Anda di halaman 1dari 39

I

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI

SKRIPSI

Oleh :

SITI MARYAMAH
NIM. 2201040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
TAHUN 2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RS PMC
NAMA : Siti Maryamah
NIM : 2201040
PEMINATAN : Keperawatan
PROGRAM STUDI : S1 Keperawatan

Proposal skripsi telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Pekanbaru Medical Center

Pekanbaru, ....................2023

Mengetahui,
Pembimbing

Ns. Mutia Dwi Sagita, M.Kep


NIDN. 1005129402

I
PERSETUJUAN PENGUJI

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RS PMC
NAMA : Siti Maryamah
NIM : 2201040
PEMINATAN : Keperawatan
PROGRAM STUDI : S1 Keperawatan

Proposal skripsi telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Pekanbaru Medical Center

Pekanbaru, ....................2023

Penguji I Penguji II

(................................................) (................................................)
NIDN. NIDN.

Mengetahui,
Moderator

(.................................................)
NIDN.

II
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : Siti Maryamah


NIM : 2201040
JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di RS PMC

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah
ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pekanbaru,..................2023
Yang membuat pernyataan

(Siti Maryamah)
NIM. 2201040

III
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulllahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun

proposal penelitian ini dapat terselesaikan. Proposal ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat untuk menyelesaikkan Program Sarjana (S1) Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekanbaru Medical Center tahun 2023 dengan

judul “ Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pada Penderita Hipertensi di RS PMC ”

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi

Muhammad SAW, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman

seperjuangan semua mendapatkan syaafaatnyaa nanti. Amin Ya Rabbal Alamin.

Penyusun proposal dapat terselesaikan berkat dukungan, dorongan,

motivasi, bimbingan, nasehat, dan semangat dari orang terdekat dan orang yang

berada disekitar penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Yth. Ibu Ns.

Mutia Dwi Sagita, M.Kep Selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan

waktunya dengan penuh perhatian. Petunjuk dan bimbingan sehingga proposal

dapat terselesaikan.

IV
Penulis menyadari bahwa Proposal ini jauh dari kesempurnaan, hal ini

bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan

penulis. Untuk itu penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang

bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Proposal ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar Proposal ini bermanfaat bagi kita

semua, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua,

Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wb.

Pekambaru, .............................. 2023

Penulis

(Siti Maryamah)
NIM. 2201040

V
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI.................................................................
PERNYATAAN ........................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................9
B. Rumusan Masalah.......................................................................................11
C. Tujuan Penelitian........................................................................................11
D. Manfaat Penelitian......................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori.............................................................................................13
B. Kerangka Teori............................................................................................24
C. Kerangka Konsep........................................................................................25
D. Hipotesis......................................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.............................................................................................
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian .........................................................................
C. Populasi Dan Sampel......................................................................................
D. Sumber Datal...................................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................
F. Teknik Pengolahan Data ................................................................................
G. Defisini Operasional Variabel Penelitian .......................................................
H. Uji Validasi Dan Reabilitas.............................................................................
I. Analisa Data....................................................................................................
J. Etika Penelitan.............................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA

VI
DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional..............................................................................23

VII
DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori......................................................................................17


