yesus dan akhirnya memakukan-Nya di atas kayu salib.
Bacalah penolakan akan Yesus di dalam Matius 27: 22-23 , "Kata Pilatus kepada mereka,
'Jika begitu apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus yang disebut Kristus?' Mereka
semua berseru. 'Ia harus disalibkan!' Katanya, 'Tetapi kejahatan apakah yang telah
dilakukan-Nya?' Namun mereka makin keras berteriak, 'Ia harus disalibkan!' Yesus Masuk
ke Yerusalem Telah Dinubuatkan (Zak. 9:9) dan nubuat ini menerangkan dengan jelas
bagaimana Yesus masuk ke Yerusalem dengan kemenangan-Nya, seperti manusia yang
rendah hati yang keledai. Sekarang bacalah Matius 21: 1-9 . Peristiwa ini juga terjadi dalam
Yesus tepat seperti yang telah dijanjikan nabi Zakharia jauh sebelumnya. pengkhianatan
akan Yesus telah dinubuatkan (Mzm. 41:10) ayat ini menceritakan kepada kita bahwa
pengkhianatan terhadap Yesus dilakukan oleh seorang sahabat karib-Nya. Sahabat yang
dimaksud Yudas Iskariot. Dia hidup bersama Yesus selama 3 tahun sebagai salah seorang
murid-Nya. Dia ikut melayani, tapi dia tidak benar-benar di hadapan Allah. Dalam Yohanes
12: 6 dikatakan, bahwa hal itu dikatakannya bukan karena ia memerhatikan nasib orang-
orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang
disimpan dalam kas yang dipegangnya. Karena cintanya akan uang, dia setuju
mengkhianati Yesus dan ini merupakan penggenapan dari nubuatan dari Mazmur 41:10,
"Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya
terhadap aku." Nubuat tersebut telah digenapi dalam Matius 26: 14-16. Kematian Yesus
telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, banyak nubuat yang menceritakan kematian
Yesus. Dalam kematian-Nya di atas kayu salib dalam Matius 27: 27-50. Beberapa ayat
dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dari
kematian Yesus itu. Yesus berseru kepada Allah, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong." (Mzm
22:2). Digenapi dalam Matius 27:46 , "Kira-Kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara
nyaring: 'Eli, Eli lama sabakhtani?' Artinya: AllahKu AllahKu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? "Manusia mengolok-olok dan membenci Dia. Pemazmur mengatakan

xxxiv
bahwa, "Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak”.
Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya,
menggelengkan kepalanya. “Ia menyerah kepada Tuhan; biarlah Dia yang melepaskannya!
Bukan Dia berkenan kepadanya?” (Mzm 22: 7-9) dan Matius 27: 39-43 sebagai
penggenapannya. Paku-paku dipakukan ke dalam tangan dan kaki-Nya. "Sebab anjing-
anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan
dan kakiku" (Mzm 22:17). Yohanes 20:25 , "Maka kata murid-murid yang lain itu datang
kepadanya, 'Kami telah melihat Tuhan!' Tetapi Tomas berbicara kepada mereka, 'Sebelum
aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam
bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya sekali-kali aku tidak
akan percaya.' Mereka bertaruh untuk pakaian Yesus. "Mereka mambagi-bagi pakaianku
diantara mereka, dan mereka mencampakkan undi atas jubahku" (Mzm 22:19). Bandingkan
dengan Matius 27:35, "Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagikan pakaian-Nya
dengan mencampakkan undi." Kematian-Nya di atas kayu salib adalah karena dosa-dosa
kita. Tetapi dia tertikam oleh Karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh kejahatan
kita: ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti ombak, masing-masing kita
mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kejahatan kita sekalian"
(Yes. 53: 5-6). Dalam 2 Korintus 5:21 , "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa karena kita, dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."Dia tetap diam dalam
pengadilan. "Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka
mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian" (Yes. 53: 7b). Digenapi dalam
Matius 27: 12-14, "Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua
terhadap Dia Ia tidak memberi tanggung jawab apa pun. Maka kata Pilatus kepada-Nya:
'Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau? '
Tetapi Ia tidak menjawab satu kata pun sehingga wali negeri itu sangat heran. "Dia
dipandang sebagai seorang berdosa. "Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-
orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang yang kuat sebagai
jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan
karena ia disertakan di antara pemberontak-pemberontak, meskipun ia melakukan dosa
banyak orang dan berdoa untuk pemberontak- pemberontak " (Yes. 53:12). Kebangkitan
Yesus telah dinubuatkan (Mzm. 16:10). Ketika Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta, dia
menggunakan ayat-ayat dari Mazmur 16:10 sebagai bukti bahwa Allah telah menubuatkan
kebangkitan Yesus. Ketika Petrus selesai menyampaikan pesannya, banyak orang insaf
bahwa Yesus telah memenuhi nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama dan percaya bahwa
Yesus pasti Juru Selamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Hari itu, sekitar tiga ribu
orang yang berpaling dari dosa-dosa mereka dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru
Selamat. Setelah semua sudah dilakukan diterimalah pengampunan dosa dan hidup yang
kekal itu. Karya Keimaman Kristus adalah bahwa Kristus tampil baik sebagai Imam Besar
dan sekaligus sebagai korban. Hal ini sesungguhnya selaras dengan apa yang kita lihat
dalam diri Kristus. Dalam Perjanjian Lama imam dan korban adalah dua hal yang terpisah,
dan sejauh mana itu tipe korban Perjanjian Lama yang sempurna. Karya keimaman Kristus
paling jelas di dalam surat Ibrani, karena Sang Pengantara sumber sebagai satu-satunya
Imam besar yang sebenarnya, yang sempurna, yang kekal dan ditunjuk oleh Allah sendiri,
yang mengambil tempat orang berdosa, dan ditunjuk oleh pengorbanan-Nya sendiri Ia

