Universitas Brawijaya
I. Pendahuluan
Kepemimpinan ekonomi harus sejalan dengan pola pikir global dan lebih kreatif
dalam mendukung budaya inovasi. Setelah berfokus pada peningkatan produktivitas,
efisiensi, dan profitabilitas, semua pemimpin ekonomi menyadari bahwa pendekatan dan
budaya memimpin harus disesuaikan. Ini menghasilkan pengetahuan tentang dunia digital
baru, teknologi modern, dan keterampilan interpersonal. Citra kepemimpinan digital yang
jelas harus dibangun bersama dengan nilai intrinsik yang tinggi untuk tumbuh bersama
perubahan teknologi. Kepemimpinan digital juga dikenal sebagai kepemimpinan
elektronik atau kepemimpinan virtual. Ini tentang menciptakan lingkungan digital yang
berkembang yang mengarah ke tingkat efektivitas, produktivitas, dan moral yang tinggi.
Kesiapan Digital
Inovasi
Daya saing secara umum adalah kemampuan untuk mewujudkan misi (tujuan, fungsi,
dan tugas) dengan kualitas dan nilai yang dibutuhkan dalam pasar yang kompetitif. Daya
saing mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan tingkat pendapatan dan
lapangan kerja yang relatif tinggi sambil tetap terbuka untuk persaingan internasional.
Menjadi kompetitif, pelaku ekonomi harus merangkul aplikasi inovasi teknologi (yang
juga merupakan salah satu tantangan terbesar saat ini) dan, secara paralel, harus
menghadapi revolusi industri kelima. Daya Saing 4.0 dijelaskan oleh Indeks Daya Saing
Global WEF (World Economic Forum) 2019 yang terdiri dari dua puluh pilar, yaitu
institusi, infrastruktur, adopsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), stabilitas
ekonomi makro, kesehatan, keterampilan, pasar produk, pasar tenaga kerja, sistem
keuangan, ukuran pasar, dinamika bisnis, dan kemampuan inovasi.
Diagram diatas bertujuan untuk menjeleskan beberapa objektif spesifik dan korelasinya.
Objektif 1—untuk menentukan konsistensi antara kesiapan digital dan inovasi negara-
negara G20; objektif 2—untuk menentukan konsistensi antara kesiapan digital dan daya
saing 4.0 negara-negara G20; objektif 3—untuk menentukan konsistensi antara inovasi
dan daya saing 4.0 negara-negara G20; objektif 4 menentukan konsistensi antara kesiapan
digital, inovasi, dan daya saing 4.0 negara-negara G20; dan obektif 5— untuk
menentukan hubungan antara kesiapan digital, inovasi, dan daya saing 4.0. Setelah
menentukan tujuan, peneliti merumuskan beberapa hipotesis diantaranya adalah:
Terdapat 4 (empat) tahapan dalam penelitian sekunder ini. Tahap pertama yaitu
identifikasi sumber informasi mengggunakan data yang ada di internet yaitu indeks
kesiapan digital global 2019 (Cisco,2020), indeks inovasi global 2019 (Cornell
University, 2019), dan indeks daya saing global 2019 (World Economic Forum, 2019).
Peneliti menggunakan pendekatan survey lintas studi pada tahun 2019 karena masih
relevan. Tahap kedua peneliti mengumpulkan data yang ada berdasarkan peringkat
kesiapan digital global, peringkat inovasi global, dan peringkat daya saing global.
Berdasarkan data tersebut, tahap berikutnya peneliti menabulasikan peringkat digital
untuk kesiapan digital global, inovasi global, dan daya saing global 4.0 untuk negara G20.
Tahap terakhir yaitu melakukan analisis komparatif antara data kesiapan digital global
G20 dan data daya saing global 4.0, dan antara data inovasi global dan data daya saing
global 4.0. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah peringkat kesiapan digital global,
inovasi global, dan daya saing global menunjukkan konsistensi. Terakhir, peneliti
melakukan analisis korelasi Pearson dengan menggunakan SPSS untuk menentukan
hubungan antara ketiga variabel tersebut. Peneliti menggunakan skor yang tersedia di
sumber masing-masing negara berdasarkan masing-masing variabel.
