Anda di halaman 1dari 61

STRATEGI WANITA RAWAN SOSIAL EKONOMI (WRSE) DALAM

BERTAHAN HIDUP

(Studi Kasus Di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Unit Pelaksana Teknis
Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita Kota Kediri)

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Praktik Kerja Sosial Keagamaan (PKSK)

Dosen pembimbing lapangan :

Yuli Darwati, M.Si

NIP. 197307042005012003

Disusun Oleh ;

Naila Fauziah

NIM. 9.337.077.18

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI WANITA RAWAN SOSIAL EKONOMI (WRSE) DALAM


BERTAHAN HIDUP

(Studi Kasus Di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Unit Pelaksana Teknis
Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita Kota Kediri)

NAILA FAUZIAH

NIM. 9.337.077.18

Laporan kegiatan praktik kerja sosial keagamaan (pksk) ini telah disetujui oleh :

Kediri,......................................

Dosen Pamong Dosen Pembimbing Lapangan

Didik Efendi Yuli Darwati, M.Si

NIP. 198012172009011004 NIP. 197307042005012003

Mengetahui

Ketua Program Studi Sosiologi Agama

Dr. Taufik Alamin, M.Si

NIP. 197207252006041003

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, kita memuji-Nya, dan meminta

pertolongan, pengampunan serta petunjuk kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah

dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat petunjuk

dari Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya dan barang siapa yang sesat

maka tidak ada petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan

bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Semoga doa, shalawata tercurah

pada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan

sahabat serta siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat. Aamiin.

Dalam menyelesaikan laporan ini peneliti menyadari bahwa masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, kritik saran dan masukan yang sifatnya membangun

sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas laporan ini kedepannya agar tidak

terulang kembali. Selama proses penyusunan tugas laporan praktikum ini, penulis

telah banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan

hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak teirkait.

Senin, 06 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................

Halaman Persetujuan...............................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................................................ii

Daftar Isi….............................................................................................................iii

Abstrak....................................................................................................................vi

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Konteks Penelitian .................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

D. Kegunaan Penelitian .................................................................................. 4

E. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 5

BAB II .............................................................................................................. 10

LANDASAN TEORI........................................................................................ 10

A. Konsep Pemberdayaan ............................................................................ 10

iii
B. Perempuan Produktif dalam Keluarga ..................................................... 11

C. Teori AGIL Talcott Parson ........................................................................ 13

BAB III ............................................................................................................. 18

METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 18

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................................. 18

B. Kehadiran Peneliti ................................................................................... 19

C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 19

D. Subjek Penelitian..................................................................................... 19

E. Data dan Sumber Data ............................................................................. 20

F. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 20

G. Analisis Data .......................................................................................... 22

H. Pengecekan Keabsahan Data………………………………….………….23

BAB IV ............................................................................................................. 25

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN........................................ 25

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 25

B. Gambaran Kerja Praktikum ..................................................................... 33

C. Paparan Data ........................................................................................... 36

D. Temuan Penelitian ................................................................................... 38

iv
BAB V............................................................................................................... 41

PEMBAHASAN ............................................................................................... 41

A. Strategi Wanita Rawan Sosial Ekonomi Dalam Bertahan Hidup .............. 41

B. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Yang Dihadapi Wanita Rawan

Sosial Ekonomi Dalam Bertahan Hidup .......................................................... 42

BAB VI ............................................................................................................. 45

PENUTUP ........................................................................................................ 45

A. Kesimpulan ............................................................................................. 45

B. Saran ....................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…………..47

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………………49

v
ABSTRAK

Naila Fauziah, 2021. Strategi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) Dalam
Bertahan Hidup (Studi Kasus Di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Unit Pelaksana
Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita Kota Kediri). program studi Sosiologi
Agama, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri. Dosen Pembimbing
Lapangan Yuli Darwati, M.Si.

Kata Kunci : Strategi, Bertahan Hidup, Wanita Rawan Sosial Ekonomi

Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang


berkepanjangan. Kemiskinan merupakan persoalan yang multidimensional yang tidak
saja melibatkan faktor ekonomi semata, tetapi juga sosial, budaya dan politik. Agar
masyarakat menjadi produktif, diperlukan usaha-usaha. Usaha- usaha tersebut salah
satunya dengan memberdayakan masyarakat khususnya perempuan. Berdasar hal-hal
di atas, perlu kiranya dilaksanakan kegiatan pemberdayaan bagi Perempuan yang
meliputi bimbingan sosial, bimbingan motivasi dan bimbingan ketrampilan bagi
WRSE agar bisa melakukan usaha ekonomis produktif (UEP). Oleh karena itu, maka
peneliti ingin mengkaji tentang STRATEGI WANITA RAWAN SOSIAL
EKONOMI (WRSE) DALAM BERTAHAN HIDUP (Studi Kasus Di Dinas
Sosial Provinsi Jawa Timur Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina
Karya Wanita Kota Kediri). Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui
strategi WRSE dalam bertahan hidup dan untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat apa saja yang mempengaruhi strategi WRSE dalam bertahan hidup.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi


kasus. Pengambilan data dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara disini
dilakukan dengan beberapa klien di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina
Karya Wanita Kota Kediri. Serta dalam observasi peneliti mengamati langsung dalam
lapangan pada saat kegiatan praktik kerja lapangan.

vi
Hasil penelitian ini adalah Strategi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE)
dalam bertahan hidup yaitu dengan mengikuti program pelatihan dan dapat dilihat
dari beberapa tahapan program pelatihan ini. Diantara tahapan-tahapan yang
dilakukan adalah : Tahapan Assesment / Pengungkapan Masalah, Tahapan
Pembinaan dan Bimbingan, Tahapan Resosialisasi, Tahapan Pembinaan Lanjut, dan
Tahapan Terminasi. Selanjutnya, faktor pendukung dan faktor penghambat WRSE
dalam bertahan hidup. Faktor pendukung pertama yaitu adanya bentuk pendampingan
terhadap klien secara berkelanjutan, Kedua, adanya partisipasi masyarakat yang tinggi
dalam melakukan program pemberdayaan, Ketiga, adanya modal sosial yang
dimiliki oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor penghambat WRSE dalam bertahan
hidup yang pertama yaitu kurangnya minat klien terhadap program yang diberikan
oleh dinsos, kedua, pemberian program kerja yang kurang dapat diminati oleh klien
dan ketiga yaitu rendahnya etos kerja klien.

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi

masalah yang berkepanjangan. Kemiskinan merupakan persoalan yang

multidimensional yang tidak saja melibatkan faktor ekonomi semata, tetapi

juga sosial, budaya dan politik. 1 Kemiskinan yang disebabkan oleh faktor

budaya dan karakter masyarakat itu sendiri. Sebagian orang beranggapan

bahwa karakter masyarakat Indonesia cenderung konsumtif. Perilaku

konsumtif ini ternyata bukan hanya milik golongan menengah keatas

(orang kaya) melainkan ditiru oleh golongan menengah ke bawah. 2 Perilaku

konsumtif adalah gaya hidup dimana seseorang lebih senang membeli

suatu barang yang diinginkan, bersifat sementara (habis-pakai) dan

cenderung mengikuti tren tanpa memperhatikan kebutuhan untuk

keberlangsungan hidup selanjutnya. Karakter seperti inilah yang membuat

bangsa Indonesia tidak dapat maju bahkan cenderung tertinggal karena

1
Sriharini, “Strategi Pemberdayaan Masyaraka Miskin” dalam Model-model
Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Filosofis dan Praktis (Yogyakarta: PT Lkis, 2007) , 110.
2
Ahmad Hikamuddin, Masyarakat Konsumtif, dalam
http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/08/masyarakat-konsumtif-544253.html (diakses pada
tanggal 29 November 2021).