xxxv
memperoleh penebusan yang sebenarnya dan yang sempurna, Ibrani 5: 1-10; 7: 1-28; 9: 11-
15,24,28; 10: 11-14; 19:22; 12:24, dan teristimewa ayat-ayat berikut, 5: 5; 7:26; 9:14. Surat
Ibrani adalah satu-satunya kitab yang menyebut Kristus sebagai Imam Besar, tetapi karya
keimaman Kristus juga ikut dalam surat-surat Paulus, Roma 3:24, 25; 5: 6-8; 1 Korintus 5:
7; 15: 3; Efesus 5: 2. Penjelasan yang serupa juga dapat ditemukan dalam tulisan Yohanes,
Yohanes 1:29; 3: 14,15; 1 Yohanes 2: 2; 4:10. Lambang ular tembaga sangat penting
artinya. Ular tembaga itu sendiri tidak berbisa, tetapi akan melambangkan ikatan dosa,
demikian juga Kristus, Ia yang tidak berdosa, dijadikan berdosa karena kita. Ular tembaga
yang dinaikkan di atas tiang melambangkan pengusiran atas tulah, demikian juga Kristus
yang digantung di atas tiang kayu salib penghapusan dosa. Dan orang-orang yang mau
percaya dan memandang kepada ular tembaga itu yang disembuhkan, maka iman kepada
Kristus menyembuhkan dan menyelamatkan jiwa. Penjelasan Petrus dalam 1 Petrus 2:24;
3:18 dan penjelasan Kristus sendiri dalam Markus 10:45 selaras dengan yang sebelumnya
bahwa Tuhan menyatakan kepada kita bahwa penderitaan-Nya bertujuan menebus dosa
manusia.
Yesus Kristus datang ke bumi ini untuk melakukan penebusan yang sempurna bagi umat
pilihan (Yoh. 1:29; Ibr. 9:26; 1 Yoh 3:5) dan secara terbuka juga Ia mengatakan kepada
murid – murid-Nya sebanyak empat kali mengenai kematian-Nya di kayu salib untuk
penebusan (Mat. 16:21-28; 17:22-23; 20:17-19; 26:1-2) dan dengan rela hati Yesus menaati
rencana dan pemliharaan yang kekal dari Allah sehingga mati di kayu salib. Bentuk
penderitaan-Nya puncak pendamaian untuk menebus orang – orang berdosa yang telah
dipilih-Nya. Hal ini juga merupakan gambaran dari perapian yang berasap itu sendiri (Kej.
15:17a) karena perapian menunjuk kepada peleburan yang di gunakan untuk melebur dan
memurnikan besi. Pemurnian ini juga yang merupakan proses panjang yang di alami
bangsa Israel untuk keluar dari tanah perbudakan di Mesir. Penyiksaan yang di alami umat
Israel inilah gambaran dari penebusan itu sendiri. Proses pemurnian bangsa Israel melalui
pnderitaan – penderitaan yang di alami merupakan gambaran penting akan penderitaan
Yesus saat mulai di tangkap oleh para tentara Romawi (di taman Getsemani) sampai di
Salib. Banyak penderitaan yang harus Yesus alami saat mulai dicambuk, dihina, diludahi,
dipukul, ditelanjangi sampai Ia harus di Salib demi menebus dosa manusia. Hal ini
menunjukkan fakta bahwa Dia telah menyelesaikan dengan sempurna pekerjaan yang sudah
direncanakan dan dijalanan sejak semula. Pekerjaan Yesus di atas kayu salib dan pengaruh
dari penebusan tersebut akan berlangsung untuk selama-lamanya. Saat Ia berseru untuk
terakhir kalinya dengan suara nyaring, “Ya Bapa ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-
Ku” (Luk. 23:46) dan menghembuskan nafas terakhir-Nya, lalu untuk memastikan
kematian-Nya prajurit Roma menikam lambung dengan tombak dan mengalirlah darah dan
air (Yoh 19:34). Oleh karena jasa darag yang telah dicurahkan Yesus Kristus, manusia
berhak mendapatkan hidup yang kekal oleh kasih karunia di dalam penebusan khusus dari
Krisus (Yoh 3:16; 1 Yoh 2:25). Maka, persembahan korban tidak diperlukan lagi (Ibr.
10:18) karena Kristus sanggup menyelamatkan dengan sempurna bagi setiap orang yang
datang mendekat kepada Allah (Ibr. 7:25).