2.2 Kerangka Konsep..................................................................................18

viiI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan salah satu
gangguan medis yang paling umum. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik yang lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang
lebih dari 90 mmHg bila diukur dua kali dengan interval 5 menit dengan
istirahat yang cukup (Kemenkes RI, 2014). Penyakit yang dikenal dengan
silent killer ini jika sudah dalam keadaan berat dan berlangsung lama serta
tidak diobati akan menimbulkan gejala-gejala seperti sakit kepala dan nyeri
kapala bagian belakang, sesak napas dan terengah-engah, pandangan mata
kabur, terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki dan denyut
jantung kuat tetapi tidak teratur (Pratiwi & Mumpuni, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti jenis
kelamin, umur, genetik, ras dan faktor yang dapat dikendalikan seperti pola
makan, diabetes melitus, kebiasaan olah raga, konsumsi garam, kopi,
alkohol dan stres. Terjadinya hipertensi perlu peran beberapa faktor risiko
secara bersama sehingga dapat dikatakan bahwa satu faktor risiko saja belum
dapat menimbulkan hipertensi (Azhari, 2019).
Menurut World Healt Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang didunia penyandang hipertensi, artinya 1 dari 3
orang didunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar
orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes RI, 2019).
Penderita hipertensi berdasarkan pada pengukuran tekanan darah pada usia
> 18 tahun sebanyak 25,8%. prevalensi tertinggi provinsi Bangka Belitung
sebesar 30,9%, diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 30,8%, dan
Kalimantan Timur sebesar 29,6%. sedangakan provinsi terendah Papua
sebanyak 16,8%, diikuti oleh bali 19,9%, DKI Jakarta 20,0% dan untuk
provinsi Sumatra Utara sebesar 29,19% (Riskesdas, 2013). pada tahun 2018
penderita hipertensi mengalami peningkatan sebesar 34,11% prevalensi
tertinggi provinsi Kalimantan Selatan 44,13%, Jawa Barat 39,60% dan
kalimantan timur 39,30%. provinsi terendah papua 22,22% diikuti maluku
utara 24,65%, dan Sumatra Barat 25,16%, untuk provinsi Sumatra Utara
29,19% (Riskesdas, 2018). data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru pada tahun 2021 hipertensi mengalami peningkatan sebanyak
337.936 orang (23%) dibandingkan sebelumnya hanya mencapai 14% dari
jumlah etimate penderita hipertensi. Berdasarkan dari wawancara dengan
perawat Poli penyakit dalam, penderita hipertensi dalam sebulan mecapai 60
orang (Data RS PMC 2023)
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan baik dapat menyebabkan
komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan
kebutaan. Stroke (51%) dan penyakit jantung koroner (45%) merupakan
penyebab kematian tertinggi. Kerusakan organ target akibat komplikasi
hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan
lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal,
dan dapat juga berakibat buruk pada pembuluh darah arteri perifer itu sendiri
(Kemenkes RI, 2017).
Hasil dari observasi awal yang dilakukan di poli penyakit dalam RS PMC
bahwa sebagian besar masyarakt berprofesi sebagai wiraswasta, selain itu
masyarakat memiliki kebiasaan merokok serta kurangnya aktifitas fisik. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terkait pencegahan
penyakit masih kurang , berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
sihombing (2017), menatakan bahwa faktor-faktor perilaku yang berhubungan
dengan hipertensi adalah riwayat pola makan (komsumsi garam berlebihan),
konsumsi alkohol berlebihan. Aktifitas fisik yang kurang, kebiasaan merokok,
dan obesitas.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Pekanbaru Medical
Center”

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara usia dengan terjadinya penyakit Hipertensi
pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
2. Apakah ada hubungan antara pekerjaan dengan terjadinya penyakit
Hipertensi pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical
Center
3. Apakah ada hubungan antara pola makan dengan terjadinya penyakit
Hipertensi pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical
Center

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan usia, pekerjaan dan pola makan terhada


resiko terjadinya Hipertensi pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Pekanbaru Medical Center
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui usia pada penderita penyakit Hipertensi
b. Mengetahui pekerjaan pada penderita Hipertensi
c. Mengetahui pola makan pada penderita Hipertensi
d. Mengetahui hubungan usia dengan terjadinya penyakit Hipertensi pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
e. Mengetahui hubungan pekerjaan dengan terjadinya penyakit pada pasien rawat
jalan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
f. Mengetahui hubungan pola makan dengan terjadinya penyakit Hipertensi pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada:


1. Institusi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan
Penelitian ini menjadi sumber informasi mengenai faktor-faktor
terjadinya hipertensi .
2. Manfaat bagi Masyarakat/ Penderita Hipertensi
Memberikan informasi untuk menambah pengetahuan kepada
masyarakat tentang bahaya Hipertensi dan upaya pencegahan dan
pengobatan.
3. Manfaat bagi peneliti
Sebagai sarana pembelajaran melakukan penelitian sekaligus
mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Slow Deep Breathing

1. Definisi Slow Deep Breathing

Slow Deep Breathing adalah slaah satu terapi non farmakologi


dengan mengandalkan teknik pernafasan secara dalam dan lambat yang
dilakukan secara sadar untuk memberikan efek relaksasi (maryati, 2010).
terapi Slow Deep Breathing adalah aktifitas yang dilakukan secara lambat
yang dapat menimbulkan efek relaksasi terhadap tubuh (Bahtiar er
al.,2021). Slow Deep Breathing ini juga merupakan salah satu intervensi
keperawatan untuk mngajarkan pada klien cara melakukan nafa dalam
yang lambat dan menghembuskan nafas secara perlahan (kurniasari et al.,
2020).
2. Tujuan Slow Deep Breathing
Menurut Perry & Potter (2005) dikutip dari penelitian (Riska Dwi,
2018) tujuan dari teknik Slow deep breathing sebagai berikut:
a. Ventilasi lebih terkontrol dan efesien untuk mengurangi kerja pernafasan
b. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan mengurangi
kecemasan serta sress.
c. Mencegah pola aktivitas otot yang tidak berguna serta melambatkan
frekuensi.