1
dengan karakter yang konsumtif, Indonesia akan selalu tergantung pada

negara-negara yang sudah terlebih dahulu maju. Alangkah baiknya karakter

masyarakat konsumtif tersebut dapat diubah menjadi masyarakat yang

produktif. Dengan masyarakat yang produktif, pendapatan keluarga

akan meningkat sehingga perekonomian keluarga juga akan meningkat

serta kemampuan diri menjadi lebih meningkat dan sejahtera.

Agar masyarakat menjadi produktif, diperlukan usaha-usaha.

Usaha- usaha tersebut salah satunya dengan memberdayakan masyarakat

khususnya perempuan. Di dalam pemberdayaan perempuan, konsep

kesetaraan gender menjadi sangat penting. Menurut Aus Aid, kesetaraan

gender adalah kesetaraan nilai peran antara perempuan dan laki-laki. 3

Seperti yang kita ketahui bahwa peran perempuan dalam keluarga

sangatlah penting. Selain sebagai pengurus rumah tangga dalam hal ini

suami dan anak, sebenarnya perempuan juga dapat berperan sebagaimana

seorang laki-laki. Seorang perempuan juga dapat bekerja dan berkarya

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan meningkatnya

kualitas hidup perempuan berarti meningkatkan kualitas hidup anak dan

keluarga sehingga pada nantinya akan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini, harus ada dorongan dan

3
Dina Martiany, “Perspektif Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan Sosial” dalam
Pembangunan Sosial Wacana Implementasi dan Pengalaman Empirik, Tim Peneliti Kesejahteraan
Sosial Pusat Pengkajian Data dan Informasi Sekretarian Jendersl DPR RI (tkp:2010) , .26.

2
kesempatan agar para perempuan dapat memaksimalkan potensi yang ada

pada diri mereka. Potensi pada diri perempuan tidak kalah dengan yang ada

pada diri seorang laki-laki bahkan jauh lebih besar. Jika potensi tersebut

dapat diberdayakan tidak menutup kemungkinan para perempuan-

perempuan di Indonesia akan menjadi penggerak perubahan bangsa.

Aktivitas pemberdayaan perempuan dapat mengeluarkan

perempuan dari kerentanan. Orang dalam kelompok rentan adalah

mereka yang berada dalam posisi lemah, mudah dipengaruhi dan

diasumsikan kurang memilikikeberdayaan untuk menolong dirinya sendiri,

sehingga memerlukan bantuan dari orang lain. 4 Hal ini berarti

pemberdayaan perempuan sangat berdampak pada kemampuan

keberfungsian sosial mereka. Keberfungsian sosial erat kaitannya dengan

peranan sosial di masyarakat. Jadi, seseorang yang sudah mampu berperan

di masyarakat sebagaimana sesuai dengan status sosialnya berarti orang

tersebut telah berfungsi sosial dengan baik sehingga tercipta kehidupan

masyarakat yang sejahtera.

Berdasar hal-hal di atas, perlu kiranya dilaksanakan kegiatan

pemberdayaan bagi Perempuan yang meliputi bimbingan sosial, bimbingan

motivasi dan bimbingan ketrampilan bagi WRSE agar bisa melakukan

4
Aan Zainal Hafid, “Keberfungsian Sosial Pada Perempuan Rentan” dalam Secercah Cahaya
Menuju Kesejahteraan Perempuan (Sebuah Kajian), Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Sosial Direktorat Pemberdayaan Keluarga (tkp: 2010) , 110-126.

3
usaha ekonomis produktif (UEP).

Dalam kasus wanita rawan sosial ekonomi, yang mana mereka

kesuilitan dalam hal ekonomi. Maka, mereka perlu diberdayakan dengan

berbagai macam strategi agar mereka dapat bertahan hidup dengan kondisi

yang sekarang ini. Oleh karena itu, maka peneliti ingin mengkaji tentang

STRATEGI WANITA RAWAN SOSIAL EKONOMI (WRSE) DALAM

BERTAHAN HIDUP (Studi Kasus Di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita Kota

Kediri).

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana strategi wanita rawan sosial ekonomi dalam bertahan hidup?

2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi wanita rawan

sosial ekonomi dalam bertahan hidup?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi WRSE dalam bertahan hidup

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang

mempengaruhi strategi WRSE dalam bertahan hidup.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian dibutuhkan untuk memberi manfaat yang signifikan dalam

suatu realita sosial. Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Secara teoritis

4
a. Penelitian ini digunakan sebagai pengetahuan dan menambah

wawasan serta sumbangan pemikiran terhadap masyarakat mengenai

strategi wanita rawan sosial ekonomi dalam bertahan hidup, maka

dapat dijadikan solusi untuk masalah tersebut.

b. Diharapkan dapat dijadikan referensi atau acuan bagi peneliti

selanjutnya sehingga dapat berkembang luas pengkajian mengenai

masalah tersebut.

2. Secara praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi para

pekerja sosial di tempat pelatihan.

b. Penelitian dilakukan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir

praktik kerja sosial keagamaan.

E. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Setyowati5 meneliti tentang Strategi

Pemberdayaan Masyarakat Dusun Karangkulon Desa Wukirsari

Kecamatan Imogiri, Bantul dimana pemberdayaan perempuan dilakukan

melalui kerajinan batik tulis di kelompok Berkah Lestari serta dampak

5
Tri Setyowati (2015), “Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Berkah
Lestari Di Dusun Karangkulon Desa Wukirsari Imogiri Bantul” (N.D.): 50. http://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/18837. Diakses 30 November 2021.

5
pemberdayaan itu terhadap perekonomian anggota kelompok tersebut.

Penelitian ini tentang pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

khususnya perempuan melalui potensi lokal dimana melalui kelompok

Berkah Lestari yang merupakan bentukan LSM Dompet Dhuafa dan juga

kerjasama dengan masyarakat Karangkulon Desa Wukirsari Kecamatan

Imogiri Kabupaten Bantul pasca gempa. Fokus penelitian tentang strategi

pemberdayaan yang dilakukan masyarakat Karangkulon dalam

memberdayakan perempuan disana serta dampak program tersebut bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kelompok Berkah Lestari.

Adapun strategi yang mereka lakukan adalah dengan tetap

mempertahankan produksi batik tulis sebagai wujud pelestarian budaya

masyarakat setempat walaupun batik cap dan batik printing sudah mulai

berkembang dan masuk ke daerah tersebut. Partisipasi perempuan

melalui kegiatan membatik yang diwadahi dalam kelompok Berkah

Lestari ternyata mampu menunjukkan peran publik/ peran sosial mereka

di masyarakat. Melalui kegiatan membatik ini juga mampu

meningkatkan pendapatan ekonomi mereka juga ada perubahan status

sosial dari ibu rumah tangga menjadi pengrajin batik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh I Putu Ananda Citra tentang strategi

pemberdayaan masyarakat untuk pengembangan ekowisata wilayah

pesisir di Kabupaten Bulelang. Adapun penelitian ini dilaksanakan di

wilayah pesisir Kabupaten Buleleng dengan tujuan 1) mendeskripsikan

6
potensi sumber daya pesisir untuk pengembangan ekowisata, 2)

menganalisis strategi pemberdayaan masyarkat untuk pengembangan

potensi ekowisata di pesisir Kabupaten Buleleng. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah survai didukung dengan metode

observasi. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling.

Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan

analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan, 1) Sumber daya pesisir

di Kabupaten Buleleng yang meliputi: (1) sumber daya hayati yaitu

potensi perikanan dan terumbu karang, (2) sumber daya buatan yaitu

dermaga dan (3) sumber daya jasa-jasa lingkungan yaitu keindahan

terumbu karang, atraksi lumba-lumba dan pemandangan sunset sebagai

potensi ekowisata. 2) Strategi pengembangan sumber daya pesisir untuk

pemberdayaan masyarakat pembudidayaan ikan, pelestarian terumbu

karang, pelatihan peningkatan pelayanan wisata, penyediaan tempat

pelelangan ikan, pengadaan modal dan kerjasama bagi usaha- usaha

masyarakat dalam membuat kerajinan tangan, penegakan hukum atau

awig-awig beserta sanksi, memberikan batasan masuknya produk

perikanan dari luar daerah.6

3. Penelitian Sri Marwanti dan Ismi Dwi Astuti yang menjelaskan tentang

6
I Putu Ananda Citra,”Strategi Pemberdayaan Masyarakat untuk Pengembangan Ekowisata Wilayah
Pesisir di Kabupaten Bulelang”. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. Vol. 6 No. I April 2017.

7
beberapa permasalahan terkait penyelenggaraan pemberdayaan

perempuan miskin melalui family-based terhadap ekonomi kreatif

kewirausahaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali potensi,

hambatan, kebijakan berurusan dengan peluang dan pemberdayaan

perempuan miskin dan untuk untuk mengetahui formula pemberdayaan.

Pengumpulan data terdiri dari situs pengamatan, wawancara, fokus group

diskusi, dan studi dokumen. Hasil penelitian ini adalah model bernama

pemberdayaan berbasis kemiskinan berpihak kepada masyarakat miskin

peningkatan kapasitas yang menyoroti beberapa komponen termasuk

perempuan miskin, potensi, kendala, peluang, kewirausahaan, dan

kesejahteraan. 7

4. Model pemberdayaan masyarakat nelayan perempuan melalui kelompok

Poklahsar. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa pemberdayaan

yang dilakukan di masyarakat nelayan sudah maksimal. Hasil yang

dicapai antara lain adalah nelayan perempuan mandiri dalam

berwirausaha tidak lagi tergantung dari hasil tangkap suaminya, kedua

mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan kebutuhan sehari- hari, dan

7
Sri Marwanti dan dwi Astuti, “Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Melalui Pengembangan
Kewirausahaan Keluarga Menuju Ekonomi Kreatif Di Kabupaten Karanganyar”. Jurnal.SEPA : Vol.
9 No.1 September 2012, 134 – 144.

8
memutus mata rantai kemiskinan. 8

Dari beberapa penelitian di atas belum ada yang meneliti tentang

wanita rawan sosial ekonomi. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan

pada kajian tentang bagaimana strategi wanita rawan sosial ekonomi

dalam bertahan hidup dan faktor pendukung dan penghambat dalam

bertahan hidup.

8
Kunarti, “Model Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Perempuan Melalui Poklahsar”. Skripsi.
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah Pati. 2013.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pemberdayaan

Definisi pemberdayaan menurut Parsons adalah sebuah proses

dimana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai

pengontrolan atas kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang

mempengaruhi kehidupannya.9 Sehingga dalam proses pemberdayaan

tersebut, orang yang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan

yang cukup dapat mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain.

Dengan demikian, pemberdayaan merupakan sebuah proses dan

tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan, sedangkan sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada

keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial. 10

Secara teoritis, pemberdayaan mengandung makna adanya partisipasi

seluruh pihak yang diwujudkan dalam strategi pemberdayaan yakni

9
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), 58.

10
Ibid., 59-60.

10
pembangunan kesejahteraan sosial dengan jalan memanfaatkan potensi dan

sumber kesejahteraan sosial yang belum didayagunakan secara optimal.

Berdasarkan teori pemberdayaan, pemberdayaan dapat dilakukan dengan

menggali kemampuan sasaran pelayanan, mendayagunakan potensi dan

sumber yang ada di masyarakat dengan memberikan keterampilan,

pendampingan, dan bimbingan sosial serta pengembangan ekonomi

produktif dan usahakesejahteraan sosial.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari

keberdayaan mereka menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan

mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis.11

B. Perempuan Produktif dalam Keluarga

Dalam kebudayaan Jawa, selama ini dikenal ada mitos peran bagi

kaum perempuan yaitu ma-telu: masak (memasak), macak (berhias), manak

(melahirkan). Dari mitos tersebut peneliti menekankan bahwasanya seiring

dengan berkembangnya zaman, peran macak, masak dan manak sudah harus

ditinggalkan karena anggapan mitos tersebut secara tidak langsung

mempengaruhi pola pikir perempuan Indonesia khususnya perempuan jawa

pedesaan bahwa peran sebagai perempuan nantinya hanyalah mengurus

rumah tangga, sebaliknya perempuan yang bekerja dianggap hal yang tidak

sesuai. Pola pikir seperti itu yang menjadikan kaum perempuan masih dalam

11
Ibid., 63

11
zona ketertinggalan. 12

Kini diharapkan perempuan memiliki fungsi ganda, tidak hanya

sebagai mahluk sosial yang memproduksi keturunan namun juga diharapkan

berfungsi sebagai insan pembangunan dimulai dari kelompok masyarakat

terkecil yaitu keluarga. Peran perempuan dalam keluarga sama halnya seperti

laki-laki. Apalagi jika dalam suatu keluarga tersebut yang menjadi kepala

keluarga adalah perempuan, mau tidak mau perempuanlah yang menjadi

tulang punggung keluarga. Ada banyak alasan perempuan menjadi kepala

keluarga, salah satunya karena keadaan yang memaksa mereka atau

kesadaran diri mereka sendiri. Mereka adalah perempuan yang bercerai,

suami meninggal, ditinggal suami tanpa kabar, suami sakit parah dan lain

sebagainya. Perempuan dalam kondisi seperti itu bisa dinamakan dengan

Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE).

Dalam kondisi seperti ini, perempuan dituntut untuk produktif

(bekerja), baik itu di dalam rumah maupun di luar rumah sehingga masalah

dalam keluarga dapat terbantu. Umumnya, masalah yang sering timbul

dalam keluarga adalah masalah ekonomi, yaitu masalah yang terkait dengan

upaya memperoleh mata pencaharian berkelanjutan untuk hidup sehari-hari

perempuan dan keluarganya.

12
Tim Monografi Lembaga Studi Realino, “Perempuan dalam Budaya Jawa” dalamPerempuan
dan Politik Tubuh Fantastis Edisi 9 (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 24

12
C. Teori AGIL Talcott Parson

AGIL singkatan dari Adaptation, Goal, Integration, Latency adalah

sebagian teori sosial yang dipaparkan oleh Talcott Parson mengenai struktur

fungsional, diuraikan dalam bukunya The Sosial System, yang bertujuan

untuk membuat persatuan pada keseluruhan system sosial. Paradigma AGIL

adalah lukisan abstraksi yang sistematis mengenai keperluan sosial

(kebutuhan fungsional) tertentu, yang mana setiap masyarakat harus

memeliharanya untuk memungkinkan pemeliharaan kehidupan sosial yang

stabil.

AGIL memaparkan empat asas yang harus ada di dalam suatu

sistem sosial agar terciptanya keseimbangan diantara komponen-

komponennya. Fungsi dari keempat persyaratan Parsons diartikan sebagai

suatu kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian kebutuhan atau kebutuhan-

kebutuhan dari suatu sistem. Keempat persyaratan terebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Adaptasi (Adaptation). Yakni supaya masyarakat dapat bertahan mereka

harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah

lingkungan agar dapat sesuai dengan lingkungan dan mengubah

lingkungan agar dapat sesuai dengan masyarakat. Adaptasi menunjuk pada

keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya.