B. Yesus Kristus Adalah Penghubung Antara PL dan PB

xxxvi
Dalam Perjanjian Lama menyatakan bahwa perbuatan – perbuatan besar Allah untuk
menebus manusia dan kesinambungan kedua kitab perjanjian ini salah satunya adalah janji
– janji dalam Perjanjian Lama digenapi dalam Perjanjian Baru. Buktinya adalah jika
Perjanjian Lama mengukirkan hukum Taurat pada loh – loh batu (2 Kor 3:7), maka
Perjanjian Baru mengukirkan firman Allah pada hati (2 Kor 3:3) maka dengan mengajarkan
firman Allah, Yesus mengukirkan firman di hati umat-Nya dan menggenapi Perjanjian
Baru. Namun, dalam Galatia 3:17 menyatakan bahwa, “Maksudku ialah: Janji yang
sebelumnya telah disahkan Allah tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru
terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.” Dari
pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perjanjian baru juga merupakan perjanjian yang
sebelumnya telah disahkan.54 Perjanjian Baru juga merupakan perjanjian kasih karunia yang
dilakukan dan digenapi Yesus Kristus (Luk. 22:20; 1 Kor. 11:25) yaitu dengan ditandakan
perjanjian yang memberi pengampunan dosa yang sempurna, karena Roma 3:20
menyatakan bahwa, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh
karena melakukan hukum Taurat karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”
Melalui penghukuman, hukum taurat menyadarkan tentang fakta bahwa manusia adalah
makhluk berdosa dan hukum taurat sama sekali tidak dapat mengampuni dosa karena
pengampunan atau penghapus dosa hanya dapat dilakukan dengan cara mempersembahkan
korban yang terbaik Allah. Maka untuk menggenapi perjanjian inilah Allah mengutus
Anak-Nya yang tunggal menjadi peran penghubung antara kedua kitab perjanjian tersebut.
Greidanus dalam bukunya menyatakan bahwa sejarah penebusan sangat penting untuk
membangun kesatuan antara perjanjian lama dan perjanjian baru.55 Salah satu buktinya
adalah dalam Lukas 2:21 saat Yesus berumur delapan hari untuk menerima tanda
perjanjian, dan setelah empat puluh hari Yusuf dan Maria membawa-Nya ke Bait Allah
untuk diserahkan kepada Tuhan. Hal ini juga yang dituliskan baik di Perjanjian Baru
maupun Perjanjian Lama yaitu, “semua anak laki – laki sulung harus dikuduskan bagi
Allah’ (Luk. 2:23; Kel. 13:2,12). Yesus juga yang menyatakan diri-Nya sebagai penggenap
dari Perjanjian Baru saat ia mengatakan dan memberikan cawan dalam perjamuan yang
terakhir dengan para murid-Nya yaitu, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku
yang ditumpahkan bagi kamu (Luk. 22:20) dan “inilah darah-Ku darah perjanjian, yang
ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mat 26:28). Oleh karena
dengan darah Yesus yang dapat mengampuni semua dosa manusia dengan sempurna dan
membebaskan manusia dari kutuk, karena dalam Galatia 3:13 menyatakan bahwa,
“Terkutuklah orang yang digantung pada kayu Salib!” Bukti inilah yang menjadi dasar
hubungan antara kedua perjanjian dalam pribadi Yesus Kristus.

