Sop 12 Kranial
Sop 12 Kranial
3. INDIKASI -
7. CARA KERJA
10. Referensi
Campbell, W.M., 2013. DeJong’s The Neurologic Examination 7th ed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia.
Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The Neurologic Examination 6th ed.
McGraw Hill, New York.
Buckley, G., van Allen, M.W., & Rodnitzky, R. L., 1981. Pictorial Manual of
Neurological Tests, Year Book Medical Publisher, Chicago.
Sidharta, P., 1995. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat,Jakarta.
JUDUL SOP
PEMERIKSAAN NERVUS II
Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
OPTIKUS
1. PENGERTIAN Pemeriksaan Nervus II Optikus merupakan suatu
pemeriksaan yang dilakukan pada mata yang bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada mata.
2 TUJUAN 1. Mengukur ketajaman penglihatan atau visus dan
menetukan apakah kelainan pada visus disebabkan oleh
kelainan okuler lokal atau kelainan saraf
2. Mempelajari layangan pandangan
3. Memeriksa upil optik
3. INDIKASI Semua klien yang ingin mengetahui dan mendeteksi
adanya gangguan pada penglihatan klien
4 KONTRA INDIKSI Menurunnya tingkat ketajaman penglihatan,buta
warna,katarak,glaukoma dan konjungtivitis
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Menyapa pasien (ucapkan salam)
2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindaakan
yang akan dilakukan
3. Pasien diatur dalam posoisi aman dan nyaman
(semi flowler)
6. PERSIAPAN ALAT 1. Koran
2. Buku
3. Snelen Chart
4. Kartu Isihara
7 CARA KERJA
1. Pemeriksaan Daya Penglihatan (Visus)
1. Memberitahukan kepada penderita bahwa akan diperiksa daya
penglihatannya.
2. Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan pada mata,
misalnya katarak, peradangan pada mata, jaringan parut atau kekeruhan pada
kornea.
3. Pemeriksa berada pada jarak 1 – 6 meter dari penderita.
4. Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata
sebelah kanan.
5. Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang
diperlihatkan kepadanya.
6. Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka
pemeriksa menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita
menentukan arah gerakan tangan pemeriksa.
7. Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
pemeriksa menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk
menunjuk asal cahaya yang disorotkan ke arahnya.
8. Menentukan visus penderita.
9. Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri.
PEMERIKSAAN NERVUS IV
4. KONTRAINDIKASI -
JUDUL SOP:
8. HASIL :
Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil Yang diperoleh,
Respon klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat Pelaksana
9. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
Perhatikan privasi klien
JUDUL SOP:
g. HASIL :
Lateralisasi dapat terdeteksi
h. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
Perhatikan privasi klien
JUDUL SOP:
PEMERIKSAAN FISIK
“NERVUS VII (FACIALIS)”
Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian wajah. Pemeriksaan pada N. Facialis terdapat dua jenis
yaitu: motorik dan sensoris
1. Mengetahui adanya gangguan pada bagian otot wajah
2. Mengetahui adanya gangguan pada indera pengecapan
Semua pasien
-
1. Berikan salam, perkenalkan diri, periksa identitas pasien dengan cermat untuk memastikan
bahwa tindakan yang akan kita berikan sudah tepat pasien.
2. Jelaskan mengenai prosedur, tujuan, dan rentang waktu tindakan yang akan dilakukan.dan
mintalah persetujuan dari pasien atas tindakan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan (jika diperlukan)
4. Beritahukan kepada pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan
A. Pemeriksaan motorik
1. Meminta pasien untuk duduk dengan rileks
2. Amati bentuk wajah dari pasien apakah simetris atau tidak
3. Amati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipatan kulit nasolabial dan sudut mulut
4.Minta pasien untuk melakukan sebagai berikut:
a. Mengertutkan dahi, pada bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam
b. Mengangkat alis
c. Menutup mata dengan rapat, kemudian pemeriksa akan membuka mata pasien dengan
tangan
d. Memoncongkan bibir atau menyengir
e. Meminta penderita untuk menggembungkan pipinya, kemudian pemeriksa menekan pipi
kanan dna kiri apakah kekuatannya sama. Apabila ada kelumpuhan maka angin akan
keluar bagian yang lumpuh
B. Pemeriksaan sensoris
Melalui chorda tympani. Pemeriksaan ini membutuhkan zat-zat yang memiliki rasa:
- Manis: gula
- Pahit: kinine
- Asin: garam
- Asam: cuka
1. Minta pasien untuk menutup matanya
2. Minta pasien untuk menjulurkan 2/3 bagian lidahnya.
3. Letakkan gula, kinine, garam, cuka pada bagian kanan, kiri, dan depan pasien.
4. Minta pasien untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada kertas
5. Pada saat dilakukan pemeriksaan, hendaknya pasien melakukan hal seperti dibawah
ini:
a. Lidah pasien harus selalu di julurkan keluar
b. Pasien tidak boleh berbicara
c. Pasien tidak boleh menelan
HASIL
Dokumentasikan :
1. Tanggal/jam pemberian tindakan
2. Nama tindakan
3. Respon klien selama tindakan (subyektif dan obyektif)
4. Nama dan paraf perawat
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Menjaga privasi klien
JUDUL SOP:
PEMERIKSAAN NERVUS VESTIBULOKOKLEARIS
Fakultas Keperawatan (N.VIII)
Universitas Jember
1. PENGERTIAN Pemeriksaan saraf vestibulokoklearis yaitu suatu pemeriksaan
yang dilakukan pada bagian telinga.