Masyarakat sebagai produk dari keluarga-keluarga yang menempati suatu

13
wilayah tertentu mengharuskan untuk beradaptasi, belajar menyesuaikan

terhadap lingkungannya. Seperti contoh tentang wanita rawan sosial

ekonomi, dimana wanita rawan sosial ekonomi adalah wanita yang kurang

akan kehidupan ekonominya. Agar mereka tetap hidup dengan kerasnya

kehidupan pada saat ini, mereka harus belajar kembali tentang bagaimana

hidup pada kondisi yang sekarang ini, menyesuaikan pola hidup dengan

kondisi mereka saat ini.

2. Tujuan (Goal). Yakni sebuah sistem harus mampu menentukan tujuan dan

berusaha untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan yang

diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi individu, melainkan tujuan

bersama para anggota dalam sistem sosial. Sistem harus mendefinisikan

dan mencapai tujuan-tujuan utamanya. Artinya, sistem diharuskan untuk

mengerucutkan pemikiran individu agar dapat membentuk kepribadian

individu dalam mencapai tujuan dari sistem itu sendiri. Kembali pada cita-

cita seorang wanita rawan sosial ekonomi, mereka tentu memiliki tujuan

dan maksud tertentu mengapa mereka mengikuti pelatihan di UPT

RSBKW Kota Kediri. Setelah sampai di tempat pelatihan dan beradaptasi

serta belajar dengan sistem kehidupan sosial di tempat pelatihan, WRSE

tersebut dengan keinginannya mencoba menemukan cara untuk

mewujudkan keinginan dan harapan mereka. Maka penting untuk

memiliki sebuah tujuan di dalam masyarakat sebagai motivasi untuk

selalu maju mengapai tujuan. Karena jika tidak memiliki sebuah tujuan

14
dan cita-cita maka sistem didalam masyarakat atau keluarga akan mandek

dan pasti mengalami stagnanisasi.

3. Integrasi (Integration). Yakni masyarakat harus mengatur hubungan

diantara komponen-komponennya agar dapat berfungsi secara maksimal.

Sosialisasi mempunyai kekutan integratif yang sangat tinggi dalam

mempertahankan kontrol sosial dan keutuhan keluarga. Integrasi

menunjuk pada persyaratan untuk suatu tingkat solidaritas minimal

sehingga para anggotanya akan bersedia untuk bekerja sama dan

menghindari konflik yang merusakkan. Hubungan antara adaptasi dan

tujuan harus menjadi prioritas sebuah masyarakat atau keluarga sebagai

bagian penyusun masyarakat itu sendiri. Hubungan-hubungan itu dapat

dijelaskan dari tingkah laku/tindakan para anggota masyarakat. Contoh

dari sistem tindakan Parsons adalah Pancasila yang ada di negara

Indonesia akan mendorong segenap warga untuk melaksanakan semua

yang ada di dalamnya, antara lain menghargai keberagaman agama yang

ada di Indonesia, menjunjung hak-hak asasi manusia dengan keadilan,

menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, masyarakat akan

mengadakan musyarwarah apabila ada sesuatu yang harus disetujui agar

mencapai mufakat, dan selalu menghargai semua yang ada dalam

kehidupan sosial bangsa Indonesia agar tercipta masyarakat yang adil dan

makmur. Menjaga kepentingan masyarakat lainya adalah sebuah

keniscayaan yang harus dilakukan oleh anggota masyarakat agar tidak

15
terjadi konflik di dalamnya.

4. Latensy. Pada akhirnya di dalam masyarakat itu harus ada Latensi atau

pemeliharaan pola-pola yang sudah ada (pattern maintance). Setiap

masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, baik motivasi individu

maupun pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan

motivasinya. Latensi menunjuk pada kebutuhan mempertahankan nilai-

nilai dasar serta norma-norma yang dianut bersama oleh para anggota

dalam masyarakat. Dalam biologi yang diadaptasi oleh Parsons, sistem

organisasi dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi,

yaitu fungsi penyesuaian diri dengan lingkungan dan mengubah

lingkungan agar dapat sesuai dengan kebutuhan individu. Kepribadian

sebagai subsistem dalam sistem tindakan melaksanakan fungsi pencapaian

tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan segala sumber daya

untuk mencapai tujuannya. 13

Sistem sosial yang merupakan subsistem tindakan berhubungan

dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen

pembentuk masyarakat tersebut. Sedangkan sistem budaya sebagai

subsistem tindakan mempunyai kaitan dengan fungsi pemeliharaan pola-

pola atau struktur yang ada dengan menyiapkan norma dan nilai-nilai

yang memotivasi individu dalam melakukan suatu tindakan.

13
George Ritzer. Teori Sosiologi : Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern, ke delapan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012). 185

16
Kehidupan sosial sebagai suatu sistem sosial memerlukan terjadinya

ketergantungan yang berimbas pada kestabilan sosial. Sistem yang timpang,

sebut saja karena tidak adanya kesadaran bahwa mereka merupakan sebuah

kesatuan, menjadikan sistem tersebut tidak teratur. Suatu sistem sosial akan

selalu terjadi keseimbangan apabila ia menjaga Safety Valve atau katup

pengaman yang terkandung dalam paradigma AGIL.

Konsep pemberdayaan melalui pemberian bimbingan sosial,

bimbingan motivasi dan bimbingan ketrampilan WRSE, harapan utamanya

WRSE mempunyai pemahaman tentang konsep pemberdayaan (ada

pengetahuan tentang kesadaan diri akan kemampuan yang dimiliki).

Kesadaran itu akan mendorong WRSE berperilaku dan bertindak untuk

melakukan perbaikan kualitas diri dengan sadar mau melakukan kegiatan

berkelompok dan bermasyarakat. Kegiatan WRSE dalam berkelompok dan

melakukan usaha ekonomis produktif, akan mendorong mereka untuk

mencapai kemandirian dalam usaha. Harapannya mereka bisa berdaya,

mandiri sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga bantuan sosial

stimulan bagi mereka akan dirasakan manfaatnya.

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian menekankan pada hal yang

lebih penting dari suatu barang atau jasa seperti fenomena, kejadian, dan

gejala sosial adalah makna di balik keejadian tersebut yang dapat dijadikan

pelajaran bagi pengembangan teori. Penelitian kualitatif dapat di desain

untuk memberikan sumbangannya terhadap teori, praktis, kebijakan,

masalah-masalah sosial, dan tindakan.14

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian studi

kasus. Studi kasus merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan sistem”.

Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok

individu yang terkait oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus

adalah penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil

makna dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali

tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh

kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus

tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang

14
M. Junaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif (Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), 25.

18
berbeda dengan kasus lainnya. 15

B. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan ini yakni pendekatan kualitatif, maka

kehadiran peneliti dilapangan adalah sangat penting dan diperhatikan secara

optimal. Peneliti marupakan salah satu instrumen kunci dalam menangkap

makna sekaligus sebagai alat pengumpul data.16

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Sosial Unit Pelaksana

Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita (RSBKW) Kota Kediri.

Karena di kantor UPT ini terdapat klien dengan kategori Wanita Rawan

Sosial Ekonomi (WRSE), yang mana klien dengan kategori tersebut menjadi

subjek dari penelitian ini.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber informasi dalam penelitian

ataupun seseorang yang memberikan keterangan mengenai apa yang ingin

didapatkan oleh peneliti. 17 Adapun subjek penelitian ini adalah klien di

Kantor Dinas Sosial Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Karya

Wanita (RSBKW) Kota Kediri, dengan kategori kelompok klien Wanita

Rawan Sosial Ekonomi (WRSE).

