Anda di halaman 1dari 3

Jelas Profilnya Tepat

Pelatihannya

PENDALAMAN MATERI PEMBUKAAN DAN PENGUASAAN LMS


(Lembar Kerja Resume)

A. Hari/Tanggal : Senin/ 19 Desember 2022


B. Sesi : Pembukaan
C. Refleksi : Pembukaan TOT Pelatih Daerah PPKB PAI
D. Nama/Kelas : Moresi Alfathonah/ PED 2_B3
E. No. Absen : 08

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

ARAHAN BAPAK KASUBDIT GPAI

Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK adalah tenaga pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada setiap jenjang.

Definisi tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 38 Tahun 2018 tentang
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru. Berdasarkan penjelasan dalam Pasal 1
PMA Nomor 38 Tahun 2018, PKB GPAI dapat dimaknai sebagai upaya mengembangkan
kompetensi GPAI sesuai dengan kebutuhannya serta dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan.

1
PKB bagi Guru PAI bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
profesional GPAI dalam menjalankan tugas sebagai pendidik. Oleh karenanya, PKB sejatinya
melekat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari seorang GPAI. Proses pembelajaran PAI selayaknya
mampu melakukan transformasi nilai pada diri peserta didik yang mencakup aspek pengetahuan,
sikap, kepribadian, dan keterampilan di dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Direktorat Pendidikan Agama Islam, sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan PAI pada sekolah mengambil langkah inisiatif menyelenggarakan kegiatan Training of
Trainers (ToT) Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi GPAI (PPKB GPAI)
dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia GPAI profesional yang mampu mendesiminasikan
maksud dan tujuan PKB, baik di tingkat nasional maupun provinsi dan daerah tentunya dalam
menjawab tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks.
2 RUMUSAN MODERASI BERAGAMA

Indonesia sebagai sebuah negara yang memuat banyak sekali keberagaman yang terdiri dari
keberagaman suku, bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama, dewasa ini seringkali diterpa isu
tentang radikalisme. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan kelompok tertentu ini semakin hari
semakin tumbuh dan secara terang-terangan menyuarakan ideologi mereka. Aksi teror, penculikan,
penyerangan, bahkan pengeboman pun kian marak terjadi.

Dari berbagai macam keberagaman yang dimiliki negara Indonesia, keberagaman agama menjadi
yang terkuat dalam membentuk radikalisme di Indonesia. Munculnya kelompok-kelompok ekstrem
yang kian hari semakin mengembang sayapnya difaktori berbagai hal seperti sensitifitas kehidupan
beragama, masuknya aliran kelompok ekstrem dari luar negeri, bahkan permasalahan politik dan
pemerintahan pun turut mewarnai. Maka ditengah hiruk-pikuk permasalahan radikalisme ini,
muncul sebuah istilah yang disebut “Moderasi beragama”.

Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun
ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan
antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Bisa juga dikatakan bahwa Moderasi beragama adalah Cara pandang, sikap, dan praktik beragama
dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensiajaran agama yang melindungi
martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum berlandaskan prinsip adil, berimbang
dan mentaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.

Indikator Moderasi Beragama:

1. Komitmen Kebangsaan
2. Toleransi
3. Anti kekerasan
4. Penerimaan terhadap tradisi

Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan berarti
cenderung terbuka dan mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada anggapan bahwa seseorang
yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius, atau tidak
sungguh-sungguh, dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Oleh karena pentingnya keberagamaan yang moderat bagi kta umat beragama, serta
menyebarluaskan gerakan ini. Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang penuh dengan
permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat beragama maupun antarumat
beragama adalah modal dasar bangsa ini menjadi kondusif dan maju.

Anda mungkin juga menyukai