3. Manfaat Slow Deep Breathing


Manfaat yang bisa diambil dari latihan Slow deep breathing
( Aspiani, 2014) :
a. Meningkatkan pemahaman mengenai ketegangan otot
b. Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi kegiatan yang terjadi
dengan sendirinya
c. Meningkatkan kemampuan untuk menguasai kegiatan kognitif, melalui
pemusatan perhatian (konsentrasi)
d. Menurunkan ketegangan otot
e. Menurunkan denyut nadi, tekanan darah, dan frekuansi nafas
f. Menurunkan perasaan cemas dan emosi yang negatif
4. Teknik
Menurut Riskesdas (2018), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan ketika akan melakukan latihan nafas dalam, yaitu:
a. Posisikan pasien dengan tepat, rileks dan nyaman.
b. Bantu pasien agar mendapatkan pikiran yang rileks dan istirahat
c. Ciptakan lingkungan yang tenang, aman dan damai.
d. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk memulai latiha
nafas dalam, diantaranya:
1) Tahap pra interaksi
a) Membaca status kesehatan pasien
b) Mencuci tangan
c) Menyiapkan alat
2) Tahap orientasi
a) Memberikan salam terapeutik
b) Validasi kondisi pasien,identitas pasien
c) Menjaga privasi pasien
d) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga.
3) Tahap kerja
a) Ciptakan lingkungan yang tenang, aman dan damai
b) Usahakan agar pasien tetap rileks dan tenang
c) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3
d) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
e) Tahan nafas selama 3 detik
f) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3x
g) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-lahan
h) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
i) Usahakan agar tetap konsentrasi
j) Anjurkan untuk mengulangi prosedur sampai 4x selama 15
menit
k) alankan selama 15 menit selama 3x1 har
4) Tahap terminasi
a) Lakukan evaluasi hasil kegiatan
b) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c) Akhiri kegiatan dengan baik
d) Cuci tangan
5) Tahap dokumentasi
a) Catat waktu pelaksanaan tindakan
b) Catat respon pasien
c) Catat hasil tekanan darah pada pasien sebelum dan sesudah
Tindakan
d) Paraf dan nama perawat (Riskesdas, 2018).
5. Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah
Melakukan pernafasan secara dalam akan memberikan
kesempatan kepada tubuh dalam melakukan pernafasan diagfragma
sehingga terjadi relaksasi otot pada abdomen. Ekhlasi yang panjang saat
dilakukan Slow Deep Breathing menyebabkan tekanan intoraks meningkat
di paru selama yang akan memicu peningkatan oksigen dalam jaringan
tubuh. Oksigen yang meningkat mengaktivasi refleks kemoreseptor yang
terletak pada badan karotis, badan oarta, sedikit pada rongga thorax dan
paru. Aktivitas dari kemoreseptor akan mengirimkan sinyal ke saraf
kemudian dikirim ke otak dan akan menyebabkan kinerja saraf
parasimpatis meningkat sehingga terjadi penurunan aktivitas kerja pada
saraf simpasis. Hal tersebut menyebabkan penurunan tekanan darah tubuh.
Efek Slow Deep Breathing ini dapat memperlebar dan
melenturkan pembuluh darah serta mengaktifkan implus eferen dari
bereseptor sehingga mencapai pusat jantung yang akan merangksang
kinerja saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis
(kardiokseleator) sehingga menyebabkan vasodilatasi sistemik yang dapat
memperlancar peredaran darah diseluruh tubuh, menurunkan denyut dan
daya kontraksi pada jantung. Lewat terapi Slow Deep Breathing dapat
memberikan dampak terhadap tubuh yaitu menstimulasi respon saraf
otonom melalui pengeluaran neurotransmitter dan meningkatkan aktivitas
tubuh, sedangkan respon parasiompatis menurunkan kativitas tubuh dan
merileksasikan sehingga dapat mempengaruhi fungsi jantung terutama
pada tekanan darah (Riska Dwi, 2018).

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Hastuti, 2019)
Bila seseorang mengalami peningkatan tekanan darah, volume darah
meningkat dan saluran darah terasa lebih sempit. Hal ini menyebabkan
jantung harus memompa darah lebih keras dari biasanya untuk
mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Beban jantung dan pembuluh
darah menjadi lebih berat. Peluang terjadinya penyumbatan pembuluh
darah arteri menjadi semakin besar (Pratiwi & Mumpuni, 2017).
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial atau bisa disebut dengan
hipertensi idioptik karena tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, usia, jenis kelamin,
berat badan, diet dan gaya hidup. Hipertensi jenis ini diderita sebanyak
95% kasus. Seseorang yang memiliki hipertensi jenis ini akan
mengalami peningkatan persisten pada tekananarteri akibat
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal (Hasnawati,
2021)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi jenis ini diketahui memiliki 10% kasus yang terjadi di sekitar.
Hipertensi sekunder juga dikenal dengan hipertensi sekunder yang mana
disebabkan oleh gangguan sekresi hormon dan fungsi dan fungsi pada
ginjal. Menurut (P2PTM Kemenkes RI, 2018) klasifikasi hipertensi
berdasarkan besar tekanan darah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori TD sistolik (mmHg) TD diastolic (mmHg)

Normal < 120 <80


Pra hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat I 140-159 90-99
Hipertensi tingkat II >160 >100