15
M. Junaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif , 62.

16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), 112.
17
Basrowi dan Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Rineka Cipta,2008),188

19
E. Data dan Sumber Data

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, kalimat maupun

narasi. Berdasrkan sumbernya, data dibedakan atas data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama

atau tangan pertama dilapangan. Sumber data ini bisa responden atau subjek

penelitian, dari wawancara, observasi. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data sekunder

merupakan sumber tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan

daa, misalnya mendapatkan data dari orang lain, dokumen-dokumen. Foto

yang berkaitan dengan aktivitas mereka.18

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Observasi

Poerwandari berpendapat bahwa observasi merupakan metode awal

atau dasar dan paling tua, karena kita selalu terlibat dengan proses

mengamati. Semua bentuk penelitian, baik itu kualitatif maupun

kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya. Istilah observasi

diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan

“memerhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena tersebut. Observasi

menjadi bagian penting dalam penelitian, dapat berlangsung dalam

18
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013),
42.

20
konteks laboratorium maupun dalam konteks alamiah. Observasi yang

dilakukan dalam laboratoium dalam konteks eksperimental adalah

observasi untuk penelitian kuantitatif. Observasi dalam rangka penelitian

kualitatif harus dalam konteks alamiah (naturalistik).

Hal ini dipertegas oleh Patton yang berpendapat bahwa observasi

merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian apalagi

penelitian dengan pendekatan kualitatif. Untuk memberikan data yang

akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan

oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta

mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap. 19

2. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan dua orang

atau lebih saling berhadapan yang mengarah pada suatu masalah tertentu.

Wawancara dilakukan agar dapat memperoleh informasi atau data

sebanyak mungkin dari subjek penelitian mengenai suatu masalah.

Metode wawancara merupakan metode yang sering digunakan dalam

penelitian kualitatif yang meliputi pihak penanya dan pihak pemberi

informasi.

3. Dokumentasi

Menurut Bungin teknik dokumentasi adalah metode pengumpulan

19
Imam Gunawan, METODE PENELITIAN KUALITATIF Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Akasar,
2013). 143-144.

21
data dalam penelitian untuk meneliti data hostoris. Teknik dokumentasi

pada masa kini diperlukan dalam penelitian kualitatif dan menjadi salah

satu yang tidak bisa dipisahkan. Hal dikarenakan banyak data yang

tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak yang baru disadari dan

difahami oleh masayarakat sesuai berkembangnya para peneliti. Hasil

dari dokumentasi merupakan pelengkap bagi peneliti dalam proses

penelitian. 20

G. Analisis Data

Analisis data adalah tahap awal atau tahap penting dari penelitian

karena dari analisis diperoleh temuan baik substantif maupun formal. Pada

hakikatnya analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang didapatkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi

sehingga diperoleh sebuah temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin

dijawab. Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu

untuk menetapkan bagian-bagiannya hubungan antarkajian, dan hubunganya

terhadap keseluruhannya. Artinya, semua analisis data kualitatif akan

mencakup penelusuran data, melalui catatan-catatan (pengamatan lapangan)

untuk msenemukan pola-pola budaya yang dikaji oleh peneliti.

Miles dan Huberman mengemukakan tiga tahapan yang harus

dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu :

20
Imam Gunawan, METODE PENELITIAN KUALITATIF Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Akasar,
2013), 175-178.

22
1. Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, mencari dan

memfokuskan kepada hal yang pokok dan mencari tema serta

polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.

2. Pemaparan data sebagai kumpulan beberapa informasi yang

tersusun dan memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data digunakan untuk lebih

meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil

tindakaan berdasarkan pemahaman dan analisis data. Data

penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan

matriks jaringan kerja.

3. Penarikan keseimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab

fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan

disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan

berpedoman pada kajian penelitian. 21

H. Pengecekan Keabsahan Data

Agar terhindar dari kesalahan atau kekeliruan data maka diperlukan

pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada

kriteria kepercayaan (credibility) dengan teknik triangulasi, ketekunan

pengamatan, pengecekam teman sejawat. Triangulasi merupakan teknik

21
Imam Gunawan, METODE PENELITIAN KUALITATIF Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Akasar,
2013), 209-211.

23
pengecekan keabsahan data yang berfungsi sebagai pembanding atau

mengecek data yang telah ada seperti hasil wawancara, hasil observasi dan

diskusi dengan seuatu di luar data meliputi teman sejawat.22

22
Deny Nofriansyah, Penelitian Kualitatif Analisis Kinerja Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2018), 12.

24
BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Lembaga Praktikum

UPT RSBKW adalah tempat pembinaan dan pembimbingan Wanita

Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) dan Pekerja Seks (PS) untuk diberikan

keterampilan, bimbingan sosial, dan keagamaan. Sebelum adanya otonomi

daerah, UPT RSBKW ini berada di bawah pengelolaan kantor wilayah

Departemen Sosial Provinsi Jawa Timur dengan nama Panti Sosial Karya

Wanita (PSKW) “Ngudi Rahayu”.

Setelah otonomi daerah, PSKW Ngudi Rahayu menjadi milik

pemerintah Provinsi Jawa Timur yang ditetapkan dengan peraturan daerah

Provinsi Jawa Timur Nomor 12 Tahun 2000 pada tanggal 27 September

2000, kemudian ditetapkan lagi perda prov. Jatim nomor 14/2002 melalui

SK Gubernur Jawa Timur Nomor 51 Tahun 2003 tentang uraian tugas

pokok dan fungsi pelaksana teknis dinas sosial provinsi Jawa Timur.

Selanjutnya diperbaharui lagi dengan adanya peraturan gubernur

No. 119 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, dengan nama UPT RSTS

(Rehabilitasi Sosial Tuna Susila) Kediri, diubah lagi sesuai peraturan

Gubernur Jawa Timur No.108 Tahun 2016, dan selanjutnya diubah

25
menjadi RSBKW (Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita) Kediri sesuai

peraturan Gubermur Jawa Timur No. 85 Tahun 2018.

Populasi wanita rawan sosial ekonomi, Wanita korban tindak

asusila, wanita korban perdagangan orang dan wanita tuna susial dari

tahun ke tahun cenderung meningkat, hal ini disebabkan berbagai faktor

yang sangat kompleks dan saling terkait, antara lain kemiskinan, faktor

sosial budaya, tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya lapangan

pekerjaan dan tidak dimilikinya ketrampilan yang memadai.

Untuk itu diperlukan penanganan secara komprehensip dengan

mengikutsertakan sektor terkait, lembaga sosial, dunia usaha serta seluruh

elemen masyarakat dalam upaya penanganana permasalahan tersebut

dengan memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial.

Dalam mengantisipasi permasalahan tersebut, Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur memiliki salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi

Sosial Bina Karya Wanita Kediri yang merupakan unsur pelaksana Dinas

yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis

penunjang tertentu.

Adapun Visi dan Misi UPT Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita

(RSBKW) Kota Kediri adalah sebagai berikut :

a. Visi

Terwujudnya tata kehidupan yang normatif bagi wanita rawan sosial

penyandang masalah.

26
b. Misi

Meningkatkan sumber daya wanita melalui bimbingan sosial, fisik,

mental, dan pelatihan ketrampilan.