2. TUJUAN 1. Mengetahui keseimbangan klien
2. Mengetahui ada tidaknya gangguan pada N.VIII
3. INDIKASI -
7. CARA KERJA
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Cek alat dan bahan yang akan digunakan
3. Posisikan klien senyaman mungkin
4. Detik Arloji
Arloji di tempelkan di telinga, kemudian di jatuhkan sedikit demi sedikit sampai
tak terdengar lagi di bandingkan kanan dan kiri
5. Gesekan Jari
6. Tes Webber
- Garputala diletakkan di dahi penderita.
- Pada keadaan normal kiri dan kanan sama keras (penderita tidak dapat
menentukan di mana yang lebih keras).
- Bila terdapat tuli konduksi di sebelah kiri, misal oleh karena otitis media, pada
tes
- Weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat tuli persepsi di sebelah kiri, maka
tes Weber terdengar lebih keras di kanan.
7. Tes Rinne
- Tujuan untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara dari
penderita.
- Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara di dengar lebih lama daripada
melalui tulang.
- Garputala ditempatkan pada planum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi, kemudian garpu tala dipindahkan ke depan meatus
eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan tes positif,
pada orang normal atau tuli persepsi, tes Rinne ini positif. Pada tuli konduksi tes
Rinne negatif.
10. Referensi
Campbell, W.M., 2013. DeJong’s The Neurologic Examination 7th ed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia.
Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The Neurologic Examination 6th ed.
McGraw Hill, New York.
Buckley, G., van Allen, M.W., & Rodnitzky, R. L., 1981. Pictorial Manual of
Neurological Tests, Year Book Medical Publisher, Chicago.
Sidharta, P., 1995. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat,Jakarta.
JUDUL SOP:
Dokumentasikan :
1. Tanggal/jam tindakan
2. Nama tindakan
3. Respon klien selama tindakan (respon subyektif dan obyektif)
4. Catat jika ada ekspresi dari klien ketika tindakan pemberian larutan cuka dan
garam, reflek muntah dan reflek palatal.
5. Nama dan para perawat
9. Hal-hal yang diperlukan
-
JUDUL SOP:
1. Fungsi sensoris :
- Membuka mulut klien, bila terdapat kelumpuhan maka akan terlihat uvula
tidak di tengah tetapi tampak miringkearah yang sakit.
8. - Menyuruh klien untuk mengatakan “aaaa” untuk melihat gerakan ovula,
suara klien (normal, serak, berkurang, atau tidak ada).
- Menyuruh klien menelan saliva .
- Perhatikan pergerakan esofaguske arah superior dan inferior.
- Memasukkan tongue spatel ke mulut klien untuk melihat refleks gaster dari
gerakan palatum superior dan inferior dan lidah.
HASIL
9. Dokumentasikan namatindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,
responklienselamatindakan, namadanparaf perawat pelaksana.
UniversitasJember
NO DOKUMEN: NO REVISI: HALAMAN:
PROSEDUR KERJA TANGGAL
DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:
1. PENGERTIAN Suatu tindakan untuk memeriksa motorik yang diatur oleh nervous
accessorius
2. TUJUAN 1. Mengetahui fungsi, gerakan dan kekuatan leher,
2. Mengetahui fungsi, gerakan dan kekuatan bahu.
8. Mencuci tangan
9. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
10. Lindungi privasi klien dengan menutup tirai ruangan
11. Posisikan kursi periksa sampai ketinggian kerja yang nyaman
12. Cek alat dan bahan yang akan digunakan
13. Posisikan klien senyaman mungkin
14. Suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat
dan bergerak
15. Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi lidah simetris atau
mencong
16. Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh.
17. Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau
dijulurkan.
18. Terdapat disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Selain itu juga
didapatkan kesukaran bernapas, karena lidah dapat terjatuh ke belakang,
sehingga menghalangi jalan napas.
19. Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke segala
jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien disuruh
menekankan lidahnya pada pipinya. Kita nilai daya tekannya ini dengan jalan
menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese lidah bagian
kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri
dapat. (Alwiucil, 2015)
20. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
21. Bereskan alat dan bahan yang telah digunakan
22. Kaji respon klien(subyektif dan obyektif)
8. HASIL
Campbell, W.M., 2013. DeJong’s The Neurologic Examination 7th ed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia.
Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The Neurologic Examination 6th
ed. McGraw Hill, New York.
Buckley, G., van Allen, M.W., & Rodnitzky, R. L., 1981. Pictorial Manual of
Neurological Tests, Year Book Medical Publisher, Chicago.
Sidharta, P., 1995. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat,Jakarta.