C. Perjanjian Suluh Adalah Perjanjian Yang Kekal


Perjanjian Allah dengan Abram dalam Kejadian 15 merupakan perjanjian yang tidak
bersyarat, karena Allah yang sepenuhnya menggenapi perjanjian itu yang ditandai dengan
lewatnya suluh yang berapi itu (Kej. 15:17b). Lalu, perjanjian ini juga ditandai dengan dua
janji yang bersifat kekal yaitu keturunan dan tanah perjanjian. Saat Allah menjanjikan akan
54
Abraham Park,Janji Dari Perjanjian Yang Kekal,58.
55
Sidney Greidanus,Preaching Christ From The Old Testament (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
2009), 85.

xxxvii
keturunan dan digenapkan dalam Perjanjian Baru yaitu Galatia 3:19 menyebutkan bahwa
“keturunan yang dimaksud oleh janji itu”, lalu dalam Roma 1:3 menyatakan bahwa
“tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud”, Ibrani 8:6
juga menyatakan bahwa,”Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas
janji yang lebih tinggi.” Seorang yang datang sebegai anak Daud, anak Abraham sesuai
dengan semua janji adalah Yesus Kristu (Mat 1:1; Kis. 3:23). Orang – orang kudus yang
adalah keturunan Abraham akan ‘satu keturunan’ ini yang dalam kenyataannya telah
menerima janji tersebut56. Lalu, Allah juga berjanji melalui perjanjian dengan Abram
bahwa Ia akan memberikan tanah Kanaan untuk selama – lamanya (Kej 15:7). Tanah yang
diberikan Allah kepada Abram ini adalah janji bahwa kepada keturunan – keturunan rohani
Abram, sorga akan diberikan sebagai pusaka yang kekal. Janji ini adalah “Janji akan masuk
ke dalam perhentian-Nya” (Ibr. 4:1), “janji – janji yang berharga dan yang sangat besar” (2
Ptr. 1:4). Janji akan pusaka yang kekal ini juga digenapi oleh Yesus Kristus yang adalah
Pengantara atau Penghubung dari Perjanjian Lama kepada Perjanjian Baru. Ibrani 9:5
menyatakan bahwa, “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru,
supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab
Ia telah mati untuk menebus pelanggaran – pelanggaran yang telah dilakukan selama
perjanjian yang pertama.” Dalam Perjanjian Baru tentang pusaka yang kekal ini memiliki
pengertian sebagai “suatu bagian” maksudnya adalah suatu bagian yang tidak dapat binas,
tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu (1 Ptr. 1:4). Suatu bagian ini adalah Kerajaan yang
telah dijanjikan Allah yaitu Kerajaan Sorga (Yak 2:5) dan suatu bagian ini adalah janji
akan langit yang baru dan bumi yang baru (2 Ptr. 3:13). Hal ini bukanlah berasal dari
hukum Taurat melainkan diberikan sebagai kasih karunia melalui janji Allah. Oleh karena
itu, perjanjian yang kekal ini adalah bentuk cara dan juga gambaran bahwa Allah membuat
karya penebusan melalui satu keturunan dan tanah perjanjian adalah suatu tempat akhir
kekal yang akan diterima bagi setiap orang yang percaya akan karya-Nya.

BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dan pembahasan bab – bab
selanjutnya dan memberikan saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi orang Kristen
khususnya bagi para pembaca.
A. Kesimpulan
Setelah membahas eksposisi tentang perjanjian suluh (Kej. 15: 1-21) dan relevansinya
bagi karya penebusan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : ! Perjanjian suluh
bukanlah perjanjian yang telah berlaku lama atau khusus untuk Abraham dan keturunan –
keturunannya, tetapi masih berlaku bagi orang – orang kudus hari yaitu keturunan –
keturunan Abraham dalam iman (Rm. 4:16; Gal 3:7-9, 26-29), dan perjanjian ini masih
terus digenapi hingga saat ini.

56
Abraham Park,Janji Dari Perjanjian Kekal, 64.

xxxviii
1. Perjanjian Suluh juga mengajarkan kepada orang Kristen akan pentingnya
kehadiran Allah yang tidak dapat dilihat, namun dapat dirasakan.
2. Perjanjian suluh adalah perjanjian yang menegaskan akan kedaulatan Allah
dalam meneguhkan perjanjian-Nya.
3. Perjanjian suluh juga mengingatkan kepada orang Kristen untuk tetap teguh akan
setiap janji – janji Tuhan dalam kehidupannya.
4. Penggenapan perjanjian suluh di masa depan yang sangat diperlukan adalah
“iman”, karena bukan hanya dimiliki oleh Abraham dan keturunannya
(Ishak,Yakub dan Yusuf) saja yang harus memiliki iman, bukan juga hanya milik
umat Israel di zaman itu, namun juga sangat diperlukan bagi orang – orang kudus
hari – hari ini.
5. Makna pada janji akan keturunan Abraham merupakan bentuk gambaran akan
keturunan yang akan diselamatkan dengan tanda perjanjian yang Allah buat
sendiri melalui korban bakaran dan korban bakaran ini juga yang digenapi dalam
Perjanjian Baru sebagai gambaran Penebusan yaitu kematian Yesus di Salib
untuk menebus dosa – dosa manusia.
6. Tanah Perjanjian yang Allah janjikan kepada Abraham adalah gambaran akan
kekekalan (Kerajaan Sorga). Jika, orang Kristen hidup beriman dan taat akan
perintah Allah serta teguh dalam janji Allah dalam kehidupannya, maka akan
mendapatkan tempat hidup yang kekal.
7. Sejarah karya penebusan dari Allah bukan bersifat kronos (waktu manusia)
melainkan kairos (waktu Allah).
8. Dalam penyelengaraan bagi karya penebusan melalui perjanjian suluh ini juga
Allah terus memiliki antusiasme yang menyala – nyala tanpa terpadamkan, jika
Allah masih menjadikan semua orang percaya menjadi alat kemuliaan-Nya,
inilah hal yang mengandung akan antusiasme Allah di dalam hati kita sesuai
dengan penyelenggaraan karya penebusan dan firman-Nya tergenapi.

DAFTAR PUSTAKA
Baker, David L, Satu Alkitab Dua Perjanjian: Suatu Studi Tentang Hubungan Teologis
Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Baxter, Sidlow.J, Menggali Isi Alkitab Kejadian sampai dengan Ester, Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2012
Brueggmann, Walter, Teologi Perjanjian Lama: Kesaksian, Tangkisan, Pembelaan,
Maumere: Penerbit Ledalero, 2009.
Cho,Yonggi,Paul, Genesis Exegesis Vol.1, Seoul: Seoul Word Press, 1998, 246.
Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology, Malang: Literatur SAAT, 2003.
F, David, Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2004),
49.
Gemeren, Willem Van, Progres Penebusan, Surabaya: Momentum, 2016.
Harrison,F, Everett dan Preiffer,F, Charles, The Wycliffe Bible Commentary, 62-64Karman,
Yonky, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2013

xxxix
Kim, Won, Eui, The History Of The Old Testament, Seoul: The Korea Society For
Reformed Faith and Action, 1998,140.
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi, Jakarta: 2011.
Martens. A, Elmer, Old Testment Theology,Grand Rapids Michigan: Baker Book House,
1997
Morris. M, Henry, The Genesis Record, Grand Rapids Michigan: Baker Book House, 1976
Park, Abraham, Pelita Perjanjian Yang Tak Terpadamkan, Seri Penebusan 3,
Jakarta:Grasindo, 2011.
Park, Abraham, Pemeliharaan Yang Misterius dan Ajaib, Jakarta: Grasindo, 2013.
Park, Abraham, Pertemuan Yang Terlupakan, Jakarta: Grasindo, 2011.
Park, Abraham, Silsilah Di Kitab Kejadian, Jakarta: Grasindo, 2013.
Sabdono, Erastus, Apakah Keselamatan Bisa Hilang ?, Jakarta: Rehobot Literature,2016
Sauer, Erich, The Dawn of World Redemption, Grand Rapids: Eerdmans, 1951.Stedman. C,
Ray, Petualangan Menjelajahi Perjanjian Lama, Jakarta: PT. Duta Harapan Dunia,
2010
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian – Ester, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 2005
Wolf, Herbert, Pengenalan Pentateukh, Bandung: Gandum Mas, 2004.Wright, J. H.
Christopher, Hidup Sebagai Umat Allah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), 2005-2020 di akses pada tanggal 22 september 2020
pukul 22.15 https://alkitab.sabda.org/commentary
Ebta Setiawan,Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring edisi III,2012 di akses pada
tanggal 15 September 2020 pukul 14.38 https://kbbi.web.id/perjanjian
Rita Wahyu,Shema:TAAT-TUNDUK-PATUH-DENGAR,Sarapan
Pagi,Jakarta,2006 di akses pada tanggal 28 September 2020 pukul 21.18
https://www.sarapanpagi.org/taat- patuh-dengar-v3119.html

xl

Anda mungkin juga menyukai