Sesuai peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 85 tahun 2018, UPT

Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita (RSBKW) Kota Kediri dalam

mengelola 60 (Enam Puluh) orang klien per angkatan, berstruktur

Organisasi beserta jabatannya sebagai berikut :

NO NAMA JABATAN KET

1 Lestari Indriyarni, S.H, M.Si Ka. UPT RSBKW PNS

2 Budiharjo, S.H, M.Si Ka. Sub Tata Usaha PNS

3 Dra. Tia Rochmutiarawati Kasie Pelayanan PNS

4 Dra. Agustin Nurul H Pengelola Monitoring dan PNS

Evaluasi

5 Hudaidah Pengelola Keuangan PNS

6 Hadi Prayitno Pengelola Sarana dan PNS

Prasarana

7 Mokhamad Yusup Pengadministrasi PNS

Kepegawaian

8 Erwin Rohsadi Pengadministrasi Keuangan PNS

9 Nongki Heru Prasetiyo Pengadministrasi Umum PNS

10 Agus Budiono Petugas Keamanan PNS

27
11 Edi Susilo, S.Sos Petugas Keamanan PNS

12 Alif Siswanto Petugas Keamanan PNS

13 Muhammad Rofiq Petugas Keamanan PNS

14 Yamini, S.Sos Pengolah Makanan PNS

15 Sunarni Pengelola Bimbingan Sosial PNS

16 Imam Mudjairi Pengelola Rehabilitasi PNS

Sosial

17 Didik Efendi Pekerja Sosial Terampil PNS

18 Sukmono Tunggal Pekerja Sosial Terampil PNS

19 Sumardiyono Pengelola Rencana Sosial PTT

dan Kesehatan

20 Ridha Riyanti Mahyardiani, S.P Pengelola Rencana Sosial PTT

dan Kesehatan

21 Moh. Dardiri Petugas Keamanan PTT

22 Anik Pengolah Makanan PTT

23 Jebrina Bintisaro Pengelola Bimbingan Sosial PTT

24 Moh. Muslih Abko Tukan Kebun Tenaga

Kasar

Adapun kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi UPT Rehabilitasi

Sosial Bina Karya Wanita (RSBKW) Kota Kediri adalah sebagai berikut :

28
a. Kedudukan

Sesuai keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 85 tahun 2018,

UPT Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita (RSBKW) Kota

Kediri merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi

Jawa Timur.

b. Tugas Pokok

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial Bina Karya

Wanita (RSBKW) Kota Kediri, mempunyai tugs melaksankan

sebagian tugas Dinas dalam rehabilitasi sosial bagi klien Wanita

rawan sisal ekonomi, Wanita korban tindak asusila, Wanita korban

perdagangan orang dan wanita tuna susial bersuai 18 (delapan

belas) tahun sampai dengan 50 (lima puluh) tahun, ketata usahaan

dan pelayanan masyarakat.

c. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas tersebut, UPT pelayanan sosial

mempunyai fungsi

1. Penyususnan perencanaan program dan kegiatan

2. Pelaksaan seleksi calon klien

3. Pelaksanaan rehabilitasi sosial

4. Pelaksanaan pelayanan sosial

5. Pelaksanaan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar

6. Pelaksanaan konsultasi pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi

29
individu, keluarga, dan masyarakat

7. Penyiapan bahan dukungan teknis pelaksanaan kerjasama

pelayanan dan rehabilitasi sosial

8. Pelaksanaan teknis pemulangan / rujukan bagi klien yang telah

memiliki ketrampilan kerja dan berfungsi sosial

9. Pelaksanaan ketatausahaan

10. Pelaksanaan pelayanan masyarakat

11. Pelaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan

12. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas

Adapun sasaran pelayanan, kriteria pelayanan, tahapan pelayanan dan

rehabilitasi sosial adalah sebagai berikut :

a. Sasaran pelayanan

1. Wanita Rawan Sosial Ekonomi

2. Wanita Korban Tindak Asusila

3. Wanita Korban Perdagangan Orang

4. Wanita Tuna Susila

b. Kriteria pelayanan

1. Jenis Kelamin Wanita

2. Usia antara 18 sampai 50 tahun

3. Tidak dalam proses hokum

4. Tidak dalam keadaan hamil dan menyusui

30
5. Bersedia mengikuti program pelayanan di panti

c. Tahap pelayanan dan Rehabilitasi sosial

1. Tahapan Pendekatan Awal

a. Orientasi dan konsultasi

b. Identifikasi dan motivasi

c. Seleksi

2. Tahapan Penerimaan

a. Kelengkapan administrasi / biodata calon klien

b. Wawancara

c. Pencatatan data

d. Registrasi

e. Penempatan dalam program pelayanan

3. Tahapan Assesment / Pengungkapan Masalah

a. Pengisian kuosioner

b. Wawancara

c. Konsultasi

4. Tahapan Pembinaan dan Bimbingan

a. Pembinaan fisik

Kegiatan bimbingan ini untuk melihat cara hidup sehat

secara teratur, hidup disiplin agar kondisi badan selalu

sehat.

b. Bimbingan mental

31
Bimbingan keimanan dan ketaqwaan, pembentukan

sikap kerja yang baik serta tingkah laku yang baik pula

di masyarakat.

c. Bimbingan sosial

Bimbingan terapi psikolog, pelayanan konseling,

bimbingan norma sosial budaya yang normatip.

d. Bimbingan ketrampilan

Kegiatan meliuputi ketrampilan tata rias rambut, tata

rias wajah, tata busana, tata boga, tata border, aneka

kerajinan tangan (disesuaikan dengan bakat dan minat.

5. Tahapan Resosialisasi

a. Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat

b. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat

c. Praktek belajar kerja

d. Pemberian bantuan stimulant

e. Penyaluran

f. Rujukan

6. Tahapan Pembinaan Lanjut

a. Bantuan pengembangan usaha

b. Peningkatan kelompok usaha bersama (KUBE)

7. Tahapan Terminasi

Terminasi merupakan tahapan pemutusan pelayanan dan

32
rehabilitasi sosial bagi eks klien yang sudah kembali normal

dan dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam

masyarakat.

2.Gambaran Kerja Praktikum

Dalam Praktik Kerja Sosial Keagamaan (PKSK) di Kantor Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita

(RSBKW) Kota Kediri, mahasiswa melakukan berbagai kegiatan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di kantor tersebut. Waktu yang

diberlakukan terhadap mahasiswa PKSK dibagi menjadi dua shift, yaitu

shift pertama mulai pukul 07.00 – 14.00 WIB. Kemudian dilanjutkan oleh

shift dua mulai pukul 14.00 – 20.00 WIB. Selama proses Praktik Kerja

Sosial Keagamaan di kantor tersebut, mahasiswa didampingi oleh Dosen

pendamping lapangan yaitu Bapak Didik Efendi dan Bapak Sukmono

Tunggal. Beliau adalah Pekerja Sosial Terampil di Kantor Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita (RSBKW) Kota

Kediri. Dikarenakan pada saat kegiatan praktikum tugas kami adalah

mendampingi klien dalam berkegiatan, maka kegiatan yang dilakukan

selama proses Praktik Kerja Sosial Keagamaan (PKSK) di Kantor Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita

(RSBKW) Kota Kediri adalah :