3. Etiologi Hipertensi
Hipertensi mempunyai beberapa faktor yang terjadi pada lansia (Pratiwi &
Mumpuni, 2017):
1) Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
a) Jenis kelamin
Pada usia dewasa muda, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria,
sedangkan setelah usia 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita. Hal ini berkaitan dengan adanya hormon estrogen.
Wanita yang belum menopause, hormon estrogen berperan
meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) yang melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Seiring bertambahnya usia, hormon
estrogen ini akan berkurang. Itu sebabnya wanita rentan mengalami
hipertensi setelah menopause.
b) Umur
Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Sedangkan orang yang lebih
tua cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibanding orang
yang berusia lebih muda.
c) Keturunan
Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar terkena hipertensi
jika orangtuanya adalah penderita memiliki riwayat hipertensi dalam
keluarganya.
2) Faktor yang dapat dikontrol
a) Obesitas
Kurangnya aktivitas dan terlalu banyak menerima asupan kalori
dapat menimbulkan obesitas. Penderita obesitas akan mengalami
kekurangan oksigen sehingga jantung harus bekerja lebih keras. Pada
penderita obesitas, risiko hipertensi lima kali lebih tinggi dibanding
mereka yang memiliki berat badan normal.
b) Kurang olahraga
Kurangnya aktivitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi.
Risiko menjadi gemuk pun bertambah. Orang-orang yang kurang aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
c) Kebiasaan merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan adrenalin sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan
kontraksi jantung. Selain itu, merokok menyebabkan peningkatan
kolesterol sehingga meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
d) Konsumsi garam berlebih
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan jumlah
garam yang sebaiknya dikonsumsi tidak lebih dari 6 gram per hari.
Konsumsi natrium yang terdapat di dalam garam secara berlebihan
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan esktraseluler
meningkat. Akibatnya, terjadi peningkatan cairan ekstraseluler. Tubuh
berupaya menormalkannya dengan menarik cairan intraseluler
sehingga volume ekstraseluler bertambah. Upaya ini menyebabkan
terjadinya peningkatan volume darah dan berdampak terjadinya
hipertensi.
e) Konsumsi alkohol berlebih
Kebiasaan minum minuman yang mengandung alkohol secara
berlebihan dapat merusak jantung dan organ-organ lain termasuk
pembuluh darah. Itu sebabnya kebiasaan ini termasuk salah satu faktor
pemicu hipertensi.
f) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein dan berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
g) Stres
Stres dapat menaikkan saraf simpatis. Peningkatan aktivitas ini
menaikkan tekanan darah secara tidak menentu.
4. Patofisiologi Hipertensi
Proses terjadinya hipertensi pada lansia melalui 3 mekanisme yaitu:
kekakuan pembuluh darah arteri, disregulasi neuron neohormon dan
penuaan ginjal. Kekakuan arterial, pada elastisitas arteri menunjukkan
perubahan fisik seiring bertambahnya usia, yaitu terjadi pembesaran dan
penegangan. Elastisitas aorta dan arteri proksimal melebar sekitar 10%
dibandingkan denyut jantung di usia muda, sedangkan otot arteri melebar
3% pada setiap denyutan. Pelebaran dan pengerasan dinding arteri
menyebabkan penurunan kapasitas dan rekoil terbatas sehingga tidak
mampu mengakomodasikan perubahan yang terjadi selama siklus jantung.
Selama sistol, arteriosklerosis arteri menunjukkan ekspansi yang terbatas
dan gagal menyangga tekanan darah secara efektif yang menyebabkan
peningkatan tekanan sistolik. Hilangnya rekoil selama diastol
menyebabkan pengurangan tekanan darah diastolik.
Mekanisme neurohormonal sistem renin-angiotensin-aldosteron
menurun seiring dengan pertambahan usia. Aktivitas renin plasma menurun
akibat terjadinya nefrosklerosis pada apparatus juxtaglomerular. Penurunan
aldosteron pada plasma menyebabkan lansia hipertensi rentan terhadap
hiperkalemia akibat obat. Sedangkan aktivitas sistem saraf simpatik
mengalami peningkatan. Terjadi peningkatan norepineprin plasma ini
merupakan kompensasi untuk mengurangi respon beta adrenergik dengan
penuaan. Penuaam ginjal ditandai dengan perkembangan
glomerulosklerosis dan fibrosis interstisial progresif, penurunan GFR dan
pengurangan mekanisme homeostatik (Setiyorini & Wulandari, 2018)

5. Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut Pratiwi dan Mumpuni (2017), hipertensi jika sudah dalam
keadaan berat dan berlangsung lama serta tidak diobati maka akan timbul
gejala-gejala seperti:
a. Sakit kepala dan nyeri kepala bagian belakang
b. Sesak napas dan terengah-engah
c. Pandangan mata kabur
d. Terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
e. Denyut jantung kuat tidak teratur
6. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung dalam
waktu yang lama akan menimbulkan komplikasi. Berikut beberapa
komplikasi yang dapat ditimbulkan (Ridwan, 2017):
1) Stroke
Penderita stroke dapat juga disebabkan oleh tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang sering mengakibatkan munculnya pendarahan di otak
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Selain itu, dapat juga
diakibatkan oleh trombosis (pembekuan darah pada pembuluh darah)
serta emboli yaitu adanya benda asing yang terbawa aliran darah di
dalam pembuluh darah serta bisa menyumbat bagian distal pembuluh
2) Serangan Jantung dan Gagal Jantung
Serangan jantung (heart attack) merupakan kematian jaringan otot
jantung yang diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri koroner dalam
jangka waktu yang lama. Arteri koroner ini merupakan pembuluh darah
yang mengalirkan darah yang kaya oksigen ke jantung. Oleh karena itu,
ketika terjadi serangan jantung kadang-kadang diikuti dengan kematian.
Serangan jantung juga dapat mengakibatkan kerusakan bagian otot
jantung akibat pasokan darah mendadak berkurang pada bagian otot
jantung.
Kekurangan pasokan darah ini diakibatkan salah satu nadi koroner
mengalami blokade dalam beberapa dapat diakibatkan oleh spasme
berupa menegangnya nadi koroner, atau dapat juga diakibatkan oleh
gumpalan darah (trombus). Namun kondisi ini dapat menghilang dengan
sendirinya sehingga otot-otot jantung menjadi berfungsi kembali seperti
semula. Dalam istilah medis disebut sebagai crescendo angina atau
coronary insufficiency. Bertolak belakang dengan crescendo angina,
pada kondisi tertentu ketika pasokan darah ke jantung berhenti sama
sekali, memang terjadi perbaikan namun secara tiba-tiba bagian otot
jantung mengalami penurunan kemampuannya dengan baik dan
mengalami kerusakan secara permanen. Otot jantung yang mengalami
kematian ini dinamakan infark.
Serangan jantung terkadang diikuti perasaan nyeri di dada. Hal ini
terjadi akibat gangguan sirkulasi koroner, kondisi ini akan menjadi
bertambah parah apabila diikuti dengan aterosklerosis, yaitu suatu
kedaan dimana kolesterol yang berbentuk bongkahan berada pada
lapisan arteri pembuluh darah. Bongkahan kolesterol ini dinamakan
ateroma. Pada kondisi tertentu, ateroma dapat menonjol ke dalam lumen
pembuluh darah yang mengakibatkan terhalangnya aliran darah sehingga
aliran darah ini mengalami turbulensi. Adanya turbulensi ini
menyebabkan munculnya luka pada pembuluh darah. Dampak lebih
lanjut dari ateroma ini dapat mengakibatkan pembekuan darah (trombus)
yang pada suatu waktu dapat terlepas beserta isinya dan membentuk
emboli yang menyumbat pembuluh arteri bagian distal. Jika sumbatan
emboli terjadi pada arteri koroner dapat mengakibatkan sel-sel otot
jantung mengalami penyumbatan. Kondisi inilah yang menyebabkan
seseorang terkena serangan jantung atau miokard infark.
3) Kerusakan ginjal
Tekanan darah yang melebihi 120/90 mmHg dapat mengakibatkan
aliran darah ke ginjal dapat terganggu sehingga dapat menimbulkan
gangguan aliran darah pada ginjal. Apabila salah satu faktor pendukung
kerja ginjal seperti aliran ke ginjal, jaringan ginjal atau saluran
pengeluaran ginjal terganggu dapat merusak fungsi ginjal. Aterosklerosis
yang merupakan salah satu pemicu hipertensi dapat menyebabkan aliran
darah ke organ berkurang sehingga bisa mengakibatkan kematian sel
organ. Jika terjadi pada ginjal maka dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Hipertensi memiliki hubungan dengan kerusakan ginjal. Jika terjadi
kerusakan terutama pada bagian korteks/lapisan luar akan merangsang
produksi renin oleh ginjal yang dapat menstimulasi terjadinya
peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan penunjang dilakukan untuk mengetahui adanya
komplikasi pada penderita hipertensi dan kondisi dari penderita hipertensi.
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk penderita hipertensi
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini meliputi darah lengkap, kadar ureum, kratinin, gula
darah, elektrolit, kalsium, asam urat, urinalisis dan lainnya
b. Pemeriksaan radiologi
Foto thorax untuk melihat adakah kelainan pada jantung, paru ataupun
organ sekitar.
c. Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi organ ginjal
terutama pada arterinya menggunakan gelombangh suara.
d. Pameriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG dilakukan untuk mengetahui kondisi jantung.
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi meliputi farmakologis dan non
farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis atau penatalaksanaan secara
medis biasanya dilakukan dengan cara minum obat-obatan antihipertensi
untuk menurunkan tekanan darah. Sedangkan untuk penatalaksanaan non
farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup seperti menerapkan terapi-
terapi non medis sebagai contoh terapi slow deep briething (Kemenkes RI,
2013)
a. Terapi Farmakologis
Penderita hipertensi disarankan untuk segera melakukan pengobatan
salah satunya pengobatan secara farmakologis. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada penderita hipertensi. Pemberian
dosis obat antihipertensi dimulai dari yang terendah terlebih dahulu,
kemudian selanjutnya disesuaikan dengan masing-masing kondisi dan
respon penderita hipertensi.
b. Terapi Non Farmakologis
1) Makanan dengan gizi seimbang
Individu dianjurkan untuk makan-makanan dengan menu lengkap
yaitu mengandung karbohidrat, protein, serat, vitamin, dan mineral.
Dianjurkan untuk penderita hipertensi mengurangi konsumsi garam
agar tekanan darah tetap stabil.
2) Melakuakan olahraga secara teratur
Dianjurkan pada individu untuk melakukan olahraga seperti senam
aerobic, jalan cepat untuk membantu menurunkan tekanan darah.
3) Berhenti merokok
Mengurangi merokok dan menggantinya dengan permen agar
kebiasaan meroko dapat dihilangkan.
4) Menggunakan teknik komplementer
Terapi komplementer merupakan terapi non medis salah satunya slow
deep breathing/relaksasi nafas dalam, yoga, dan akupuntur.

C. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Faktor presdiposisi hipertensi: genetik, usia, jenis kelamin, obesitas, diet,


minumam beralkohol, merokok gaya hidup dan stress
hipertensi

Penatalaksanaan Non Farmakologi

Slow Deep Breathing

Mekanisme Slow Deep Breathing mempengaruhi denyut jantung menjadi


lebih lambat dan terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga tekanan
darah mengalami penurunan

Tekanan darah

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah tahap paling penting dalam suatu penilitian,


konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat di komunikasikan dan
dapat membentuk suatu teori yang menjelaskan suatu keterkaitan variabel
(Nursalam, 2020).
Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen


Slow Deep Breathing Tekann darah pada penderita
hipertensi
Variabel Perancu :
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
konsumsi obat

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Mempengaruhi

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dittegakkan dalam penelitian ini adalah pengaruh Slow Deep

Breathing terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di RS PMC.


XIX

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

Penelitian ini menggunakan kuantitatif adalah metode penelitian yang


menghasilkan data berbetuk angka-angka dan pada umumnya penelitian akan
dianalisis dengan menggunakan statistik deskripsi atau inferensial. Metode
penelitian ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel dengan
menggunakan instrument penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis
(Silaen Sofar, 2018).
Jenis penelitian yang digunakan Quasy eksperiment design tanpa
perbandingan. Dengan menggunakan One Group Pre Test Dan Post Test .
Penelitian ini pengajuan pertama (pre test) yang memungkinkan penelitian
dapat menguji perubahan - perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen
(perlakuan). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Pengaruh pemberian
latihan Slow Deep Breathing dengan tekanan darah pada penderita hipertensi
Tingak I di Rumah Sakit PMC pada tahun 2022. Rentang waktu penelitian ini
dalam pemberian pre test dan post test sejalan dengan penelitian (Anggreini
& Alfianur, 2021) yaitu tiga kali dalam satu hari selama 3 hari. Penelitian ini
terdiri dari kelompok intervensi.
Pada penelitian ini responden diberikan intervensi yaitu latihan slow
deep breathing kepada Penderita Hipertensi tingkat I di Rumah Sakit PMC.
Adapun design penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tebel 3.1
Rancangan Penelitian

Pre test Perlakuan Post test

O1 (X) O2

Keterangan:
O1 : Pengukuran Pertama

XIX
XX

(X) : Pemberian Intervensi (deep breathing) dilakukan selama 3


kali dalam sehari selama 7 hari

XX
I 27

O2 : Pengukuran Kedua
B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center

(PMC) , dikarenakan RS PMC merupakan rumah sakit Tipe C di Provinsi

Riau, sehingga diharapkan memiliki pelayanan yang optimal khususnya

dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga.

Pengambilan lokasi dikarenakan kemudahan dalam akses informasi, jarak,

dan biaya.

I
II

2. Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini dimulai dari menyusun proposal skripsi

sampai penyerahan laporan hasil penyusuan skripsi dari bulan Juli sampai

Desember 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yaitu suatu keseluruhan dari sebuah objek atau individu


yang memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu untuk diteliti yang
dilambangkan dengan N (Silaen Sofar, 2018). Populasi dalam penelitian
ini adalah penderita hipertensi yang sedang menjalani pengobatan rawat
jalan hipertensi tingakat I di Rumah Sakit PMC yang berjumlah 157
responden.
2. Sampel

Sampel merupakan populasi yang akan diteliti oleh peneliti yang

diharapkan dapat mewakili atau respensetatif populasi. Sampel merupakan

target yang akan diteliti secara langsung yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi.

Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampling dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu. Jumlah populasi

pada penelitian ini sebanyak 157 orang berasal dari penderita hipertensi

yang mengikuti kegiatan poli rawat jalan di RS PMC. Untuk pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Arikunto (2013) dengan

syarat populasi >100 orang maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

II
III

15% x N
15% x 157 = 23,55
N : dibulatkan menjadi 24
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
15% = jika lebih dari 100 maka pakailah seluruhnya 10-15%
Jadi berdasarkan rumus diatas jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah 23 orang yang mendapat perlakuan yang memenuhi kriteria.
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi
1) Pasien yang terdiagnosa penyakit hipertensi
2) Pasien rawat jalan yang kontrol 1 minggu sekali
3) Pasien bersedia menjadi responden
4) Mengikuti pre test dan post test
b. Kriteria ekslusi
1) Pasien yang menolak jadi responden
2) Pasien yang tidak mampu mengikuti intruksi
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer adalah jenis dan sumber data yang diperoleh secara
lansgung dari sumber pertama (tidak melalui perantara) baik secara
individu maupun kelompok. Peneliti mengumpulkan data primer dengan
metode observasi. Metode observasi merupakan sebuah metode
pengumulan data primer dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas
responden, dalam hal ini peneliti melakukan observasi terkait pemeriksaan
tekanan darah dan observasi terhadap aktivitas pasien berupa latihan slow
deep breathing.

E. Teknik Pengumpulan Data

III
IV

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling


strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data (Polit, 2013). Pada proses pengumpulan data peneliti
menggunakan teknik observasi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam pengumpulan data sebagai berikut :
a. Pre intervensi
1) Mendapat izin dari STIKes PMC (Pekanbaru Medical Center)
untuk melakukan penelitian.
2) Peneliti menjelaskan prosedur kerja sebelum dilakukannya deep
breathing
3) Melakukan pengukuran tekanan darah pada responden. Responden
yang mengalami tekanan darah tinggi, maka akan dijadikan sampel
oleh peneliti.
4) Meminta kesediaan pasien menjadi calon responden dengan
memberi informed consent yang dimana berisikan tentang
persetujuan menjadi sampel
b. Intervensi
1) Pengukuran tekanan darah terhadap responden
2) Pelaksanaan observasi pra intervensi menilai tekanan darah
3) Memberikan intervensi kepada pasien hipertensi selama 3 kali
dalam sehari perlakuan dengan durasi waktu 1-5 menit
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka dapat dilakukan analisis
data sebagai berikut:
1) Pemeriksaan data (Editing)
Sebelum data penelitian dilakukan, maka sangat perlu dilakukan
pemeriksaan ulang guna untuk mencegah terjadinya kesalahan dan data
dapat dipertanggungjawabkan.
2) Pemberian kode (Coding)
Pemberian kode pada data termasuk dalam analisis data. Dalam
penelitian ini, instrument checklist yang digunakan pada slow deep

IV
V

breathing ialah dalam bentuk kalimat diubah menjadi angka. Variabel


slow deep breathing, rutin: 1, tidak rutin: 0, sedangkan untuk variabel
tekanan darah, ada Hipertensi Derajat 1 140-159/ 90-99 2. Hipertensi
Derajat 2 160-179/ 100-110 3. Hipertensi Derajat 3 ≥180/≥110
3) Memasukkan data (Entry)
Data yang sudah melewati proses editing dan coding, bisa
dimasukkan ke dalam program komputer salah satunya adalah aplikasi
SPSS for windows. Dalam proses entry, diperlukan ketelitian supaya
tidak terjadi kesalahan dari hasil penelitian.
4) Tabulasi data (Tabulating)
Proses memasukkan data yang sudah diedit dan pemberian coding
dan dimasukkan ke SPSS. SPSS akan memberikan hasil dan data bisa
dilakukan analisa data.
G. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional berasal dari seperangkat prosedur atau tindakan
progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang
menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Grove, 2015).

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel


Variabel Defenisi Alat ukur Skala Hasil ukur

V
VI

Penelitian Operasional ukur


Variabel Sebuah metode checlist Nominal Rutin: 1
independent pernafasan dalam
Deep Breathing yang dilakukan Tidak rutin: 0
dengan frekuensi
10x/menit dan
dilakukan selama 5
menit dengan
panduan peneliti.
Inspirasi dilakukan
dalam 3 hitungan
dan ditahan selama
3 detik kemudian
dikeluarkan
melalui mulut.
Latihan slow deep
breathing
dilakukan dengan
posisi semifowler
atau duduk dengan
tangan berada di
atas perut.

Variabel Hasil pengukuran Tensi Rasio 1. Hipertensi


Dependent tekanan darah Meter Derajat 1 140-
Tekanan darah seseorang 159/ 90-99
pada penderita menggunakan 2.Hipertensi
hipertensi
tensimeter Derajat 2 160-
sebelum dan 179/ 100-110
sesudah latihan 3. Hipertensi
intervensi Derajat 3
≥180/≥110

H. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merujuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai
dengan publikasi hasil penelitian (Notoatmodjo, 2018). Sebuah penelitian
dapat dilakukan jika sudah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian
ini. Penekanan masalah etika penelitian sebagai berikut:
a. Informed consent Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang
diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya penelitian

VI
VII

serta dampak setelah dilakukan penelitian ini. Jika responden tidak


berkenan untuk diteliti, maka peneliti tidak boleh memaksa responden
untuk mengikuti penelitian ini.
b. Anonymity
Peneliti harus menjaga kerahasiaan identitas setiap responden. Peneliti
menggunakan nama inisial untuk identitas responden.
c. Manfaat
Peneliti harus membawa manfaat penelitian ini kepada responden,
sebagai wawasan atau informasi yang akurat yang bisa membantu
responden