V. Hasil dan Analisis
Pada bagian ini ditunjukkan nilai dari kesiapan digital global dan menjelaskan
objektif 1 sampai 4. Berdasarkan nilai dari indeks data penelitian, setiap negara
memiliki tingkat kesiapan digital dari 7 (tujuh) komponen dari kesiapan digital.Pada
tingkat kesiapan aktif pada tahap awal dengan rata-rata nilai 6.24 dari 25, namun
tidak ada negara G20 pada tingkat ini. Negara G20 pada tahap cepat (accelerate)
dengan nilai rata-rata 11.82 yaitu Italia, Rusia, Arab Saudi, Cina, Argentina, Turki,
Meksiko, Brazil, Indonesia, Afrika Selatan, dan India. Sementara pada tahap kuat
(amplify) dengan nilai rata-rata 17.89 yaitu Amerika, Korea Selatan, Australia,
Inggris, Jerman, Jepang, Kanada, dan Prancis.
Bagian ini akan menjelaskan nilai dari inovasi global dari negara G20 pada objektif 1,
3, dan 4. Terdapat 4 (empat) kategori data yang dikelompokkan berdasarkan tingkat
pendapatan. Untuk pendapatan tinggi ditempati oleh Amerika, Inggris, Jerman, Korea
Selatan, Jepang, Prancis, Kanada, Australia, Italia, Arab Saudi, dan Argentina.
Sementara pada tingkat pendapatan menengah keatas adalah Cina, Rusia, Turki,
Mexico, Afrika Selatan, dan Brazil. Terakhir, pada tingkat pendapatan rendah yitu
India dan Indonesia. Meskipun Cina berada pada tingkat pendapatan menengah
keatas, namun nilai inovasinya lebih tinggi dari beberapa negara dari tingkat
pendapatan tinggi. Begitupula dengan negara India.
Demikian untuk bagian ini yaitu daya saing global 4.0 dari negara G20 menjelaskan
objektif 2, 3, dan 4. Terdapat negara yang mengalami kenaikan yaitu Korea, Prancis,
Arab Saudi, Italia, Afrika Selatan, dan Brazil. Sementara negara yang mengalami
penuruan yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Kanada, Australia, Meksiko,
Indonesia, India, dan Argentina. Kemudian untuk negara yang memiliki nilai stabil
yaitu Cina, Rusia, dan Turki. Data ini didapatkan berdasarkan komparasi dari tahun
sebelumnya yaitu 2018. Meskipun mengalami penuruan, Amerika masih berada di
angka tertinggi untuk daya saing global. Sementara negara dengan kenaikan
terbanyak yaitu Afrika Selatan (+7) dan negara dengan penurunan terbanyak yaitu
India mencapai (-10).
4. Konsistensi antara peringkat kesiapan digital, inovasi, dan daya saing 4.0 dari negara
G20
Pada bagian ini peneliti memaparkan konsistensi dengan membandingkan pada sub
bagian sebelumnya dan menjelaskan objektif 1 sampai 4. Tabel pada artikel peneliti
menunjukkan bahwa Amerika adalah satu-satunya negara yang paling konsisten
terhadap ketiga variabel penelitian. Terdapat 6 (enam) negara dengan konsistensi
parsial (2 dari 3) yaitu Jerman, Inggris, Jepang, Prancis, Afrika Selatan, dan Brazil.
Sementara 12 negara lain tidak menunjukkan konsistensi pada ketiga variabel
penelitian.
5. Korelasi antara nilai kesiapan digital global, inovasi global, dan daya saing global 4.0
dari negara G20
Bagian analisis terakhir dari peneliti menunjukkan korelasi antara ketiga variabel
dengan membandingkan pada sub bagian sebelumnya untuk menjelaskan objektif 5.
Berdasarkan tabel pada artikel peneliti, Amerika memiliki nilai tertinggi dari ketiga
variabel. Untuk kategori kesiapan digital, Korea Selatan berada pada posisi kedua dan
disusul oleh Australia. Pada kategori inovasi, Inggris berada di posisi kedua dan
Jerman posisi ketiga. Sedangkan untuk kategori daya saing 4.0 pada posisi kedua diisi
oleh Jepang kemudian Jerman. Kemdian urutan negara dengan kapabilitas digital
tertinggi mulai dari Amerika, Korea Selatan, Australia, Inggris, Jepang, dan Jerman.
Berdasarkan tabel pada artikel hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti berhasil
terjawab dan diterima. Untuk hipotesis pertama dengan korelasi Pearson 0.694,
kemudian hipotesis kedua dengan nilai 0.770, dan hipotesis ketiga dengan nilai 0.931.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan digital hadir pada tingkat
makroekonomi atau selevel negara. Secara empiris, peneliti membuktikan bahwa negara
G20 secara digital telah siap terhadap kebutuhan dasar, modal manusia, kemudahan
berbisnis, investasi bisnis dan pemerintah, lingkungan start-up, infrastruktur teknologi,
dan adopsi teknologi di tahun 2019. Negara G20 memiliki kelembagaan, modal manusia
dan penelitian, infrastruktur, kecanggihan pasar, kecanggihan bisnis, keluaran
pengetahuan dan teknologi, dan keluaran kreatif di tahun tersebut. Mereka juga memiliki
institusi, infrastruktur, adopsi TIK, stabilitas ekonomi makro, kesehatan, keterampilan,
pasar produk, pasar tenaga kerja, sistem keuangan, ukuran pasar, dinamisme bisnis, dan
kemampuan inovasi. Akhirnya, temuan peneliti menunjukkan bahwa negara-negara G20
memiliki kapabilitas digital yang tinggi dan luas, tidak hanya kesiapan digital, atau hanya
inovasi, atau bahkan daya saing 4.0 saja. Ini sesuai dengan ekonomi utama dunia yang
telah dicapai oleh negara-negara G20 sebagai forum ekonomi internasional
VI. Implikasi
Kesiapan digital, inovasi, dan daya saing 4.0 berhubungan positif dan signifikan. Negara-
negara G20 memiliki kepemimpinan digital dalam kesiapan, inovasi, dan daya saing
digital. Ini adalah pertimbangan pada tingkat ekonomi makro bukan ekonomi mikro.
Kesiapan digital negara-negara G20 telah dibandingkan dalam inovasi dan daya saing 4.0.
Memang, ketiga variabel ini dapat dianalisis secara bersamaan. Negara-negara G20
mengadopsi teknologi digital untuk menciptakan peluang baru. Mereka adalah pendorong
pertumbuhan ekonomi global modern. Mereka bergantung pada ekonomi kompetitif
untuk menentukan pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan misi global (tujuan, fungsi,
tugas). Artikel ini berfokus pada kemampuan kepemimpinan digital. Peneliti
menggabungkan kesiapan digital global yang diteliti oleh Cisco pada tahun 2019, inovasi
yang diteliti oleh Cornell University tahun 2019, dan daya saing 4.0 yang diteliti oleh
(WEF 2019) untuk menjadi komponen utama kemampuan kepemimpinan digital dalam
perekonomian. Dalam konteks ini, peneliti menggunakan negara-negara G20 sebagai
objeknya.
Penelitian lebih lanjut perlu menganalisis kemampuan digital di lebih banyak kelompok
negara seperti negara Asia, negara Eropa, negara maju, dan negara berkembang.
Kemampuan digital di tingkat ekonomi makro berkaitan erat dengan produk domestik
bruto, inflasi, pengangguran, pengeluaran pemerintah, suku bunga, dan nilai tukar.