33
NO HARI JAM KEGIATAN

1 Senin 08.00 - 09.30 Kedisiplinan / KAMTIBMAS

09.30 – 09.45 Istirahat

09.45 - 12.00 Tata rias rambut, rias pengantin,

boga, dan busana

12.00 - 15.30 Istirahat

15.30 - 17.00 BTQ

17.00 - 18.45 Istirahat

19.00 - 20.30 Kegiatan Individu

2 Selasa 08.00 - 09.30 Dinamika Kelompok

09.30 – 09.45 Istirahat

09.45 - 12.00 Tata rias rambut, rias pengantin,

boga, dan busana

12.00 - 15.30 Istirahat

15.30 - 17.00 BTQ

17.00 - 18.45 Istirahat

19.00 - 20.30 Kegiatan Individu

3 Rabu 08.00 - 09.30 Bimbingan HIV / AIDS

09.30 – 09.45 Istirahat

09.45 - 12.00 Tata rias rambut, rias pengantin,

boga, dan busana

34
12.00 - 15.30 ESQ

15.30 - 17.00 BTQ

17.00 - 18.45 Istirahat

19.00 - 20.30 Kegiatan Individu

4 Kamis 08.00 - 09.30 Pendidikan Agama

09.30 – 09.45 Istirahat

09.45 - 12.00 Tata rias rambut, rias pengantin,

boga, dan busana

12.00 - 15.30 Istirahat

15.30 - 17.00 BTQ

17.00 - 18.45 Istirahat

19.00 - 20.30 Pengajian Tahlil Dzikir

5 Jum’at 08.00 - 09.30 Olahraga / Senam

09.30 – 09.45 Istirahat

09.45 - 12.00 Bordir Psikolog / Konseling

12.00 - 15.30 Istirahat

15.30 - 17.00 Kegiatan Individu

17.00 - 18.45 Istirahat

19.00 - 20.30 Kegiatan Individu

6 Sabtu 08.00 - 09.30 Rekreatif

09.30 – 09.45 Istirahat

35
09.45 - 12.00 Kerajinan tangan membuat tas

tangan plastik

12.00 - 15.30 Istirahat

15.30 - 17.00 Kegiatan Individu

17.00 - 18.45 Istirahat

19.00 - 20.30 Kegiatan Individu

B. Paparan Data

1. Strategi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) Dalam Bertahan Hidup

Adapun disini ada beberapa pernyataan yang telah diungkapkan oleh

beberapa klien yang telah saya wawancarai. Yang petama yaitu

diungkapkan oleh kilen berinisial R :

“Tujuan saya datang ke RSBKW itu untuk mengembangkan kemampuan


saya. Saya disini itu mengikuti kegiatan ketrampilan memasak mbak. Dan
itu ya termasuk strategi saya juga dalam bertahan hidup dengan cara
mengembangkan kemampuan saya kemudian dari situ saya membuka
usaha saya”23

Hal itu juga diungkapkan oleh klien yang berinisial J :

“Aku nok kene i maune di kon guru sekolahku biyen mbak, guru ku i
muni awakmu no J kemampuanmu nok nyalon i apik, iki lo enek nggon
pelatihan gratis nok Kediri meluo. Terus dadine aku yo melu daftar mbak.
Terus nek sok mari teko kene aku kapene buka salon dewe nok omah” 24

23
Wawancara Klien berinisial R, 25 November 2021.
24
Wawancara Klien berinisial J, 25 November 2021.

36
Kemudian diungkapkan juga oleh klien yang berinisial E :

“Aku ki nok omah nganggur mbak, nah daripada nganggur aku ya melu
pelatihan nok kene, itung-itung ya gae ngembangne kemampuan ku, terus
nek wis mari teko kene aku buka usahaku kuwi mbak”25

2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Dihadapi Wanita Rawan Sosial

Ekonomi Dalam Bertahan Hidup

Kemudian mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat klien

dalam bertahan hidup juga disampaikan oleh beberapa klien yang telah

saya wawancarai. Adapun klien pertama yang mengungkapkan hal itu

adalah klien yang berinisial R :

“Opo yo mbak, nek menurutku faktor pendukunge ki ya ndek kene klien


di kasih pendampingan ngunu mbak sesuai bidang ketrampilan.e, dan
kuwi meskipun kita sudah jadi alumni klien, kita tetap dipantau
kegaiatane. nek faktor penghambate menurutku klien iku minate kurang
dalam mengikuti program-program sing di berikan karo pihak dinsos”26

Selanjutnya yaitu diungkapkan oleh klien yang berinisial J :

“Faktor pendukunge kuwi mbak dalam program pelatihan iki kuwi akeh
masyarakat sing minat dan berpartisipasi mengikuti kegiatan iki. Terus
penghambate nek menurutku program-program selama pelatihan kuwi lo
mbak koyok mboseni ngono”27

Yang terakhir yaitu diungkapkan oleh klien yang berinisial E :

25
Wawancara Klien berinisial E, 25 November 2021.

26
Wawancara Klien berinisial R, 25 November 2021.

27
Wawancara Klien berinisial J, 25 November 2021.

37
“Menurutku faktor pendukunge iku masyarakat koyok nduweni
kepercayaan sing podo nek ancen pelatihan iki dadi strategi ne mereka
dalam bertahan hidup. Dan faktor penghambate iku kurang semangat e
wong-wong dalam bekerja”28

C. Temuan Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan selama proses magang di kantor

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita

(RSBKW) Kota Kediri dan dilakukan mulai dari observasi, wawancara dan

dokumentasi, maka diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

Penelitian ini diawali dengan observasi yaitu mengamati objek penelitian

yaitu klien yang berkategori Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE). Setelah

melakukan observasi, langkah yang dambil oleh peneliti adalah wawancara

dan dokumentasi. Maka, diperoleh data hasil wawancara yaitu :

1.Strategi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) Dalam bertahan hidup

adalah dengan mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan yang telah

diadakan oleh pihak dinas sosial.

2.Faktor pendukung dan faktor penghambatnya adalah : Faktor pendukung

pertama yaitu adanya bentuk pendampingan terhadap klien secara

berkelanjutan, Kedua, adanya partisipasi masyarakat yang tinggi dalam

melakukan program pemberdayaan, Ketiga, adanya modal sosial yang

dimiliki oleh masyarakat. Kemudian faktor-faktor penghambat WRSE dalam

bertahan hidup yang pertama yaitu kurangnya minat klien terhadap program

28
Wawancara Klien berinisial E, 25 November 2021.

38
yang diberikan oleh dinsos, kedua, pemberian program kerja yang kurang

dapat diminati oleh klien dan ketiga yaitu rendahnya etos kerja klien.

39
BAB V

PEMBAHASAN

A. Strategi Wanita Rawan Sosial Ekonomi Dalam Bertahan Hidup

Strategi wanita rawan sosial ekonomi dalam bertahan hidup dengan

mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan yang telah diadakan oleh

pihak dinas sosial dan dapat dilihat dari beberapa tahapan program

pemberdayaan ini. Dalam tahap pertama yaitu assesment terhadap klien

secara individual sebagai calon anggota kelompok yang nantinya akan

tergabung dalam wanita rawan sosial ekonomi (WRSE). Dengan melakukan

assesment terlebih dahulu, kita akan mengetahui latar belakang, potensi, dan

problematika klien. Dalam tahap kedua yaitu tahap pembinaan dan

bimbingan, di dalam tahap ini, ada beberapa bimbingan yang dilakukan.

Seperti, pembinaan fisik (Kegiatan bimbingan ini untuk melihat cara hidup

sehat secara teratur, hidup disiplin agar kondisi badan selalu sehat),

bimbingan mental (Bimbingan keimanan dan ketaqwaan, pembentukan sikap

kerja yang baik serta tingkah laku yang baik pula di masyarakat), bimbingan

sosial (Bimbingan terapi psikolog, pelayanan konseling, bimbingan norma

sosial budaya yang normatip), bimbingan ketrampilan (Kegiatan meliuputi

ketrampilan tata rias rambut, tata rias wajah, tata busana, tata boga, tata

border, aneka kerajinan tangan disesuaikan dengan bakat dan minat). Dalam

40
pemberian program kegiatan ini diharapkan akan lebih sesuai kebutuhan

klien karena berdasarkan data hasil assesment. Dalam tahapan ketiga yaitu

tahapan resosialisasi, yang mana dalam tahapan ini kilen diberikan

bimbingan bagaimana kesiapan mereka dalam berperan dimasyarakat,

selanjutnya yaitu memberikan bimbingan sosial hidup bermasyarakat,

praktik belajar kerja, dan pemberian bantuan stimulant. Dalam tahapan

keempat yaitu tahapan pembinaan lanjut, yang mana dalam tahapan ini para

klien dibantu dalam hal pengembangan usahanya. Setelah semua tahapan

selesai, maka tahapan yang terakhir yaitu tahapan terminasi, dimana dalam

tahapan ini adalah tahapan pemutusan pelayananan dan rehabilitasi sosial

bagi eks klien yang sudah kembali normal dan dapat menjalankan fungsi

sosialnya secara wajar dalam masyarakat. Berdasarkan data kebutuhan dan

sumber daya yang ada di lapangan ini, tim pelaksana program akan lebih

mudah dalam melaksanakan program kegiatannya. Oleh karena itu, salah

satu kegiatan yang dilakukan pendamping terhadap klien adalah memberikan

pelatihan, pendampingan, dan bentuk kegiatan lain yang mengarah pada

pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini diimplementasikan dalam bentuk

membuat aneka ragam olahan makanan, meria pengantin, salon, menjahit,

dan membuat anyaman tas.