VII
VIII

I. Uji Validasi dan Reabilitas


Uji validitas adalah mengukur sejauh mana instrumen dapat
digunakan. Reliabilitas sebuah instrumen adalah kesamaan hasil
pengukuran atau pengamatan apabila fakta dapat diukur dan diamati (Polit,
2012). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan SOP deep breathing dan
lembar observasi. SOP slow deep breathing merupakan latihan pernapasan
pada abdomen dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan
nyaman dengan cara memejamkan mata saat menarik napas. Lembar
observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, yang antara lain
meliputi: melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas
tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti. Uji validitas pada observasi dan SOP tidak dilakukan karena SOP
yang digunakan sudah baku.

J. Analisis Data
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variabel,
distribusi frekuensi berbagai variabel yang diteliti baik variabel independen
maupun variabel dependen (Grove, 2015). Menganalisis pengaruh slow
deep breathing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
tingkat I di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center.
2) Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh slow
deep breathing terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi. Penelitian
ini menggunakan uji wilcoxon yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga ada pengaruh. Apabila p – value < 0,05 maka Ha diterima dan
apabila p-value > 0,05 maka Ha ditolak. Uji normalitas yang digunakan
jika sampel < 50, maka menggunakan shapiro wilk dan jika sampel > 50
maka menggunakan Kolmogorov smirnov.
3) Uji Normalitas
Dalam penelitian ini menggunakan nilai Shapiro Wilk untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji adakah
tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah melakukan teknik Slow deep
breathing. Data tersebut di akumulasi sehingga didapatkan rata-rata
tekanan darah pada responden yang diteliti. Kemudian data tersebut
digunakan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak
dengan uji normalitas.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny & praptiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC

Asward, Y., & Loleh, S (n.d). Effecf Of Slow Deep Breathing And Aromatherapy
Of Lavender On Blood Preessure In Hypertension Patients In Panti Werdha

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2021). Buku Profil Kesehatan Provinsi Riau
2021, Dinkes Provinsi Riau, Pekanbaru
Debi, W., S., Hapipah., Ernawati., dkk. (2018). .The Influence Of Deep Breathing
Toward The Quality Of Sleep And Blood Presssure In People With
Hypertension At Karang Pule Public Healt Center 2018. ICHM, 1 (1).
http://ichm2018.stikep.ppnijabar.ac.id/index.php/ichm2018/article/view/28

Hastuti, A, P. (2019). Hipertensi. Klaten: Lakeisha.


Irfan, I., & Nekada, C. D. Y. (2018). Pengaruh Terapi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso. Jurnal Keperawatan
Respati Yogyakarta, 5(2), 354-359

Kemenkes RI. (2019). Infodatin hipertensi. https://pusdatin.kemkes.go.id/


resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf
Kemenkes RI. (2017). Sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadarinya.
https://www.kemkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-
penderita-hipertensi-tidak-menyadarinya.html
Kurniasari, Y.D., Ibnu, F., & Hidayati, R. N (2020). Pengaruh Slow Deep
Breathing Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada
Penderita Hipertensi [Stikes Buna Sehat PPNI Mojokerto].
http://resipitory.stikes ppni.ac.id:8080

Riska Dwi, A. (2018). Efektifitas Progressif Muscle Relaxation Dengan Dlow


Deep Beathing Terhadap Enurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Primer Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Sari Kota
Semarang

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Hasil riset kesehatan dasar 2018


https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan- riset kesehatan-dasar-riskesdas/

Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2018). Asuhan keperawatan lanjut usia


dengan penyakit degeneratif. Malang: Media Nusa Creative.
Sumartini dan Miranti I. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap
Tekanan Darah lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombong Tengah.
Jurnal Keperawatan Terpadu. p-ISSN: 2406-9698 (print) e-ISSN: 2685-
0710(online). http://jkt.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index.

Ridwan, M. (2017). Mengenal, mencegah, mengatasi silent killer hipertensi.


Yogyakarta: Hikam pustaka.
Pratiwi, E., & Mumpuni, Y. (2017). Tetap sehat saat lansia: pencegahan dan
penanganan 43 penyakit yang sering hinggap di usia lanjut. Yogyakarta:
Rapha Publishing
Sumartini dan Miranti I. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap
Tekanan Darah lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombong Tengah.
Jurnal Keperawatan Terpadu. p-ISSN: 2406-9698 (print) e-ISSN: 2685-
0710(online). http://jkt.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index.

Ridwan, M. (2017). Mengenal, mencegah, mengatasi silent killer hipertensi.


Yogyakarta: Hikam pustaka.
Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2018). Asuhan keperawatan lanjut usia
dengan penyakit degeneratif. Malang: Media Nusa Creative.

Anda mungkin juga menyukai