B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Dihadapi Wanita Rawan

Sosial Ekonomi Dalam Bertahan Hidup

41
Faktor pendukung dan penghambat WRSE dalam bertahan hidup.

Faktor pendukung pertama yaitu adanya bentuk pendampingan terhadap

klien secara berkelanjutan, hal ini dimaksud agar klien mampu bertahan hidup

dalam jangka panjang. Kedua, adanya partisipasi masyarakat yang tinggi

dalam melakukan program pemberdayaan, karena sebuah pemberdayaan bisa

berjalan secara maksimal apabila disertai dengan bentuk partisipasi

masyarakat yang tinggi. Ketiga, adanya modal sosial yang dimiliki oleh

masyarakat, karena dengan adanya modal sosial juga akan membentuk

sebuah kekuatan yang akan membentuk karakter masyarakat yang

bersemangat. Adapun faktor-faktor penghambat WRSE dalam bertahan

hidup yang pertama yaitu kurangnya minat klien terhadap program yang

diberikan oleh dinsos, kedua, pemberian program kerja yang kurang dapat

diminati oleh klien dan ketiga yaitu rendahnya etos kerja klien. Ketiga faktor

penghambat ini berdampak pada kurang maksimalnya kinerja dan hasil

kegiatan ekonomis maupun sosial WRSE dalam melakukan program

pemberdayaan.

Keberhasilan yang dicapai oleh WRSE dalam bertahan hidup, dapat

disimpulkan bahwa pertama, secara mikro (individual) program

pemberdayaan yang diberikan dinsos terhadap klien bisa dikatakan sudah

berhasil.

Sebuah program bisa dikatakan berhasil apabila klien mampu

42
mengimplementasikan program tersebut dengan baik dan menghasilkan

produk nyata. Adapun hasil dari program tersebut yaitu WRSE mampu

bertahan hidup. Keberhasilan kedua dapat dilihat dari level messo

(kelompok), yang mana ada beberapa kelompok yang berhasil dan ada

beberapa kelompok yang kurang berhasil/vakum. Dari beberapa kelompok

tersebut menunjukkan eksistensi kelompok belum maksimal dalam

menerapkan program pemberdayaan, sehingga jalannya program

pemberdayaan tidak bisa berhasil dengan baik. Ketiga, dilihat dari segi

makro (keseluruhan/masyarakat secara luas) program pemberdayaan yang

diberikan dinsos kepada masyarakat belum bisa dikatakan berhasil, karena

barometer sebuah keberhasilan bisa dilihat dari kontribusi di masyarakat

secara menyeluruh. Oleh karena itu, secara keseluruhan program

pemberdayaan belum behasil secara maksimal. Meskipun ada beberapa klien

dan kelompok mampu menjalankan program tersebut dengan baik, tetapi

secara keseluruhan belum maksimal.

43
BAB VI

PENUTUP

A.Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian serta observasi, wawancara mengenai

STRATEGI WANITA RAWAN SOSIAL EKONOMI (WRSE) DALAM

BERTAHAN HIDUP (Studi Kasus Di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Unit

Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita Kota Kediri). Peneliti

memaparkan hasil dari wawancara dan hasil penelitian menarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

a) Strategi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) dalam bertahan hidup,

dengan mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan yang telah diadakan

oleh pihak dinas sosial dan dapat dilihat dari beberapa tahapan program

pemberdayaan ini. Diantara tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

Tahapan Assesment / Pengungkapan Masalah, Tahapan Pembinaan dan

Bimbingan, Tahapan Resosialisasi, Tahapan Pembinaan Lanjut, dan Tahapan

Terminasi.

b) Selanjutnya, faktor pendukung dan faktor penghambat WRSE dalam

bertahan hidup. Faktor pendukung pertama yaitu adanya bentuk

pendampingan terhadap klien secara berkelanjutan, Kedua, adanya partisipasi

masyarakat yang tinggi dalam melakukan program pemberdayaan, Ketiga,

adanya modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor

44
penghambat WRSE dalam bertahan hidup yang pertama yaitu kurangnya

minat klien terhadap program yang diberikan oleh dinsos, kedua, pemberian

program kerja yang kurang dapat diminati oleh klien dan ketiga yaitu

rendahnya etos kerja klien.

B. Saran

Saran untuk klien, lebih serius lagi dalam menjalani program-program yang

telah direncanakan oleh pihak dinas sosial. Dan lebih semangat lagi dalam

melakukan pekerjaannya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Ghony, M. Junaidi. Metode Penelitian Kualitatif . Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.


2014.

Gunawan , Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek . Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013.

Hafid , Aan Zainal. Keberfungsian Sosial Pada Perempuan Rentan dalam Secercah
Cahaya Menuju Kesejahteraan Perempuan (Sebuah Kajian). Kementerian
Sosial RI Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Direktorat Pemberdayaan
Keluarga. tkp: 2010.

Kunarti. Model Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Perempuan Melalui Poklahsar.


Skripsi. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Sekolah Tinggi Agama
Islam Mathali’ul Falah Pati. 2013.
Martiany , Dina. Perspektif Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan Sosial
dalam Pembangunan Sosial Wacana Implementasi dan Pengalaman
Empirik. Tim Peneliti Kesejahteraan Sosial Pusat Pengkajian Data dan
Informasi Sekretarian Jendersl DPR RI. tkp:2010.
Moleong , Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018.

Nofriansyah, Deny. Penelitian Kualitatif Analisis Kinerja Lembaga Pemberdayaan


Masyarakat Kelurahan, Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2018.

Ritzer , George. Teori Sosiologi : Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan


Terakhir Postmodern, ke delapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Sriharini, Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin dalam


Model-model Kesejahteraan Sosial Islam Perspektif Filosofis dan Praktis .
Yogyakarta: PT Lkis, 2007.
Suwandi, Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Tim Monografi Lembaga Studi Realino. Perempuan dalam Budaya Jawa dalam
Perempuan dan Politik Tubuh Fantastis Edisi 9.Yogyakarta: Kanisius, 1998.

46
Ananda Citra , I Putu. Strategi Pemberdayaan Masyarakat untuk Pengembangan
Ekowisata Wilayah Pesisir di Kabupaten Bulelang. Jurnal Ilmu Sosial dan
Humaniora. Vol. 6 No. I April 2017.

Hikamuddin, Ahmad. Masyarakat Konsumtif, dalam


http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/08/masyarakat-konsumtif-
544253.html. Diakses pada tanggal 29 November 2021.
Marwanti, Sri dan Dwi Astuti. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Melalui
Pengembangan Kewirausahaan Keluarga Menuju Ekonomi Kreatif Di
Kabupaten Karanganyar. Jurnal.SEPA : Vol. 9 No.1 September 2012.
Setyowati, Tri. Strategi Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Berkah
Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2010. http://etheses.uin-
malang.ac.id. Diaskes pada pukul 21.00 tanggal 05 Desember 2021

47
LAMPIRAN - LAMPIRAN

FOTO KEGIATAN KLIEN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)


REHABILITASI SOSIAL BINA KARYA WANITA (RSBKW) KOTA
KEDIRI DAN MAHASISWA PRAKTIKUM IAIN KEDIRI 2021

48
49
50
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai